Wednesday 30 May 2018

Episode Kecil Mengenal Cipet 2

Gini kronologis kejadiannya.. hehe..
Ketika itu.. Ping-Ping yang sudah tidak malu-malu lagi padaku langsung membuka pakaiannya dan segera duduk di undakan dekat bak mandi.. mengangkang di depanku.

Pelan aku jongkok sedikit merunduk.. hingga mukaku tepat berada di depan Cipet Ping-Ping.
Berhadapan dengan lepitan daging cipetnya.. kemudian kutekan-tekan belahan cipetnya itu dengan satu jariku.

Hingga tiapkali kutekan-tekan.. kudengar Ping-Ping mendesis-desis..
Enak sekali, katanya.. tapi juga geli. Hehe.. Bingung aku.

“Itu, dek. Di situ.. iyah.. Nghh..!” Desah Ping-Ping nikmat.. sembari menunjukkan bagian mana di kemaluannya yang selalu terasa enak tapi geli kalau kusentuhi.

“Yang mana, Yuk..? Ini, ya..?” kataku sambil mencolok liang pipisnya.
“Aduhh.. bukan.. bukan itu. Naikin dikit..” Pandunya ketika tanganku mencolok bagian di mana tempat dia merasa sakit.

“Ssshh.. iyahh.. di situ. Gesekin pelan-pelan, dek..”
Ping-Ping mengarahkanku pada bagian yang kalau kusentuh rasanya geli-geli enak untuknya.

Dia menggelinjang-gelinjang.. ketika kembali kugesek bagian yang tadi ditunjukkannya.
Dengan seksama aku lalu memperhatikan bagian yang jika disentuh dia menggelinjang.

Nah.. segera saja bagian itu terus kusentuhi.. sampai tiba-tiba Ping-Ping merapatkan pahanya.. menjepit jariku dan minta aku berhenti..
“Aduhh.. duhh..! Stop dulu dek.. uhh..!” lengkingnya tak tertahan.

Huft..! Seketika kuhentikan gerakan menggesekku pada belahan cipetnya.
Hadew.. lama-lama aku jadi penasaran.. pingin tahu bagian yang mananya sih yang dia maksud..?
Bagian mana sih.. yang katanya kalau disentuh rasanya enak dan nikmat itu..?

Namun ketika aku memintanya kembali memperlihatkan belahan nikmat cipetnya untuk kuperiksa dan kesentuhi lagi.. tau-tau tanpa dapat kuhindari.. Ping-Ping mengepitkan kedua pahanya..
Kembali menjepit telapak tangan dan jariku yang meskipun tak bergerak.. tetapi masih menyentuhi daging kecil di bagian atas belahan cipetnya. Pada Klitorisnya.

Sontak saja.. refleks aku berusaha cepat-cepat menarik tanganku.. yang jarinya tadi tengah mencuil-cuil tonjolan daging kecil di belahan vertikalnya itu.
“Nghh.. auhh..!”
Tubuh telanjang Ping-Ping terjengit.. bagian bawah tubuhnya dari pinggul hingga ke ujung kaki mengejat-ngejat beberapakali.. seperti orang terserang epilepsi.. disertai juga erang dan desahan lirih..

“Wah.. Maaf. Maaf.. Yuk..! Sakit ya, Yuk..? tanyaku khawatir melihatnya seperti itu.
Namun aku ga tau harus bagaimana. Jadi kudiamkan saja Ping-Ping berkejat-kejat.

Beberapa saat kemudian.. setelah reda dan tenang barulah Ping-Ping mengeluarkan suara.
“Uhh.. Enak banget dekk. Nikmat sekali..!” ujarnya dengan lemas.. tetapi senyum berseri.
Tuink..!? Asli.. makin bingunglah aku.

Emang sih.. dari beberapakali saling sentuh kelamin dan Ping-Ping memegang-megang.. mengurut-tarik-pijat belalai gajah dan biji pelirku.. aku juga pernah merasakan ‘nikmat yang aneh’.

Misalnya saja ketika belalai gajahku.. yang pada awalnya hanya ditekan-tekan dengan dua jari.. kemudian digenggam.. ditarik-tarik lalu diurut-urut.. rasanya makin lama memang makin nikmat di genggaman tangan Ping-Ping yang menyabuninya saat mandi bersama.

Apalagi ketika Ping-Ping.. mungkin secara naluri saja.. mulai menggoyang-goyangkan tangannya yang bersabun licin dengan gerakan seperti mengocok belalaiku.. –eh, berarti udah bermetamorfosis.. berubah menjadi si prajurit, tapi belum suka mbalelo.. hehe..– yang telah botak itu..
Uwowhh..! Enaknyaa..!

Gila..! ga bisa aku defenisikan bijimana nikmat yang aneh itu membenamkan akalku ke ruang yang amatramatsangat enak.
Rasa yang hampir sama.. namun sangat jauh berbeda dengan ‘kancitan’.
Pengalaman ‘melaga’ belalai si gajah kecil dengan daging cembung belahan Cipet pertamaku.
Damai yang mengejangkan..! Haha..

Aku sebenarnya waktu itu belum mengerti sama sekali soal onani.. coli.. ngocok.. etc.
Dan Ping-Ping yang mengocoki belalai si gajah kecilku waktu itu pun.. mungkin hanya berdasarkan nalurinya saja..
Sebab.. dia sudah ga bisa lagi mengeluar-masukkan kepala penisku yang telah berhelm Darth Vader seperti waktu aku belum dikhitan.

“Uhh.. ahh.. iya Yuukk.. enak.. bangett Yukk.. gajahku.. Nghh..!”
Erangku berkelojotan dan harus ‘terpapar’ terduduk di lantai kamar mandi.. akibat gemetar kejang kakiku ga mampu menahan tubuhku untuk tetap berdiri.

Terus kuminta Ping-Ping mengocoki belalai si gajah kecil.. sampai mulai datangnya rasa seperti dorongan dari dalam.. bagaikan terkena stroom hingga belalai si gajah kecil berkedut-kedut.

