Tuesday 29 May 2018

Ningsih Si Gadis Desa

Cerita bermula ketika aku (Gandi) berprofesi sebagai mantri desa. Aku ditugaskan oleh pemerintah untuk mengisi kekosongan hanya untuk waktu beberapa bulan saja, walhasil aku pergi ke desa tersebut dan menetap disebuah rumah yang ditunjukkan oleh kepala desa setempat.

Aku adalah pria lajang dengan umur 25 tahun, walaupun sudah matang tapi aku masih doyan berkelana gan.

Nah setelah sampai dirumahnya yang ditunjukkan kepala desa itu ternyata aku tinggal sementara waktu di rumah seorang nenek tua (Nek Sari) yang dimana dia tinggal bersama kedua cucunya Ningsih dan Jaka. Kedua orangtuanya bercerai sedangkan kan ayah mereka (anak si nenek) bekerja di kota yang kebetulan satu kota dimana tempat asal aku tinggal.

Ningsih ABG matang berusia 18 tahun, walaupun usia nya matang tapi pola hidup didesain beda dengan di kota, dengan kata lain Ningsih walaupun sudah dewasa tp mamasih seperti anak-anak. Mungkin faktor cara pergaulan yang bisa dikatakan tak ada pergaulan sama sekali.
Bagai mana mau bermain, desa ini termasuk desa terpencil gan.
Tubuh Ningsih langsing dan imut, sedangkan wajahnya ga tau kenapa setiap memandangnya timbul rasa keteduhan gan. Maksudnya wajahnya itu enak banget di pandang. Kesederhanaan dan aura kecantikan nya komplit banget. Kaya paket mantap di KF* .
Sayangnya dia hanya mencicipi sekolah sampai SMP saja akibat faktor ekonomi yang kelasnya.

Perkenalannya kayanya cukup.

