Tuesday 29 May 2018

Ino, Sebuah Penyesalan 1

Awal Petualangan
Dulunya ino tak pernah berpikir akan bertindak sangat jauh seperti ini. Namun perjalanan waktu membuat semuanya berjalan di luar kendalinya. Dan ia menikmatinya. Semua bermula ketika pagi itu, seperti kebiasaannya, Ino ke kantor saat pukul masih menunjukan angka 07.00 pagi. Sebenarnya pagi itu, cuaca di luar mendung, maklum lagi puncak musim hujan.
“Pagi kakak...” suara lembut menyambutnya di ruangannya.
“eh, kamu Yun...” balas Ino. Ia tersenyum pada Yuyun. Ino lalu melirik ruangan kantornya yang masih sepi. Rekan-rekan kerjanya biasanya datang jam 7.30 itupun masih ada yang telat, palagi dengan suasana mendung yang mulai rintik begini. Pastinya mereka punya alasan tepat untuk lebih telat lagi.
“eh, kak..” suara Yuyun melepaskan kegiatan Ino yang tengah membongkar tas laptopnya.
“yup..?” Ino melirik Yuyun. Yuyun adalah siswa kerja praktek (PKL) dari sebuah lembaga pendidikan komputer di kotanya.
“ini kak, kami kan mau bikin laporan, boleh gak pinjam komputer...” tanya Yuyun yang saat itu tengah mengelap meja kerjanya.
“ohh..boleh saja, tapi kalo bisa jangan pada saat jam sibuk, kalo komputernya lagi gak pake untuk kerjaan kantor, silahkan saja..oh ya, jangan-jangan kamu yang sms aku kan soal ini seminggu lalu?”
“hoo-oh, tapi kakak gak bales waktu itu..ehm..jadi gak apa-apa ya, kak?” Yuyun menyakinkan dirinya, suaranya terdengar sedikit manja.
“oh ya? habisnya sms nya gak bilang dari siapa, lagian udah malem banget. Jadi kakak kiro itu si Ivo yang iseng.. ya gak masalah kalo kamu mau pake. Silahkan saja...” jawab Ino sambil tersenyum.
“makasih kak..” sambut Yuyun gembira, sambil terus mengelap meja Ino, Ino yang saat itu tengah mencari stop-contact untuk menyambungkan arus listrik ke laptopnya, yang berada di dinding bawah belakang kursinya, dengan tanpa sengaja menyentuh pantat Yuyun.
“aduh, maaf Yun..” katanya kaget. Walaupun ia sempat berdetak sekilas, pantat Yuyun terasa kenyal. Wajar saja, tubuh gadis ini tengah berkembang mendekati pertumbuhan matang menjadi seorang wanita dewasa.
“duh kena deh…” canda Yuyun. Membuat Ino lega, ia pikir Yuyun bakal marah.

Terkena strum tanpa sengaja itu, membuat Ino akhirnya memperhatikan Yuyun lebih lekat. Gadis 20 tahunan ini, ternyata menarik juga. Tubuhnya tinggi, wajahnya manis. Sayangnya tubuh ini selalu terbungkus jilbab longgar. Sehingga ia agak sulit menduga bentuk tubuhnya. Namun, kalaupun Yuyun tidak berpakaian seperti itu, Ino juga tidak bakal sadar ada mahluk manis ini karena selama ini Ino, selalu sibuk dengan aktivitas kantornya, sehingga ia tidak terlalu peduli.

“eh kak, memperhatiin apa sih...” suara Yuyun mengejutkan Ino dan mengembalikan dirinya ke alam sadar.
“eh enggak apa-apa kok....” Ino mengelak.
“Lagi kangen sama mbaknya ya...” goda Yuyun.
“ah, kamu bisa saja...” balas Ino, Yuyun malah tersenyum lagi.
Yuyun bergerak meninggalkan meja Ino, karena acara ngelapnya udahan. Namun karena harus melewati Ino, dengan ‘tanpa sengaja’ ia menggesekkan pantatnya ke paha Ino sambil berkata menggoda:
“yee yang lagi kangen...”
Ino tak menanggapi kata-kata Yuyun itu, ia lebih fokus pada pantat kenyal itu yang sekali lagi “tersentuh” tubuhnya. Yang membuatnya lebih berdebar lagi, karena tubuh Yuyun yang hampir setinggi dirinya, paling beda tiga jari itu, maka saat Yuyun melewati dia tadi, pantat itu sebenarnya sempat menyenggol penisnya. Pantat itu mengingatkannya pada Indri, isterinya. Namun Ino tak mau berkhayal lebih jauh. Laptopnya sudah started up dan ia mulai lagi dengan pekerjaannya. Sementara rintik di luar, berubah menjadi hujan kecil yang merambat pelan menjadi sangat deras.
Sekitar 15 menit, Yuyun mendekat lagi. Ditangannya ada secangkir teh.
“ini kak, tehnya...”
Entah kenapa Ino, menginginkan Yuyun “menyentuhkan” tubuhnya lagi. Ino harus jujur, ia memang sudah lama tidak disentuh dan menyentuh wanita. Kehangatan wanita sudah hampir setahun ini ia tidak rasakan lagi secara simultan. Ya, sejak isterinya tinggal di negara lain, melanjutkan studi pasca sarjananya, Ino harus berpuasa. Kepuasan seksnya ia lampiaskan dengan seks by phone sambil onani dengan isterinya. Ino memang sempat berpikir untuk mencoba mencari selingan. Namun ia ragu, karena ia memang masih sayang dengan isterinya. Selain itu Ino juga tidak mau mengambil resiko. Ino terbilang save player, ia mau saja selingkuh asal aman (baik dari penyakit dan juga resiko dituntut selingkuhannya).

Ino, merasakan desir birahinya menyambar. Apalagi saat ini suasana sangat mendukung. Hujan deras di luar, menebar hawa dingin menggelitik, sementara di ruangan ini hanya ada dia dan Yuyun, yang dengan tanpa sengaja pagi ini, telah membuat dirinya terpancing untuk merasakan lagi kehangatan wanita. Sempat terlintas ide gila untuk mengajak Yuyun bercinta pagi ini. Namun Ino, sadar ini hanya godaan sesaat saja. Ino memang dikenal sebagai suami yang setia.

Kalau Ino mau sadar, sebenarnya sudah sejak tiga bulan lalu, saat Yuyun pertama kali praktek, dirinya telah beberapa kali bersentuhan dengan Yuyun. Hanya saja dirinya tidak sadar, padahal saat itu, beberapa kali tangan mereka sempat bersentuhan lama. Bahkan beberapa kali tangan Ino sempat menyenggol dada Yuyun, saat ia memindahkan tumpukan buka tebal yang dibawa Yuyun untuk dinaikan ke atas lemari arsip. Saat itu, Ino tak berpikiran apa-apa. Hanya saja Yuyun, merasa hal yang sebaliknya. Ia yang sadar Ino lelaki jablay, merasa Ino menggodanya dengan sentuhan-sentuhan kecil itu.

