Mungkin agan bingung dengan nama ceritanya. Terdengar kampungan dan
jadul, tapi ya emang bener, cerita kali ini berlatar tahun 90an di
kampung kecil antah berantah, dimana budaya leluhur dan animisme masih
dipegang teguh. Cerita kali ini ga ada hubungannya sama impregnation
complex jadi kalian ga bakal ketemu Reza, Febrian, Dea ato yang lain,
walopun masih mempertahankan trademark ciri khas ku.
buat agan2 yang nunggu kelanjutannya impregnation complex tenang aja tetep lanjut kok, ane usahain sebelum tahun baruan
----------------------
Desa Tingaran dan Sampak sedang dalam masalah besar! Hama tikus dan
walang merebak dimana-mana panen raya tahun ini dipastikan gagal total!
“Duh bisa gawat ini! Kenapa bisa gini Mbah?” kata gomblo kepala desa Tingaran cemas
“ya gimana lagi? Ini gara-gara berkah Nyi Atina tidak bisa turun...” kata Dukun besar dua desa tersebut
“Jadi gimana mbah? Kalau dibiarkan begini kita semua kelaparan....” Kepala desa sampak menimpali
“kalau sudah begini ya gimana lagi? Segera siapkan kendi satunya lagi buat Semai Rahayu!”
“tapi mbah? Apa tidak terlalu cepat?”
“Sudahlah.... apa kita punya pilihan lain? segera persiapkan yang dari tingaran, kalau perlu kita laksanakan malam ini”
“baik mbah” kata gomblo bergegas kembali ke desanya
------------------------
Seorang gadis tampak tertidur di teras sebuah rumah sederhana di
tingaran. Shinta namanya, 16 tahun. Tidak seperti kebanyakan gadis di
desa tersebut dia tidak pernah bekerja berat di ladang, bukan karena
malas tapi ibunya tidak memperbolehkannya. Dunia shinta begitu sempit,
entah karena alasan apa dia di pingit dalam rumahnya. Tidak boleh
berinteraksi dengan para lelaki di desa tersebut. Didalam rumah yang
cukup bagus bila dibandingkan rumah penduduk lain di desa tersebut
Shinta tinggal bersama ibu dan neneknya. Shinta tidak pernah mengenal
Ayah atau kakeknya, ibu dan neneknya tidak pernah membahasnya.
“aduh..” Shinta terbangun karena kerikil kecil mengenai kepalanya
“woi, shin.... sebelah sini” suara seorang pemuda terdengar berbisik-bisik
Shinta mendatangi asal suara yang berasal dari lubang tersembunyi di
pagarnya yang tertutup tumbuhan merambat. Suara itu berasal dari Fadli,
pemuda dari desa tetangga yang sudah shinta kenal secara diam-diam sejak
5 tahun lalu. Hari itu Fadli yang anak tetua desa tetangga yang sedang
bermain-main secara tidak sengaja menemukan lubang di sebuah pagar,
dibaliknya dia melihat gadis kecil manis, mereka berkenalan, dan
disinilah mereka 5 tahun kemudian. Mereka tetap bersahabat walau secara
diam-diam hanya melalui sebuah lubang kecil seukuran bola sepak.
Menginjak masa remaja tidak dapat dipungkiri tumbuh rasa suka diantara
mereka berdua.
“Dli apaan sih pake lempar batu segala? Sakit tahu”
“iya deh, maaf-maaf. Kamu sih tidak bangun-bangun kupanggil dari tadi..”
“jangan diulangin lagi ya...”
“iya deh, eh buku ku udah selesai belum kamu baca? Aku perlu buat sekolah hari senin...”
“Nih, kamu enak ya bisa sekolah.... “
“memangnya kenapa kamu ga boleh sekolah?”
“bunda ku bilang aku ga ada gunanya sekolah karena keluarga kita punya tugas yang jauh lebih penting”
“Udah ga usah sedih nanti kupinjami bukuku yang lain...., udah dulu ya
shin aku balik dulu, entah kenapa bapakku jadi sibuk sejak panen tahun
ini gagal”
“SHINTA.... SHINTA... “ teriakan panggilan ibu shinta mengagetkan mereka berdua
“Eh shin... udah ya, sampe besok..” Fadli buru-buru pergi tanpa sempat shinta berkata apapun
Shinta segera mendatangi ibunya di ruang utama. Begitu sampai ruang tamu
ternyata nenek dan Gomblo si kepala desa sudah menunggu.
