Cerita bermula ketika aku (Gandi) berprofesi sebagai mantri desa. Aku
ditugaskan oleh pemerintah untuk mengisi kekosongan hanya untuk waktu
beberapa bulan saja, walhasil aku pergi ke desa tersebut dan menetap
disebuah rumah yang ditunjukkan oleh kepala desa setempat.
Aku adalah pria lajang dengan umur 25 tahun, walaupun sudah matang tapi aku masih doyan berkelana gan.
Nah setelah sampai dirumahnya yang ditunjukkan kepala desa itu ternyata
aku tinggal sementara waktu di rumah seorang nenek tua (Nek Sari) yang
dimana dia tinggal bersama kedua cucunya Ningsih dan Jaka. Kedua
orangtuanya bercerai sedangkan kan ayah mereka (anak si nenek) bekerja
di kota yang kebetulan satu kota dimana tempat asal aku tinggal.
Ningsih ABG matang berusia 18 tahun, walaupun usia nya matang tapi pola
hidup didesain beda dengan di kota, dengan kata lain Ningsih walaupun
sudah dewasa tp mamasih seperti anak-anak. Mungkin faktor cara pergaulan
yang bisa dikatakan tak ada pergaulan sama sekali.
Bagai mana mau bermain, desa ini termasuk desa terpencil gan.
Tubuh Ningsih langsing dan imut, sedangkan wajahnya ga tau kenapa setiap
memandangnya timbul rasa keteduhan gan. Maksudnya wajahnya itu enak
banget di pandang. Kesederhanaan dan aura kecantikan nya komplit banget.
Kaya paket mantap di KF* .
Sayangnya dia hanya mencicipi sekolah sampai SMP saja akibat faktor ekonomi yang kelasnya.
Perkenalannya kayanya cukup.
Lanjut kecerita, ga kerasa gw dah 1 bulan tinggal disini, keakrabanku
dan semua seisi rumah berjalan dengan baik. Dan aku pun banyak
sedikitnya tahu seperti apa kebiasaan dirumahnya ini.
Nah kebiasaan dirumahnya ini lah yang membuat nafsu ku terbakar bro..
Misalnya kebiasaan Ningsih yang berganti pakaian dikamar tanpa menutup
kamar dengan baik dan benar, maklum setiap kamar hanya ditutup dengan
kain saja belum lagi kamar mandi yang terdapat banyak lubang
dimana-mana.
Pokoknya tinggal disini tuh betah banget, banyak bonusnya sih. Haha...
Ga bisa dipungkiri dengan tinggal nya gw disini membuat keadaan ekonomi
mereka terbantu. Akibat gw sering kasih duit ke nenek untuk masak dan
biaya kost gw selama dsini.
Ningsih jg sering gw kasih duit buat nyuciin baju gw. Maklum dsini g dan loundry kaya di kota.
Pernah ada kejadian waktu gw lagi ganti baju tiba-tiba Ningsih masuk ke kamar dan...
"Om..baju kotornya dimana? Biar dicuci, Ningsih mau ngerendem pakaian biar sekalian om."
Katanya mengejutkan gw, dan anehnya sepertinya dia tak canggung walaupun
keadaan gw saat itu setengah telanjang, hanya paket Daleman doank brow.
Dsini timbul keisengan gw,..
"Ini..!!" Kata gw sambil membalikkan badan kearah dia dan memberikan beberapa baju kotor gw.
Kulihat dia senyum-senyum kecil entah malu atau senang.
Dan ketika dia mau pergi membawa pakaian kotor gw, gw bilang..
"Ningsih,..!"
"Ya..om?!" Jawabnya bingung.
"Masih ada yang kotor nih.. tunggu..!!"
Kata gw sambil membuka CD yang gw kenakan.
Saat itu kulihat matanya langsung tertunduk dan tersenyum. Beberapa kali
kulihat lirikannya mengarah ke Titit gw yang bergelantungan bebas.
Pernah lagi ada momen dimana saat dia mandi dan adiknya Jaka yang 2
tahun dibawahnya kebelet pipis, dengan santainya dia membuka pintu dan
membiarkan adiknya kencing didepannya sementara dia cuek dengan keadaan
nya uang telanjang. Gw sih ga liat tubuh telanjangnya, soalnya gw ada d
ruang sebelah. Tp gw yakin pastilah yang nanya mandi yah telanjang. Nah
kejadian itu ga sekali tapi sering terjadi. Suatu waktu gw mau ikut
nyoba kejadian kaya yang Jaka praktekan.
"Ningsih...!!" Kata gw sambil mengetuk pintu kamar mandi.
"Yah..om..!!" Sahutnya dari dalam.
"Om kebelet nih..!!" Jawab gw sambil sedikit berdebar menunggu adegan berikutnya.