“Ergghh..ahh..!” Cuma erangan serupa kambing disembelih setengah berteriak yang terlepas suara...
Ya.. ketika nikmat yang aneh itu datang.. membelasah sekujur tubuhku.. membuatku menggelepar.. terkejang-kejang kaki dan terbelalak mata. Huhu..

Itu cukup membuat Ping-Ping terkejut.. hingga langsung menghentikan aktivitas tangannya di belalai gajah kecilku yang berkedut-kedut di genggamannya.

Tapi seingatku.. waktu itu ga –belum– ada sperma yang keluar dari belalai si gajah kecilku itu.
Mungkin karena saat itu aku belum akil baligh.. belum mengalami mimpi basah.
Jadi testisku belum memproduksi sperma. Mungkin. Waktu itu aku juga belum ngerti, sih. Hehe..
Kelak, di bangku SMA.. dan telah mengalami ‘mimpi nikmat’ alias mimpi basah.. barulah aku tahu dan mengerti dari pelajaran biologi:

Bahwa.. waktu itu aku mengalami sensasi.. menemui titik triangulasi.. kenikmatan puncak sebuah ekstase. Orgasme.
----------------

Senja baru melipir perlahan ke ufuk Barat.. meninggalkan rona lembayung berkilau di riakan-riakan sungai Musi.
Sementara.. gerung bunyi getek bergantian meningkahi.. sayup dari ujung sana.

Aku masih terpapar.. menggelepar menikmati sensasi ‘nikmat yang aneh’ tersebut.. dengan mata bekerjap-kerjap sayup mendengar suara Ping-Ping riang.
“Tuhh kan.. Kenapa dek..? Enak kan..?” Tanya Ping-Ping senyum sumringah.
“Heh..heh..! He-eh, Yuk. enak banget..! Sampe ke ubun-ubun rasa enaknya..!’ kataku lugu.. terengah.

“Sama ga ya enaknya.. yang kamu rasakan kalau aku isap..!?“ kata Ping-Ping setelah itu.
Tuink..!?
“Nghh.. ga tau ya.. Yuk. Tapi enaknya lain kok.. waktu nyelip di Cipet..”
Aku kelepasan ngomong.

“Enak gimana sih..?” Tanya Ping-Ping lagi mendengar pengakuanku yang pernah secara ga sengaja ‘kancitan’ dengan tanteku.
“Enak banget ya, dek..?” Katanya makin penasaran.

“Ho-oh. Enak banget, Yuk. Tapi aku ga tau gimana ngomonginnya.. Gimana rasa enaknya.
Pokoknya aku ngerasa enak banget.. Yuk..”
Ujarku lagi, lugu.. berusaha menjelaskan ‘rasa nikmat’ yang pernah aku alami.

Makanya.. sejak itu.. setiapkali aku ‘diperkosa nikmat’ oleh Ping-Ping.. sekalian saja aku minta kocokin gajahku sama Ping-Ping.
Dan ga tau kenapa.. eh, Dianya malah enjoy-enjoy mau saja kusuruh begitu..
Malah dia lakukan dengan sukacita.. dan wajah penuh rasa ingin tau. Aneh.

Sebagai imbal baliknya Ping-Ping pun ingin ngerasain ‘nikmat’ seperti yang aku rasakan.. seperti yang ia lakukan pada belalai gajahku.
Karena sudah pernah –untuk mengatakan sering– kucolok-colok.. sekarang Ia malah ingin gimana rasanya kalo cipetnya dijilati.. alias dioral.

Ia penasaran.. mau tahu perbedaan rasanya antara dicolok dengan dijilatin.
Hal itu ingin ia praktikkan.. akibat seringnya dia melihat kucing peliharaannya mandi..!
Ya.. ia sering melihat dan memperhatikan kucing-kucingnya itu menjilati seluruh tubuhnya.. hingga ke kemaluannya.. rupanya 'ritual kucing mandi' itu menjadi inspirasi dan menggoda keingintahuannya.

Ping-Ping pingin meniru seperti apa yang dilakukan kucingnya.. mandi.
Tetapi ga mungkin ia menjilati cipetnya sendiri. Hehe..
“Kan ga sampai dek mulut Ayuk ke sini..” Alasannya padaku.. sembari menunjuk ke arah cipetnya.

Jelas saja aku bingung. Ga ngerti apa maksud dan keinginan Ping-Ping itu.
Mulanya aku menolak.. disamping itu juga ada perasaan geli dan jijik, kupikir saat itu.
Masa’ tempat kencing kok dijilatin..? pikirku lagi.

Setelah beberapa lama aku dibujuk-bujuknya.. sampai akhirnya aku menyerah dan mau melakukannya.. tapi dengan syarat.. dia bersihkan dulu cipetnya dengan sabun sampai bersih..!
Eh.. Dia mau menuruti apa yang kukatakan..

Selanjutnya.. dengan senyum senang dan sumringah.. Ping-Ping segera membersihkan liang cipetnya.. yang memang kurasakan sedari mencolok-coloknya sudah basah dengan lendir yang agak lengket.

Setelah bersih-bersih cipetnya itu.. Ping-Ping lantas duduk.. membuka selangkangannya.. sambil membuka pahanya lebar-lebar.. mengangkang pada undakan dekat bak mandi.
Aku setengah menelungkup di bawahnya.. sebentar kutarik kepalaku menjauh.. memperhatikan sejenak daging belah Cipetnya.. yang bakal jadi lokasi.. tempat ‘penjilatan’.

Ketika kudekatkan wajahku dan mulai mencoba menjilati.. terasa baunya rada harum..
Ga ada aroma pesing atau nggak enak.. cuma wangi sabun mandi.. sehingga aku ga merasa terlalu jijik.
Sebenarnya sih masih ada rasa jijik juga.. tapi mungkin karena rasa penasaranku ingin melihat lebih dekat plus dorongan Ping-Ping juga.. makanya aku mau menuruti perintah Ping-Ping.

