Dia sebenarnya bisa dibilang pembantu bisa dibilang setengah pembantu.
Namanya Ani, biasa kupanggil Mbak karena lebih tua 3tahunan. Telah
bersama dengan keluarga kami selama lebih kurang 15tahunan, saat aku
berumur 5tahun. Mbak Ani merupakan sosok wanita yg keibuan, dengan wajah
manis ( nilai 7 ); rambut sebahu lebih; kulit agak putih; badan cukup
berisi; penuh perhatian pada kami yg ber 4 ini. Ukuran2 tubuhnya nanti
aku jelaskan.
Sudah sewajarnya bila kami yg masih kecil - kecil ini dimandikan
olehnya. Terkadang Mbak Ani ikut mandi juga, walo masih berpakaian
lengkap. Sempat terpikir juga olehku "kenapa Mbak Ani masih pakai baju
kalo mandi..apa gak tambah repot.." Tapi pikiran itu tak mungkin
kusampaikan pada siapapun, bisa dianggap ada apa2 nanti. Entah mengapa (
menurutku ) perhatian Mbak Ani padaku terasa lebih daripada dengan
saudara2ku yg lain. Semenjak umur 8tahun, Mbak sudah tidak memandikan
aku. Karena rasa malu mulai ada, sudah besar kok masih dimandiin. Bila
sedang ikut mandi, jelas tercetak bentuk badannya walo masih berpakaian
lengkap. Kadang pakai daster kadang baby doll. Dengan telaten dia
menyiramku, menyabuni dan mengeringkanku. Saat memakai daster atau baby
doll yg berleher rendah dan sedikit lebar, tentu saja sedikit terlihat
belahan dadanya. Tapi karena aku masih tidak tahu apa2, yg terbersit
hanyalah "lho..kethok susune sithik..( keliatan susunya dikit )".
Sekian tahun berlalu. Mbak Ani tetap setia dengan keluarga kami. Hanya
saat ia berusia 17, dikawinkan orang tuanya. Sayang, cuma bertahan
setahun. Yg sering berada di rumah hanya aku dan adik terakhir.
Hari itu Mbak Ani memakai daster kuning cerah. Hanya yg membuatku agak
surprise adalah panjang dari daster itu, hanya di atas lutut sedikit.
Jadi wajar kalo pikiranku melayang2, sebab selama ini belum pernah
melihatnya dalam kondisi seperti itu. Terlebih aku sudah berumur 18.
"Mbak Ani ternyata tubuhnya ok juga. Atas bawah depan belakang. Berapa
ya nomer bh-nya?warna cd-nya?" Beragam pertanyaan nakal hilir mudik di
pikiranku. Orang rumah tinggal aku, semua sibuk entah ke mana. Daripada
sumpek aku putuskan menyalakan tv plus vcd xxx. "Kan gak ada orang sama
sekali. Mbak Ani sibuk di belakang. Mbak Nur lagi pulang. Paling sore
atau malem pada pulang semua. Gak ada salahnya puter xxx..hi3x," begitu
pikirku. Film itu berdurasi 2jam. Menit2 awal belum ada adegan panas. Ku
pause sejenak untuk bikin es sirup. Mbak Ani kulihat masih cuci bajunya
sendiri. "Apa mungkin ya Mbak mau nemenin aku nonton..nanti dilaporkan
ortu..wahhh..bisa dirajam aku. Ahh..iya atau tidak..nekat aja". Aku
langkahkan kaki ke tempat cucian. Mbak Ani sedang menyampirkan baju2nya
di kawat biar kering. Saat menyampirkan, daster itu terangkat lebih
tinggi dari normalnya. Makin dagdigdug hatiku. Kupasrahkan apa yg
terjadi. "Mbak..mo nemenin aku nonton filem..?" "Ha..filem..boleh..tak
selesain dulu ya Mas".
Mbak merespon ajakanku sambil tetap menata letak baju2nya dikawat
jemuran. Daster itu sedikit mencetak tubuhnya, di dada;paha dan pantat.
Aku cepet2 bikin es sirup lalu balik ke ruang tv. Tak berapa lama
kudengar langkah kaki Mbak Ani. Kulirik, "lho masih pake daster itu..kan
agak basah". "Mbak gak ganti dulu..masuk angin lho". "Gak pa2
Mas..paling sebentar liat filemnya. Abis itu aku mandi".
