Tuesday 29 May 2018

Akhirnya keperawanan Lastri saya dapatkan

Ada 5 bahasa cinta: pujian, hadiah, waktu, pelayanan, dan sentuhan. Kalau kita bisa mempraktekkan 5 bahasa cinta ini dg baik kpd pacar, pasangan, dan atau selingkuhan kita, sukseslah kita. Ini saya praktekkan kepada Lastri.

Sejak saya memahami apa itu 'bahasa cinta', affair saya bersama Lastri jalan terus hingga kini. Apa bahasa cinta Lastri? Ternyata bahasa cinta dia adalah sentuhan. Saya berhasil menggali isi hatinya dari obrolan-obrolan kami yg intens dari waktu ke waktu.

Bagaimana dengan bahasa cinta dari isteri saya? Bahasa cinta isteri saya adalah hadiah dan quality time alias waktu.

Jadi gitu ya kalau mau sukses hubungan kita sama orang, disamping tahu kepribadian dia, tinggal pahami saja apa bahasa cinta dia itu. Lastri yg berkepribadian sanguinis-plegmatis, bahasa cintanya adalah sentuhan.
Jam masih menunjukkan pk 2 lebih. Baru saja sy mau ngontak isteri, tiba2 ada panggilan masuk dr nomor tak dikenal +62838****. Ini nomor kalau enggak dari anak buah pasti dari salah satu selingkuhan. Ternyata benar. Tak disangka, ia dari Lastri. "Assalamu'alaikum. Maaf Om, ini Lastri. He he."

Saya baru ingat, dia kemarin cerita, dapat hp baru, hadiah dr seorg pamannya. "Save nomorku, ya Oom."

"Wah, keren sekali! Baru dpt handfon, langsung nelpon. Hebat! Eh, udah makan siang belum?"

"Belum, Om. Kenapa nih?"

"Makan bareng yu! Oom tunggu di tempat biasa ya." Kami sdh punya tempat biasa ketemuan yg engga jauh dari dari tempat tinggal kami masing-masing.

"Oke, Om. Setengah jam lagi, aku sampai disana."

"Sip. Mau kupesenin minum apa?"

"Cokelat dingin aja. Makasih ya Om. Daag!"

Blm ada setengah jam Lastri sudah datang. Manis sekali dia, pakai sweater hoodie, daleman kaos oblong, dan perawakan tubuh khas bocah kampung: rambut panjang hitam kecokelatan dan kulit eksotik (sering main panas2an), tinggi semampai (165 cm), hidung pesek, mata sipit.

Dan demikian yang terjadi kami ngobrol ngalor ngidul dari kegiatan dia selama seharian sekolah. Dia SD kelas 7 di SMP dekat rumah. "Ada pe-er?" tanya saya. "Ada, Om. Ajarin ya ntar?"

"Iya. Tapi besok aja ya. Atau ntar malem?"

"Iya, ntar malem. Di kontrakan Om ya."

"Iya."

Tiba-tiba aku kepikiran ingi ngajak Lastri nonton movie di XXI. "Eh, nonton Dilan yu di XXI? Mumpung ada jamnya nih sekitar jam 4-an."

"Ohya? Mau dong?"

"Sip. Cakep! That's my girl." sambil mengusap-usap sayang ke kepalanya.

Alhasil, kami saat itu juga langsung sepakat untuk kencan di XXI. Setelah menghabiskan dan membayar minuman dan makan siang kami masing-masing, kami langsung tancap gas naik motor, boncengan menuju XXI.

Sampai di XXI, kami langsung menuju loket. Di loket kami ternyata tidak kebagian tiket. Soldout. Akhirnya kami mengubah rencana dari nonton Dilan ke nonton Black Panther.

Setelah puas nonton, kami berdua pulang. Sampai di rumah masing-masing sekitar jam 7 malam. Jarak tempat tinggal saya dan orang tuanya Lastri ada sekitar 50 meter-an. Kami pulang dengan mengambil jalan yang berbeda. Lastri saya drop di gang yang satu, dan saya masuk pada gang yang berbeda. Segini pun kami sudah sangat menjaga kerahasiaan affair kami.

Sampai di rumah kontrakan saya, sudah ada Pa Acep, kakeknya Lastri. Saban sore dia kerap nongkrong di beranda. "Halo, Pa Acep!"

"Halo, Pa Bos! Baru pulang?"

"Iya, Pa. Gimana kabar--sehat?"

"Alhamdulillah. Sehat."

Begitulah saban sore saya pulang ke kontrakan, selalu ada Pa Ace yang menyambut. "Pa Ace, tadi saya ketemu Lastri di gang sana. Katanya dia mau main kesini, numpang ngerjain pe-er. Boleh ya Pa?"

"Boleh, he he he. Makasih ya Nak!"

"Alhamdulillah. Iya, Pa. Sama-sama."

Sekitar pukul 8-kurang, Lastri datang. Dia datang sama 1 orang sepupunya, "Om, aku ngajak sepupuku Ines, mau numpang internetan katanya. ..."

