Tuesday 29 May 2018

Kakek Ku Kekasih

Aku pulang ke kosan dengan perasaan letih setelah seharian mengikuti kegiatan di organisasi lingkungan yg cukup menguras tenaga, namun begitu kegiatan ini sedikit banyak membantuku di jurusan Geologi, jadi aku cukup menikmatinya. Didalam kamar aku langsung merebahkan tubuhku diatas kasur, kuraih lembaran kertas coretan-coretan art work yg belum selesai, rasa kantukku membuat lembaran itu akhirnya kembali ketempat semua, aku menguap menahan rasa kantuk bercampur lelah yg tak terbendung.

Hoam….Tiba-tiba aku terjaga setelah setengah jam lebih tertidur, dalam mimpi singkat itu aku bertemu dgn seorang pria tua yg sudah kuanggap sebagai kakekku sendiri, mimpi itu seakan membongkar ingatanku kembali ke beberapa tahun lalu yg kucoba untuk menguburnya.

3 Tahun Lalu

Perkenalkan namaku Tiara Dewi, biasa di panggil Tara, aku adalah anak perempuan satu-satunya dalam keluarga dan paling bungsu, yg membuatku dapat banyak perhatian dari keluargaku, Di sebelah rumahku tinggal keluarga Pak Martono bersama anaknya yg belum menikah, mas Rizal dan mbak Ana, sedangkan yg lain sudah berkeluarga dan hidup mandiri.

Sejak kecil aku sudah akrab dengan keluarga ini, aku sering bermain atau ngumpet dirumah Pak Martono yg biasa kupanggil Kakek, apalagi jika sedang berantem dgn saudaraku yg lain, singkatnya sudah seperti rumah sendiri. Menjelang kelulusan SMU aku masih menyempatkan diri main-main kerumah kakek.

Sehari setelah ujian akhir nasional aku datang kerumah kakek mencoba melepaskan beban yg ada, seperti biasa aku melakukan berbagai hal usil seperti menggoda mas Rizal yg masih jomblo di usia 28 tahun hehe. Namun mereka seakan memaklumi tingkah laku ku ini.

Sore itu kulihat Kakek sedang menonton meonton pertandingan bulutangkis di TV, salah satu hobinya yg sering ia mainkan bersama mas Rizal dan aku, tak heran ia tetap terlihat bugar di usia hampir 60 tahun, sementara itu mas Rizal sedang bersiap-siap keluar rumah dengan motor maticnya yg sudah di cat aneka warna.

“Pa..Ijal mau keluar dulu ya..” kata mas Rizal setengah berteriak.

Kakek hanya menoleh dari tempat duduknya tanpa berkata apapun, namun kemudian tiba-tiba ia tersenyum melihatku.

“Wah ada Tara..gimana ujiannya lancar” katanya sambil merangkulku seperti biasa.

“Lancar dong kek..doain Tara ya kek biar lulus” kataku sambil merebahkan kepala di pundaknya.

“Iya..”, iya pasti kakek doain, balasnya dgn suara khasnya yg agak serak.

“Mbak Ana kemana kek” tanyaku sambil merebahkan kepalaku di pangkuannya.

“Oh mbak Ana sudah pergi jenguk tante Lia” tadi siang.

Aku lalu terdiam, aku pun akhirnya ikut menonton pertandingan bulu tangkis dengan posisi miring yg membuatku agak pusing, aku akhirnya kembali terlentang diatas pangkuan kakek menatap langit diluar yg mendung, jari jemari kakek bermain di kepalaku, membelai rambutku sampai aku tertidur, ini bukan kali pertama aku terlelap di pangkuan kakek, sebuah kebiasaan masa kecil yg terus terjadi, bahkan kakek pernah menasehatiku kalau aku tak boleh terus seperti ini, namun ia tetap tak bisa menolaknya.