Kulanjutkan filemnya. Kami duduk bersebelahan. Mbak Ani duduk bersila.
Dengan ekor mata kulirik pahanya yg makin keliatan. Filem berjalan lagi.
Masih ngobrol ngalor ngidul. Menginjak pemeran cwek dan cwok mulai
berpegangan tangan dan berciuman si Mbak berkata "Lho..filem apa ini
Mas..nanti ketauan Bapak Ibu lho". "Gak pa2 Mbak..kan udah besar.
Filemnya juga tak sembunyiin kok..hi3x". Mbak Ani cuma geleng2 kepala.
Filem tambah panas. Pemeran cwek mulai mendesah2 saat leher dan
pantatnya mulai dirangsang. Akupun mulai gelisah duduknya. Kubetulkan
letak titit yg mulai bangun. Mbak Ani mulai naik turun napasnya. Aku
bangkit dari duduk. "Mas mo ke mana..ini belum selesai". "Mo ambil es
sirup di meja Mbak". "Ooo..tak pikir ke mana". Es sirup lalu kuletakkan
di sebelah kiriku.
Entah mengapa saat itu naluri dan nafsu mulai mengalahkan akal sehatku.
Kuberanikan diri duduk makin mendekat. Mbak Ani tetap dengan posisinya.
Pemeran cwek mulai ditelanjangi. Ukuran dada cukup besar. Vaginanya
tidak berambut. Sang cwok masih bercelana dalam. Tangan si cwek masuk ke
cd cwoknya. Meremas dan mengocok. Aku tambah gelisah. Mungkin karena
liatnya dengan Mbak Ani yg manis. Duduk Mbak Ani mulai tidak teratur.
Kadang bersila kadang diluruskan. Hal2 yg malah membuat dasternya tambah
naik ke paha. Mungkin karena dorongan setan yg tambah kenceng, aku
duduk di belakang Mbak Ani. Seperti yg sudah kubilang, aku merasa
perhatian si Mbak lebih padaku. Ditambah setan2 yg mengitari kami, aku
makin mendekatinya dan kulingkarkan dua tanganku di pinggangnya.
"Ohh..Mas..ngagetin aja". Aku yg kaget malah. "Kok Mbak gak marah ato
langsung pergi pas tak peluk..", aku bingung plus seneng sih.
Pertanyaan itu tak henti2nya berputar di benakku. Sambil tangan
melingkar di pinggang Mbak Ani; tapi tak erat..masih takut kalau2 ia
marah; "Kenapa ya Mbak gak pergi atau negur aku..Gimana nih..Ahhh...".
Jarak antara kami sudah dekat tapi masih ada sela 2-3cm. Aku belum
berani bener2 dekat, apalagi kalo Mbak tau jika tititku makin membesar.
Sekarang si cwek mengajak pasangannya untuk ber-69. Hatiku makin
bergetar dan aku yakin si Mbak pun demikian. Ukuran penisnya standard
bule, 17-18cm; lumayan montok. V-si cwek tak berambut; sedikit merah;
entah masih rapet atau gimana dan mulai basah. Si cwek mulai menjilati
kepala penis, sedang cwoknya membuka sedikit v pasangannya dan
menjulurkan lidahnya; menjilati bibir dalam. Sang cwek mengecup-ecup
kepala penis, cwoknya berusaha mencari klitoris. Vagina itu makin basah
sedang kepala penis mulai berkilat. Dengan kuat, tangan si cwek memegang
batangnya dan mulai mengemutnya. Oouughhhh..masuk hampir semuanya.
Penisku makin besar dan memanjang pula rasanya. Mbak Ani seakan kering
tenggorokannya sebab kulihat beberapa kali menelan ludahnya. Tangannya
ditangkupkan di kedua tanganku yang memeluknya. "Duhhh..Mbak ngrespon
atau cuma karena kita deket aja nih...??" Benakku berseliweran aneka
pertanyaan. Kulihat dari balik pundaknya, ketinggian daster itu sekarang
tinggal seperempat paha. "Bah...sido opo gak..bablas ae.. ( biar..jadi
atau gak..lanjut aja )". Dudukku sekarang tak berjarak, alias rapat.