Terus terang aku ga tahu harus bagaimana..
Kembali kuperhatikan belahan rapat daging belah cipet Ping-Ping itu.
Aku ga tau.. apanya yang harus dijilat.. makanya mulai saja kujilati bibir cipetnya di kiri dan kanannya.

“Nah.. sekarang nggak bau lagi cipetnya. Harumm, Yuk..!” Kataku, masih agak ragu.
Nggak merasa jijik lagi sih.. Cuma rada-rada aneh saja ketika lidahku menjuluri lepitan cipetnya itu..
Lagian karena ga ada bau anehnya.. aku teruskan saja menjilat-jilat semua bagian kemaluannya.

“Itu, dek. Di situ.. iyah.. Nghh..!”
Desahan Ping-Ping seperti merasakan nikmat.. sembari tak lupa ia menunjukkan bagian-bagian mana di kemaluannya yang selalu terasa enak tapi geli kalau kusentuhi.

Rupanya Ping-Ping mulai merasa nikmat.. apalagi kalau lidahku menyentuh satu bagian yang dia katakan ‘enak’ ketika kucolok-colok.

Kuangkat wajahku.. menanyakan lebih jelas.
“Yang mana, Yuk..? Ini, ya..?” kataku sambil mencolok liang pipisnya.

“Aduhh.. bukan.. bukan itu. Naikin dikit..” Dia tunjukkan bagian yang dia rasa nikmat tapi geli itu.
Hmm.. kembali kutempatkan wajahku di antara kangkangan kedua belah pahanya.. mencoba menjilati bagian itu..

“Uhh-uhh-uhh-uhh-uhh..!” Ping-Ping melenguh-lenguh sembari mengelinjang-gelinjangkan tubuh.. terutama pinggulnya.
Kukira dia kegelian.. tapi kok malah makin mendekapkan kepalaku di daging belah itu..?
Maka.. aku teruskan saja menjilati.. menyeruput liang Cipetnya.

Tapi.. lama-lama lidahku capek juga.. dan pegal rasanya.. akibat ga ngerti mau diapakan lagi..
mana ditambah pinggul Ping-Ping yang ga pernah berhenti menggeliat pula.
Nah celakanya.. ketika aku berhenti menjilati liang Cipetnya yang mulai membasah itu.. Ping-Ping malah menekan kepalaku lebih rapat.. seolah menyuruhku untuk tetap melanjutkan ‘aktivitasku’ itu. Beugh..!

Tuink..! Hehe.. tiba-tiba saja aku punya akal. Supaya lidahku tidak capek menjulur keluar mulut.. maka mulutku kubekapkan saja ke kemaluan Ping-Ping.. dengan demikian.. cuma lidahku saja yang kembali menjilati bagian yang diinginkan Ping-Ping.

Ping-Ping kembali menggelinjang-gelinjang.
Aku pun jadi terus memperhatikan.. bagian mana-mana yang jika disentuh dia menggelinjang.
Bagian itu terus aku jilati.. sampai tiba-tiba Ping-Ping menekan kepalaku dan dia minta aku berhenti..

“Stop-stop dulu, dekk..!” katanya terengah-engah.. aku belum sadar gau tau kenapanya.
Ping-Ping juga mengerang-ngerang lirih dengan dahi berkerenyit.

“Kenapa Yuk..? Sakit ya..?” tanyaku yang belum ngerti.
“Nghh..ngga dekk. Enakk bangethh..! Ujarnya sambil mengatur nafas yang terengah.

"Lagii.. dekk..!” tiba-tiba Ping-Ping menarik kepalaku.. kembali mendekat ke cipetnya.
“Kayak gini ya Yuk..?” Lanjutku menjilati bagian-bagian Cipet yang tadi dia tunjukkan.

“Ughh.. Enak banget dekk..!” erang Ping-Ping lagi.. kian tak teratur.
Kurasakan pula tubuh Ping-Ping jadi makin menggelinjang-gelinjang.. menggeliatkan pinggul.. ke kiri.. ke kanan.. ke atas.. ke bawah.. geal-geol.
”Auhh.. geli.. geli, dekk..! Tappi egh.. enakk, dekk..!”

Lama-lama aku penasaran juga.. gimana bentuk bagian dalam cipet.
Kujembeng –membuka ke kiri dan ke kanan– bibir-bibir cipetnya lebar-lebar.

“Aughhh.. sakit, dekk..! Jangan lebar-lebar..”
Keluh Ping-Ping kesakitan.. sembari mencekal tanganku ketika kubuka terlalu lebar lepitan bibir daging belah cipetnya.

Kulihat lebih jelas.. kuperhatikan seksama.. belahan dalam cipetnya berwarna merah muda dengan bentuk yang nggak beraturan.. abstrak. Hehe.. pikiran bocahku saat itu.

Selanjutnya Ping-Ping malah menyuruhku menjilati bagian dalam Cipetnya itu.
Nah.. muncul lagi deh seperti basah-basah gitu.. di celah-celah cipetnya.. seperti waktu kucolok-colok.

Berdasarkan rasa pingin tauku.. kucercap.. kurasakan dengan lidahku cairan yang mulai merembes di lepitan cipetnya itu.. yang tadinya kupikir bekas air pipisnya.
Hmm.. ga ada rasanya.. alias campah –tawar, dalam bahasa Palembang– pun ga berbau pesing juga di situ.

Ping-Ping membuka sendiri belahan cipetnya.. menunjukkan bagian-bagian mana saja yang mesti aku jilat. Dia menunjuk ada daging kecil di bagian atas cipetnya.

Ketika aku jilat di bagian itu, Ping-Ping sepertinya terkejut. Dia bilang geli banget.
Tetapi anehnya.. aku malah tetap disuruh menjilat sekitar pinggirnya..!?
Ugh.. pegal juga lidahku.. menjilat-jilat seperti kucing minum itu.
Kepalaku diarahkan oleh tangan Ping-Ping agar jilatanku mengarah ke daging kecil di lipatan atas belahan cipetnya.