"Oh iya, main aja. Ayo. Ga usah sungkan ya. He he. Kalian suka minum apa--teh kopi cokelat soda sirop atau apa kek ambil aja di kulkas ya Lastri?"

"Asyik! Iya Om."

Dan demikianlah yang terjadi. Ines pamit pulang duluan karena tugas PR-nya sdh selesai. Tinggal Lastri yg belum, masih "nanggung" katanya. Perkataan 'nanggung' ke Ines diucapkan dengan nada biasa. Tapi perkataan 'nanggung' itu dia ucapkan sambil diam-diam melirik dan mengerlingkan mata kepada saya.

Diluar rumah, suasana masih ramai dengan anak-anak yang pada main di lapangan badminton. Sdgkan Pa Ace sdh pulang, Ines juga pulang. Pintu depan rumah kami sengajakan tidak ditutup, tapi pintu kasa-nyamuk saya biarkan terbuka. Biasa, trik dan bikin alibi agar permesuman kami tidak tercium oleh warga sekitar.

Saya masih berada di dapur beresin meja makan. Dan tiba-tiba dari belakang, Lastri memeluk saya perlahan. Lalu saya memutar badan dan kami saling berhadapan, saya peluk dia juga. Dia memandang wajah saya dengan tatapan datar, tanpa senyum, tapi nafas dia naik-turun dan terdengar desahannya. "Om...!" ucapnya berbisik.

Kami langsung saling berciuman, saling tarik bibir, saling mengulum lidah. Kedua tangan saya meremas bongkahan pantatnya sambil menekan ke arah kontol saya yang sudah ereksi. Lastri merem-melek dibuatnya.

Aktivitas ciuman terus sampai ke arah leher, lalu ke payudaranya yang kecil, kemudian ke perut, sambil mengorek-korek pusarnya oleh lidah saya.

Belum puas rasa horni saya, saya tuntun Lastri ke meja makan. Lastri kemudian saya dudukkan di meja, lalu dibaringkan. Kakinya menjuntai kebawah. Celana joggernya saya perosotin berikut cangcutnya. Kedua kakinya saya kangkang lebar2. Memeknya tanpa jembut terpampang, merekah merah dan berkilat licin dengan lendirnya yg mulai keluar. Saya jilat klitoris dan vaginanya, tangan Lastri menjambak dan menekan keras kepala saya. Saya menahan napas. Saya merasakan denyutan vaginanya. Dia orgasme.

Kesempatan ini tdk saya sia2kan, saya buka kontol saya yang dari tadi ngaceng. Saya arahkan kontol saya ke vagina Lastri yang sudah becek. Saya tekan pelan2. Tidak ada penolakan dari Lastri. Kontol saya perlahan masuk ke memeknya. Slep! Slep! Slep! Begitu berimanya! Begitu licin dan terasa cengkeraman memeknya pada kontol saya. Tidak disangka, saya berhasil mendapatkan keperawanan Lastri malam ini. 10 menit berlalu, saya merasakan orgasme. Saya tarik kontol saya dari memek Lastri.

Lastri bangun dan turun dari meja. Dia meraih kontol saya. Kontol saya dikulum, disedot. Enggak ada satu menit muncratlah sperma saya di mulut Lastri.

Lega rasanya!

Lastri buru-buru membersihkan mulutnya. "Rasanya aneh ya Om." Kami tertawa bersama.

Sambil merapihkan rambut dan bajunya, Lastri mengungkapkan bahwa vagina dia terasa sakit dan tapi kerasa enak juga sekaligus. Saya bilang, itu biasa kalau untuk pertama kali ML.

"Iya, Om. ML enak banget. Lebih enak daripada ngocok-ngocok. Hi hi hi."

"Ah, ya Tuhan, aku mendapatkan keperawanannya." Ada rasa penyesalan, ada rasa kebanggaan, ada rasa takut, khawatir. Tapi, diatas itu semua, ada perasaan bahagia seperti orang yang menang. Ya, saya berhasil mendapatkan keperawanan seorang ABG dengan mulus setelah setahun lebih pendekatan dan silaturahmi.

Tapi beruntungnya, bagi Lastri, prestasi akademiknya bukannya enggak bagus. Memuaskan malah. Kedua orangtuanya belakangan ini senang sekali melihat Lastri bisa senang belajar dan sekolah. Perekonomian ayah dan ibu Lastri semakin baik. Ayahnya driver ojeg online, ibunya jualan gorengan dan kuweh dengan menitipkannya di beberapa warung makan dan beberapa kantin sekolahan. Salah satu anak mereka, Lastri, saya "garap" diam-diam dengan "baik" sebagai anak asuh saya.

Rahasia sex-affair saya dan Lastri tetap aman tersimpan rapat. Frekuensi ketemuan kami terpaksa dibuat sejarang mungkin. Keakraban kami tidak kami tunjukan ke publik. Sebatas hubungan baik sebagai tetangga.

Lastri pun kalau main ke rumah selalu membawa teman atau kerabatnya. Kadang saat kami lagi berduaan disitu selalu ada Pa Acep, kakeknya. dibuat sewajar mungkin. 

No comments:

Post a Comment