Kupeluk dirinya makin erat, tapi bukan membekap. Mbak Ani diam saja,
hanya dua telapakku digenggam dan sedikit diremas.
Mereka sekarang mulai masuk adegan penentu. Si cwek menaiki cwoknya.
Dengan lembut sebelah tangannya menata penis pas di jalurnya. Sedang si
cwok membelai lembut rambut, turun ke dada untuk meremas susu dan
pentil2nya.
Kepala penis mulai masuk. Si cwek menengadahkan kepala, seakan begitu
menikmatinya, begitu seksi. Dua tangan si cwok menyusuri punggung dan
berhenti di pantat seksi si cwek. Diremasnya, dan digoyangkan maju
mundur, walo masih pelan. Kepala penis itu makin masuk dan hanya
disisakan 1cm, entah mengapa. Rambut si cwek melambai lembut, ketika ia
menundukkan kepala rambutnya pun menyentuh dada bidang, mencium ganas
sang cwok. Dengan hentakan pelan, dilesakkannya penis yg tinggal 1cm,
tak bersisa jarak. Keduanya makin bergoyang kuat dan kencang.
Begitupun hati kami. Iseng, dua tangan Mbak Ani kuletakkan di dua
pahaku. Tangan kananku mencari pusar Mbak Ani. Ketemu. Kulingkari
pelan2. Sedang yg kiri mengusap2 perut. Mbak meresponnya dengan meremas
serta mengusap pahaku yg bercelana pendek. "Ahh..Mbak bereaksi nih.."
Buru2 tangan kiriku membenarkan titit yg masih di sarangnya yg agak
miring ke kiri. Benda itu mengganjal tepat di tengah tulang pantatnya.
Aku yakin kalo Mbak merasakannya. Entah sudah menit keberapa dan mainnya
seperti apa filem itu. Karena kamipun mulai asyik bikin adegan sendiri.
Kutiup lembut belakang lehernya, berulang. Mbak mendesah dan sedikit
menggelengkan kepala. Kali ini punggungnya yg mulus kutiup, berulang
juga. "Mas..ngapain sih tiup2..geli tau". Walo protes tapi nadanya
manja. "Mbak..gimana ya rasanya gituan..?" "Gituan apa..ooh..yg di filem
itu..yaaa..enaklah. Emang Mas belum pernah..?" "Belum Mbak..kalo...",
belum sempat melanjutkan kata Mbak menyela "Aaahhh..mosokkk..gak percaya
aku". "Yahhh..Mbak..mana berani aku. Selama ini onani thok. Kan kalo
mau itu jelas ke lokalisasi atau panti pijet. Lha aku belum ada
keberanian dan duit yg jelas". Panjang lebar aku beragumen. "Hebat dong
bisa nahan.." "Yaa ditahan2in sih..he3x". "Mbak masih inget rasanya..?"
Entah keberanian menanyakan itu timbul dari mana. "Eemm..udah nggak..kan
udah setaun. Dan lagi asyik kerja jadi gak mikir itu.." "Oooo..", hanya
itu sahutanku. "Emang kenapa Mas tanya itu?" "Gak pa2 Mbak..cuma
nanya..". Dengan kenekatan dan keberanian yg makin bertambah, tangan
kananku berjalan ke atas. Sedikit menyentuh dadanya. "Eehhmm..", Mbak
bereaksi dengan berdehem pelan, tapi cukup mengagetkanku. Berhenti.
Kusentuh lagi dadanya. Tidak ada reaksi. Tangan kiriku menyusuri
pinggang dan sedikit menyentuh pantatnya. "Mas..mulai nakal yaaa..".
Hanya itu yg diucapkan, tapi tidak ada penolakan tubuh. Kepalang
tanggung, kuremas sedikit susu kirinya, walo masih terbungkus daster dan
bh. Mbak Ani mulai menggeliat dan desahnya meningkat. Kali ini aku
benar2 yakin kalo Mbak ingin kembali merasakan kehangatan lelaki.
"Maasss...kok tambah nakal yaaaaa..". Dua pahaku makin dicengkeram. Kali
ini kaki dan pahaku kususupkan di pahanya, seperti memangku tapi masih
duduk di lantai. Mbak mengangkat sedikit tubuhnya agar apa yg kumaksud
dimengerti. Dua pahanya menindih paha kiri kananku. Yg artinya panjang
daster itu tinggal beberapa senti saja.