Ketika aku merasa pegal aku berhenti sebentar.. mengatur nafas dan menggerakkan leher..
Belum lagi usai menggerakkan leher.. kepalaku malah ditarik.. hingga mulutku kembali lagi terbekap di cipetnya.

“Hmmff..!” Sontak saja aku kaget.. hampir nggak bisa bernafas karena hidungku tertutup.. aku menggerakkan-gerakkan kepala agar bisa sedikit bernafas.. tapi Ping-Ping tetap menekan kepalaku kian rapat ke belahan cipetnya..

Akhirnya.. secara naluri saja.. kuatur posisi agar hidungku ga ketutup dan nafasku tidak tersumbat.
Berabe juga kan kalo harus ‘bernafas dalam cipet..!?' Haha..

Hmm.. rasanya kalau mulutku membekap gini.. lidahku ga terlalu pegal menjilat-jilat belahan cipetnya.
Pikirku sembari terus menjilati mencari-cari ‘daging kecil’ yang Ping-Ping tunjukkan.

Kucercap.. kutelusuri lidahku mencari-cari bagian daging kecil tadi.. yang terasa di lidahku seperti daging mengeras. Kufokuskan saja jilatanku ke situ.
“Ngg..nghh..nghh.. Sshh.. Sshh..!” Ping-Ping jadi mengerang-erang diselingi tubuh yang terjingkat-jingkat.. setiapkali kusentuhi daging kecil itu..

Aduh.. rasanya bosan juga menjilat-jilat terlalu lama..
Tapi.. setiapkali aku mau berhenti.. Ping-Ping malah seperti ga membolehkan.. tangannya terus menekan kepalaku.. merintih-rintih.. lalu mendesis-desis seperti orang kepedasan.

Tiba-tiba dia berteriak minta aku berhenti menjilat.. tapi tangannya justru menekan kepalaku kuat banget.. ke cipetnya.
Saat itu dapat kurasakan.. kalo cipetnya berdenyut-denyut.. seperti gajahku kalau mencapai puncak kenikmatanku.

Aku teruskan menjilat.. tau-tau Ping-Ping menjerit-jerit..
“Aughh.. ughh.. Berenti dulu dekk..! Jangan dijilat. Ngilu banget rasanya..”
Katanya sembari menahan kepalaku untuk berhenti sejenak menjilati cipetnya.

Ouww.. Berarti.. sama seperti helm di kepala belalai gajahku ketika habis mencapai puncak kenikmatan, nih..!
Pikirku membandingkan kejadian yang Ping-Ping rasakan barusan dengan yang pernah kurasakan.

Setelah denyutan cipetnya berhenti.. aku lantas mengangkat kepalaku..
“Gimana rasanya, Yuk..? Enak ya..?” tanyaku mengkomparasi gimana rasa tersebut.
“Ughh.. gila..! Enak banget dekk..!” ungkap Ping-Ping lemas.. masih menutup matanya.

“Ayuk pingin lagi dek..!” Kata Ping-Ping kemudian.. sembari membuka mata dengan tatapan sayu.. mengajukku disertai remasan pada rambutku.
Tanpa aba-aba.. leherku yang kurasa telah pegal dia tarik untuk lebih dekat ke selangkangannya..
berarti lidahku akan ‘dipaksa kembali’ menjilat cipet Ping-Ping.
Waduhh.. gimana ini..? Tapi aku tidak kuasa menolak 'sentakan' tangan Ping-Ping itu.

Aku lumayan cepat belajar.. maka berdasarkan pengalaman tadi aku jadi langsung tahu di bagian mana cipet yang harus dijilat.
Cipet Ping-Ping kini kurasakan jadi lebih gemuk.. eh, agak lebih tebal dari yang pertama saat tadi kujilat.
Kayaknya cipet Ping-Ping.. terutama daging yang mencuat dari bibir cipetnya itu jadi lebih panjang.. sampai-sampai nyembul keluar dari lipatan bibir cipetnya.

Ketika kembali kubuka cipetnya.. terlihat bibir cipetnya kini agak berkerut.. dan berkedut-kedut.
Hihihi.. lucu juga bentuknya.

Kembali kutarik kedua sisi bibir cipetnya.. mempertontonkan bagian dalamnya yang berwarna merah muda.
Sambil kulebarkan bibir cipetnya aku mulai kembali membekapkan mulutku ke cipet Ping-Ping.

Lidahku sudah terlatih.. langsung menemukan sasaran.
Ping-Ping juga terkejut begitu daging di lipatan atas cipetnya kujilat.
Refleks Dia menggelinjang.. sehingga menyulitkan aku menjilat cipetnya.
Seluruh mulut dan hidungku jadi belepotan lendir bercampur ludahku sendiri.. gara-gara Ping-Ping gak bisa diem itu.

Melihat itu kutekan saja kedua paha Ping-Ping agar tidak banyak bergerak.
Hehe.. rasain lu..! Mantab tuh posisi cipetnya sekarang. Ledekku dalam hati.

Aku terus-terusan menjilati cipet Ping-Ping sampai dia kembali mengejan-ngejan.. mengejatkan tubuhnya ke sana ke mari ga beraturan.

Nah.. berdasarkan analisis bodohku saat itu.. aku jadi tau:
Kalo dia sedang mengejan-ngejan gitu.. maka cipetnya ga boleh terus dijilat.. harus berhenti sebentar.

“Uhh.. rasanya enak banget, dekk..! Makasih ya..” ujar Ping-Ping masih terengah dan mata yang redup setengah terkatup.. setelah usai tubuhnya berkelejatan.

“Heh-heh-heh.. nanti.. nanti..heh-he.. kamu mau ga.. ngrasain enaknya gajahmu kalau Ayuk jilat..!?“
Kata Ping-Ping tiba-tiba.. sambil terengah-engah dan mengatur nafas setelah itu.