Hujan yg deras akhirnya membangunkanku dari tidur, sebelum beranjak dari tidur aku sempat merasakan ada hal aneh di pangkuannya, namun kucoba mengabaikannya. Kakek beranjak dari sofa sambil merapikan sarungnya dan menutup pintu serta jendela agar pecikan hujan tak merembes kedalam. Saat kembali kakek berusaha membetulkan kain sarungnya dan membuatku menangkap tonjolan yg kupikir hanyalah gumpalan kain, saat duduk kakek kembali membetulkan sarungnya, raut wajahnya tampak sedikit berbeda.

Karena penasaran aku kembali merebahkan diri dipangkuannya, meski sempat menolak namun ia tetap membiarkanku.

“Aduh.. Tara tidur aja nih kerjanya” kata kakek dgn nada bercanda.

“Gimana sih kek Tara kan mau lulus, ntar kalau udah kuliah gak bisa lagi” kataku manja.

Aku benar-benar tak menyadari apa yg terjadi pada kakek hingga saat aku di posisi miring baru kusadari kakek ereksi.. whatttt? tapi ah sudahlah aku berusaha mengabaikannya hingga kakek meraih bantal sofa menaruhnya dibawah kepalaku. Kami pun melanjutkan obrolan, bisa kulihat raut wajah kakek yg mulai berubah, namun ia berusaha tetap tenang sambil mengelus rambut dan pipiku.

“Tara…sayang udah ya tidurnya, kakek pegel nih” kata kakek berusaha membujukku.

Aku pun bangkit dengan wajah cemberut.

“Ah kakek pelit nih sebentar aja pun” kataku sambil menatapnya.

Ia lalu merangkulku lebih dekat lalu mencium pipi dan keningku, aku diam saja membiarkannya.

“Pegelnya dimana kek” kataku penasaran sambil memijit pahanya, kakek hanya diam membiarkanku.

“Udah hilang pegelnya kek?” tanyaku sambil menatapnya penasaran.

“Belum Tara..” katanya menatapku dalam.

“Jadi dimana dong?” tanya ku penasaran.

Kakek tak menjawab namun kembali merangkulku lebih dekat, di ciumnya keningku, namun aku merasakan ada yg lain dari perlakuannya itu, seakan ada sesuatu yg tak bisa ia lakukan.

“Kamu gak pulang Tara, nanti di cariin sama mama loh” kata kakek mencoba mencairkan suasana.

“Bentar lagi lah kek, mau temenin kakek dulu” kataku sambil menatap wajahnya.

Aku masih saja memeluk tubuhnya manja, kakek hanya tersenyum sambil menatapku, tangannya mencubit daguku dengan gemasnya, wajahku hanya berjarak beberapa centi saja dgnnya, kakek menggesekkan hidungnya yg mancung dihidungku, jantungku tiba-tiba berdetak awalnya aku sempat mengira kakek akan menciumku bibirku namun dugaanku salah, ia malah kembali mencium pipiku.

Keesokan harinya aku kembali main kerumah kakek, pikiranku masih penuh tanda tanya, hari itu dirumah hanya ada aku dan mbak ana, sedangkan kakek pergi bersama mas rizal katanya ada urusan penting. Dari pada bosan aku membantu aktifitas mbak ana membereskan rumah. Mbak ana termasuk orang yg asik meski agak cerewet, ia dan mas rizal kadang sering tidak akur meski kemudian baikan lagi.

Sore nya aku pulang kerumah meminta izin untuk menginap dirumah kakek, seperti biasa orang tuaku tak begitu merisaukanku. Namun tengah malam mbak ana mendapat telpon jika salah satu kerabatnya masuk rumah sakit, mbak ana pun pergi kerumah sakit dengan mas rizal, tak lama keumudian masuk sms ke hpku sms katanya ia akan pulang agak telat, tinggallah aku dan kakek yg sedang tidur dikamarnya.

Entah kenapa kejadian tempo hari kembali terlintas dalam benakku, aku jadi membayangkan kakek yg tidur dikamar belakang, cuaca yg panas membuatku gerah dan keluar kamar, jam dinding sudah menunjukkan pukul 00.30. Setelah buang air kecil kubuka kulkas dan minum air dingin, kulihat lampu kamar kakek masih menyala, apa kakek belum tidur jam segini, pikirku.

