Siang ini cuaca begitu terik, terpaksa ku buka kaca jendela mobilku.
Lalu lintas Kota Surabaya begitu padat sehingga kecepatan mobilku tidak
dapat kupacu. Pengendara motor yang kadang seenaknya menyalip, belum
lagi tukang becak yang seenaknya belok membuatku harus ekstra
berhati-hati membawa kendaraanku.
Hari ini, aku hendak pulang ke Bandung dengan membawa Strada
kesayanganku. Pesta pernikahan keponakanku di Surabaya telah berakhir
kemarin. Istri dan anakku memilih pulang dengan penerbangan terakhir
kemarin sore dan aku baru berangkat tadi jam 7 karena mobilku masih
digunakan untuk kepentingan antar barang dan keluarga.
Route yang ku pilih adalah lewat jalur Selatan yang udaranya tidak
panas. Setelah bahan bakar kuisi full, aku mulai menjalani route yang
sudah ku rencanakan.
Alunan Country Road Take Me Homenya John Denver menyertai perjalananku menjalani route keluar dari kota Surabaya ke arah barat.
Tiba di kota Kecamatan Babat, kuhentikan sejenak mobilku di daerah pesawahan. Aku butuh waktu sejenak untuk meluruskan tubuhku.
Sambil menikmati pemandangan, kunikmati rokok kretek dan minuman mineral. Ketenanganku terganggu oleh sebuah suara
.
Maaf, Pak. Saya mengganggu
Ah
. suara perempuan dan ketika ku tolehkan kepalaku, di hadapanku
berdiri seorang perempuan muda kira-kira berusia 23 tahun, berbaju ala
country lengkap dengan ransel ukuran 60 liter di pundaknya.
Oh
iya, ada apa Mbak ? jawabku.
Bapak mau kemana kalau boleh saya tau , tanyanya dengan sikap yang sopan.
Saya mau ke Bandung, Mbak , jawabku lagi
Lewat jalur Utara atau Selatan, Pak ?
Ya dari sini terus ke Madiun, Solo, Jogja
. ya Selatan. Memangnya Mbak mau kemana ? aku balik bertanya.
Saya mau ke Jogja, Pak tapi saya
.. eeee kelihatan dia bingung mau melanjutkan kata-katanya.
Aku sudah bisa menebak apa yang hendak dikatakannya
Mbak mau nunut ke Jogja yaa ? tanyaku sambil tersenyum.
Kalau Bapak tidak berkeberatan tentunya jawabnya sambil tersipu.
Tentu saya kebaratan kalau harus ikut manggul ranselmu tetapi kalau
Mbak mau simpan itu ransel di jok belakang dan mau duduk di samping saya
jadi teman ngobrol yang enak, saya tidak berkeberatan , jawabku
bercanda.
Ah, Bapak
. Terima Kasih
.. katanya sambil tersenyum lebar dan
meraih tanganku dan menempelkan ke pipinya. Aku hampir saja menarik
tanganku atas sikap spontannya tetapi akhirnya aku diamkan saja.
Ku buka pintu belakang, ku persilahkan dia untuk menyimpan ranselnya lalu ku tutup lagi.
Saya istirahat dulu yaa
eh, siapa namamu. Nama saya Ari jawabku sambil menyodorkan tanganku mengajaknya bersalaman.
Oh iya, lupa
. Saya Farida, Pak jawabnya sambil menjabat tanganku.
Ida
.. sepertinya bukan nama orang Jawa deh selidikku.
Saya mah urang Bandung, Pak. Koq Bapak tau sih ? katanya.
Jaranglah orang Jawa Tengah atau Timur memberikan nama anak perempuannya dengan nama sepertimu jawabku.
Bapak saya orang Cianjur dan Ibu saya orang Pandeglang, Pak katanya.
Parantos lami linggih di Bandung ( sudah lama tinggal di Bandung ? ) tanyaku dengan bahasa Sunda.
Ti lahir dugi ka ayeuna, abdi mah netep di Bandung, Pak ( dari lahir
sampai sekarang, saya tinggal di Bandung, Pak ) jawabnya dengan lancar.
Aku tersenyum mendengar jawabannya lalu setelah rokokku habis, ku ajak dia untuk masuk ke mobilku, duduk di sampingku.
Perjalanan kali ini terasa lebih nyaman, di sampingku duduk seorang gadis manis yang dapat dijadikan teman bicara.
Ida bukan lawan bicara yang membosankan, topik obrolan yang ku sodorkan
dia layani dengan baik. Dia seorang mahasiswa ternyata dari salah satu
PT Negeri di Bandung. Liburannya kali ini dia isi dengan kegiatan
menjelajahi pulau Madura lalu pulang dengan cara ngeteng tetapi saat di
Surabaya, dia kecopetan. Dasar masih punya semangat juang, nekad dia
jual hpnya lalu dengan cara ngeteng kendaraan, dia mau menuju Jogja ke
rumah saudaranya untuk minta bantuan.