Aku yang puas melihat Ping-Ping yang terlihat senang banget telah kujilati cipetnya.. cuma terbengong.
Ga ngerti apa yang Ping-Ping omongkan..
Wadaw..! Ia mau menjilati belalai gajahku..!?

Perlahan.. dalam sisa ‘pipis nikmatnya’ itu Ping-Ping beranjak dari undakan dekat bak mandi.. lalu merangkak menuju ke arahku.. yang kini terduduk bersila.. bengong.. ga ngerti dengan pernyataannya barusan.
Wah.. rupanya Ping-Ping ga main-main dengan ‘acara dan tawaran eksperimennya’.

Perkataannya itu segera Ping-Ping laksanakan. Ping-Ping lalu mendorong bahuku.. menarik kedua tungkai kakiku menjadi lurus sejajar lantai.
Aku merespon dengan menaruh telapak tangan di belakang tubuh.. bertelekan di lantai kamar mandi. Berjongkok setengah merangkak.. Ping-Ping lantas kembali mengocok-ngocok belalai gajahku yang perlahan mulai menegang. Aku juga.. kembali mendesah keenakan.. dengan kepala tertengadah.

"Ahh.. Ohh.. sshh..!" Belalai gajahku perlahan makin tegang saja rasanya.

Tiba-tiba belalai gajahku terasa geli, basah dan hangat..?
Kutengok ke bawah. Ternyata Ping-Ping sedang menjilat-jilat kepala belalai gajahku.
Aku ga tahu apa yang dia rasakan saat itu.. yang pasti aku merasakan nikmat sekali.. nikmat yang aneh.

Gajahku dipegang-pegang dan dikocok-kocokin saja udah nikmat.. meskipun sering juga ngilu..
Apalagi sekarang tau-taunya dijilatin kayak gitu..!?

Ping-Ping mulai menjilat belalai gajahku.. bagai menjilati lahap lolypop atau permen ‘Kojak’ –salahsatu film serial TV yang terkenal pada masa itu. Dibintangi oleh Telly Savalas– menjilat-jilat kepala belalai gajahku.. beralih ke testis, alias biji pelirku.. sampai-sampai seluruh otot-otot tubuhku menegang.

Saat aku sedang ngerasa enak-enaknya menikmati sensasi dalam erang kegelian itu.. tiba-tiba saja..
kurasakan kehangatan tersebut tidak hanya di helm Darth Vadernya saja.

Dengan muka meringis.. kulihat ke bawah.. Astaga..! Belalai gajahku sudah diemutnya..!
Belum sempat berpikir yang lain.. tiba-tiba ada rasa aneh lain di belalai gajahku..
Wataw..! Ternyata.. selain diemut-emut.. Ping-Pingpun telah pula mulai mengisapinya.

Tak tahan akan gelinya.. aku semakin mengerang-ngerang.
"Aduhh Yuukk.. gajahku diapaiiinn.. augh..!" Erangku ga karu-karuan.

Seperti tidak sabar Ping-Ping mengulum-ngulum belalai gajahku itu dengan bibir mungilnya.. sambil tangannya menarik-narik buah pantatku ke arah mulutnya.
Secara refleks aku lalu menaik-turunkan tanganku sambil memegang kepalanya.

Awalnya Ping-Ping nampak kaku.. tetapi kulihat ngga ada keraguan.. meski Ia jelas belum pernah melakukan hal ini.
“Cuph.. cuph.. Slrupp.. slrupp..!”
“Ungh.. ohh.. ugh.. udah Yukk... belalaiku ngilu Yukk..!” Eranganku tersengal.

Di tengah riuh bunyi kecipakan bibir dan lidah Ping-Ping dalam ‘acara eksperimentalnya’ itu.. tanpa Dia sadari batang belalai gajahku yang telah Ia slomot masuk ke dalam rongga mulut.. hingga tergerus giginya..

“Aduh Yukk.. jangan kena gigi.. sakit.. uhh..! Isapin saja, Yukk..”
Aku sedikit mengeluh-lenguh sambil memberinya petunjuk.. yang menurutku asal-asalan saja.
Jelas saja asal-asalan.. kan aku baru pertamakalinya itu ngerasa diisapin belalai gajah.
Sedang Ping-Ping sendiri jelas baru kali pertama pula dalam acara eksperimen nyepongnya itu.

Ping-Ping sangat cepat tanggap.. ia lantas berusaha mengikuti arahan serupa protesku barusan.
Ia segera mengerti apa yang harus dilakukannya.. dan tak lama setelah itu aku telah tak lagi merasakan gerusan gigi Ping-Ping di keregangan belalai gajahku.

“Crupp.. slrupp.. cruph.. slrupp..!” Lama juga.. berkali-kali.. suara cercapan dan desahan memenuhi kamar mandi nan luas itu.. sampai akhirnya dia nampaknya mulai terlihat bosan mengisap-isap belalai gajahku berulang-ulang.. dan aku kian merasa ngilu pada belalai gajahku.
Tapi anehnya.. aku ‘ga juga nyampe-nyampe..’ belum juga kembali menemukan rasa atau ‘nikmat yang aneh’ seperti dikocokin Ping-Ping tadi.

Aku lalu kembali memegangi kepalanya.. menaik-turunkannya agar kecepatannya sesuai dengan yang kuinginkan.. sekedar meminimalisir rasa ngilu yang aku rasakan.
Meskipun demikian aku terheran.. kenapa kenikmatan aneh itu puncaknya gak ada lagi.
Padahal belalai gajahku udah kembali menegang.. mengacung basah oleh air ludahnya.
Auhh.. nikmat dan geli banget..!

“Ouugghh.. enak juga yaa dibeginiin.. ya.. Yukk..?”
Erangku.. ketika belalai gajahku hampir seluruhnya masuk ke dalam mulut kecil Ping-Ping.