“Shinta, kapan kamu terakhir kali dapet?” nenek shinta langsung bertanya
tanpa basa-basi, shinta tampak kaget dengan pertanyaan yang tak
disangka-sangka itu.
“sudah 14 hari nek..”
“Oh bagus itu! Berarti Semai Rahayu bisa kita laksanakan segera..”
Shinta melihat ibu dan neneknya memasang muka tegang..
“Anu... Semai Rahayu itu apa ya bunda?”
Ibunya akhirnya bercerita bahwa pada jaman dahulu desa sampak dan
tingaran sering berperang memperebutkan lahan bercocok tanam. Ketegangan
diantara kedua desa semakin panas dan parah. Sampai pada suatu saat
kedua desa mengalami gagal panen parah, tidak hanya di tahun tersebut
tapi berlanjut di tahun berikutnya, banyak orang mati kelaparan, keadaan
begitu carut marut, orang tua bisa saja menjual anaknya hanya demi
mendapat beras.
Karena keadaan genting tersebut kedua dukun dari masing-masing desa
mengadakan upacara gaib untuk meminta petunjuk Dewi atina, dewi
kesuburan. Kedua dukun tersebut mendapat pepatah bahwa Dewi atina murka
karena pertikaian kedua desa dan mencabut kesuburan tanah ini. Jika
ingin kesuburan kembali ke tanah ini ada beberapa hal yang bisa
dilakukan penduduk desa sampak dan tingaran. Masing-masing desa harus
menyiapkan seorang gadis kembang desa untuk dijadikan “Kendi” (wadah
melambangkan rahim melambangkan kesuburan / berkah). Para kendi inilah
yang akan jadi perantara berkah dari Dewi Atina. Kendi desa harus dijaga
keperawanannya hingga 17 tahun. Bila salah satu kendi sudah cukup umur
dia harus menurunkan tugas itu pada putrinya, dengan cara ritual suci
persetubuhan dengan dukun dari desa tetangga bernama Semai Rahayu. Bila
kendi menolak atau bayinya laki-laki, maka perantara terputus dan
tempelak akan kembali. Gadis kendi di kedua desa juga sebagai perlambang
persaudaraan bagi kedua desa.
Itulah yang terjadi sekarang, tahun lalu gadis kendi dari desa Sampak
menolak melaksanakannya dengan dukun tingaran, akhirnya upacara semai
rahayu dipaksakan seakan seperti perkosaan, dan entah bagaimana dia
keguguran, itulah sebabnya panen tahun ini gagal, selain itu muncul
sentimen diantara kedua desa dan perdamaian yg sudah ratusan tahun
terpelihara bisa hancur.
“APA? Shinta harus hamil? SHINTA GA MAU!!” shinta shock mengetahui semua itu
“HEH KAMU NGOMONG APA BARUSAN HEH..... MENURUT KAMU APA GUNANYA WARGA
DESA MEMBIAYAI HIDUP KALIAN!!!” bentak gomblo, shinta langsung bergidik
ngeri mendengarnya.
Ya, sebagai ganti tanggung jawabnya hidup para Kendi ditanggung oleh
warga desa. Itu sebabnya mereka tidak melakukan pekerjaan keras seperti
warga lain.
“Maaf ya pak.. shin jangan ngomong gitu itu sudah tanggung jawab kita...” ujar ibu shinta
“Baiklah saya tidak mau dengar yang seperti ini lagi. Anakmu ini
satu-satunya harapan kita, makanya harus lebih awal dari biasanya.”
Gomblo berkata dengan nada kesal
“Iya pak maaf pak....”
“Baiklah, kalau begitu kita lakukan malam ini juga!!”
“Apa? Malam ini juga?” tanya Shinta kaget.
“YA... bu jum dan mbah ninik persiapkan dia baik-baik“
“baik pak”
Gomblo pun bergegas pergi ke sampak untuk mengabarkan dan menyiapkan ritual malam ini.