Tertawa aku mendengar kisahnya, kubilang dia sudah bertindak konyol.
Kenapa uang hasil jual hp tidak kau pakai ongkos naik kereta ekonomi to, Da ? Kan tidak sampai 100 ribu
.. tanyaku.
Ida masih mau jalan, Pak. Waktu libur masih panjang, jadi ya
dimanfaatkan saja untuk bertualang sejenak, sampai Jogja kan bisa mampir
ke rumah Mamang untuk minta ongkos
. jawabnya enteng.
Terus melanjutkan petualangan lagi ? tanyaku.
Ya kalau uangnya dikasih banyak, mending melanjutkan aja jawabnya lagi seolah tanpa beban.
Hhhmmmm, dasar anak labil, kataku dalam hati.
Bapak tidak suka keputusan Ida ? tanyanya.
Bukan, cuma heran aja
koq masih ada yaa anak perempuan yang berfikir kusut sepertimu kataku sambil tersenyum.
Aaaaa
Bapak katanya sambil memukul bahuku dan akhirnya pecah
tawaku melihat kemanjaannya. Ida merengut tetapi akhirnya tertawa juga.
Jam 13.00, kami masuk Kota Madiun. Ku ajak Ida untuk makan. Mulanya dia
menolak dan bilang mau tidur saja tetapi aku paksa dia untuk menemaniku
makan siang di sebuah rumah makan Khas Jawa Timur.
Setelah pesanan ku tulis, kami ngobrol-ngobrol
kadang ku pakai bahasa Sunda dan Ida menjawab pula dengan bahasa Sunda.
Ketika pesanan makanan datang, kami langsung makan bersama diselingi
obrolan-obrolan ringan. Usai makan, aku nikmati juice alpukat sementara
Ida minum orange juice. Ternyata anak ini tidak merokok seusai makan
bahkan saat ku tawarkanpun dia menolak
.. 1 point dariku untuknya.
Usai istirahat setelah makan, aku ajak Ida untuk melanjutkan perjalanan,
Madiun Jogja paling hanya 3-4 jam bila ku tempuh dengan santai dan aku
jadi tertarik juga untuk beristirahat di Jogja karena sampai Jogja nanti
aku akan berpisah dengan Ida, dan aku harus jalan sendiri lagi
. ke
Bandung
.. wah, koq rasanya gak ngasih ya ini hati
Pengaruh perut kenyang ternyata menyerang Ida, ku lirik selama di jalan
dia banyak terkantuk-kantuk dan itu dapat ku maklumi. Ku suruh Ida untuk
pindah ke jok belakang tetapi dia menolak, lalu akhirnya sandaran
joknya ku turunkan hingga posisinya lebih nyaman. Tak lama dalam posisi
itu, Ida pun langsung tertidur.
Sesekali ku lirik, wajahnya yang manis, hidungnya yang tidak terlalu
mancung dan bibirnya yang merah tanpa lipstick membuat gemes yang
melihatnya. Dadanya tidak kecil juga tidak besar, sedanglah tetapi
bentuknya membusung, mengundang seleraku
. Lalu batang pahanya yang
berukuran sedang membuat nilai keseluruhan yang diperoleh Ida bisa
rata-rata 7
. Aahh, aku koq jadi melamun soal tubuhnya ?
Ku nyalakan rokok kretek kesukaanku lalu ku putar kembali lagu-lagu John Denver favoritku.
Masuk Klaten, hari sudah tidak panas, ku lihat jam tangan ternyata jam
16.30
. Jogja paling 45 menit lagi dan tiba-tiba Ida bangun
. dia
kucek-kucek matanya kemudian melihat jalan di depannya.
Selamat Sore, Ndoro Putri. Panjenengan wis teko ning Kasultanan Ngayogyakerto Hadiningrat candaku.
Ahh
janten isin, abdi mondok meni tibra. Hapunten abdi nya Pak ( Ah,
jadi malu, saya tidur sangat nyenyak. Maafkan saya ya Pak , katanya
kemudian mengambil tissue basah di dashboard lalu menggosok mukanya.
Teu sawios atuh Da, pan cape tos ngalalana ti Nagara Tukang Sate ( Gak
apa-apa Da, kan cape setelah mengembara dari Negara Tukang Sate ),
jawabku sambil tersenyum.
Bapak ni bisa aja nyandain orang , jawabnya.
Hehehe
.. kalau gak becanda, saya juga sudah ikut tidur, Da. Mau sampai kapan atuh nyampai di Bandung ? kataku.