Sebagai perempuan yang beranjak menjadi wanita sempurna, Yuyun pun sebenarnya menyukai sentuhan-sentuhan itu. Kadang ia menginginkan lebih. Namun ia menahannya, karena ia tengah mencari sosok yang ngepas, yang bisa menuntunnya menikmati surga dunia itu secara sempurna. Meski berkerudung, namun Yuyun termasuk cewek yang terbuka dalam hal seks. Ia sudah banyak melahap buku-buku seputar hubungan intim pria dan wanita. Karena itulah, menurut Yuyun, lelaki yang sudah berkeluarga adalah yang paling cocok untuk mengajaknya berpetualang menuju puncak asmara.

Dan ia menganggap Ino cocok untuk mengajak dirinya menjelajahi dunia yang sempat ia rasakan sedikit dulu dengan mantan pacarnya, ketika ia SMP. Kala itu Yuyun sudah merasakan nikmatnya dicium. Namun setelah itu semua terputus, hingga saat ini, dimana ia telah menemukan Ino. Yuyun tahu posisi Ino, karena itu Yuyun hanya ingin berpetualang, tidak lebih. Meski sedikit ada rasa simpati di hatinya untuk Ino, namun selalu ia tekan hingga tidak berkembang menjadi rasa sayang. Ia takut, semua akan menjadi berantakan nantinya.

Ino, usianya menjelang 30 tahun, ia baru menikah 3 tahun lalu. Tingginya 175 cm, tubuhnya tidak terlalu atletis, tapi karena ia rajin olahraga, membuatnya terlihat bugar. Isterinya, indri, seorang dosen bahasa inggris. Kehidupan rumah tangga mereka sebenarnya bahagia. Seks mereka dahsyat. Indri, usia 28 tahun. Tubuhnya mungil tapi sintal-padat. Perutnya tipis, dadanya membusung ketat, kenyal dan ditopang oleh bokong yang penuh.

Di depan kelas, indri sangatlah lembut. Namun di atas ranjang ia bak kuda liar. Energi seksnya seakan tak terpuaskan. Dan Ino yang bertenaga gajah hampir selalu bisa menuntaskan letupan api asmara Indri dengan limpahan spermanya yang membucah bak lava. Indri dan Ino selalu merindukan saat-saat menyatukan hasrat itu. Leguhan panas indri biasanya meletup sesaat sebelum orgasme melingkupinya, sementara dengus napas Ino, membelah tungku api asmara itu.

Penis 16,5 centi dengan diameter 4cm, cukuplah membuat Indri tergial-gial tak berdaya saat orgasme kedua atau ketiganya melanda. Yang paling Indri suka adalah saat Ino mengenjot dirinya dengan posisi konvensional dimana Ino memeluk tubuhnya ketat. Tubuh mungilnya seakan tertelan di bawah tubuh besar Ino. Sementara vaginanya genjot dengan speed berirama. Bagai mengendarai mobil, Ino tahu kapan harus pindah gear, ngerem atau ngebut. Selagi menggoyang dengan posisi ini biasanya telapak tangan Ino meremas-remas pantat Indri, membuat Indri semakin melayang. Biasanya Indri orgasme untuk kali kedua dengan posisi ini.

Orgasme pertama biasanya ia rengkuh, saat foreplay. Saat Ino menghujani seluruh tubuhnya dengan jilatan liar. Mengusap dada, memilinnya, menjilat dan menghisap puting susunya. Atau saat ino memainkan klitroisnya dengan jari dan lidah. Indri termasuk wanita yang mudah orgasme, apalagi kalau dia sedang masa subur. Dan Ino adalah lelaki yang sangat senang memuaskan dirinya. Sementara untuk Ino, permainan selalu harus diakhiri dengan gaya doggy style, posisi ini memungkinkan jepitan hangat dan kuat vagina Indri mencapai tingkat tertinggi. Di sisi lain dengan posisi ini, Indri merasakan sodokan penis Ino, bak jurus tombak shaolin, yang membuat mereka terkapar bagai ikan kehabisan air.

Indri selalu merindukan penis Ino menusuk-nusuk lobang vaginanya. Segala stressnya akan hilang, saat penis Ino menyumpal liang surga duniawinya itu, dengan penisnya yang keras membesi. Karena itu, ia tidak pernah segan meminta Ino untuk menggumulinya, menggenjotnya hingga titik tenaga terakhir. Untuk mendukung itu, keperluan Ino selalu ia penuhi, mulai dari jamu tradisional sampai obat modern, meski ino jarang meminumnya. Ino cukup dengan olahraga dan minum madu saja.

“kak...melamun lagi...” Yuyun menepuk bahu Ino, Ino yang terkejut langsung menangkap tangan itu dan menariknya. Yuyun yang tidak menyangka reaksi Ino, tertarik ke depan dan jatuh ke pangkuan Ino. Dadanya menempel di dada Ino, dan menekan kuat. Seketika Ino merasakan hangatnya tubuh dan kekenyalan dada Yuyun. Mereka terdiam, Ino masih memegang tangan Yuyun, mereka terdiam. Mereka bertatapan. Yuyun merasakan dengus napas Ino menerpa keningnya.

Dalam diam mereka, Ino yang sudah birahi, memberanikan diri menggerakan bibirnya, mencoba menyentuh bibir Yuyun, namun ia tak mau terburu-buru dan masih takut Yuyun akan marah. Sehingga ia mengalihkan arah bibirnya ke kening Yuyun. Seakan mengerti, Yuyun yang memang sudah tertarik sejak awal pada Ino, memejamkan matanya dan membuka sedikit mulutnya. Bibir Yuyun yang tidak terlalu tipis namun padat itu membuat Ino mengurungkan niatnya mencium kening gadis itu. Perlahan, masih setengah yakin setengah ragu, Ino menurunkan lagi bibirnya. Detik-detik itu terasa sangat mendebarkan. Akhirnya bibir Ino menyentuh lembut bibir Yuyun dengan lembut. Kecupan ringan dan sekilas. Ino melepaskan kecupan ringan itu, menunggu reaksi gadis itu. sementara Yuyun masih terpejam, bibirnya masih terbuka kecil. Melihat itu, Ino kembali mendekatkan bibirnya, kali ini kecupannya diikuti sedikit hisapan pada bibir atas Yuyun, mencoba mencari kepastian dari Yuyun. Bagaimanapun Ino masih ragu, ini kali pertama mereka berdekapan erat dan tanpa rencana. Yuyun pun membuka sedikit lagi bibirnya, sehingga Ino bisa menyelipkan bibir bawahnya lebih dalam dan leluasa di antara belahan bibir itu, untuk kemudian memagut bibir atas Yuyun, lalu menghisapnya.
Pagutan dengan hisapan lembut itu, terasa hangat. Sesaat kemudian Yuyun membuka matanya sedikit, melepaskan bibirnya dari pagutan Ino, meski tak menarik wajahnya. Ino menyiratkan rasa kecewa. Yuyun tersenyum. Ia melepaskan pegangan tangan Ino. Tanpa diduga tangan itu malah melingkar di leher Ino. Yuyun melekatkan lagi bibirnya pada mulut Ino. Ino dengan sigap menyambut. Kali ini, seakan sudah mengerti, mereka pun saling melumat. Awalnya lumatan-lumatan lembut dengan sedikit hisapan. Saling meneliti tiap mili bibir mereka.