Kali ini ganti yg kanan kuremas dengan tangan kiriku. Sedang tangan
kananku meremas pinggang dan pantatnya, yg kutingkatkan kecepatan serta
kekuatannya. Mbak mengusap2 paha kirinya sendiri sedang yg kanan
mengusap2 paha kananku. Kukecup pelan belakang telinganya. Ia makin
menggelengkan kepala. "Masss..geli kan...". Kukecup belakang leher dan
punggungnya. Dicubitnya paha kiriku. "Aduhhh..atit kan...".
"Biarin..dibilang geli juga..". Sekarang tangan kiriku menyusup ke celah
daster dari ketiaknya. Kuremas dan mulai mencari pentilnya.
"Aaahhh....Mmmaaass mau ngapain sssiihhhh..". Tangan kanannya malah naik
ke paha kananku dan hanya berjarak 1cm dari gundukan kebanggaanku.
Mungkin masih malu atau menahan diri. Berhenti di sana. Kuintensifkan
remasan di susunya. Mbak Ani mulai berkeringat banyak. Kali ini tangan
kananku kuberanikan menyusuri paha kanannya. Terus. Dan menyentuh
pinggiran depan cd-nya. Berhenti, belum berani kuteruskan. Tangan kanan
Mbak mulai disentuhkan ke tengah celanaku. Dan diremas serta dielus2nya.
Aku seneng bukan main. Rencana yg kususun tiba2 ternyata berjalan
sangat baik. Tangan kiriku kutarik keluar. Daster sebelah kiri
kuturunkan sedikit. Kutarik tubuhnya agar bisa kukecup pundak kirinya.
Kepalanya miring ke kanan, digoyangkan lembut. Ternyata bh-nya warna
hitam, one of my fave. Hasratku makin melambung. Kuturunkan terus daster
sebelah kiri. Mbak membantu dengan melepaskan tangan kanannya dari
tonjolanku dan meloloskan daster sebelah kiri.Kini pundak dan punggung
kirinya terlihat. Kukecup2 terus area itu. "Mmmasss..mau liat Mbak
telanjang..??" Aku tak menjawab, "Heeh..". Tangan kanannya kembali
mengusap, meremas penisku. Sedang tangan kananku sedikit demi sedikit
mendekati bagian depan cd-nya. Ketika sampai, kurasakan lembab; hangat
dan seperti berair. Penisku makin diremasnya walo masih dibungkus celana
dan cd. "Ooohh...ssshhhtttt..Mmmaass...kok gini sihhhhh...". Kutarik ke
bawah tali bh yg kiri. Karena belum tau apa2, agak kesulitan aku.
"Daster kanan diturunin juga Masss...". Lha..malah Mbak yg kasih
komando..malu aku. Diturunin sendiri yg kanan. Kini seluruh bagian
belakang tubuh atasnya telah terbuka. Kali ini tanpa komandonya kucari
sendiri kait bh-nya..ketemu. Tes..lepas sudah. Mbak melepasnya sendiri.
Belum kulihat bentuk susunya. Mbak terlihat berkilat karena keringatnya
terkena sinar lampu. "Sekarang Mas mau apa lagi..??" Aku tak
menjawabnya. Kutangkupkan dua tanganku di dadanya. Mbak Ani menoleh ke
belakang dan tersenyum, manis sekali, hanya itu. "Duh..ternyata susu itu
apalagi punya Mbak begitu padat dan lembut". Kuremas2 pelan. Mbak makin
meremas penisku. Tangan kirinya disusupkan masuk celanaku. Masuk ke
cd-ku. Kurasakan pentil2nya mengeras dan memanjang. Kuputar2 dan
kupencet2 lembut. Ia makin mendesah dan menggeliat2. Karet celanaku
mulai diturunkan. Aku membantunya dengan melepas sendiri celanaku.
Tangan kananku kuperintahkan menuju cd-nya. Kuusap2 lembut dan berputar.
"Ooohhhh...Mmmasss...kamu nyiksa akkkuuuu". Kuselipkan dua jariku ke
balik cd-nya. Ternyata rambutnya tidak begitu lebat. Bibir luar mulai
kena.