Akhirnya pukul 17.15 mobilku melewati Candi Prambanan
.. dan tak lama kemudian masuklah Kota Gudeg.
Da, ari rumah si Mamang dimana ? tanyaku.
Di daerah Babarsari, Pak jawabnya.
Ku arahkan mobilku kesana dan ketika masuk daerah Babarsari, Ida
menunjukkan lokasi rumah pamannya. Sampai depan rumah, terlihat sepi
mungkin sedang pada di dalam rumah, pikirku. Ida lalu meminta nomor hpku
dan kuberi saja kartu namaku. Lalu dia ambil ranselnya, mengucapkan
Terima Kasih padaku sambil menjabat tanganku dengan kedua tangannya
sambil terus ditempelkan ke pipinya.
Ku usap kepalanya lalu OK, Neng. Selamat Beristirahat dan Bapak akan
lanjutkan penjelajahan Bapak sorangan deui ( sendiri lagi ) kataku
sambil masuk ke mobil.
Pak Ari, nuhun pisan ( makasih banget ) yaa
. Nanti kalau Ida sudah
aman, Ida akan telepon Bapak. Ida temenin lewat telepon deh
. Katanya.
Jebol pulsa atuh, Da kataku.
Hati-hati di jalan ya Pak katanya saat mobilku akan melaju.
Siap Da. Dadaaaahhhhh jawabku.
Dadaaaaahhhhhhh, Paaakkk teriaknya saat mobilku mulai bergerak
meninggalkannya. Dari Babarsari mobil ku bawa menuju kota dan tibalah di
Malioboro. Hari sudah mulai gelap saat Stradaku berhenti di depan
Stasiun Tugu
Aku berpikir, bila ku geber malam ini, paling jam 8 pagi aku sudah
sampai Bandung. Jalan daerah Selatan tidaklah rawan dan aku tidak merasa
khawatir karena di dashboard, sepucuk Barretta 9mm menemaniku bila
bepergian jauh. Tapi aku memang lelah dan butuh istirahat yang cukup.
Akhirnya, ku nyalakan mobilku dan aku arahkan ke hotel di jalan
Malioboro.
Tiba di pelataran parkir, ku masukkan Barettaku ke daypack yang di dalamnya sudah berisi baju tidur, celana jeans dan t shirt.
Ku daftarkan diriku di front office lalu aku diantar bell boy ke
kamarku. Sesampainya di kamar, segera aku ke kamar mandi, kunyalakan
air di bathtub lalu pintu kamar ku kunci. Ku buka semua pakaianku dan
hanya menyisakan cd lalu ku buka minuman kaleng dan ku nyalakan televisi
melihat berita sambil menunggu air mengisi bathtub.
Setelah kurasa cukup, aku buka cdku lalu aku masuk ke bathtub. Aaaahhhh
. seger tenaaan, setelah seharian duduk di belakang kemudi, tubuhku
dimanjakan oleh air hangat
. ku resapi resapan air hangat di tubuhku
dan sesekali ku teguk minuman kesukaanku
tiba-tiba hpku berdering
.
Aku sempat kaget. Ku ambil hp lalu kulihat
. ah telepon lokal, bukan
dari hp dan nomornya tidak ku kenal
tapi ku terima saja.
Halloooo
..
Dengan Pak Ari ? Ini Ida
..
Aku yang sedang terbaring santai sampai menegakkan punggungku karena kaget, koq sudah nelepon lagi ni anak
..
Iya Ida
.. ada apa yaa ? tanyaku.
Musibah, Pak
. jawabnya di seberang sana.
Musibah apa Da ? posisi dudukku makin tegak
Ternyata Mamang sekeluarga sedang pada pergi ke Semarang katanya.
Wah
. Kumaha atuh nya ( Wah, gimana yaa ) ? jawabku. Ida tidak menjawab, aku dapat merasakan kebingungannya. Akhirnya
.
Ida
.
Ya Pak jawabnya.
Bapak sekarang ada di hotel di jalan Malioboro. Pakai becak dari sana
dan nanti Bapak tunggu di depan. Dah, jangan ngomong apa-apa, kita
bicarakan disini saja , perintahku.
Iya, Pak. Ida kesana jawabnya. Mungkin anak ini bingung sehingga perintahku dia terima tanpa berpikir.
Aku selesaikan mandiku lalu berpakaian. Segera aku ke pelataran hotel
dan tak lama kemudian kulihat Ida sudah tiba lalu dia bayar ongkos
becak, dia sandang ranselnya
.. dan berjalan menghampiriku. Tiba di
depanku, dia ambil tanganku, dia tempelan ke pipinya lalu menatapku
tanpa bicara. Ku ambil ransel dari punggungnya, dia pasrah saja.