Tangan Yuyun, bergerak memegang pipi Ino, seakan tak ingin bibir Ino lari dari bibirnya. Sementara ino yang mendapat angin segar, memberanikan diri menurunkan tangannya bergerak ke arah pinggang Yuyun. Ino mendorong tubuh Yuyun sedikit, mencari posisi, agar penisnya tidak tertekan tubuh Yuyun. Untunglah kursi Ino tidak bertangan, sehingga dengan mendorong kursi itu sedikit ke belakang, agar mereka tidak terlalu terjepit oleh meja, mereka jauh lebih leluasa. Yuyun mengubah posisinya sehingga ia kini duduk mengangkangi Ino. Hari itu, tidak seperti biasanya Yuyun tidak memakai rok panjang, ia memakai celana panjang.

Ino, mengusapi punggung Yuyun, tangannya mulai berani menyelip ke bawah kerudung, lalu naik memegang leher Yuyun. Yuyun merasa hangatnya tangan Ino, menyentuh kulit lehernya. Ino menekan kepala Yuyun, mereka saling lumat lagi, kali ini bibir Ino berupaya menyeruak masuk ke dalam mulut Yuyun. Yuyun pun tak mau kalah, gadis itu menghisap lidah Ino. Saling bergantian mereka saling hisap.
“kamu pandai berciuman...” puji Ino seakan melupakan kalau saat ini ia sudah resmi mengkhianti isterinya.
‘ belajar dimana?...” selidiknya.
“ehm...ada deh...hh” goda Yuyun diantara bibir Ino. Gadis yang penampilannya santun ini, ternyata menyimpan birahi berkobar. Di luar hujan semakin deras. Ino dan Yuyun terus berpacu, saling melumat dan hisap, semakin dalam dan panas. Ino semakin berani menjelajahi tubuh Yuyun, tangan kirinya bergerak ke bawah dan meremasi bokong Yuyun, bokong yang tadi memancing birahinya. Bokong gadis ini, ternyata sedikit lebih besar dari milik istrinya. Yuyun tergial.
‘Auu...” pekiknya tertahan manja.
Sudah hampir 15 menit aktivitas itu mereka lakoni, pakaian Yuyun mulai berantakan, sementara bibir mereka seakan menjadi tebal. Ino tengah berupaya menyelusupkan tangannya ke balik blazer Yuyun untuk meraih dada gadis itu, ketika ponsel Yuyun berbunyi keras. Mereka kaget. Berbarengan dengan itu terdengar suara sepatu bergerak masuk ke ruangan mereka. Mereka segera saling melepaskan, dan pura-pura beraktivitas seperti biasa.
Yuyun melangkah ke arah ruang komputer di ruangan sebelah sebelah dekat meja Ino, langsung pura-pura melanjutkan pekerjaan. Yang datang ternyata ivo. Pakainnya tampak sedikit basah.
“uihh...basah semua deh” gerutunya saat melangkah ke arah meja Ino. Ivo biasanya memang langsung ke meja Ino kalau datang, sebab ia tahu, Ino selalu datang duluan. Ino yang pura-pura bekerja di laptopnya, tersenyum geli.
“makanya, jangan buru-buru ke kantor neng..” katanya asal
“yee orang mau cepat-cepat ke kantor malah gak boleh...gimana sih?” rutuk ivo
“bukannya gitu, kalo hujan ya datengnya lebih cepat sebelum hujan turun lebat, atau...gak usah datang sama sekali...kan gak ngaruh..hahahahaha” Ino geli sendiri. Ivo manyun.
Ino memperhatikan Ivo baju bagian atasnya agak kuyup, sehingga lekuk tubuh atasnya terlihat menyembul. Sebenarnya Ino senasib dengan Ivo, saat ini Ivo tinggal sendiri, ia ditinggal suaminya bekerja di Jepang sejak dua tahun lalu. Karena itu mereka terlihat akrab.
“No, tolong nyingkir dulu dong, aku ganti baju...”
“yee...kenapa sih gak ganti saja langsung, gak usah pake ngusir2 segala” rutuk Ino
“elo mau liat aku telanjang?”
“sapa takyuttt” goda Ino.
“Bener?”
“jangan deh-jangan deh...jangan ragu-ragu..hahahahah”
“maunya ya...”
“udah deh, ganti di ruang sebelah saja...” Ino masih gak mo nyingkir
“yahhh...” Ivo menggerutu, namun tetap melangkah ke ruang sebelah. Di sana ia memperhatikan Yuyun yang tengah mengerjakan, entah apa.

Hari itu berlalu saja, semua aktivitas bisnis kantor ini berjalan biasa. Ino dan Yuyun sendiri seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Namun Ino sempat mengirimkan sms pada Yuyun, Ia minta maaf dengan apa yang terjadi tadi. Namun Yuyun mengatakan tidak ada yang salah dan perlu dimaafkan.
“kalo geto boleh dong, dicoba lagi...” goda Ino masih via sms.
“syapa takyutt..” bales Yuyun balik menggoda. Jawaban ini semakin menyakinkan Ino, ia bisa melanjutkan “permainan panas” ini.
Dan sejak itu mereka selalu melakukan aktivitas ini, hanya saja mereka belum melangkah lebih jauh, saling kecup, remas dan menggesekan kemaluan mereka dari luar. Mereka masih saling jaga dan hati-hati, walaupun keinginan untuk merasakan kenikmatan lebih intens selalu menggoda. Sebagai lelaki yang pernah merasakan nikmatnya jepitan vagina wanita, keinginan itu lebih kuat. Apalagi kala berdua dengan Yuyun, wanita muda yang birahinya mudah terkobar dan sangat merangsang.