Menit-menit berlalu.. aku memang mulai merasakan munculnya rangsangan tinggi.. akan tetapi rasa ‘nikmat yang aneh’ belum juga mau muncul.
Arghh.. Aku mulai bisa menikmatinya.. sementara tanganku tidak lagi memegang kepalanya.. namun mulai meremas-remas payudara kecilnya.

Di usianya ketika itu Ping-Ping sudah mengenakan semacam BH tapi BH kecil.. tetapi terkadang malah Ping-Ping hanya pakai kaus dalam saja.. terutama jika sedang di rumah.
Wuihh.. rupanya bagus banget bentuk payudara cewek itu, ya..!?
Menggelembung indah.. dan di ujungnya lancip.. ada pentilnya kecil lagi.
Pikirku mengkomparasi dengan keadaan dadaku ketika itu.

Memasuki usia 13 tahunnya.. masih pada usia anak-anak beranjak remaja itu dada Ping-Ping belum terbentuk sempurna.. tetapi bagiku yang saat itu tengah pingin tau dan membanding-bandingkan.. sudah begitu asyiknya.
Susunya masih bulat. Kira-kira baru sebesar bola tenis saja.. waktu itu.
Putingnya merah muda.. agak tegak ke atas.. dengan putingnya yang menonjol keluar.
Aku terpana.. bengong. Ga ngerti mau ngapain lagi. Hehe..

Aku lalu meraih payudara Ping-Ping yang kelihatannya sekarang sudah lebih gemuk dan mancung.. dibanding saat pertamakali aku melihatnya telanjang dulu.
Segera saja kuremas-remas perlahan.. lalu ketika kuremas sedikit kuat.. Ping-Ping menjerit.

Pleph..! Isapan mulutnya pada belalai gajahku refleks terlepas.
“Aduh. Sakit..! Jangan keras-keras, Dekk..!” katanya sedikit protes.
“Ohh.. eh.. ma.. maaf, Yuk..!” Kataku menghiba.

“Diginiin aja.. ya, Yuk..?” Lanjutku kembali mengelus dan memainkan tonjolan payudara kecil di dadanya.. Dan akhirnya aku hanya mengusap-usap saja.. tetapi pentilnya kupelintir pelan-pelan.

Eh.. dadanya malah makin Ia busungkan ke depan. Kurasakan putingnya makin menonjol.
Terus kusentuhi.. lama-lama kurasakan tonjolan pentil di ujung bukit susu itu semakin keras. Beugh..!

“Sshh.. mfhh.. mfhh..!” Seketika dapat kudengar di tengah aktivitasnya mengisap-isap Ping-Ping mendesis-desis ketika pentil kecilnya kupermainkan.. tapi kelihatannya Ia senang kalau payudaranya kumainin seperti itu.

Entah berapa lama kami ‘bermain gituan..’ sampai satu saat Ping-Ping pun akhirnya bosan dan lalu menghentikan isapannya pada belalai gajahku.
“Iihh.. Udahan ya dek. Ayuk capek. Pegel nih mulut Ayuk..”
Imbuhnya sembari memanyunkan bibirnya.. yang kini terlihat semakin memerah basah akibat aktivitas slomotannya pada belalai gajahkku.

“Nghm.. masih tegang gajahnya, ya dek..?” tanya Ping-Ping, memperhatikan belalai gajahku yang tegang terbasahi ludahnya.
“He-em. Tapi ngilu banget, Yuk..” Jawabku tersengal-sengal menahan ngilu di batang kemaluanku.

“Eh, dek.. sama ga enaknya yang kamu rasakan.. kalo diisap-isap.. dengan kalo diselipin ke cipet Ayuk, ya..!?“
Sergah tiba-tiba Ping-Ping setelah itu.

Tuink..!? Aku kian blingsatan. Meski belum ngerti banget.. Tengsin juga aku.
Oh.. mungkin dia teringat ucapanku.. yang kelepasan ngomong tadi, ya..?
Jadi Ia mendengar pengakuanku.. yang pernah secara ga sengaja udah ‘kancitan’ dengan tanteku.

Kepalang basah.. aku jawab saja pertanyaan-pertanyaannya semampuku. “Nghh.. ga tau ya.. Yuk. Tapi kayaknya.. enaknya lain, sih..”
“Enak lain gimana sih..? Emang kamu udah pernah, ya..?” Cecar Ping-Ping bernada makin penasaran.

“Nghh.. gimana, ya..?” Jawabku kebingungan dengan pertanyaan Ping-Ping. “Hmm.. waktu gajahku nyelip di Cipet itu.. pokoknya enak, Yuk. Enak banget. Sumpah..” Lanjutku lagi.. masih kebingungan mendefenisikan ‘rasa dan sensasi nikmat’ seperti apa yang pernah kurasakan kala first accidentally intercourse alias pertama kancitan dengan tanteku, Arin.
Segera saja pertanyaan Ping-Ping kembali memotong upaya penjelasan yang aku sampaikan. “Enak banget ya, dek..?” Katanya makin penasaran.

“Ho-oh. Enak banget, Yuk. Tapi aku ga tau gimana ngomonginnya.. Gimana rasa enaknya. Pokoknya waktu itu aku ngerasa enak banget.. Yuk..” Ujarku lagi.. lugu.. berusaha menjelaskan ‘rasa nikmat’ yang pernah aku alami.

“Dek.. Ayuk pengen nyobain.. niru kucing kancitan. Ayuk lihat.. kog keliatannya enak, ya..? Hmm.. gimana..? Mau kan, Dek..?"
Katanya lagi.. sambil menatap mataku dengan tatapan mata yang menurutku semakin aneh.

Seperti ada permintaan.. tulus.. lugu.. di sana.. Bagai ada sesuatu yang menggelora.. membara.. di situ..
Pun ada sesuatu yang aneh pada binar matanya tersebut. Yang jelas saja ga –untuk mengatakan belum– kumengerti maknanya.. Apalagi untuk kapasitas emosional bocah laki-laki seumuranku saat itu..