Betapa lelah dan lusuhnya anak ini
pikirku lalu akhirnya ku bawa dia
ke kamarku. Lewat di front office, bell boy yg tadi mengantarkanku
segera mengambil ransel di tanganku.
Ku peluk bahu Ida, kami berjalan menuju lift karena kamarku ada di
lantai 3. Di lift kami tidak berbicara apapun. Tiba di kamar, bell boy
menyimpan ransel di dekat kursi tamu lalu berlalu setelah ku beri tips.
Ida terus duduk di sofa, sedang aku membuatkan secangkir teh manis
hangat lalu ku sodorkan padanya. Dia terima cangkir itu sambil berguman
terima kasih lalu dia teguk teh buatanku. Kubiarkan dia beristirahat
sejenak lalu setelah terlihat tenang, baru aku bertanya
Kata siapa Da, si Mamang pergi ke Semarang ?
Kata tetangganya, Pak. Tadi Ida ketuk-ketuk pintu, gak ada yang jawab
terus Ida nunggu aja di teras. Tak lama kemudian bapak yang di sebelah
rumah si Mamang nyamperin Ida terus bilang bahwa Mamang pergi ke
Semarang tadi siang dan baru akan pulang lusa. Ida bingung, mau minta
tolong siapa. Ida terus ingat Bapak, jadi Ida cari warnet, nelepon Bapak
deh ceritanya
OK
sekarang gini. Kau mandilah dulu, tuh ada handuk bersih. Usai mandi, baru kita ngobrol kataku.
Ida lalu membawa ranselnya ke kamar mandi, sementara aku duduk di sofa,
menyalakan tv dan menikmati sisa minuman kaleng yang tadi belum habis
..
Ida muncul 30 menit kemudian. Rambutnya basah, dia memakai kemeja kotak
kotak dan celana jeans yang ketat sehingga pahanya tercetak dengan
jelas.
Sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk, dia minum kembali teh yang masih hangat.
Saya jadi isin ( malu ) sama Bapak, merepotkan terus katanya sambil menatapku.
Ah, merepotkan apa. Wong cuma numpang mobilku, lalu sekarang numpang
mandi di hotel punya orang dan
.. apa mau numpang tidur juga ?
Gak apa gitu Pak, saya numpang lagi sama Bapak ? tanyanya.
Kalau numpang ke saya
.. ya mangga wae, namanya WOT alias Woman On Top? jawabku tersenyum
Ida terdiam sejenak, mencerna jawabanku lalu
.. Aeh
salah Pak,
maksud Ida, apa boleh Ida numpang bermalam di hotel ini ? jawabnya
sambil tertawa menyadari kekeliruan pertanyaannya.
Ya kalau Ida tidak takut tidur sama Bapak, ya silahkan saja jawabku
dan
nah, muncul deh bayangan indah di otakku ( tepatnya bayangan mesum
yang indah
)
Ah tidak, Ida percaya sama Bapak. Ida di sofa saja tidurnya, kan bawa
sleeping bag jadi gak akan rebut selimut Bapak jawabnya.
Terbalik. Ida tidurlah di kamar sana, Bapak disini sambil nonton TV
kataku. Tapi sebelum tidur, kita turun dulu yuk
. Bapak lapar, kan
baru tadi siang kita makan lanjutku.
Terserah Bapak sajalah kata Ida, lalu berlalu dariku ke kamar,
mungkin mau sisir rambutnya dan tak lama kemudian Ida muncul lagi
rambutnya sudah diuntun
. Hmmmm cantik juga mahluk ini, kataku dalam
hati.
Kami turun menuju lobby lalu membaur di keramaian Malioboro Jogja. Kami
jalan-jalan dulu dan Ida ternyata pandai menempatkan diri sehingga orang
yang melihat kami pasti akan menilai ini adalah ayah dan anaknya.
Kami masuk keluar toko untuk melihat-lihat lalu di sebuah toko pakaian,
ku beli sepotong t shirt dan ku suruh Ida juga untuk memilih. Awalnya
dia menolak tapi setelah ku bujuk akhirnya dia mau juga mengambil
sepotong t shirt dan kemeja kanvas. Ku bayar semua di kassa lalu kami
keluar lagi. Kali ini Ida nenteng tas belanjaan lalu kami masuk rumah
makan khas daerah. Aku memesan gudeg kesukaanku dan Ida ikuti saja apa
yang ku pesan lalu kami makan.
Ida banyak bercerita, tentang kegiatannya di alam terbuka, tentang
kuliahnya, tentang musik, film, makanan lalu dia juga nanya-nanya
tentang aku.
Ku ceritakan saja tentang keluargaku, pekerjaanku, hobbyku
.. saat kami diam, aku bertanya
Da, ada satu yang tidak kamu ceritakan
Apa ya Pak ? jawabnya.