-------------------
Malam itu setelah setelah mandi kembang, shinta dibawa ke rumah kepala
desa tingaran, disana segala sesuatunya akan dipersiapkan. Didalam
sebuah ruangan yang cukup luas beraroma kembang dan dupa, diterangi 2
lentera tua, disanalah ritual semar rahayu akan dilaksanakan. Sambil
menunggu rombongan dari sampak beberapa persiapan segera dilaksanakan,
Shinta melepas seluruh pakaiannya hingga telanjang bulat, memamerkan
tubuh mudanya, pendek, putih, dada ukuran B, dan wajah innocent yang
dapat ditandingi gadis manapun di tingaran. Ibu kepala desa datang
membawa secangkir jamu untuk diminum shinta. Tak menunggu lama
diminumnya jamu itu oleh shinta. Tidak beberapa lama efek jamu itu mulai
dirasakannya, shinta merasa agak pusing, perutnya terasa hangat,
wajahnya memerah, nafasnya gak terengah-engah, jamu itu memang berfungsi
membangkitkan nafsu seksuil shinta. Tubuh shinta saat ini seakan
memancarkan aura seksual yang kuat, semua pria pasti sange bila
elihatnya sekarang.
Shinta kemudian ditidurkan telentang pasrah di kasur kapuk
ditengah-tengah lantai ruangan. Tubuhnya kemudian ditutupi dengan
selimut tipis, dibalik selimut itu shinta sudah tidak mengenakan apapun.
Ibu dan nenek shinta duduk di kanan-kirinya untuk menungguinya agar
tidak gugup.
Kini mereka tinggal menuggu rombongan dari sampak datang. Nenek shinta menyadari wajah cemas shinta.
“tenang aja shin, nenek sama bunda akan nemanin terus disini. Kamu kan
udah minum jamu jadi tidak akan perlalu sakit kok. Tapi kalau masih ada
sakitnya teriak aja, tidak apa-apa, tidak dilarang kok...” ucap nenek
shinta menenangkan cucunya.
Sekitar 11 malam rombongan sampak datang dan tanpa membuang waktu ritual
segera dimulai. Dari luar ruangan terdengar musik gamelan yg dimainkan
dari radio tua. Dukun Tingaran yang pertama kali masuk dan mengambil
posisi di atas kepala shinta sambil berkali membacakan jampi-jampi
permintaan berkah pada Dewi atina. Kemudian diikuti 4 orang kepala dan
sesepuh kedua desa yang kemudian duduk di 4 sudut ruangan.
Kini giliran Sang dukun dan pendampingnya masuk. Shinta menunggu dengan
berdebar-debar, cemas untuk mengetahui pria macam apa yang harus dia
layani malam ini.
KLEK....
Pintu pun dibuka, shinta kaget dengan apa yang dia lihat, disana berdiri
seorang pria bertopeng menyeramkan yang kelihatannya sudah cukup
berumur. Topengnya tidak full face, hanya menutupi setengah muka dari
jidat sampai hidung, bagian kumis dan janggut lebatnya yang mulai
memutih masih terlihat jelas. Tubuhnya agak gendut dengan kulit yg mulai
menunjukan keriput, tubuhnya hanya ditutupi oleh kain hijau yang
dililitkan di pinggang. Tapi bukan itu kejutan terbesar buat shinta,
saat melihat pendamping dukun, shinta melihat wajah yang sangat dia
kenal, itu fadli.
Fadli yang anak kepala desa Sampak diperintahkan ayahnya untuk menjadi
pendamping dukun untuk ritual malam ini. Perintah itu begitu mendadak
sehingga fadli tidak benar-benar mengerti ritual macam apa yang akan
digelar. Tak pernah terpikirkan dibenaknya kalau malam ini dia
mendapatkan Front sit di pertunjukan yang bisa dibilang sebuah ritual
perkosaan, lebih-lebih gadis itu gadis yang dia cintai. Fadli shock
mematung tidak mempercayai apa yang sedang terjadi tepat di depan
matanya.
“Ehem.... ehem....” dukun membangunkan fadli dari kekagetannya
“iya mbah maaf” fadli segera menarik kain penutup di selangkangan dukun
Kain ditarik dan terpampanglah kontol hitam besar dan berurat dukun
sampak yang sudah ngaceng cukup tegang, shinta bergidik ngeri
membayangkan benda mengerikan itu akan masuk ke tubuhnya. Sambil
berjalan ke arah shinta dukun menari-nari sebagai lambang berkat desi
atina, fadli mengikuti dari belakang.
Ketika sudah dekat dengan kasur shinta, dukun memberikan isyarat pada
Fadli. Dengan tangan gemetar fadli terduduk di kiri bawah ranjang, fadli
tidak tega melakukan kontak mata dengan shinta, kemudian dengan cepat
menarik lepas selimut shinta, tubuh jelita shinta terpampang jelas untuk
dipandangi semua orang di ruangan tersebut. Shinta merasa sangat malu
harus bugil di depan pria yang dia cintai dan berusaha melawan
instingnya untuk menutupi kemaluan dan dadanya dengan tangan. Dukun
semakin bernafsu untuk menyantap tubuh muda shinta, kontolnya tampak
semakin mengeras.