Krek..tiba-tiba pintu kamar terbuka, kakek keluar dgn mengenakan kain sarung dan singlet tipis yg sering ia pakai. Belum tidur tara? tanya kakek dengan suara beratnya yg khas, belum kek tadi tara haus, balasku tanpa beranjak. Ia lalu kekamar mandi untuk buang air, aku masih menikmati segelas air dingin yg tinggal setengah, tak berapa lama kakek keluar dari kamar mandi. Tadi mbak ana sama mas rizal kemana tara? oh itu kek tara hampir lupa mbak ana kerumah sakit jenguk sodara, mbak ana buru2 tadi.

Kakek akhirnya duduk di kursi meja makan, kami saling pun mengobrol tentang kerabatnya yg sakit keras, sesekali kakek memijit bahunya yg katanya pegal, bahunya pegal ya kek? Tanyaku. Kakek hanya mengangguk, setelah menghabiskan minumanku aku beranjak kearah kakek dan memijit pundaknya. Ehm..enak tara mijitnya, kata kakek sambil memejamkan mata, tak berapa lama kedua tanganku ditariknya hingga wajah kami semakin dekat lalu ia mencium pipi.

Tiba-tiba kakek berdiri mengadapku dan menarikku kepelukannya, aku mulai merasa ada yg aneh hingga ia mencium bibirku, uhwmm.. aku yg kaget sempat menolak namun karena tubuhku yg sudah terlanjur didekap akhirnya aku pasrah bibirku di ciumnya, aku seakan baru sadar jika selama ini kakek punya nafsunya padaku, sikapnya terhadapku selama ini menjadi masuk akal.

Uhmm,,kek.. desahku, ketika kakek mulai menggerayangi sekitar leher, ditengah dekapannya yg kuat aku semakin takut, meskipun ia sedikit memaksa namun sikap kebapakannya membuatku nyaman, tak sampai disitu kakek menarikku kekamarnya yg tak jauh dari ruang makan, rasa takut kembali muncul namun anehnya aku seakan mengikuti saja.

Dibawah cahaya lampu tidur ia kembali mencumbuiku penuh nasfu, perlahan-lahan mulai terbawa gerakannya hingga kami berciuman, aku seakan kehilangan akal sehatku dibuatnya. Tangannya pun terus bergerilya di tubuhku, tanpa sadar kancing piyamaku sudah terbuka seluruhnya, tak butuh waktu lama bajuku dilepas hingga tersisa celana panjang dan bra hitam yg masih menempel.

Kakek langsung merebahkan ku diranjang, sebuah kecupan kembali mendarat di keningku turun keleher hingga dadaku, dekat jantungku makin tak tak beraturan dibuatnya, setelah bra yg kukenakan dilepas ia langsung menyambar duda payudaraku yg tak masih ranum, aku tak menyangka ia begitu lihai dalam memperlakukan wanita, lidahnya bermain bergantian dikedua payudaraku, kadang dihisapnya puttingku dgn lembut, membuatku sshhhh ahh..pertahanku terus berkurang seakan tak lagi kuat membendung nafsu pria tua ini.

Turun kepusar ia menciumi perut membuatku geli, oh tidak.. kakek menarik celanaku rasa takutku semakin menjadi saat aku benar-benar telanjang bulat, dalam kondisi itu aku hanya bisa menutup payudara dan dan vaginaku dgn tanganku.

Setelah membenarkan posisi tidurku keatas, kakek kembali ke selangkanganku di renggangkannya kedua pahaku tanganku di pindahkan dan…ahhhh vaginaku langsung dijilatnya, aku seakan melayang menerima perlakuan itu, pertahananku kali ini benar-benar telah hilang, kedua tanganku hanya bisa berpegangan di pundaknya sambil sesekali mendesah, aku benar-benar pasrah dgn apa yg ia lakukan, hingga tak lama kemudian kurasa sesuatu seakan segera keluar dari tubuhku, tiba-tiba kakek menghentikan permainannya. 
Tiba-tiba muncul rasa kesal dalam pikiranku, mengapa ia berhenti..ahhh ada sesuatu yg belum tuntas bercampur dengan rasa bersalah yg tiba-tiba muncul, aku bingung. Meski tanpa penerang aku masih bisa melihat tubuh kakek karena ada cahaya diruang dapur, ia tampak melepas pakaian satu persatu dan mendekati ranjang, seorang pria tua berdiri didekatku tanpa busana, samar-samar terlihat burungnya berdiri tegak diselangkangannya, aku semakin yakin saat kakek memegang burungnya, sementara tangan kirinya mengelus pahaku membuatku berdesir.