Tentang pacarmu kataku sambil menatap matanya.
Ah
mata itu membeliak sejenak
lalu Ida tertawa dengan renyah
..
Ida gak laku, Pak
cowoknya ngeri deketin Ida
Memang kenapa ?
Mungkin syarat yang Ida ajukan kelewat berat buat mereka
.. katanya sambil tersenyum.
Wah, ternyata bersyarat juga yaa jawabku. Apa aja sih syaratnya ?
Kudu baik, jujur, setia, ganteng, lembut, gemar bertualang di alam terbuka dan bisa bela diri katanya nyerocos
Kalau itu sih kudu Wiro Sableng atau Rambo aja yang jadi pacarmu
jawabku sekenanya. Kriteria itu ada semua pada mereka lanjutku.
Gak mau, Wiro Sableng mah agak sinting, Rambo kelewat jago Pak jawabnya sambil tertawa.
Ah
manisnya ni anak, pikirku. Syarat yang kau kemukakan semua ada
padaku hanya terbentur satu
. aku sudah tua. Selisih 25 tahun
wah
kelewatan
. dan aku ngenes sendiri.
Koq bapak jadi ngalamun ? Ida bertanya.
Ndak, Bapak sedang mikir, kira-kira seperti apa kelak cowokmu yaa
.
Ah, dipikirin amat. Ntar juga datang koq kalau memang sudah waktunya jawabnya simpel.
Aeh, bener juga
Kita balik ke hotel yuk, Pak ajaknya.
Aku langsung menuju ke kasir, membayar pesananku lalu kami berdua
berjalan bersama. Kali ini Ida menggayut dengan santainya di lenganku.
Ada rasa bangga dalam hatiku berjalan dengan gadis belia. Ada juga rasa
risih kalau ada orang yang melihat kami
tapi masa bodoh lah, toh aku
bukan Oom Senang pemburu daun muda ( meski kalau dikasih ya gak nolak ).
Tiba di kamar, Ida mencoba kaos dan kemeja yang ku belikan
. lalu saat
dia keluar dari kamar, ku beri apresiasi dengan tepuk tangan
Kamu cantik, Da. Sayang yaa
Sayang kenapa, Pak ? dia bertanya.
Sayang usia Bapak terpaut 20 tahun denganmu. Kalau saja Bapak masih seusiamu
hhhmmm
. jawabku menggantung.
Hhhmmm apa
ayo
. kata Ida sambil duduk di sebelahku, memegang lenganku.
Ya udah Bapak pacarin terus buru-buru Bapak kawinin, takut digondol orang jawabku.
Aaaaa
. Bapak
.. jawabnya sambil mencubit lenganku lalu tubuhnya agak menjauh dariku, menatapku
.
Bapak baik banget sih sama Ida
katanya
Ah, biasa saja. Waktulah yang mempertemukan kita. Tadi siang kamu
butuh tumpangan, Bapak butuh teman ngobrol, jadilah perjalanan dari
Babat sampai Jogja Bapak tidak merasa sepi jawabku
Kalau malam ini ? tanyanya sambil menatapku.
Kalau malam ini
. eeee
kau butuh tempat istirahat dan
.. aku tidak tau harus bilang apa.
Bapak butuh ditemani ndak ? tanyanya dan membuatku langsung menatap
matanya. Ida tidak menunduk, dengan matanya yang indah menggoda serta
senyum manisnya, dia balas tatapan mataku.
Anak ini menantang kelelakianku tapi aku masih belum berani untuk
bertindak
. Aku takut kegeeran. Mungkin saja dia begini karena
menganggap aku baik sehingga dia tidak merasa ragu untu berbicara begitu
dan bukan kesitu arah pertanyaannya.
Koq diam Pak ? Tanya Ida masih menatapku.
Ndak
ndak apa-apa jawabku. Lalu aku berdiri, masuk kamar, hendak
membawa selimut dan bantal tapi saat aku berbalik dengan membawa kedua
benda itu, Ida ada di belakangku, ternyata dia ngekor ke kamar.
Bapak mau kemana ? tanyanya begitu polos
Bapak mau tidur di sofa, Ida disini dan selimutnya pakai sleepingbag jawabku.
Ida lalu mengambil lagi bantal dan selimut dari tanganku, melemparkannya
ke ranjang lalu Ida peluk aku. Da sandarkan kepalanya ke dadaku dan dia
lingkarkan tangannya ke pinggangku.
Aku kaget dan tanganku hanya tergantung bodoh
. Aku bingung, ini mesti bagaimana, apakah aku harus balas pelukannya ?