“Shinta, aku mbah darto dari sampak, apa mbah boleh melaksanakan semai
rahayu bersama kamu?” tanya sang dukun dengan sehalus mungkin,
menyembunyikan hasrat binatangnya yang sudah menggebu.
“Boleh mbah” jawab shinta singkat
“Apa kamu bersedia bunting dan mengurus anak gadis mbah?”
Shinta melirik Fadli seakan memintanya untuk melakukan sesuatu. Fadli
yang menyadari hal itu hanya memalingkan muka tak mampu melakukan
apapun. Hati shinta hancur melihatnya. Kemudian ditatapnya lagi sang
dukun. Dari lubang mata topeng shinta menyadari ada tatapan tajam
dibaliknya, mental shinta pun jatuh.
“be... bersedia mbah... hiks...” jawab shinta sedikit menangis, setitik air mata tampak diujung matanya
Mendengar jawaban shinta mbah darto tidak membuang-buang waktu lagi,
kaki shinta dikangkangkan dan mulutnya segera menghajar meki shinta.
Shint mulai belingsatan menerima serangan lidah si mbah, lidahnya makin
dalam masuk mencari selaput dara untuk memastikan keperawanannya.
“Ini dia ketemu, meki juga masih sempit sekali, tidak diragukan lagi keperawanan mu shin...hehehehe.....”
Shinta merapatkan kakinya semakin menjepit kepala dukun dan semakin
menggeliat, kemaluannya terasa peka pada rangsangan dukun karena jamu
yang dia minum tadi.
“UUUhhhh ..... UUUhhhhh OOOOHHHH.....” Shinta orgasme hebat.
Dukun berusaha meminum cairan orgasme shinta.
Setelah puas dukun melanjutakan serangannya dengan meraba-raba setiap
jengkal tubuh shinta. Mulai dari perut lalu naik ke tetek, lalu pundak,
leher, pipi, bibir, sampai rambut panjang halusnya. Tidak ada yang lepas
dari inspeksi sang dukun. Pelan-pelan tubuh besar hitam sang dukun
mulai menindih shinta. Si dukun makin bernafsu menggagahi gadis itu
hingga cairan precum mulai keluar dari kontolnya membasahi perut shinta.
Serangan mulai dipusatkan pada tetek shinta , tetek kanan kirinya diperah habis-habisan.
“UHHH... udah mbah.... uh... sakiiiitt...”
Rintihan itu semakin menambah libido mbah darto. Mulut shinta yang
merintih-rintih segera disumpal dengan mulut dan lidah darto. Shinta
dapat merasakan aroma rokok dan rasa sisa cairan cinta yang tadi
dikeluarkan mekinya. Kontol darto yang sudang ngaceng maksimal
dielus-eluskan ke permukaan meki shinta, nafsu shinta pun ikut naik.
Kini tiba saatnya ke acara puncak, kaki shinta dikangkangkan lebar
lebar, kontol sudah siap didepan sasaran. Pengalaman darto merenggut
perawan para pasien mudanya sangat berperan disini. Dimasukannya batang
perkasa itu centi demi centi, merasakan sensasi kemenangan atas perawan
shinta.
“duh... PERIIIHH.... udah.... mbah..... AKKKHHH...”
Darto merasakan kontolnya menabrak sesuatu yang langsung robek. Habislah
perawan shinta. Beberapa tetes darah tampak di kasur kapuk butut itu.
“AKHH... AKH... SAKIT.... KELUARIN DULU MBAH...memekku perih...”
Ibu shinta memegang tangan putrinya, berusaha menenangkannya.
“tenang shin... nanti hilang kok... cup..cup..”
Setelah diam beberapa saat, si dukun mulai memompa meki gadis malang itu. Makin lama makin kencang
“mmmhhh.... mhhh... akh.. hah...hah... hah...” shinta makin belingsatan menerima serangan keperkasaan darto..
“oh.... oh.... peret banget ini memek, memek bunga desa emang ga ada
duanya.. ooohhhh...” darto membatin, betapa beruntungnya dia terpilih
untuk ritual kali ini.