"Oh iya om..!!" Jawabnya langsung membuka pintu dan..
Alangkah terkejutnya gw, sama halnya seperti Jaka. Gw disuruh masuk
sedangkan Ningsih walaupun sedikit malu tapi berusaha sedikit cuek
dengan keadaannya yang telanjang itu. Mataku terpaku melihat keindahan
alam tubuhnya yang mulus dengan toket kecil dan memek hampir tak
berbulu.
"Kok bisa dia sesaintai itu, memperlihatkan tubuhnya kepada orang asing!!" Tanyaku dalam hati.
Belakangan baru kutahu kalau di desa ada sungai dimana mereka biasa
mandi bersama antara pria dan wanita anak-anak hingga orang tua.
Mungkin itulah sebabnya kenapa Ningsih tidak canggung terhadap laki-laki, atau miskin dia memang polos tak mengerti nafsu.
"Kalau saja terjadi di kota pasti dah jadi sasaran empuk para kontol liar nih."
Kejadian kebelet pipis pun sering kulakukan dan berbuahkan hasil.
Tak terasa 1 bulan lagi aku akan meninggalkan desa ini sementara Ningsih dan aku semakin hari semakin dekat.
Kita sering jalan bersama, sesekali aku membawanya ke tempat keramaian seperti pasar.
Pernah aku membawa Ningsih ke pasar malam yang sedang diadakan didesain itu.
Kami berangkat dari sore hingga malam.
Disinilah kejadian asik dan usilku terjadi lagi.
Jajak dia naik kora-kora mini.
Diatasnya dia berteriak dan sambil merangkul tanganku karena ketakutan.
Jelas saja toket indahnya itu bersandar di lenganku. Sengaja kutekam
tanganku mencoba memberikan sinyal. Tapi Ningsih tak mengerti, miskin
karena suasana d kora-kora membuat fokusnya berbeda.
Dan kuajak dia kembali memasuki rumah hantu, didalam dia teriak-teriak
terkejut karena ada momen dimana hantu(nyamar) mengejutkan para
pengunjung yang masuk. Kumandangkan momen ini untuk menjamah beberapa
bagian intim tubuhnya seperti toket yang ku pegang dengan tak sengaja
dimana ketika hantu mendekat (mengagetkan dan kuhalau dengan tanganku,
sementara telapak tangan menghadap kebelakang tepat bersandar d
toketnya. Dan masih banyak kesempatan lainnya. Tapi tetap dia tak
menggubris perilaku cabulku.
Timbul tanya di benakku apakah dia memang memperbolehkan aku memegang
anggota tubuhnya, atau memang dia tak mengerti atau memang dia hanyut
terbawa suasana wahana yang kami mainkan.
Kesimpulan belom terjawab. Aku masih terus mencari ide agar pertanyaan
ku terjawab. Mengingat waktuku di desa ini semakin menipis.
Kubawa lah dia ke komedi putar.
Di sana kami duduk berdampingan, kulihat kegembiraan dan ketenangan
terpancar dari wajahnya. Sesekali dia memandangku dan berkata .
"Makasih yah om dah bawa Ningsih jalan-jalan"
"Iya Ningsih, nanti kalau kamu ke kota om bakal bawa ketempat yang lebih asik lagi." Kataku sambil merangkul pundaknya.
Ketika komedi putar mulai berjalan dan memposisikan kami berada tepat di
atas membuat dia sedikit ketakutan dan kutenangkan dengan meremas
sedikit bahunya agar dia relaks.
Perlahan kuturunkan tanganku kearah toket ranumnya. Dan kini telapak tanganku berada di bagian atas gunung mungil itu.
Ku elusls dengan lembut dan kulihat wajahnya yang sedang senang
menghadap kearah bawah melihat kerumunan orang-orang yang ada dibawah
kami.
Tak tahan dengan sikap polosnya, langsung saja tanganku kudapatkan tepat
di tengah-tengah susu nya. Kulihat dia sedikit terkejut dan langsung
kualihkan agar dia tenang.
"Ningsih kamu cantik"
Yang tadinya dia kaget dengan tanganku, kini dia menjadi tersipu malu dengan rayuanku.
''kami sudah punya pacar blom?" Tanyaku.
Dia hanya menjawab dengan gelengan kepala sambil tersenyum dan tertunduk.
Sementara tangan liarku yang tadinya hanya diam kini memijat dengan
sangat lembut dan perlahan, karena kutahu terjadi penolakan darinya.
Tapi mukin hoki baik sedang berpihak ke gw. Semakin intens gw pegang
toketnya, sangat gw nikmati. Terasa cup bra kecilnya yang tak begitu
keras dan tipis. Terasa juga guratan renda atau motif bra nya walaupun
kaos menjadi penghalangnya.