Lanjut kecerita, ga kerasa gw dah 1 bulan tinggal disini, keakrabanku dan semua seisi rumah berjalan dengan baik. Dan aku pun banyak sedikitnya tahu seperti apa kebiasaan dirumahnya ini.
Nah kebiasaan dirumahnya ini lah yang membuat nafsu ku terbakar bro..
Misalnya kebiasaan Ningsih yang berganti pakaian dikamar tanpa menutup kamar dengan baik dan benar, maklum setiap kamar hanya ditutup dengan kain saja belum lagi kamar mandi yang terdapat banyak lubang dimana-mana.
Pokoknya tinggal disini tuh betah banget, banyak bonusnya sih. Haha...
Ga bisa dipungkiri dengan tinggal nya gw disini membuat keadaan ekonomi mereka terbantu. Akibat gw sering kasih duit ke nenek untuk masak dan biaya kost gw selama dsini.
Ningsih jg sering gw kasih duit buat nyuciin baju gw. Maklum dsini g dan loundry kaya di kota.
Pernah ada kejadian waktu gw lagi ganti baju tiba-tiba Ningsih masuk ke kamar dan...
"Om..baju kotornya dimana? Biar dicuci, Ningsih mau ngerendem pakaian biar sekalian om."
Katanya mengejutkan gw, dan anehnya sepertinya dia tak canggung walaupun keadaan gw saat itu setengah telanjang, hanya paket Daleman doank brow.
Dsini timbul keisengan gw,..
"Ini..!!" Kata gw sambil membalikkan badan kearah dia dan memberikan beberapa baju kotor gw.
Kulihat dia senyum-senyum kecil entah malu atau senang.
Dan ketika dia mau pergi membawa pakaian kotor gw, gw bilang..
"Ningsih,..!"
"Ya..om?!" Jawabnya bingung.
"Masih ada yang kotor nih.. tunggu..!!"
Kata gw sambil membuka CD yang gw kenakan.
Saat itu kulihat matanya langsung tertunduk dan tersenyum. Beberapa kali kulihat lirikannya mengarah ke Titit gw yang bergelantungan bebas.
Pernah lagi ada momen dimana saat dia mandi dan adiknya Jaka yang 2 tahun dibawahnya kebelet pipis, dengan santainya dia membuka pintu dan membiarkan adiknya kencing didepannya sementara dia cuek dengan keadaan nya uang telanjang. Gw sih ga liat tubuh telanjangnya, soalnya gw ada d ruang sebelah. Tp gw yakin pastilah yang nanya mandi yah telanjang. Nah kejadian itu ga sekali tapi sering terjadi. Suatu waktu gw mau ikut nyoba kejadian kaya yang Jaka praktekan.
"Ningsih...!!" Kata gw sambil mengetuk pintu kamar mandi.
"Yah..om..!!" Sahutnya dari dalam.
"Om kebelet nih..!!" Jawab gw sambil sedikit berdebar menunggu adegan berikutnya.
"Oh iya om..!!" Jawabnya langsung membuka pintu dan..
Alangkah terkejutnya gw, sama halnya seperti Jaka. Gw disuruh masuk sedangkan Ningsih walaupun sedikit malu tapi berusaha sedikit cuek dengan keadaannya yang telanjang itu. Mataku terpaku melihat keindahan alam tubuhnya yang mulus dengan toket kecil dan memek hampir tak berbulu.
"Kok bisa dia sesaintai itu, memperlihatkan tubuhnya kepada orang asing!!" Tanyaku dalam hati.
Belakangan baru kutahu kalau di desa ada sungai dimana mereka biasa mandi bersama antara pria dan wanita anak-anak hingga orang tua.
Mungkin itulah sebabnya kenapa Ningsih tidak canggung terhadap laki-laki, atau miskin dia memang polos tak mengerti nafsu.
"Kalau saja terjadi di kota pasti dah jadi sasaran empuk para kontol liar nih."
Kejadian kebelet pipis pun sering kulakukan dan berbuahkan hasil.
Tak terasa 1 bulan lagi aku akan meninggalkan desa ini sementara Ningsih dan aku semakin hari semakin dekat.
Kita sering jalan bersama, sesekali aku membawanya ke tempat keramaian seperti pasar.
Pernah aku membawa Ningsih ke pasar malam yang sedang diadakan didesain itu.
Kami berangkat dari sore hingga malam.
Disinilah kejadian asik dan usilku terjadi lagi.
Jajak dia naik kora-kora mini.
Diatasnya dia berteriak dan sambil merangkul tanganku karena ketakutan. Jelas saja toket indahnya itu bersandar di lenganku. Sengaja kutekam tanganku mencoba memberikan sinyal. Tapi Ningsih tak mengerti, miskin karena suasana d kora-kora membuat fokusnya berbeda.
Dan kuajak dia kembali memasuki rumah hantu, didalam dia teriak-teriak terkejut karena ada momen dimana hantu(nyamar) mengejutkan para pengunjung yang masuk. Kumandangkan momen ini untuk menjamah beberapa bagian intim tubuhnya seperti toket yang ku pegang dengan tak sengaja dimana ketika hantu mendekat (mengagetkan dan kuhalau dengan tanganku, sementara telapak tangan menghadap kebelakang tepat bersandar d toketnya. Dan masih banyak kesempatan lainnya. Tapi tetap dia tak menggubris perilaku cabulku.
Timbul tanya di benakku apakah dia memang memperbolehkan aku memegang anggota tubuhnya, atau memang dia tak mengerti atau memang dia hanyut terbawa suasana wahana yang kami mainkan.
Kesimpulan belom terjawab. Aku masih terus mencari ide agar pertanyaan ku terjawab. Mengingat waktuku di desa ini semakin menipis.
Kubawa lah dia ke komedi putar.
Di sana kami duduk berdampingan, kulihat kegembiraan dan ketenangan terpancar dari wajahnya. Sesekali dia memandangku dan berkata .
"Makasih yah om dah bawa Ningsih jalan-jalan"

"Iya Ningsih, nanti kalau kamu ke kota om bakal bawa ketempat yang lebih asik lagi." Kataku sambil merangkul pundaknya.

Ketika komedi putar mulai berjalan dan memposisikan kami berada tepat di atas membuat dia sedikit ketakutan dan kutenangkan dengan meremas sedikit bahunya agar dia relaks.
Perlahan kuturunkan tanganku kearah toket ranumnya. Dan kini telapak tanganku berada di bagian atas gunung mungil itu.
Ku elusls dengan lembut dan kulihat wajahnya yang sedang senang menghadap kearah bawah melihat kerumunan orang-orang yang ada dibawah kami.
Tak tahan dengan sikap polosnya, langsung saja tanganku kudapatkan tepat di tengah-tengah susu nya. Kulihat dia sedikit terkejut dan langsung kualihkan agar dia tenang.
"Ningsih kamu cantik"
Yang tadinya dia kaget dengan tanganku, kini dia menjadi tersipu malu dengan rayuanku.
''kami sudah punya pacar blom?" Tanyaku.
Dia hanya menjawab dengan gelengan kepala sambil tersenyum dan tertunduk.
Sementara tangan liarku yang tadinya hanya diam kini memijat dengan sangat lembut dan perlahan, karena kutahu terjadi penolakan darinya.

Tapi mukin hoki baik sedang berpihak ke gw. Semakin intens gw pegang toketnya, sangat gw nikmati. Terasa cup bra kecilnya yang tak begitu keras dan tipis. Terasa juga guratan renda atau motif bra nya walaupun kaos menjadi penghalangnya.
Ku tatap matanya yang sesekali waktu kami saling beradu pandang, dan dengan cepat dia palingan wajahnya sambil melempar senyum malu dan pasrah.

