Kalo robek aku nggak perawan lagi oohh
.sakiiit tusukan itu menjawab
protes Tasya. Pak Wid ingin ganti posisi. Tapi tidak berani menyuruh
Tasya nungging .takut macem-macem, kuwatir Tasya protes. Yang penting
sekarang hasratnya terpenuhi dulu. Tanpa bilang-bilang penisnya dicopot
begitu saja lalu berdiri di samping tempat tidur. Tasya yang baru larut
dalam kenikmatan tentu saja kaget dan kecewa. Tapi tetap saja jaim dia.
Sudah selesai, Pak. Yang diucapkan, tetapi dalam hati berkata, Kok sudah Pak?
Sudah, aja, nanti kamu nggak perawan lagi. Wis, ya? Pak Wid menggoda.
Aaaa
.Pak Wiiid nakaal, ya pelan-pelan to Pak. Asal jangan
dalam-dalam. Tasya ketagihan. Laki-laki tua itu bersorak dalam hati
penuh kemenangan. Hu
. Akhirnya minta juga!
Ayo balik badanmu. Sinikan pantatmu! Naah
.. gitu. Masih utuh . Masih
perawan. Kok. Jangan kawatir. Pak Wid menjilat semua bekas darah di
sekitar selangkangan Tasya. Nah, bersih. Diarahkannya lagi tongkat
kenikmatannya ke lubang di tengah pantat putih itu. Enam tahun sudah,
perjuangan tak kenal lelah. Akhirnya
.ah
pantat indah ini disodorkan di
depanku, Tasya aaa
. Aku masuk lagi.
Kini terasa lubang itu semakin licin tetapi tetap sereeeet dan kenceng.
Setiap batangnya mau ditarik keluar, bibir-bibir sexy anak cantik ini
mengatup rapat dan menahan seakan mengucapkan jangan keluar dong-yang
sehingga terasa diurut-urut urat-urat batang kemaluan Pak Wid.
Eeeennaaaak tenan.
Pak Wid menyadari murid kesayangannya sudah sepenuhnya terikat dalam
jerat kenikmatan yang memabukkan. Bagaikan daya hipnotis, buaian nafsu
itu membuat Tasya lupa dan hilang kesadaran. Merasa jalan sudah
lancar, Pak Wid mempercepat sodokannya. Diraihnya bukit kembar yang
terayun-ayun di bawah sana. Diremas-remas dengan lembut dan penuh
perasaan. Tasya tidak bisa jaga image lagi. Jebollah pertahanannya.
Lepaslah kini erangan dan rintihan yang sudah lama ditahannya.
Ahhhhh
.. ssssss
.uuuh
.terusss
aahhh
.
Enak
.. sayaaaaaaang?
Enaaaak
sekali
.
Tasya aaa
. Aku sayaaaang kamu
..cah ayu Ini saatnya untuk mengatakan, yang terpendam selama ribuan hari dan jam di hatinya.
Aku juga sayang Pak Wid. Ooooh
.. dalam ketidak sadaran akibat candu
sex mulut mungil itu bicara. Pak Wid sudah puas mendengar jawaban itu.
Dia tidak perlu memiliki Tasya. Kasihan, dia kan masih sangat muda, Baru
18 tahun. Sekarang dirinya sudah 46 tahun. Terlalu jauh beda usianya.
Yang penting sudah diperolehnya saat-saat berharga yaitu keperawanan
gadis yang lama diidam-idamkan dan dicintainya. Tusukan demi tusukan
menghantarkan Tasya ke ujung perjalanan kenikmatannya. Tanpa disadarinya
dia menghentak-hentak maju mundur dengan cepat. Mulutnya terbuka. Kedua
payudaranya t erayun-ayun mengikuti gerakan tubuhnya. Nafasnya mmburu.
Bintik-bintik keringat memenuhi wajahnya sekitar mulut dan dahi. Jadi
semakin cantiiiiik. Aaaaaaaahhhhh
.huuuuuuuuu hffff
sambil
merapatkan pantatnya erat-erat ke belakang. Pak Wid lalu mencabut
penisnya yang berkedut-kedut di bawanya ke depan, ke mulut Tasya yang
menganga. Croootz
.croooot Tasya malah tersenyum bahagia. Mengulum
penis yang masih licin itu dan menjilatnya bersih.
Pak Wid memeluk erat muridnya. Bibir mungil itu dikecupnya. Tasya
membalas penuh gelora nafsu membara. Suatu perpaduan yang sangat
kontras. Cewek secantik dan semuda itu dipeluk dan dicium lelaki tua
yang sudah pantas jadi kakeknya. Kulit si gadis putih, kulit lelaki tua
itu hitam dan sudah berkeriput. Lama sekali mereka berdekapan. Sampai
hape Tasya mengingatkan untuk segera pulang. Pak Wid tidak jadi memberi
300 ribu. Tetapi 5 lembar ratusan. Dia iklas karena merasa sangat puas.
Kapan lagi Tasya telepon? Pasti
.. suatu saat akan didengarnya suara merdu Tasya di hapenya, Pak ada job nggak?
No comments:
Post a Comment