Ku tatap matanya yang sesekali waktu kami saling beradu pandang, dan
dengan cepat dia palingan wajahnya sambil melempar senyum malu dan
pasrah.
SUPER SCENE
Melihat kode-kode tanpa penolakan kubulatkan tekat untuk memasukinya tanganku lewat celah lobang leher kaosnya.
"Om mau ngapain??" Tanya nya menghentikan langkah tanganku sejenak.
Aku tidak menjawab..
Malah aku kembali bertanya.
"Gapapa kan kalo om sayang kamu?!" Skak mat.. dia diam dan tersenyum
kembali. Dia mengangguk!! Entah tanda aku boleh sayang dia atau aku
boleh melanjutkan aktifitas ku meraih puncak gunung kembarnya. Tapi
kuanggap anggukan itu memperbolehkan keduanya.
Ku lanjutkan tanganku menyusup kedalam kaos yang dipakainya.
Kali ini kurasakan setiap Mili tanganku bergerak. Kulit tanganku yang
langsung bersentuhan kekulit tubuh Ningsih menimbulkan sensasi setrum
yang indah buatku. Dan ku yakin Ningsih juga pasti merasakan
sengatan-sengatan kecil yang kualirkan ditubuhnya.
Dan tak sudah buat jariku bersemayam di bukit indah miliknya. Kini
jariku sudah tepat berada di puncak puting kecil miliknya itu. Ku remas
perlahan dan sesekali memainkan jariku di putingnya.
Kulihat wajah Ningsih mulai memerah dengan sesekali menarik nafas panjang dan desahan kecil mengalir d mulutnya.
"Enak kan??" Tanyaku.
"I..i..iya om..!! Jawabnya sambil terbata.
Tak terasa waktu komedi putar berakhir. Dan kami langsung bergegas
merapihkan pakaian masing-masing yang sedikit berantakan. Ketika turun
dari Komedi putar itu Ningsih terlihat kikkuk(gugup) karena hal yang
baru saja kami lalui tadi.
Dijalan menuju pulang tangannya kutarik dan kurang-kurang di pinggangku,
sehingga kami yang duduk berboncengan kini semakin tak berjarak.
Tak ada yang kami bicarakan diperjalanan, semua sepi diam terbawa
suasana. Aku bertanya dalam hati apakah dia marah atau senang dengan
perbuatan ku tadi.
Sampai dirumahnya kami tak menemui seorangpun di sana.
"Loh nenekmu kemana Ningsih??" Tanyaku sambil heran melihat tak ada seorangpun dirumahnya.
"Gak tau om..!! Oh..iya.. ada acara hajatan di rumah wisata, pasti sore
tadi nenek dijemput iwak om. Ningsih baru ingat." Jawabnya memecahkan
pertanyaan sekaligus mencairkan suasana kaki yang berlangsung sejak
tadi.
Kini hanya kami ber2 yang ada didalam rumah itu. Kalau Jaka sudah pasti
dia keluyuran atau main atau juga ikut ronda keliling kampung. Memang
sudah jadi kebiasaan ketika besok libur dia pasti tak pulang.
Waktu berlalu kini waktunya untuk tidur, aku gelisah diatas kasurku
masih terbayang akan hal yang kujalani hari ini. Aku berfikir apa yang
dirasakan oleh Ningsih, apakah dia merasakan hal yang sama atau tidak
aku tak tahu.
Tiba-tiba..
"Om.. Ningsih takut!! Teringat yang di rumah hantu tadi!" Dia dia berkata sambil berdiri dan menyingkap tirai pintu kamarku.
Bagaikan kejatuhan duitan runtuh.
Inilah momen yang kunantikan, tak perlu menjebak atau berpusing ria
untuk memikat Ningsih, tapi dia malah masuk sendiri ke kandang macan.
" Oh..!! True mau gimana nduk??" Tanyaku lembut dan pura-pura kebingungan.
"Kalau boleh Ningsih mau bobo disini aja sama om boleh? Boleh yah om..
Ningsih takut banget!" Rengeknya seperti anak bayi minta susu. Dan
keyakinan dia bener-benar ketakutan saat itu.
"Tapi ada syaratnya, gimana?" Pancingku.
"Apapun syaratnya om, Ningsih mohon om.. Ningsih takut banget!" Jawabnya sambil bersujud di kakiku.
"Iya..iya..iya.. yaudah berdiri dlu. Sini tidur disebelah om!" Kataku mengajaknya berbaring.
Kini gadis muda ini sudah berbaring di sampingku. Bagaikan singa yang
kelaparan, ingin kuterkam tubuhnya. Tapi aku harus bisa menahan emosi
sexualku. Aku pengen semua berjalan natural dan tenang.
"Hmmm..bener kamu nurutin apapun syaratnya om minta?" Tanyaku kembali kepadanya.