“Eh.. oh.. gimana caranya, Yukk..? Aku takut Yuk. Nanti gimana..? Kan belum pernah...” Ujarku tergagap.. masih dalam pemikiran seorang bocahku.. terputus pula oleh ajakan Ping-Ping.

"Nghh.. ga papa, Dek. Ntar Ayuk ajarin deh.." ujarnya seakan coba meyakinkan aku.. agar mau melanjutkan permainan ini.

"Pokoknya adek jangan takut, ya..” Tandas Ping-Ping meyakinkanku.. sok menggurui hal yang sebenarnya Dia sendiri belum pahami.

Ping-Ping lalu menurunkan tubuhnya.. berbaring terlentang dengan kedua telapak tangannya menangkupi dengkulnya sendiri. Ia lantas mengangkangkan pahanya.. hingga dari tempatku menjeplok..
dalam posisi seperti demikian Ping-Ping bagai terlihat membentuk komposisi huruf ‘M’ yang bagiku saat itu terlihat lucu.

Maka.. terlihatlah Cipetnya yang rada tembem dengan rambut halus dan jarang.
Bagian dalamnya yang merah muda dan ada tonjolan daging sebesar kacang kedele.

Aku jadi bisa melihat dengan sangat jelas cipet Ping-Ping.. yang meski sudah sering kucolok-colok.. bahkan tadi sempat kujilat dan kuisapi.. tapi bentuknya masih tertutup rapat..

Kini telah terlihat memerah.. dan nampak bagai mulut yang sedang tersenyum padaku.. ditambah pula hiasan bulu-bulu yang masih meremang halus.. baru bertumbuh di sekitar cipetnya.

Cipetnya ternyata sudah basah sekali. Merah berkilat-kilat. Iseng kusentuh lagi kacang kedele yang mengintip dari celah lepitan Cipetnya itu.
"Ahh..dekk.. Ssshhh..!" Desahnya sembari menggeliatkan pinggul. Entah geli.. entah apa. Hehe..

Sayangnya belalai gajahku ga langsung ereksi melihat pemandangan seperti itu.. malah sedikit mengendur ketegangannya.. gara-gara kelamaan ngobrol tadi.

Melihat keadaan seperti itu.. Ia kembali memegang belalai gajahku.. meremas-remasnya perlahan.. Jelas saja si prajurit yang tadi agak melemas.. perlahan kini sudah berdiri tegap.. Lalu dikocoknya lagi belalai gajahku.

Aku cuma manda.. pasrah dan rela.. menatap wajah Ping-Ping yang sedang ‘memperkosa nikmat’ belalai gajahku.. sambil senyam-senyum Ia mengelus-elusi cipetnya. Napasku semakin tidak teratur.. perasaanku seperti terlempar dan melayang ke ruangan yang kosong..

Melihat Ping-Ping menikmati adegan ini.. akupun mulai meraba-raba paha Ping-Ping yang mulus dan putih.. jari-jari tanganku kini mulai pula bermain di sekitar bibir luar cipet Ping-Ping.

Mulanya perlahan.. lambat-laun gosokan jemariku di lepitan cipetnya semakin cepat.. seperti berlomba dengan kocokan telapak tangannya di belalai gajahku.. yang masih menyisakan basah ludahnya.

"Ah.. sst.. terruss.. t..tapi jangan kenceng-kenceng dekk.. ouh..!"
Ia memintaku terus menggosoki bibir liang cipetnya.. sambil tangannya terus mengocok belalai gajahku.

Permainan tanganku pada bukit kecil di selangkangan membuatnya memerah.. kian membasah..
terasa di jemariku.. tak pelak.. belalai gajahkupun semakin kuat pula dikocoknya.

"Ouh.. sst.. gelinya.. jangan digoyang terlalu cepat Yukk.. sst.."
Erangku lagi.. sambil tanganku terus bermain di bibir luar cipet Ping-Ping.

"Tusuk.. uhh.. tusukkin jarimu.. dek.. ouh..!” pinta Ping-Ping seperti kalap.
Tanpa pikir panjang.. segera kulaksanakan arahannya.

Kumasukkan jari tanganku ke lubang cipet yang mulai berkedut seperti meremas.
Cleph..! "Aduh.. ayo dekk.. ohh.. goyangin dekk.. Ssstt.." Pinta Ping-Ping lagi padaku untuk segera menggerakkan jariku di dalam liang cipetnya.
Clebb.. clebb.. clebb.. clebb..! "Ouh-ouh-ouh.. ayo.. lebih kencang lagi ohh.. ayo.. Dekk..!"

Kini pantat dan pinggulnya mulai ikut bergoyang.. seperti sedang menari mengikuti ritme keluar-masuk jariku di dalam cipetnya.
Kurasakan kini tangannya sudah berhenti mengocok belalai gajahku.. namun tetap digenggammya erat-erat tegang batang belalai gajahku itu.. erat.

Semakin kencang aku memainkan jariku di dalam cipetnya maka semakin kuat pula genggamannya.. sambil terus merintih.. mengerang.. mendesis.. dan meliuk-liukkan pinggul.
"Sst.. oh.. woahh..!" Serunya semakin tidak karuan.. merasakan kenikmatan yang ia ciptakan melalui arahannya padaku itu.

Jari tanganku masih terus beraksi.. tetapi bukan hanya bermain di luar cipet Ping-Ping.. namun kini kutusukkan keluar-masuk ke dalam cipetnya.. dan sesekali memainkan daging kecil di situ..
Clitorisnya.. yang sekarang terasa sudah licin sekali.

"Oh.. enak bangett Dekk.. aduh.. sstthh..” Sambil menggeliat-geliat Ping-Ping terus mendesis-desiskan kenikmatannya.

"Ouh.. ayo dekk.. masukkin jarimu semua kalau bisa oh.. ayo dekk masukin..!"
Pinta Ping-Ping lagi.. sedikit agak berteriak seperti orang lagi menanti sesuatu yang belum kunjung tiba.