Kurapatkan kedua pahaku saat kakek naik keranjang, aku semakin risau dibuatnya apalagi saat kedua tangannya menyentuh pahaku. Kedua kakiku direnggangkan, namun aku masih berusaha menutup kewanitaanku dengan kedua tangan, di posisi yg sudah tanggung itu kakek berusaha mengarahkan burungnya namun terhalang kedua tanganku, bisa kurasakan ujungnya mengenai jariku, perlahan-lahan tanganku dipindahkan.. kek tara takut kataku tiba-tiba, aku ingin menjerit namun suara tertahan.

Aku kembali mendekati wajahku dengan setengah menindih, sambil menciumi leherku ia membisikkan sesuatu dan mulai mencumbuiku seperti sebelumnya, dari leher, dada hingga kewanitaanku tak luput dari permainan lidahnya, sementara itu aku hanya bisa mendesah dan makin larut dalam kenikmatan, mataku kadang terpejam, tanganku mencoba meraih apapun yg bisa kegenggam termasuk kakek, tenagaku seakan terkuras oleh perbuatan kakek.

Melihat kondisiku yg sudah hilang kesadaran kakek tak mau membuang kesempatan, ia menghentikan permainannya diselangkanganku dan bangkit, dengan sigap pahaku dilebarkan, bisa kurasakan sesuatu dibibir kewanitaanku memaksa masuk, dan ehhmmshhh aku menggigit bibir bawah dan meremas kasur..perlahan kurasakan rongga vaginaku terasa penuh bersamaan dengan rasa ngilu yg sulit untuk kulukiskan, hingga paha kami pun beradu disitu aku menyadari burung kakek telah masuk semuanya.

Beberapa saat kakek diam saja membiarkan penisnya tenggelam didalam vaginaku, begitu juga denganku tak ada lagi desahan-desahan dari mulutku seperti sebelumnya, rasa bersalah mulai muncul dalam pikiranku, aku sudah sampai sejauh ini. Sementara kakek seakan tengah menikmati hasil perjuangan menancapkan batangnya di vagina remaja yg sudah menganggapnya sebagai kakek sendiri.

Tiba-tiba kakek menarik tubuhnya kebelakang hingga batangnya seakan tertarik keluar vaginaku seakan tersedot, namun belum berapa lama ia kembali mendorong batangnya kedalam, ia melakukannya begitu pelan dan berulang-ulang, lama-lama ia mulai cepat dan ahh.. ahhhssshh tanpa sadar aku mendesah, disini bulir-bulir kenikmatan mulai terasa, tak hanya itu kakek pun mulai menindihku, sesekali ia mencumbui leherku sambil terus memainkan batang dikewanitaanku,, ahhh..kek, desahku, enak tara? Tanya kakek sambil terus memompa tubuhku. Ahhh desahku..tak menjawab, kakek udah lama gak begini tara, bisik kakek ditelingaku, ia lalu mencium bibirku, kami berciuman mesra, aku seakan lupa berapa usia pria yg sedang menyetubuhiku.

Seiring dengan kenikmatan yg semakin menjalar tanpa sadar tanganku sudah melingkar dipunggung kakek dan mencengkeram bahunya, namun ia tak peduli dan terus memompa tubuhku dgn penuh semangat ia seakan lupa dgn usianya. Begitu pula dengan diriku yg sudah berada dipuncak nafsuku, kek..teruss tara udah gak kuat, bisikku. Mendengar itu kakek mulai menekan batangnya lebih dalam terkadang ia menghentakkan, tanganku mencengkeram lengan kakek dan ehhhsssshhh..