"Iya om..bener.." jawabnya sambil membalikkan wajahnya kehadapan ku dan menggenggam tanganku.
Kini kutahu dia beneran ketakutan, telapak tangannya dingin bagaikan es.
"Yasudah apapun yg om buat kamu jangan protes atau marah yah.!" Kataku menegaskan kembali.
"Emang om mau apa? Jangan sakiti Ningsih om." Jawabnya sambil kembali ketakutan.
"Ye.. kamu tuh ngomong jangan ngelantur, yah ga mukim om sakiti cewek
secantik kamu.!" Jawabku sambil mengelus pipinya dan membuatnya tenang.
"Bener yah om...! Awas klo bohong!" Jawabnya ceria sambil tersenyum.
Kudeta tubuhnya yang terlentang dari samping. Kontan telapak tanganku
memeluk dan lenganku menempel di toketnya. Sedangkan kakiku kusilangkan
di kakinya seperti memeluk guling. Dan hal ini jelas saja membuat
kontolku menempel di bagian antara pinggang dan pahanya.
"Gapapa kan om gini!? Anggap aja sarat nya supaya kamu boleh bobo
dsini!" Aku bertanya tapi tak memberikannya bisa memilih jawaban selain
IYA.
Kini tubuh imut gadis cantik ini dalam dekapanku. Kujang seluruh
badannya, keatas dan kebawah, bebas sebebas-bebasnya. Sedangkan Ningsih
yang tadinya diam bingung tak tahu harus berbuat apa lambat laun semakin
terbawa suasana panas.
Lenguhan lirih keluar dari mulut mungilnya, dan aku tak memberinya
banyak ruang untuk bergerak. Ku dekap semakin kencang dan kugesek-gesek
kan kontolku di tubuhnya.
"Hmmm.om..!! Ningsih kenapa? Kok ada geli di memek Ningsih"
"Gapapa.. enak kan??" Kataku meyakinkannya.
"Kamu tenang aja, yang penting kamu sekarang ga ketakutan, om mau buat
kamu nyaman dan enak cantik" kataku sambil terus menggerayangi tubuh
kecilnya.
Dengan secepat kilat tanpa aba-aba tanganku sudah menggerayangi bagian dalam tubuh Ningsih.
Ningsih semakin belingsatan tak tahan dengan serangan yang kuberikan,
apalagi sesekali lidahku kujulurkan mengenai telinga kanannya.
Gerakan intens ini kulakukan secara teratur, sampai kontolku pun berontak ingin keluar dari sarangnya.
"Cantik.. sekarang om pngen liat kamu telanjang yah!!" Belum sempat dia
menjawab aku langsung menurunkan celana tidur yang dia kenakan. Dengan
jurus sekali mendayung 2/3 pulau terlampaui, kutarik celana begitupun CD
nya.
Kini terpampang lah memek Ningsih yang mulus itu d hadapanku. Kedudukan
dia dan kubuka bajunya. Selanjutnya dengan cepat kubuka juga bra-nya
yang kebetulan menggunakan pengait depan.
Kulihat raut wajah Ningsih yang keheranan akibat aksi yangkunantikan padanya.
"Tenang sayang, kamu mau di enakin kan??" Tanyaku menenangkan nya sambil duduk dihadapannya.
Tak ada kata yang terucap dari bibirnya. Dia hanya memperhatikanku
dengan mata nya yang sendu. Dan aku langsung membuka seluruh pakaianku
di hadapannya. Tepat kini kontolku yang dari tadi sudah ngaceng kini
berada didepan wajahnya.
Dengan ragu-ragu dia memperhatikan ku tentang perilaku yang akan dia
dapatkan dariku. Kembali Ku baringkan tubuhnya ke kasur. Kini dia sudah
terbaring siap menerima serangan dariku.
Ku usap kepala nya dan berbisik.
"Kamu cantik..om sayang kamu!!"
Kulihat binar dimatanya Solah melambung mendapatkan pujian dariku.
Kursus lembut tubuhnya dan kususul dengan mendaratkan lidahku di puting
kecilnya. Sontak hal itu membuat dia menggelinjang, menaik-naikkan
tubuhnya seperti orang yang kena setrum 5000volt.
"Hhhh......sssshhh..., Om!!!" Suara erangan pelan keluar dari mulutnya.
Tak kuhiraukan ocehannya aku terus memutar-mutar lidahku dan sesekali melumat habis toket imutnya.
Dengan ngangkang mulutku, seluruh toket itu pun masuk kedalam mulutku.
Kuhisap sambil kutarik mulutku mengeluarkan toketnya.
Sensasi ini begitu dahsyat, ketika kutarik mulutku, reflek badannya ikut
tertarik dan terlepas diiringi suara erangan dan "plok..."
"Luar biasa...!!" Batinku berucap.
No comments:
Post a Comment