Namun seiring waktu, sedikit demi sedikit mereka mulai berani memasuki zona-zona yang pada awalnya mereka hindari. Kini Ino, sudah berani menyelinap masuk dibalik baju, meremasi dada Yuyun. Memainkan puting susu yang masih merah coklat muda itu serta menyusupkan jarinya ke balik celana gadis itu, mengilik-ilik klitorisnya. Sampai Gadis itu meregang. Orgasme. Yuyun juga sudah terampil menyelipkan jemari lentiknya memegang penis Ino. Sudah tentu, hal ini semakin menggoda mereka untuk bertindak lebih lanjut. Yuyun sudah tidak malu dan ragu lagi, saat Ino, menarik baju panjangnya ke atas atau membuka kancing bagian atasnya, membiarkan dada montoknya dikecupi, dijilati, dihisapi dan diremasi olehnya. Pun Yuyun, sudah fasih melepasi ikat pinggang Ino, memelorotkan celana Ino dan mengocok penis Ino, sampai penis itu memuntahkan isinya. Awalnya ia sempat kaget melihat penis Ino yang menurutnya sangat gede. Yuyun terkagum-kagum saat batang penis coklat tua ia meregang keras saat ia kocoki. Yuyun sudah tidak malu lagi melihat penis Ino. Permainan pun, tidak lagi hanya di kantor tapi di kontrakan Yuyun, atau di rumah Ino.
...................
sampai suatu ketika, akhir pekan di rumah Ino.
“ohh...hss” Yuyun mendesah manja, saat mulut Ino melumat puting susunya.
Yuyun sudah setengah telanjang, tergeletak di atas kasur empuk, tempat dimana Ino dan Indri biasanya melepas birahi. Ino menindih Yuyun. Baju bagian atas Yuyun sudah terbuka semua meski tidak terlepas dari tubuhnya. Dada yuyun yang padat dan montok itu membusung, putih mulus dengan puting merah kecoklatan, mancung menantang. Sembari melumati dada, tangan Ino bergantian meremasi, dan memilin dada dan puting susu yang kian mengeras dan ngacung itu.
Terganggu dengan baju dan BH Yuyun, Ino berusaha melepaskannya. Saat melepas baju itu, kerudung Yuyun ikut terlepas. Ternyata tanpa kerudung itu, wajah yuyun ternyata lebih mirip mulan jameela. Pandangan pertama ini membuat Ino semakin bernafsu. Bibirnya kini pindah ke leher putih mulus dan jenjang . Yuyun yang sudah terangsang tidak peduli lagi dengan kerudung di kepalanya. Tangannya meraih kepala Ino.
“ehm,,,hhh” desahnya.
Yuyun menggeliat, saat mulut Ino merayapi lehernya, kumis dan janggutnya yang baru tumbuh itu mengelitik dan menambah sensasi yang Yuyun rasakan. Tangan ino terus meremasi dada yuyun kiri dan kanan. Gadis itu meliuk-liuk keenakan, padahal Ino baru membuka permainan. Ino memang berniat ingin membuat gadis ini terkapar kepuasan. Ia memang sudah merencanakan ini. Targetnya paling tidak Yuyun mau mengoralnya hari ini. Selama ini, Yuyun belum mau disuruh oral. Ino sudah lupa daratan. Tapi ia tak sepenuhnya bisa disalahkan, Yuyun juga menginginkan percintaan ini.
Ino menurunkan kecupannya, bibirnya bergerak ke pundak, turun ke ketiak. Membuat Yuyun terpekik..
“auu,,,,geli. Kak!!!”
tapi itu tak lama, mulut Ino kembali merayapi dada gadis itu, turus ke perut dan menciumi pusar Yuyun. Pengalaman pertama ini membuat Yuyun, kian melayang. Ino mengangkat rok panjang Yuyun, hingga paha mulus itu terpentang. Selintas Ino melihat cd hitam Yuyun yang menutupi lembah kenikmatannya.
“hmmm...” dengus Ino.
“Kak...?”
“Yun...”
Ino mengusap paha itu sambil mengecupinya, sementara tangan kirinya meremasi dada yuyun. Mata gadis itu sayu. Puas merayapi paha itu, tangan kanan Ino, bergerak menyelinap ke balik cd Yuyun. Napas Yuyun seakan berhenti, saat perlahan namun pasti jemari Ino mengusap sekitar gundukan itu. Ino sengaja berputar-putar sejenak, memberi kesempatan Yuyun, menikmati aliran jarinya, sebelum menuju klitoris. Dengan lincah ino memainkan klit gadis itu. Sembari mulutnya kembali naik menghisapi buah dada Yuyun, yang semakin membesar, karena kian terangsang. Napas yuyun mulai tak teratur. Rangsangan di klitoris dan jilatan dan hisapan di dadanya membuat gadis ini merasakan urat-urat pembuluh darahnya mengembang, karena detak jantungnya semakin cepat. Ototnya mengeras, sebuah sensasi kenikmatan merasuki semua jalur sel ditubuhnya, nafasnya kian memburu. Sensasi kenikmatan itu tak dapat ditahannya, membuat dirinya meledak.
“ahh....kkk..kakkkk” jeritnya. Tubuhnya mengejang, memeluk Ino. Sesaat Yuyun serasa di dunia lain, melayang entah kemana. Ino tersenyum. Ia memeluk tubuh Yuyun yang mulai basah berkeringat. Bibirnya mengecup kening gadis itu syahdu, membiarkan wanita ini melepaskan sensasi nikmatnya. Sesaat kemudian, Ino melepasi bajunya sendiri. Otot dada dan perutnya terlihat mengkilap. Saat ‘mengerjai’ Yuyun tadi, rupanya Ino ikutan berkeringat.
Yuyun yang sudah pulih, menatap tubuh itu. Ia tahu kini tugas beralih padanya. Dengan penuh gemulai ia melepasi celana Ino. Ternyata batang kemaluannya sudah berdiri, meski baru setengahnya. Yuyun memegangnya. Meremasinya. Batang itu bergerak mengacung. Ino terguling terlentang, sementara Yuyun menyandarkan kepalanya di dada Ino. Ia mulai mengocok batang itu. Sementara Ino, berusaha menggapai buah dada Yuyun, memilin putingnya. Sesekali ia meremas dada itu kuat2, membuat Yuyun menghentikan kocokannya. Karena aktivitas ini sudah sering dirasakan oleh Ino, sehingga meskipun sudah 15 menitan Yuyun mengocoki penis Ino, namun belum ada tanda2 bakal muntah.
“kok lama ya kak...?” tanya Yuyun polos.
“gini deh...” lalu Ino menyuruh Yuyun memutar pinggulnya ke arah kepalanya. Dengan sigap ia melepasi cd yuyun dan melolosi rok yuyun. Gadis itu terkejut. Ia telanjang bulat sekarang. Dan ini kali pertama ia telanjang di hadapan Ino, selama ini mereka tidak pernah telanjang bulat. Kini dua-duanya polos
“kak,,,,,mau diap...” belum selesai yuyun berkata...Ino sudah menyergap selangkangan Yuyun, dan menjelati permukaan luar liang kenikmatan itu.
“ouw...akh,,,kak,,,ihh” Yuyun tergial-gial lagi. Ia merasakan sensasi liar dari bagian sensitivenya itu bergerak muncul kembali. Namun kali ini ia merasakan sensasi kenikmatan itu bergerak lebih cepat, apalagi saat lidah Ino menjilati klitnya, sesekali diiringi kecupan dan hisapan lembut.
“kak,,,kakak gila, masakhhhh...ehhh” Yuyun tak bisa bicaar lagi. Meski ia tahu, Ino sedang mecunninglus dirinya. Namun ia tak menyangka kenikmatannya begini tara.
Tangan Ino naik lagi ke atas, menjelajahi dada Yuyun. Membuat dada itu kembali mengeras dan membusung, mengacungkan putingnya yang indah. Hanya beberapa saat, gelombang kenikmatan Yuyun kembali melanda. Hal ini disebabkan sensasi kenikmatan pertama tadi masih merayapi tubuhnya, sehingga dengan rangsangan sedikit saja, badai orgasme menerjang lagi. Ia melengkungkan tubuhnya, mengangkat panggulnya tinggi, pahanya mengejang dan menjepit kepala Ino, membuat Ino kesulitan bernapas.