SUPER SCENE

Melihat kode-kode tanpa penolakan kubulatkan tekat untuk memasukinya tanganku lewat celah lobang leher kaosnya.
"Om mau ngapain??" Tanya nya menghentikan langkah tanganku sejenak.
Aku tidak menjawab..
Malah aku kembali bertanya.
"Gapapa kan kalo om sayang kamu?!" Skak mat.. dia diam dan tersenyum kembali. Dia mengangguk!! Entah tanda aku boleh sayang dia atau aku boleh melanjutkan aktifitas ku meraih puncak gunung kembarnya. Tapi kuanggap anggukan itu memperbolehkan keduanya.
Ku lanjutkan tanganku menyusup kedalam kaos yang dipakainya.
Kali ini kurasakan setiap Mili tanganku bergerak. Kulit tanganku yang langsung bersentuhan kekulit tubuh Ningsih menimbulkan sensasi setrum yang indah buatku. Dan ku yakin Ningsih juga pasti merasakan sengatan-sengatan kecil yang kualirkan ditubuhnya.
Dan tak sudah buat jariku bersemayam di bukit indah miliknya. Kini jariku sudah tepat berada di puncak puting kecil miliknya itu. Ku remas perlahan dan sesekali memainkan jariku di putingnya.
Kulihat wajah Ningsih mulai memerah dengan sesekali menarik nafas panjang dan desahan kecil mengalir d mulutnya.

"Enak kan??" Tanyaku.
"I..i..iya om..!! Jawabnya sambil terbata.

Tak terasa waktu komedi putar berakhir. Dan kami langsung bergegas merapihkan pakaian masing-masing yang sedikit berantakan. Ketika turun dari Komedi putar itu Ningsih terlihat kikkuk(gugup) karena hal yang baru saja kami lalui tadi.
Dijalan menuju pulang tangannya kutarik dan kurang-kurang di pinggangku, sehingga kami yang duduk berboncengan kini semakin tak berjarak.
Tak ada yang kami bicarakan diperjalanan, semua sepi diam terbawa suasana. Aku bertanya dalam hati apakah dia marah atau senang dengan perbuatan ku tadi.
Sampai dirumahnya kami tak menemui seorangpun di sana.
"Loh nenekmu kemana Ningsih??" Tanyaku sambil heran melihat tak ada seorangpun dirumahnya.

"Gak tau om..!! Oh..iya.. ada acara hajatan di rumah wisata, pasti sore tadi nenek dijemput iwak om. Ningsih baru ingat." Jawabnya memecahkan pertanyaan sekaligus mencairkan suasana kaki yang berlangsung sejak tadi.
Kini hanya kami ber2 yang ada didalam rumah itu. Kalau Jaka sudah pasti dia keluyuran atau main atau juga ikut ronda keliling kampung. Memang sudah jadi kebiasaan ketika besok libur dia pasti tak pulang.


Waktu berlalu kini waktunya untuk tidur, aku gelisah diatas kasurku masih terbayang akan hal yang kujalani hari ini. Aku berfikir apa yang dirasakan oleh Ningsih, apakah dia merasakan hal yang sama atau tidak aku tak tahu.

Tiba-tiba..
"Om.. Ningsih takut!! Teringat yang di rumah hantu tadi!" Dia dia berkata sambil berdiri dan menyingkap tirai pintu kamarku.
Bagaikan kejatuhan duitan runtuh.
Inilah momen yang kunantikan, tak perlu menjebak atau berpusing ria untuk memikat Ningsih, tapi dia malah masuk sendiri ke kandang macan.

" Oh..!! True mau gimana nduk??" Tanyaku lembut dan pura-pura kebingungan.
"Kalau boleh Ningsih mau bobo disini aja sama om boleh? Boleh yah om.. Ningsih takut banget!" Rengeknya seperti anak bayi minta susu. Dan keyakinan dia bener-benar ketakutan saat itu.

"Tapi ada syaratnya, gimana?" Pancingku.
"Apapun syaratnya om, Ningsih mohon om.. Ningsih takut banget!" Jawabnya sambil bersujud di kakiku.
"Iya..iya..iya.. yaudah berdiri dlu. Sini tidur disebelah om!" Kataku mengajaknya berbaring.
Kini gadis muda ini sudah berbaring di sampingku. Bagaikan singa yang kelaparan, ingin kuterkam tubuhnya. Tapi aku harus bisa menahan emosi sexualku. Aku pengen semua berjalan natural dan tenang.
"Hmmm..bener kamu nurutin apapun syaratnya om minta?" Tanyaku kembali kepadanya.
"Iya om..bener.." jawabnya sambil membalikkan wajahnya kehadapan ku dan menggenggam tanganku.
Kini kutahu dia beneran ketakutan, telapak tangannya dingin bagaikan es.
"Yasudah apapun yg om buat kamu jangan protes atau marah yah.!" Kataku menegaskan kembali.
"Emang om mau apa? Jangan sakiti Ningsih om." Jawabnya sambil kembali ketakutan.
"Ye.. kamu tuh ngomong jangan ngelantur, yah ga mukim om sakiti cewek secantik kamu.!" Jawabku sambil mengelus pipinya dan membuatnya tenang.
"Bener yah om...! Awas klo bohong!" Jawabnya ceria sambil tersenyum.