Tangan kirinya masuk ke cd-ku. Diturun dan naikkan ke batangku. Tangan
kiriku menurunkan daster yang telah di pinggangnya. Mbak Ani berdiri
sedikit dan lepaslah dasternya. Cd Mbak Ani satu warna ternyata. Aku tak
mau kalah, melepas pula cd-ku. Penisku benar2 tegak, mengacung. Mbak
sedikit membesarkan matanya, mungkin kagum. Dari samping terlihat bentuk
susunya. "Mbak..susunya bagus deh..". "Ahh..gombal.." "Bener Mbak..."
Mbak hanya tersenyum lebar, bangga.
Kami duduk berhadapan sekarang. "Nah..Mbak sudah bugil sekarang. Mas mau
apalagi.." Aku belum menjawab, menelan ludah, fokus pada susunya.
Pentil dan areolanya coklat. "Mbak...ukuran berapa ini..", sambil
kusentuh pentilnya. "34b Mas..eh..belum jawab kok nanya...". Kuarahkan
mataku ke bawah. Vaginanya berambut sedikit; agak tembem; berwarna
sedikit hitam. "Ajarin cium dong..". "Hmmm...bisa juga". Mbak memajukan
tubuh. Membuka bibir. Reflek aku pun membuka bibir pula. Hangat. Nafas
kami menyatu. Ciumannya lembut dan penuh penghayatan.
Sedikit2 gigiku mengenainya, maklum belum pernah. Tangan kanannya
membelai kepalaku. Yg kiri mengusap2 punggungku. Aku meresponnya dengan
meremas2 pantat dan mengusap - usap punggungnya. Makin lama ciuman kami
makin ganas. Saling sedot lidah. Kepalaku ditekannya. Tangan kiriku
mengusap2 vagina sedang yg kanan kembali bermain susu.
Tangan kiri Mbak Ani menaik turunkan batangku. Hampir 10 menit kami
berciuman. "Ooohh...", Mbak Ani melepaskan bibir dan mendesah kencang.
Kutarik kembali kepalanya. Jari telunjuk kananku memasuki liangnya. Mbak
Ani merem. Genggamannya makin kuat dan kecepatan naik turunnya makin
bertambah. Tingkat kebasahan vaginanya makin tinggi. Kukecup lehernya,
kadang kugigit. Tangan kanannya meremas2 pantatku. Kutambah satu jari
lagi. "Aadduuhhh Mmmmaaassss...hhhhmmmm". Tak kusangka, tubuhku
didorongnya hingga aku telentang di karpet. Kepalanya langsung menuju
penis. Dikecup dan dijilati. Kepala penisku bagai permen baginya. Aku
hanya bisa membelai dan meremas kepalanya. Anganku terbang tinggi.
Dimasukkannya seluruh batangku. "Oooohhh...Mmmbbbaaakk...".
"Rasain...salah sendiri ngusilin orang...", sambil tetap mengemut.
"Habisss...aku sayang Mbakkkkk..". Ia tidak menjawab, hanya melihatku
dan tersenyum. Cantiknya saat itu. Mbak menaikkan tubuhnya. Rambutnya
berjalan pelan di paha; perut; dadaku...so sexy. "Mas..jangan bilang
siapa2 ya tentang ini dan...aku juga sayang Mas sejak lama...". Aku
terenyum bahagia. "Sekarang...kupersembahkan sayangku untukmu Mas..".
Begitu Mbak Ani selesai berkata, aku diciumnya lembut sekali dan lama.
Aku pegang kepalanya dalam2. Ternyata, posisi tubuhnya sudah tepat di
tengah batangku. Tangan kirinya memegang batangku. Digeser2 pelan di
vaginanya. "Aaddduhhh Mmmbbbaakkk..".
Aku yg belum pernah merasakan gesekan awal, hanya bisa merintih.
Pelan, kepala penisku masuk. Mbak sedikit merem sambil menggigit bibir.
Batangku serasa dialiri listrik lembut tapi menggetarkan hati.
"Ooouufffffsshhhttt...mentok Mmmmasss...". Memang kurasakan penisku
menyentuh dinding paling akhir. Mbak berkata itu sambil merebahkan diri.