“ahh,,,,kakak,,,,,okhhhh” leguhnya panjang. Gadis itu terkapar lagi. Yuyun memang setipe dengan Indri, saat klitnya dijilati, maka tak akan mampu bertahan lama. Sebuah keuntungan tersendiri karena dapat menikmatinya dengan begitu mudah.
“kakak gila....” rengeknya
“tapi seru kan?” goda Ino
“iya sih, tapi Yuyun jadi cape nee...” manja suara gadis ini. Ia memeluk Ino. Sementara Penis Ino sedikit kempes, karena kurang rangsangan. Ino menindih tubuh telanjang itu. Ia menciumi lagi bibir dan lehernya. Sesekali dengan cepat ia menjilati dada gadis itu. Yuyun yang sudah agak pulih, kembali terangsang. Alami sekali, ia mengangkangkan pahanya sehingga Ino lebih leluasa bergerak. Gadis itu merasakan penis Ino mulai mengeras lagi dan menekan sedikit dibawah pusarnya. Sesungguhnya ia ingin sekali merasai penis itu di liang surgawinya. Namun ada sedikit rasa ragu. Tangannya bergerak meraih penis itu. Mengusapnya.
“hemsh..” dengus Ino. Ino meraih tangan itu di penisnya, dan merentangkan kedua tangan itu ke atas kepalanya, lalu ia menjilati seluruh tubuh gadis itu. Meremasi dada, perut, pinggul dan pantat yuyun, mencoba memainkan kembali, sensasi yang masih berayun-ayun di tubuh yuyun.
Ino sendiri sebenarnya ingin sekali menjejalkan batang penisnya ke vagina Yuyun, yang sudah sangat basah itu. Rangsangan yang ia berikan pada yuyun, sudah membuat gadis ini pasrah bila penisnya merasuk ke vaginanya. Tapi tampaknya keduanya masih ragu. Ino tidak mau memaksa. Akan tetapi dengan kondisi seperti ini, dimana mereka sama-sama sudah sangat terangsang, keraguan itu sedikit aneh.
“Yun...” bisik Ino di telinga gadis yang sudah semakin sayu itu. Geletar keinginan untuk meraih kenikmatan lebih jauh mengayun kesadaran gadis ini.
“hmm...” desah Yuyun menjawab bisikan Ino. Ia merasakan penis itu semakin keras, dan bergerak sedikit di permukaan vaginanya. Kepala penis yang sudah berwarna ungu itu menyentuh klitorisnya. Yuyun berdesir. Sensasinya beda. Akhirnya dalam kepasrahannya
yuyun berbisik
“kak,,,kalau kakak mau, Yuyun rela diperawani...”. Ino terenyuh dalam nafsunya mendengar kata2 yuyun itu. Ino tak menjawab, ia menyentuh sekali lagi vagina Yuyun, masih basah, kenyataan wanita ini sudah sangat terangsang. Tubuhnya kini sangat sensitive terhadap sentuhan Ino.
“...kak...Yuyun juga ingin, merasakan kenikmatan bersetubuh kak...” Yuyun seakan meyakinkan Ino untuk tidak ragu.
“ayo kak, puasi Yuyun, ajak yuyun bertualang kak” pinta Yuyun. Ino seakan tak mendengar, ia terus mengecupi dan meremasi seluruh bagian tubuh Yuyun, yang sudah tidak tahan lagi itu.
“kak!!!” teriak Yuyun, sedikit putus asa.
“apa?” balas Ino pura-pura tak mendengar.
“ayo dong....!!”
“he-eh” ino menyeringai...lalu dengan sedikit kasar, ia mementangkan paha Yuyun dan menaruh bantal di bawah bokongnya. Yuyun pasrah, ia merasakan ada benda keras, bergerak-gerak di depan liang vaginanya. Lambat tapi pasti penis Ino, mencoba menerobos masuk. Yuyun hanya terpejam, mencoba menikmati detik-detik hilangnya keperawanannya. Ia sangat pasrah dan percaya Ino, akan memberikan yang terbaik untuknya. Selama ini ia sudah membuktikannya. Namun demikian Yuyun, deg-degan juga, antara penasaran ingin merasakan bagaimana rasanya penis yang biasanya hanya ia kocok dengan tangan itu, memasuki liang vaginanya dan ada juga rasa takut bagaimana penis besar itu bisa masuk ke vaginanya yang sempit. Yuyun menahan napas, saat ia merasakan ada daging kenyal mulai melesak di bibir luar vaginanya..
“ehmmm,” desahnya saat benda keras-kenyal itu bergerak membelah vaginanya.
meski sudah sangat basah, namun tetap saja, penis Ino sulit masuk dengan lancar. Saat kepala penis sudah masuk, Ino mulai mengoyang keluar masuk perlahan. Memberikan kesempatan liang Yuyun untuk membuka sedikit demi sedikit. Gesekan perlahan ini, tak urung membuat Yuyun mulai tergial. Sedikit demi sedikit penis Ino mulai menyeruak menerobos, hingga seperempat lebih penis Ino masuk, ia merasakan ada sedikit hambatan dan ia merasakan ada sesuatu yang robek.
“ouw,,,” teriak yuyun. Ia meringis
“sakit yun?” tanya Ino
“gak..Cuma serasa ada yang lepas saja, terus kak, enak..hmmms” katanya.
Ino kembali mengoyang perlahan, lambat laun penis itu tertanam. Yuyun sendiri merasakan sensasi gesekan itu kian nikmat. Karena saat mendorong penisnya masuk, Ino melakukan gerakan mendorong dan menarik dengan penuh perasaan, hingga satu tekanan terakhir seluruh penisnya telah tertelan liang surgawi milik Yuyun. Ino menekan sedikit kuat namun tetap pelan.
“ohhkkk...” desahnya panjang. Yuyun merasakan liangnya penuh sesak. Ino mendiamkan penisnya tertanam sejenak di liang itu.
“kak...” erang Yuyun. Ia tersenyum. Ino mendekapnya erat. Hingga mereka dapat merasakan detak jantung mereka sendiri. Yuyun mengigit bibir bawahnya.
Semenit kemudian, ino mulai melakukan gerakan maju mundur. Perlahan-lahan tapi pasti, penis itu bergerak mengaduk vagina Yuyun..
“oh,,,kak,,,ehm” leguh Yuyun, merasakan kenikmatan bersenggama sesungguhnya. Ia tidak merasakan sakit sama sekali saat penetrasi tadi, karena Ino memang melakukan pemanasan yang lebih dari cukup, sehingga dirinya sangat terangsang.
Menit demi menit, goyangnya Ino semakin mantap. Yuyun mulai bisa mengimbangi gerakan tusukan Ino. Saat Ino menekan penisnya, ia melakukan kontraksi otot vaginanya, sehingga penis Ino serasa diurut-urut, ditambah lagi liang Yuyun yang masih asli, terasa sekali jepitannya.
‘Oh, Yun,,,enak banget...’ bisik Ino
“hmss,,,kak, nikmat sekali,,,ohh,,,terus kak,,okhh” rengek Yuyun. Ia menggigit bibirnya, saat penis Ino menyentuh sesuatu yang membuatnya menahan napas.
“ya kak, terus,,,itu kak, oh,,,enak sekali kakkk...penis kakak ohhh...” racaunya
Tanpa memperdulikan racauan Yuyun Ino terus memompa panggulnya, sembari sesekali mencium bibir dan buah dada gadis itu. Dengan teknik 9 tusukan pendek, 1 tusukan panjang, Ino berhasil menggiring Yuyun mendekati titik tertinggi persenggamaan ini.
“oh,,,kak terus kak,,terus ouw...” Yuyun tergial. Wajahnya memerah, matanya kian sayu. Tangannya mencoba meraih pantat Ino, yang tengah memompanya,
“terus kak…dalam kak…oh…” pintanya. Ino mengerti, kalau wanita sudah meminta tusukan lebih dalam, ia sudah mendekati orgasme, maka ia mengganti tusukan 9 pendek menjadi 5 pendek 1 panjang. Akibatnya Yuyun, bagai gila menerima badai kenikmatan di liangnya. Sensasinya merayapi seluruh pembuluh darahnya. desakan kenikmatan itu kian tak tertahan, menerobos ke sum-sum mendekati jaringan otaknya.
“kakak…ohkk,,,,ohh…aw”
Ino mempercepat goyangnya, membuat desakan kenikmatan yang Yuyun rasakan kian tak tertahan.
“oh,,,kakak aku ingin kencing.” Teriaknya
“kencing saja,!!” balas Ino ditengah dengusnya. Ia tahu penisnya berhasil merangsang g-spot Yuyun, rasa ingin kecing itulah tandanya. Ia terus memompa dengan cepat, sehingga rangsangan itu semakin intens. Yuyun merasakan sensasi itu sudah menerobos otaknya. Ia tak mampu mempertahankan dirinya lagi, Yuyun berteriak:
“Oh,,,kakak Yuyun gak tahan lagii,,,ahkhhhhh,,..” Yuyun mengangkat panggulnya tinggi dan mengejangkan pahanya. Lehernya terdongak. Nafasnya tersengal hebat. Yuyun merasa tubuhnya lemas sekali. Sebuah pelepasan tiada tara. Berbeda sekali dengan yang pernah ia rasakan sebelumnya. Ino memeluk tubuh yang sudah banjir keringat itu. Ino tahu ini pengalaman pertama Yuyun, karena itu ia tidak mau ngoyo. Namun demikian ia sendiri ingin meraih puncaknya. Sesaat kemudian, ino kembali memompa.
“Yun bantu aku ya,,,” bisiknya mesra, mencium lembut bibir gadis manis ini. Yuyun tersenyum. Ino sendiri sebenarnya sadar tidak terlalu lama lagi, ia sendiri akan mencapai puncaknya. Masih dengan gaya konvensional, Ino mengoyang panggulnya turun naik, sementara panggul Yuyun yang kokoh, menahan gempuran. Mereka bergoyang-goyang. Saling tatap, sesekali Ino menurunkan tubuhnya merapat, hingga buah dada Yuyun terhimpit oleh dadanya, dengan terus menggoyang. Posisi ini sangat mesra. Lagi lambat laun sensasi yang Yuyun rasakan tadi kembali muncul, pun yang dirasakan oleh Ino.
Sensasi nikmat ini, semakin menguat, kala goyangnya semakin cepat dan kuat. Ino merasakan vagina segar milik Yuyun, membuatnya bagai menerobos jepitan bergerigi, mengurut setiap mili batang penisnya. Denyut-denyut vagina Yuyun, sangat terasa di penisnya.
Ino, menarik tungkai kaki yuyun dan meletakkannya ke dadanya dengan kaki tersangkut dibahunya, sehingga penisnya bisa masuk lebih dalam. Yuyun merasakan penis Ino menembus rahimnya. Akibatnya sensasi kenikmatan itu kembali menyeruak.
“kak,...?” yuyun merengek.
“Yun,,,” ino mengecup bibir yuyun yang sudah tergolek lemah. Yuyun hanya mampu bertahan menahan gempuran Ino, yang kian menggila. Ino sendiri merasakan sensasi kenikmatan makin terasa di pangkal penisnya. Ia menghujam-hujam lebih cepat dan dalam. Ia ingin mengejar puncaknya.
“Yun aku bentar lagi keluar,” erangnya
“terus saja kak, semprot saja di dalam.” Kata yuyun. Yuyun memang sudah mempersiapkan pil KB, ia mempunyai teman yang bekerja sebagai apoteker, sehingga dengan mudah ia mendapatkan pil itu.
Sensasi kenikmatan yang dirasakan Ino, semakin tak tertahan, gerakannya semakin cepat dan liar. Keliaran ini justru membuat rangsangan di vagina Yuyun juga semakin tak tertahan. Yuyun semakin tak tahan, kepalanya ia banting ke kiri dan ke kanan.
“kakkkkkkkk,,,,,” serunya putus asa
Ino tak memperdulikan teriakan Yuyun, ia terus memompa, kenikmatan itu sudah mulai menerobos saluran spermanya. Semakin memgelembung kuat. Ia mendengus kencang. Ia menggenjot lagi liang vagina Yuyun sudah sangat becek. Tiap genjotannya mengeluarkan suara berkecipak. Yuyun sudah terengah-engah di bawah tubuh Ino. Sementara ino, menurunkan lagi kaki Yuyun. Dengan demikian ia bisa memeluk Yuyun sambil menggenjot lebih kuat dan cepat. Ia ingin melepaskan tekanan kenikmatan ini sambil memeluk Yuyun. Semakin lama goyang Ino, semakint tak menentu, Yuyun pun sudah berada di ujung kenikmatannya. Satu ayunan lagi ia mencapai puncak.
“kak,,,yuyun sudah gak kuat lagii...akkkkkhhhhhhhhhhh” yuyun orgasme lagi. Tubuhnya melengkung lagi. Panggul ia angkat tinggi-tinggi. Sedetik kemudian Ino pun mengejang di atas tubuh yuyun, Ia memeluk tubuh itu dengan erat dan kuat dan menekan panggulnya ke bawah dengan kuat. Akibatnya tubuh mereka menyatu-padu, kencang. Yuyun yang tengah melepaskan kenikmatannya tidak menyadari tubuhnya dipeluk sedemikian kencang oleh Ino. Yang ia tahu ia melambung tinggi. Ino berkelojotan, maninya menyemprot kencang. Penisnya berkedut-kedut kencang, menumpahkan semua isinya.
Mereka berpelukan erat. Hingga akhirnya mereka kembali ke dua sadar mereka. Napas mereka masih tersengal. Ino memeluk Yuyun, membiarkan penisnya tertanam dalam vagina yuyun. Vagina itu masih berkontraksi. Bebarapa Penis Ino masih menegang keras namun lambat laun bergerak mengecil kembali dan keluar dengan sendirinya dari vagina Yuyun. Ino menghempaskan tubuhnya ke samping tubuh gadis yang sudah terkulai lemas itu.
“aduh kak, cape banget,,,,ngilu...” rengeknya manja.
Ino tak menjawab, ia mengecup kening Yuyun. Sore ini ia sudah memerawani satu lagi anak gadis orang.
“makasih ya..Yun, kakak puas banget.” Kata Ino tulus. Yuyun tersenyum. Mereka berciuman mesra. Ino memeluk Yuyun, tanpa dikomando mereka tertidur. Sementara di sudut kamar, foto Indri menyaksikan persenggamaan terlarang itu dengan penuh seringai.
Indri yang bahagia..
Ino meremas pantat isterinya. Sementara bibirnya menelusuri dada isterinya yang sudah satu tahun lebih ini, tak ia sentuh. Indri meleguh kencang.
“ayo bang, langsung saja, udah gak kuat nih,” rengeknya manja. Indri memang sudah tak sabar ingin merasai penis suaminya. Ia rindu dengan kerasnya penis suaminya itu.
Indri menarik tubuh Ino ke ranjang. Ino menindih tubuh isterinya yang sintal itu. Setahun tak disentuh, tubuh itu seakan semakin mencring. Wangi khas tubuh indri, memacu nafsu Ino. Sesaat kemudian ino memasukan penisnya ke dalam liang indri. Karena sudah sangat terangsang, penis itu menorobos tanpa halangan.
“owww,,,,bang,,,ehmmm...ini kontol yang dulu kan?” tanya indri, ia memang suka ngomong blak2kan kalo lagi terangsang.
“ya? Emang napa?” tanya Ino
“gak, Cuma perasaan, kontolmu tambah gede dan kenceng banget seh....ohhkk” Indri tersedak kenikmatan.
“hahaha...” Ino tertawa bangga. Ia mulai menggoyang, menuruti keinginan isteri tersayangnya itu.
‘ehmsshh...” desah Indri, merasakan desakan kontol suaminya itu, menyentuh dinding vaginanya. Melahirkan sensansi kenikmatan. Kontol itu serasa menyesaki memeknya. Setiap Ino menggerakannya panggulnya, maka ribuan syaraf kenikmatan di memeknya, tergesek. Melahirkan sengatan-sengatan yang mengalir ke seluruh aliran darah di tubuhnya. Setahun tak disentuh, membuat tubuh itu bagai aliran listrik, cepat sekali nyetrum.
‘owww...bang” teriak indri saat Ino menyesak kontolnya lebih dalam. Menyisakan buahnya saja di luar. Kontol itu semakin nikmat dan nikmat saja. Ino memberikan sodokan dalam lagi, lagi dan lagi. Membuat Indri yang memang sudah kehausan itu, melayang layang entah kemana. Dan akibatnya, Tiga puluh sodokan saja, sudah membuat ia mengejang keras...
”ouwhhh hsss...bang aku ,,,oh” ia menarik tubuh Ino kuat-kuat. Aliran kenikmatan yang melanda bagai hembusan angin yang masuk ke dalam balon, semakin membesar, semakin kencang, kala kontol Ino merajam habis memeknya. Tubuhnya menggeletar, bokongnya ia angkat tinggi. Indri sudah tak tahan lagi, balon kenikmatan itu meledak. Ino tersenyum menyaksikannya Indri orgasme. Ia mencium bibir Indri, yang masih terengah.