Bapak sudah banyak menolong Ida. Ida merasa aman terlindung hari ini,
jadi Bapak gak usah tidur di sofa. Tidur di ranjang ini dan Ida yang
temani
. ku dengar suaranya lalu Ida melangkah sambil tetap
memelukku, otomatis aku mundur hingga akhirnya tubuh kami terjerembab ke
ranjang. Ida sekarang menindihku, wajahnya tak jauh dari wajahku,
dadanya yang sebesar mangga menempel di dadaku, selangkangannya menempel
tepat di selangkanganku
. wah
. wah
.. wah
.
Ku gulingkan tubuhnya hingga terlentang lalu aku berbaring miring di sampingnya. Ida tetap menatapku sambil tersenyum manis.
Ida
. tidakkah kamu takut tidur bersama seorang lelaki dewasa di kamar ini ? tanyaku
Nggak,. Apa yang Ida takutkan ? jawabnya. Wajahnya begitu dekat
denganku
.. bibir itu
. begitu mengundang bibirku untuk melumatnya
Yaaa kan kita baru kenal
. Kita belum
.. aku mau bicara apa mendadak beku.
Tiba-tiba
.. cup
. sebuah kecupan Ida mendarat di pipiku, dekat ke bibirku.
Bapak sangat baik, Ida percaya sama Bapak lalu dia bangun dengan
cepat, masuk ke kamar mandi. Aku masih termanggu dengan kejadian kilat
tadi
.. tak lama kemudian Ida sudah keluar. Tubuhnya hanya berbalut
kaos putih dan celana tidur yang pendek sekali hingga pahanya yang
kuning langsat terpapar jelas di hadapanku. Aku terpana melihatnya dan
ketika dia mendekat
ternyata dia tidak menggunakan bra
. puncak
dadanya terlihat dari kaosnya
.. mau apa lagi ni anak, tanyaku dalam
hati.
Ida lalu naik ke tempat tidur lalu duduk di sebelahku.
Bapak tidak ganti baju ? tanyanya sambil menatapku.
Eeee
iya, mau
.. jawabku seperti orang dungu lalu aku segera
mengambil celana boxerku, masuk kamar mandi, ganti celana panjang dengan
boxer, kemeja ku buka lalu ku bawa ke lemari. Dengan pakaian yang sama
dengan Ida, aku balik ke kamar mandi, cuci muka, gosok gigi
. setelah
itu baru aku menuju ke kamar. Ku tatap Ida yang sudah terbaring lalu
saat dia melihatku, dia tepuk-tepuk kasur menginsyaratkan aku untuk
berbaring di sebelahnya.
Kubaringkan tubuhku lalu Ida merapatkan tubuhnya, dia simpan kepalanya
di dadaku, kakinya menindih kakiku hingga kurasakan kehalusan kulit
pahanya.
Ini anak sudah pasrah, mau ku apakan juga sepertinya mau tapi aku masih
belum berani bertindak jauh jadi hanya ku belai saja rambutnya. Ida
merasa nyaman, tubuhnya makin merapat
. Kamar hening
.. tapi perlahan
aku rasakan ada yang mulai mekar ditubuhku
.. tidak langsung memang
tapi bergerak dengan pasti
.. aku yakin, Ida bisa merasakannya.
Ah
kepalang, its now or never
.. perlahan
. Tanganku mulai membelai
punggungnya
. Ah, ternyata benar, Ida tidak memakai bra. Kadang
tanganku bergerak akan ke samping hingga tepian dadanya tersentuh
. Ida
menggeliat sedikit bila itu kulakukan atau belaianku agak lebih turun
sampai ke dekat pantatnya
.. Ida ku dengar agak mendesah.
Perlahan, ku dorong tubuhnya untuk terlentang, saat tubuhnya sudah
terlentang
kulihat mata Ida terpejam tetapi aku yakin dia tidak tidur.
Ku dekatkan bibirku dan
. akhirnya bibirku mendarat di bibirnya
kudiamkan beberapa saat, tidak ada reaksi penolakan lalu mulailah
lidahku berusaha menerobos bibirnya
. Bibirnya mulai terbuka dan
aaahhhh, lidahnya menyambut lidahku
. Ya sudah, aku sudah tidak
terhalang apa-apa lagi. Kami berciuman dengan panas
. Tanganku bergerak
ke dadanya, tidak tanggung-tanggung, tanganku masuk dari bawah kaosnya
hingga kurasakan langsung kelembutan kulit perut, kulit dadanya
.. saat
tanganku tiba di puncak bukitnya, Ida menggelinjang
ku geser bibirku
le lehernya, ku tarikan lidahku disana, ku mainkan puncak dadanya
.
desah Ida semakin kencang saja dan tubuhnya menggeliat-geliat kegelian.