Kudeta tubuhnya yang terlentang dari samping. Kontan telapak tanganku memeluk dan lenganku menempel di toketnya. Sedangkan kakiku kusilangkan di kakinya seperti memeluk guling. Dan hal ini jelas saja membuat kontolku menempel di bagian antara pinggang dan pahanya.

"Gapapa kan om gini!? Anggap aja sarat nya supaya kamu boleh bobo dsini!" Aku bertanya tapi tak memberikannya bisa memilih jawaban selain IYA.

Kini tubuh imut gadis cantik ini dalam dekapanku. Kujang seluruh badannya, keatas dan kebawah, bebas sebebas-bebasnya. Sedangkan Ningsih yang tadinya diam bingung tak tahu harus berbuat apa lambat laun semakin terbawa suasana panas.
Lenguhan lirih keluar dari mulut mungilnya, dan aku tak memberinya banyak ruang untuk bergerak. Ku dekap semakin kencang dan kugesek-gesek kan kontolku di tubuhnya.

"Hmmm.om..!! Ningsih kenapa? Kok ada geli di memek Ningsih"
"Gapapa.. enak kan??" Kataku meyakinkannya.
"Kamu tenang aja, yang penting kamu sekarang ga ketakutan, om mau buat kamu nyaman dan enak cantik" kataku sambil terus menggerayangi tubuh kecilnya.
Dengan secepat kilat tanpa aba-aba tanganku sudah menggerayangi bagian dalam tubuh Ningsih.
Ningsih semakin belingsatan tak tahan dengan serangan yang kuberikan, apalagi sesekali lidahku kujulurkan mengenai telinga kanannya.
Gerakan intens ini kulakukan secara teratur, sampai kontolku pun berontak ingin keluar dari sarangnya.

"Cantik.. sekarang om pngen liat kamu telanjang yah!!" Belum sempat dia menjawab aku langsung menurunkan celana tidur yang dia kenakan. Dengan jurus sekali mendayung 2/3 pulau terlampaui, kutarik celana begitupun CD nya.
Kini terpampang lah memek Ningsih yang mulus itu d hadapanku. Kedudukan dia dan kubuka bajunya. Selanjutnya dengan cepat kubuka juga bra-nya yang kebetulan menggunakan pengait depan.
Kulihat raut wajah Ningsih yang keheranan akibat aksi yangkunantikan padanya.

"Tenang sayang, kamu mau di enakin kan??" Tanyaku menenangkan nya sambil duduk dihadapannya.

Tak ada kata yang terucap dari bibirnya. Dia hanya memperhatikanku dengan mata nya yang sendu. Dan aku langsung membuka seluruh pakaianku di hadapannya. Tepat kini kontolku yang dari tadi sudah ngaceng kini berada didepan wajahnya.

Dengan ragu-ragu dia memperhatikan ku tentang perilaku yang akan dia dapatkan dariku. Kembali Ku baringkan tubuhnya ke kasur. Kini dia sudah terbaring siap menerima serangan dariku.
Ku usap kepala nya dan berbisik.
"Kamu cantik..om sayang kamu!!"

Kulihat binar dimatanya Solah melambung mendapatkan pujian dariku.
Kursus lembut tubuhnya dan kususul dengan mendaratkan lidahku di puting kecilnya. Sontak hal itu membuat dia menggelinjang, menaik-naikkan tubuhnya seperti orang yang kena setrum 5000volt.
"Hhhh......sssshhh..., Om!!!" Suara erangan pelan keluar dari mulutnya.
Tak kuhiraukan ocehannya aku terus memutar-mutar lidahku dan sesekali melumat habis toket imutnya.
Dengan ngangkang mulutku, seluruh toket itu pun masuk kedalam mulutku.
Kuhisap sambil kutarik mulutku mengeluarkan toketnya.
Sensasi ini begitu dahsyat, ketika kutarik mulutku, reflek badannya ikut tertarik dan terlepas diiringi suara erangan dan "plok..."

"Luar biasa...!!" Batinku berucap.

No comments:

Post a Comment