Ino sendiri sebenarnya, sudah sangat rindu dengan kemolekan tubuh istrinya, apalagi dengan kekesatan memek istrinya itu. Karena itu ia ingin memberikan yang terindah, sebagaimana percintaan mereka sebelumnya.

Setelah indri agak tenang, ino kembali memompa. Kontolnya semakin keras, menerobos memek Indri yang sudah semakin licin. Indri tersenyum, ia sangat sayang dan bangga dengan Ino, Ino mampu menguras semua kenikmatan persetubuhannya. Ino adalah pemimpin keluarganya sekaligus penuntas birahinya yang membara. Mereka sama mengetahui itu. Sayangnya Indri tak tahu, kalau kontol suaminya itu pernah bersarang juga di memek lain. Sesuatu yang kelak akan sangat membuat Ino menyesal...

Namun ia tak mau memikirkan hal itu. Saat ini keinginannya hanya ingin memberikan kepuasan tak terkira pada isterinya itu. Kesempatan setelah hampir 13 bulan ini tak menyentuh hangat tubuh mulus Indri. Ya, isterinya mendapat jatah pulang ke Indonesia selama 3 minggu untuk mengambil data dan bahan tambahan untuk penelitian thesisnya. Dan ini merupakan minggu terakhir sebelum Indri kembali berangkat ke Belanda, negeri tempat ia melanjutkan studinya.