“Akh...udah dulu mbah.... mau pipis dulu.... akh”
Darto yang sadar shinta akan orgasme malah mempercepat genjotannya,
semakin dalam dan dalam hingga mencapai rahim shinta. Shinta semakin
bingung karena darto seperti tidak mendengar ucapannya
“Ga apa-apa shin, keluarin aja pipisnya disini” ujar bunda shinta
“AKH... HAH... HAH.... AKU PIPIS.... PPPIIIIIPPIIIIISSSSSSS.........” teriak shinta orgasme
Kontol darto terasa makin hangat didalam, ditambah dengan empotan meki
shinta yang makin kencang karena orgasme. Merasakan itu darto semakin
tidak kenal ampun menghajar menyetubuhi gadis itu, tak membiarkannya
istirahat.
Tiba-tiba tubuh shinta dipeluk, diangkat, dan didudukan dipangkuan
darto. Mereka bergati posisi shinta genjot sambil dipangku darto,
tangannya memeluk leher darto dan kakinya membelit tubuh dukun tua itu
erat-erat. Tubuh mungil shinta terjungkal-jungkal, pemandangan yang
begitu erotis.
Dengan posisi seperti itu Dea dapat melihat fadli hanya diam terduduk
diam tidak menatapnya sama sekali. Hati shinta terasa tercabik-cabik.
“ha... ha... akh .... aku pipis lahu uukkkhhh....”
Memek shinta makin licin saja
Darto mengatur kembali ke posisi awal, shinta ditindih dan dipeluk
erat-erat, digenjot sekencang-kencangnya dengan kaki mengankan lebar.
Menurut darto ini posisi paling manjur ketika menghamili para istri
mudanya.
“mmmhh.... ukh .. ukh.... ukh....” shinta hanya mendesah-desah emejamkan
mata pasrak dengan nasibnya, menyerah pada kenikmatan yang sedang dia
rasakan.
“Kapan kamu haid anak manis?” tanya dukun
Shinta membuka mata berusaha menjawab
“Sudah... lebih 2 minggu lalu.... mbah....” jawab shinta kepayahan, dan menutup matanya kembali
“Bagus... artinya kamu siap bunting malam ini...” ucap darto sambil berusaha menembus rahim shinta.
peju darto mulai siap menyembur tepat ke rahim shinta tapi darto berusaha menahan sampai shinta orgasme juga.
“HA....HA..... OOOOOOHHHH.......” Shinta melolong merasakan orgasme yang
lebih kuat dari sebelumnya, didalam sana ovariumnya juga bereaksi
melepas telur subur untuk darto buahi.
Merasakan memek shinta menyempit dan menyiramkantolnya dengan cairan hangat, benteng darto akhirnya jebol juga.
“Oh mbah atina.... bantu hamba buntingin bocah ini.....
OOOHHHHHH.......” kontol darto menghujam ke rahim shinta dan melepaskan
muatan didalam sana.
Tubuh Darto ambruk diatas shinta. Kontolnya mulai melemas di dawah sana.
Saat shinta mulai berfikir kalau ritual sudah selesai, tiba-tiba darto
memberi aba-aba ke fadli. Dengan tergopoh-gopoh fadli segera menuangkan
jamu ke cangkir yang kemudian diminum mbah darto. Shinta kaget mersakan
kontol darto mulai mengeras kembali. Tidak ada batasan ronde dalam semai
rahayu, sang dukun bebas bebas mengentot sang kendi sampai dia merasa
yakin berhasil menghamili si kendi, shinta sadar malam ini masih
panjang!
Setelah itu shinta terus digarap dengan berbagai posisi, namun pasti
semuanya berakhir dengan darto melepaskan pejunya di rahim shinta. Tidak
boleh ada sedikitpun yang disia-siakan.
Jam telah menunjukan 5.30 pagi, Darto memeriksa meki shinta, dia merasa
jumlah peju di dalam sana lebih dari cukup untuk memastikan kehamilan
shinta. Kemudian meki shinta segera ditutupi kain penutup yang melilit
selangkangannya untuk mencegah peju keluar. Shinta hanya tertelentang
pasrah di kasur mulai tertidur dengan sensasi hangat di perutnya karena
perbuatan darto. Ritual ditutup dengan dukun sampak, dukun tingaran, Ibu
dan nenek shinta bersama-sama mengelus=elus perut shinta sambil
membacakan mantra mengharapkan dewi atina menurunkan berkahnya ke tanah
ini melalui jabang bayi shinta.
Tanpa diperhatikan Fadli keluar dari ruangan terkutuk itu, dia sudah
tahan lagi berlama-lama disana. Perasaan marah dan dendam mulai
berkecamuk dalam dirinya.
No comments:
Post a Comment