Tidak ada kata yang terucap, hanya desah dan dengus yang keluar dari
mulut kami masing-masing. Merasa kagok, ku buka kaos yang dipakai Ida,
dia manda saja lalu setelah tubuh atasnya telanjang, aku juga membuka
kaosku hingga kami sama-sama telanjang dada.
Sekarang mulutku sudah berada di bukit-bukit indahnya, ku cium, ku
jilat, ku gigit lembut dan ku remas
. tubuh Ida sudah seperti cacing
kepanasan
. menggeliat dan mendesah tak tertahan
. perlahan, tanganku
dan jariku bergerak ke bawah
. kugerakkan dengan selembut-lembutnya dan
ini justru membuat Ida semakin tidak karuan. Akhirnya tanganku tiba di
selangkangannya tapi aku tidak lama singgah disitu, hanya untuk
meyakinkan apakah dia akan menolak atau tidak
. ternyata tidak, jadi
aku teruskan saja tour tanganku ke pahanya yang mulus. Disana agak lama
aku singgah. Ku usap paha luarnya terus pindah ke paha dalamnya. Aku
jilati perutnya, udelnya yang membuat Ida sampai setengah terbangun
karena kegelian dan tangannya meremas rambutku
. tidak kupedulikan,
aksiku makin memanas saja. Perlahan, ku tarik celana pendek dan CD-nya
sekaligus
Ida membantunya dengan mengangkat sedikit pinggulnya. Wow
.
kemaluan yang indah kini terpapar di depanku, bulunya masih jarang dan
tak teratur. Ku arahkan mulutku kesana
. Hhhmmmm, terendus bau khas
kemaluan gadis yang tengah birahi. Ku jilat bagian atasnya terus
bergerak ke bawah, agak kuperlama jilatanku di daging yang terselip lalu
akhirnya tiba di lubangnya
. ku eksplorasi habis-habisan. Ku sodok
dengan lidahku, ku hisap dalam-dalam aroma kemaluannya yang masih segar.
Ida sudah bergerak tak menentu, dari mulutnya terdengar suara tak
jelas
. kadang menjerit lirih, kadang mendesah. Kepalanya terayun ke
kiri ke kanan dan akhirnya ku rasakan tubuhnya mengejang, pahanya
menjepit kepalaku dan tangannya menekan kepalaku untuk lebih menggerumas
selangkangannya
. tubuhnya terangkat membusur,
Ida orgasme
.
beberapa detik kepalaku terjepit diantara pahanya lalu akhirnya tubuhnya
terhempas ke belakang
.. segera ku buka boxer dan cd-ku. Batangku
sudah tegak mengeras beringas
siap menjalankan tugas kelelakianku. Ku
lebarkan pahanya, ku payungi tubuhnya. Ku minta Ida untuk menuntun
batang kemaluanku ke lubang hangatnya, perlahan kepala batang kemaluanku
dia tempelkan di bibir lubang kemaluannya yang sudah basah dan licin,
Ida gosok-gosokan dulu kepala batang kemaluanku lalu setelah pas
sedikit demi sedikit kudorong pantatku untuk menembus lubang hangatnya,
Ida merintih saat batangku menyusuri lubangnya dan tubuhnya tersentak
saat semua batangku sudah amblas di lubangnya. Anak ini sudah tidak
virgin lagi tapi lubang kemaluannya begitu hangat dan menjempit. Setelah
ku diamkan beberapa saat, aku mulai bergerak menarik keluar lalu
menekannya lagi
perlahan , mata Ida kadang terpejam kadang mendelik,
kepalanya menengadah ke atas, bibirnya dia gigit, mungkin menahan rasa
geli dan nikmat. Tangannya meremas apa yang mampu dia pegang, kadang
sprei, bantal atau tepian ranjang yang berada di atas kepalanya. Semakin
lama ayunan pinggulku semakin cepat diikuti dengan dengus nafasku yang
memburu dan pada saat itu tubuh Ida kembali mengejang. Dia menggigit
dadaku dan pahanya menjepit pinggulku tapi mana mau aku berhenti
. Ku
paksa terus agar pahanya kembali membuka dan kupercepat gerakanku yang
sebentar lagi sudah akan sampai di puncak kenikmatanku dan akhirnya aku
pun menegang, ingin ku tahan agar tidak jebol dulu, aku tak mampu,
apalagi lubang kemaluan Ida ku rasakan berdenyut lagi
.. saat Ida
tengah orgasme yang ketiga kalinya, ku hujamkan saja batangku
sedalam-dalamnya, ku peluk tubuh indahnya dan kusemburkan cairan
kentalku membanjiri dasar lubangnya yang sudah becek sehingga semakin
banjirlah lubangnya. Entah berapa kali ku muntahkan lahar kenikmatanku
hingga setelah tubuhku tidak menegang lagi, aku gulingkan tubuhku ke
sisinya
. ku kecup bibirnya lalu aku terbaring bersisian dengannya
.
nafas kami yang memburu perlahan normal kembali
..