Kubelai rambut dan kepalanya. "Makasih banyak ya Mbak...". Ia
mengangkat kepalanya dan menciumku. Sambil mulai menggoyang pelan tubuh
bawahnya. Aku makin tak karuan. Kedua tanganku hanya tergeletak pasrah.
Dua tangan Mbak Ani memegang lembut pipi kiri kananku. Aku tersadar.
"Kalo begini...aku bisa keluar cepet...". Sambil tangan kanan menarik
kepala Mbak, kucium dalam2. Yg kiri meremas2 susunya. Goyangan Mbak
makin menjadi. "Aaahh...aaahhhh..Mmmmassss...aaakkkuuu juga terrriimma
aa kaasssihhhh...". Kami berciuman dan saling sedot lidah.
Kadang Mbak menengadahkan kepala dan merem saat kusentak sedikit penisku
ke atas. "Ooo...Mbak makin enak kalo tak begitukan terus". Setiap 2
menit kulakukan lagi.
"Mmmmassss..kkkkkammmuuu kookkkk ppiintterrr sssiiihhhh"
Aku juga mati2an bertahan agar tidak jebol dulu. Mbak naik turun maju
mundur makin cepat. Pentilku digigit pelan dan kadang mencakar dada.
"Aduh...atit kan Mbak.." "Sukurin...".
"Ayyyyoooo Mmmmmassss...aaakkkuuu mau sssammpaiiii..."
"Tunggguuuu Mmmbbbaaakk...aaakkkkuuu jjjuuugggaa..."
Aku menyentakkan penis makin cepat, Mbak Ani pun berputar makin liar.
Tiba2 ia menegakkan punggung; menghentakkan pantat ke bawah dan dadaku
dicakar. "Oooooohhhh....Mmmm
aaassss.....". Kurasakan ada aliran air hangat dan lembut yg
mengaliri batangku. "Inikah orgasme cwek..?" Aku tak mau ketinggalan.
Pantat Mbak makin kuremas, kugerakkan maju mundur. Selang 1menit,
"Mmmbbbbbaaaakkkk.....oooohhhhh"
Kusemburkan dalam2 cairanku. Mbak Ani memelukku erat.
Akupun demikian. Tubuhku sedikit terhentak2. Kurasakan banyak maniku yg menyembur di kedalaman vaginanya.
Sekitar 5menit kami berpelukan. Kudengar isak tangis pelan.
"Kenapa Mbak...maafin aku ya Mbak...aku bener2 sayang sama Mbak.." Mbak Ani tak menjawab. Isak itu makin kuat.
Kubelai2 rambutnya. Cukup lama. "Nggak Mas..aku yg minta maaf. Sudah
ngajari yg enggak2 dan ngambil perjakamu Mas..". "Nggak Mbak..aku seneng
Mbak yg ngajari pertama kali. Sudah lama aku menginginkannya". Kuangkat
kepalanya. Kutatap mata bening dan basah itu. Kukecup lembut sekali
bibirnya, hangat dan dalam. Mbak Ani melakukan yg sama. "Aku tau
Mas...". Damai sekali saat itu.
"Mbak..nanti kalo hamil gimana..kok nggak dilepas2 penisku?" "Bentar
lagi Mas..aku masih pingin penismu di dalam. Aku nanti beli obat antinya
di apotik depan. Mas sendiri sih yg mulai..", sambil menyentil ujung
hidungku. Ia tersenyum manis dan sedikit kelihatan giginya ( kalian bisa
membanyangkannya tho.. ). "He3x..Mbak juga ngrespon...", aku gak mau
kalah debat, sambil menggigit ujung hidungnya. Kami serasa pasangan
kekasih yg sedang memadu asmara. "Mandi yok Mas..", ajaknya kemudian.
"Mandiin kayak dulu ya..." "Iya Masku sayang...." Mbak Ani bangkit dan
mengelap vaginanya dengan dasternya. "Banyak sekali mani Mas.." "Kan
artinya sayang.." Penisku dilapnya juga. Sayangnya kami tak kan bisa
bersatu.
Walo begitu hingga saat ini rasa itu masih ada. Entah berapa kali kami
memadu nafsu dan untungnya tidak ada orang rumah yg menciumnya
No comments:
Post a Comment