Indri meleguh tak henti, meningkahi pompaan kontol suaminya itu pada memeknya yang semakin membasah. Bagai ”pipa angguk” milik Pertamina yang menyedot minyak tiada henti, begitulah pompaan Ino pada Indri. Indri tergial, kepalanya sesekali terangkat, dan menghempas ke kiri dan kanan, tat kala mencoba menahan deburan gelombang kenikmatan di memeknya. Kenikmatan yang merasuk menyela di seluruh aliran darah tubuhnya. Mematikan pendengarannya, membilurkan matanya, menghambat pernapasannya yang membuat ia tersengal.
Ouhhhk....aih...Bang...emmss” rintihnya sembari menggigit bibirnya. Pemandangan yang membuat Ino semakin bernafsu. Kontolnya merasakan kenikmatan itu, namun ia masih bisa mengendalikan dirinya. Paling tidak ia sudah begitu bahagia membuat Indri tergial tiada henti. Ego dan bangga dirinya, mampu membuat isterinya meraung-raung ”gila” menahan nikmat persenggamaan ini.
”aduh Bang, udah gak tahan....” rengek Indri
”Bang pengen pipis,,,,aduh-aduh emhssmmmsshh” Indri meracau.
Hempasan kontol Ino, dengan teknik tusuk dangkal – dalam, bagai tiki-taka Barcelona, mampu menggiring Indri tersudut di ruang kenikmatan tanpa batas,ia membumbung tinggi, membesardan terus membesar bagai gumpalan energi yang siap meledak. Indri ingin memberikan perlawan terakhirnya, namun tenaga Ino bagai gajah itu, tak mampu lagi ia hadapi. Ia tak sanggup, ia pasrah. Gelombang kenikmatan sudah menggulung seluruh tubuhnya, bagai ular phiton yang menggelung mangsanya.
”Bang hkkk.....” rintihnya lagi
”Nikmati saja sayang...” balas Ino sembari mengusap lembut pipi isterinya itu. Percintaan ini masih panjang sayang, ujarnya dalam hati. Ya, Ino bisa saja membuat pergumulan ini menjadi lebih panjang, namun sepertinya ia sudah cukup puas melihat isterinya itu bermandi peluh dan terengah-engah bagai singa yang lelah mengejar mangsanya..
Ino mengoyang lebih cepat dan tensi tusukan dalamnya lebih banyak. Ini membuat Indri semakin gila. Sebentar lagi ia akan meledak lagi, ia menjerit, tubuhnya melengkung, kepalanya mendongak ke belekang, urat lehernya menyebul. Sebuah ledak kenikmatan tiada batas...
”ouhhhh....ahhhhhhh..akkhhhhhhs” nafas indri tersendat beberapa saat, matanya memburan. Ia mengejang keras. Indro menghentikan sodok kontolnya yang cepat tadi, mengubahnya dengan lebih perlahan dan dalam, mengikuti liukan tubuh Indri yang mengejang. Teknik ini justru memperpanjang lepasan energi orgasme Indri. Inilah yang sangat disukai Indri dari Ino, dan dia selalu merindukan hal ini. Ino paham betul isi dan keinginan tubuh dan kebutuhan birahi dirinya. Indri memeluk Ino erat. Kontol Ino masih tertanam teguh di lubang memek isterinya yang sudah banjir.
”aduh sayang, enak banget...hmms” bisiknya mesra ditengah alur nafasnya yang belum sempurna betul.
”boleh aku mulai lagi sayang?” pertanyaan retoris Ino. Indri tersenyum geli... sesaat ia seperti tersedak..Ino menyodoknya tiba-tiba cepat dan kuat dengan sekali sodok
”Akhh....”
Ino tertawa, satu sodokan kebiasaannya untuk melanjutkan pendakian kenikmatan ragawi itu. Indri mencubit pinggang Ino dengan gemas, mereka tertawa kecil... Sesat kemudian Ino memulai pompaannya, penuh kemesraan dan kasih suami isteri. Hasrat memuaskan itu sepertinya membuat mereka terayum dalam lantunan irama kepuasan terindah. Goyangan Ino sudah penuh dengan perhitungan, ia ingin meledak kuat juga, dan sebisanya Indri juga ikut sekali lagi meledak...
Kontol Ino dengan gagah menancapi setiap relung-relung otot memek Indri. Setiap gesekan ia nikmati dan penuh penghayatan. Di bawahnya Indri dengan bahagia melayani Indri, menyongsong kenikmatan berdua. Ino memang tak banyak menuntut gaya ini dan itu pada isterinya ini. Missionaris position, memang favorit Indri, karena itu Ino pun mengikuti saja. Posisi ini juga memberikan kesempatan Ino untuk mengontrol permainan seperti yang ia inginkan. Indri pun mampu memberikan kenikmatan tambahan, dengan mengkontraksikan otot memeknya saat Ino menojoskan kontol kerasnya. Bisa dibayangkan gesekan kontol Ino pada memek Indri yang ”mengkerett” itu.
”ouh...sayang...” dengus Ino. Ia menundukkan kepalanya mengecup lembut bibir istrinya itu. Nafsunya kian membuncah, membuat kontolnya semakin keras dan membesar lagi, karena aliran darahnya semua terfokus pada batang kenikmatan itu. Indri pun merasakan gesekan kontol suaminya semakin peret... perlahan tapi pasti aliran kenikmatan itu mulai merayapi lagi pembuluh darahnya, begitu cepat karena semua sudah terkondisi tadi, dan masih panas, sehingga sedikit saja rangsangan Ino membuat tubuh Indri bergeletar hebat...

Ino pun sepertinya mulai tak bisa mengendalikan dirinya. Pompaanya menggila, kuat dan cepat, tak ada lagi hempasan dangkal, semuanya dalam. Indri bagai gila menerima hempasan itu. Mereka terengah, gelembung-gelembung kenikmatan memenuhi seisi tubuh mereka. Puncak kenikmatan itu semakin mendekat, namun setiap goyangan Ino bagaikan penantian tiada ujung, membuat mereka bagai putus asa..
”ahhhhh...ohhhh....sayang...” dengus nafas Ino
”aagggggggghhhhh...” Indri tergial-gial, ia sudah di ujung, nafasnya bagai berhenti menerina sodokan kontol Ino di memeknya yang tiada berhenti dan cepat...Ino mengila, ia sudah tak tahan menahan sesuatu yang mendorong-dorong di kontolnya, ia merasakan kontol itu semakin mengeras saja. Ino ingin segera melepaskan dorongan itu, dan ia semakin cepat dan kuat menghantami memek Indri. Indri sudah kehilangan kontrol, menerima sodokan itu, ia pun sudah sedetik di ujung pelepasan orgasmenya sendiri.
Dan satu sodokan terakhir membuat, kontol Ino berkedut kuat, melepaskan spermanya sekencangnya, menerobos liang pembuahan Indri. Semburan kuat itu menembus rahim Indri berkali-kali. Kontol itu terbatuk-batuk, mengangguk di dalam memek Indri. Di lain pihak Indri pun mencapai orgasmenya lagi, lebih kuat dan hebat. Ia mengangkat panggulnya tinggi-tinggi, menahan hempasan Ino, pemandangan yang indah, panggul mereka menyatu erat, mempertemukan kelamin itu erat tak terlepas. Pelepasan yang indah. Dunia bagai berhenti, mereka seperti kehilangan kesadaran sesaat...

No comments:

Post a Comment