Setelah hening beberapa saat
. Ida memiringkan tubuhnya, dia peluk tubuhku lalu dia bisikkan
Bapak jantan banget
.. Ida sampai seperti tak bertulang gini
..
Aku hanya tersenyum mendengar pengakuannya.
Kau tidak menyesal Da melakukan yang barusan ? tanyaku
Gak
Ida gak nyesel. Ida bahagia banget dah bisa ngerasain gagahnya Bapak jawabnya.
Emang suka ngerasaan gagahnya siapa lagi gitu ? tanyaku
Idiiiihhh
Bapak
. katanya sambil mencubit dadaku. Tidak ku desak
dia, apa perlunya, yang penting malam ini aku dan dia sudah menikmati
tubuhnya dan akhirnya kami tertidur pulas, berpelukan bugil tanpa
ditutupi selimut
.
Entah jam berapa tiba-tiba aku terjaga, aku merasakan batang kemaluanku
seperti terhisap sesuatu, ah
ternyata Ida tengah mengulum batang
kemaluanku. Dia genggam dengan kedua tangannya. Sambil mengulum dengan
gerakan yang menggoda, dia ciumi sekitar kepala kemaluanku. Aku merasa
nikmat sekali, batang kemaluanku jadi semakin mengeras. Ida tersenyum
menatapku. Aku baringkan tubuhku lagi, lalu ku atur dia untuk posisi 69,
Ida di atasku dan kini di hadapanku tampak kemaluannya. Bulu yang tidak
terlalu lebat menghiasi kemaluannya. Aku mencium sekitarnya. Aku
jilatinya sambil kulebarkan bibir kemaluannya dengan jariku.
Eeehhhmmmmmmm
Ida mengerang sambil mulutnya dipenuhi batangku.
Liang kemaluannya terlihat basah sekali. Setelah aku puas memainkan
kemaluannya, ku suruh dia berbaring. Ku tarik kakinya hingga keduanya
bersandar di bahuku Aku pegang batangku, ku tempelkan kepala batangku ke
pintu kemaluannya. Aku dorong, Aaaahhhh
. Bapakkkk
terus Pak
.
Ida mengerang lagi. Aku sodok lagi lebih dalam dan mentok sampai
pangkalnya. Aku dorong dan tarik berulang kali. Ita makin terlihat liar
menggerakan pinggulnya. Aku rasakan kehangatan lubang kemaluannya
berkedut-kedut, memijat batangku.
Aku ayun maju mundur batang kemaluanku dengan perlahan. Sungguh luar
biasa rasanya. Lalu ku cabut batangku yang mengacung lalu ku suruh dia
untuk mengambil posisi anjing kawin. Ida bangun dan lalu tengkurap dan
pantatnya dia jengkitkan. Aku pegang kiri dan kanan pantatnya lalu
kubenamkan lagi batang kemaluanku dan aku mulai mengayun lagi. Ida
meracau tak karuan merasakan kenikmatan sodokanku. Batangku terasa
mengubek-ubek kedalaman kemaluannya. Ku remas dadanya, ku colek-colek
daging kecil di atas lubang kemaluannya dan akhirnya kurasakan Ida
berkejat-kejat hendak orgasme
. dan akhirnya kepala Ida terdongak
menatap langit-langit kamar, dinding kemaluannya berkedut-kedut. Aku
merasakan nikmat sehingga kupercepat ayunanku dan
. aaaahhhhh
kuhujamkan keras-keras batangku dan saat terbenam utuh di lubangnya,
cairan nikmatkupun muncrat menyirami lembah nikmatnya. Tubuhku
terkejang, begitu juga Ida lalu setelah tak ada lagi yang keluar, aku
roboh terlentang di ranjang. Ita pun terbaring kelelahan, pahanya
terkangkang dan tak berusaha dia tutupi. Dadanya naik turun, tubuhnya
bersimbah peluh sama denganku, matanya terpejam, menikmati sisa-sisa
kenikmatan orgasme dari persetubuhan ini.
Ku genggam tangannya dan Ida menoleh padaku
.. dia tersenyum begitu manis lalu dia balas genggam tanganku.
Terima kasih, Sayang bisikku
Sama-sama jawabnya. Ku dekatkan tubuhku, ku rahup tubuhnya dan dia
memelukku, kutarik selimut untuk menutupi ketelanjangan kami
tidak
ada obrolan apapun, kami hanya terdiam menikmati keindahan tadi dan
akhirnya kembali kami tertidur
. lemas dan puassss
No comments:
Post a Comment