Kakek kembali diam tak bergerak membiarkanku melawati sisa kenikmatan yg baru saja kuraih, namun aku masih bisa merasakan batangnya masih mengeras diliang kewanitaanku, aku tak menyangka kakek begitu kuat diusianya itu. Diraihnya kedua tanganku dan digenggam, bisa kurasakan kulit tangannya yg kering dan keriput mencengkeram telapak tanganku, kedua tanganku direnggangkan diatas kasur, lalu bibirku pun dilumatnya posisi seperti ini mengingatkanku pada film-film romantic yg sempat kutonton, aku tak menyangka kakek benar-benar paham hal seperti ini, tanpa sadar bibirku mulai mengikuti gerakan bibirnya hingga kami kembali berpagutan.

Sementara penisnya kembali bergerak dirongga vaginaku, dengan tangannya direntangkan seperti ini aku merasa seperti di film-film itu, aku seakan dipaksa berhubungan sex yg kemudian malah kunikmati. Nafsu yg kembali berdesir nafas kakek yg semakin tak beraturan membuatku seakan lupa jika kedua kakiku sudah melingkar di pinggulnya, ahh..kek, tara mau.. lagi..kataku, kali ini kakek tak bergeming, meski gerakannya semakin cepat..sementara itu aku benar-benar sudah dipuncak orgasmeku yg kedua.

Tiba-tiba kakek bangkit dari menindihku, namun ia tak melepas batangnya dan kembali memompa tubuhku dengan posisi berdiri dengan lutut, gerakannya yg cepat membuat tubuhku bergoyang, namun kakek segera menahan pahaku dgn tangannya agar tak bergoyang, ahh..ahh.. ahh kakek mendesah dengan suara seraknya, hmmsh..aku merasakan nafsuku kembali menjalar, kucoba mencengkeram pinggiran kasur saat kakek semakin cepat menggenjot kewanitaanku..ahh kek..desahku, namun tak seperti sebelumnya kakek seakan tak peduli dan terus memompa, dan tubuhku mengejang dan ahhhh aku pun orgasme, sementara kakek yg masih sempat menggenjot kewanitaanku mencabut batangnya cepat-cepat, tangan kirinya mencengkeram pahaku,,ohhh..terdengar erangan dari mulutnya bersamaan dengan cairan hangat dan kental menyemprot di perut dan dadaku.

Setelah menuntaskan hajatnya kakek tak langsung pergi ia sempat mengelus pahaku, sementara aku benar-benar bingung dengan tubuh yg belepotan sperma terlentang pasrah diruangan dgn cahaya remang, kakek bangkit setelah mengenakan pakaian seadanya ia menyalakan lampu kamar, lalu membersihkan cairan miliknya dari tubuhku, cahaya lampu membuatku merasa malu dihadapan kakek, ingin kututupi namun tak ada guna ia sudah menjamah semuanya.

Meski sudah dilap aku masih merasa lengket disana disini, kakek memungut pakaianku yg berceceran dilantai, setelah berpakaian aku pamit, sebelum keluar kamar kakek masih sempat memelukku dari belakang ia juga mencium keningku, tanpa berucap satu katapun, aku keluar dari kamar kakek dengan pikiran campur aduk, tak lama kemudian suara motor terdengar dari luar, aku sengaja tak keluar cepat-cepat membiarkan mbak ana memanggil terlebih dahulu.

Beberapa hari kemudian aku kembali kekota, menjalani hari-hariku sebagai mahasiswa baru, masih jelas dibenakku bagaimana kakek memperlakukan ku didalam ruangan gelap itu, dikampus aku langsung menjadi pusat perhatian, aku tak menyianyiakannya dan mulai aktif di organisasi kampus, banyak yg mulai menaruh perhatian padaku namun entah kenapa setiap kali aku teringat kakek, mereka seakan menarik bagiku.

Meski begitu ada satu orang teman kampus yg cukup dekat denganku, karena bagiku ia sama sekali tak menaruh perasaan apapun padaku, itu pula yg membuatku membiarkannya masuk kedalam hidupku, namun lagi-lagi aku begitu takut jika nantinya ia tahu rahasia tergelap dalam kehidupanku.

No comments:

Post a Comment