"Ohh.. Ssstthh.." Seperti latah akupun jadi ikutan.. mulai mendesis-desis melihat kenikmatan yang diekspresikan oleh Ping-Ping itu..
Tangannya kini sudah melepaskan belalai gajahku.. tak lagi menggenggamnya..
Ia hanya terlentang.. bagai pasrah menunggu permainan dariku dan merasakan kenikmatannya.

Aku membalik tubuhku.. kini memposisikan diriku berada di atasnya.. meneduhi tubuh Ping-Ping di bawahku.
Bergerak perlahan.. aku bagai bayi yang baru belajar merangkak.
Kedua lututku yang berada di sisi luar paha kanan dan kiri Ping-Ping.. menjadi tumpuan dibantu tanganku yang berada di sisi kiri kanan lehernya.

Dia lantas menjembeng.. membuka bibir cipetnya dengan dua jarinya.. sementara tangan satunya meski tergagap-terpatah masih sibuk berusaha mengocoki belalai gajahku yang semakin licin bercampur cairan yang ada di tangannya.

“Auh.. geli Yukk. Sstthh..” desisku tertahan.

“Shh..hhh.. Ayuk juga geli Dek.. Ssshhh..”
Respon Ping-Ping balas mendesis.. seperti kegelian.. bagai orang sedang kepedasan.
Apalagi ketika Ia mulai menarik belalai gajahku lalu mendekatkannya ke cipetnya..

Ia tuntun belalai gajahku dan lalu menggosok-gosokkan kepala belalai gajahku itu ke clitorisnya.
Belalai gajahku yang seperti tongkat hangat membara dia arahkan ke lepitan cipetnya..

Perlahan banget.. Ia lantas memutar-mutarkan kepala belalai gajahku di sekitar bibir cipetnya yang baru ditumbuhi bulu-bulu halus.
Ia bantu dengan memandu ujung belalai gajahku mengarahkannya.. berusaha untuk menyelipkan helm Darth Vader di mulut cipetnya.

Kurespon seadanya dengan menggoyang-goyangkan belalai gajahku dengan tanganku yang sesekali kuputar-putarkan pada clitoris Ping-Ping yang sudah licin.. seperti yang tadi ia lakukan.
Entah oleh campuran air ludahku.. dan cairan yang keluar dari liang cipet Ping-Ping sendiri. Aku ga tau.

Bagian paha dan cipetnya sudah terbuka semua.. untuk beberapa jenak Ia memainkan jari-jari tangannya sendiri di cipetnya itu..
Hmm.. keluar lagi cairan dari sana.. mengalir di sekitar cipetnya.
Akupun masih tetap melakukan aktivitasku pada beberapa bagian tubuh Ping-Ping.. yang kurasa mulai berkeringat..

Sementara itu.. kepala belalai gajahku kugesek-gesekan di bibir luar..
Pada parit cipet Ping-Ping yang telah tercipta seperti bidang hangat nan licin..

Slepphh.. Slepph.. slepph..!
Meluncurlah beberapakali pejal batangan belalai gajahku pada bidang licin parit belahan cipet itu. Mencipta desir-desir.. denyar-denyar nikmat yang aneh..

"Arghh.. enak ya.. Yukk..?" tanyaku perlahan pada Ping-Ping.
"Ouwh. Ssst.. enak dekk.. ayo masukin dong.. ohh..!"
Balas Ping-Ping dengan suara napas yang semakin memburu di tengah geliatannya.

Kuarahkan kepala belalai gajahku ke mulut Cipetnya, kutekan sedikit.
"Aaahh..!" Ada rasa hangat di kepala belalai gajahku.

Kutekan sedikit. Kok mentok..? Kutekan lagi. Mentok lagi.
"Yuk.. lubangnya yang mana, sih..?” tanyaku bingung.
"Agak ke bawah sedikit dekk.. di bawah yang adek pegang tadi..!"

Merunduk sebentar. Kuperhatikan lagi dengan seksama.
Oh.. lubang yang itu..toh. Tapi kok kecil sekali..? Apa gajahku bisa masuk, ya..?
Pikirku masih belum mempercayai bahwa belalai gajahku bisa masuk ke celah liang Cipet yang terlihat sempit itu.

Kuarahkan lagi belalai gajahku ke sana.. kutekan. Kok melesat.. meluncur licin di parit vagina..
“Ugh..!”
“Nghh..!”
Meski baru begitu.. namun cukup membuat kami sama mendesah.. mengerang nikmat.

Kucoba tekan lagi. Meleset lagi.
"Wah.. ga bisa masuk Yuk. Gimana nih..?” Mulai kesal juga, aku.
“Mana.. sini Ayuk bantuin.." Ujar Ping-Ping sembari memegang belalai gajahku.. lalu mengarahkannya.

"Tekan Dek.. ya.. ya.. di situ teken Dekk..!"
Kutekan pelan-pelan. Slepphh..! Kok masih meleset..? Tekan lagi.. Slepphh..! Meleset lagi.
Gimana sih caranya..? Pikirku gemas.

Kupegang erat-erat ketegangan batang belalai gajahku.. lalu tekan agak keras.
Dan.. Slepphh. Crebb..!
“Aughh.. sakiiitt.. Deek. Pelan-pelan doong, Dekk..!"
Ughhh..! Kini terasa kepala belalai gajahku terjepit sesuatu yang hangat.

"Tahan Dek.. tahan..!" Dia merintih.. meringis.. sepertinya menahan sesuatu.

"Ayo teken lagi.. pelan-pelan Dekk.. aaahh..!"
Kutekan perlahan-lahan.. tetapi dengan kekuatan penuh.
"Arghh..!"
“Unghh..!”
Lenguh dan erangan hampir bersamaan terlepas ketika helm Darth Vader belalai gajahku menyelinap di celah yang meski telah membasah dan licin.. masih tetap sempit dan menjepit.. terasa ngilu.
Hangat.

Wuihh.. rupanya sudah separuhnya tertancap.. Ping-Ping meringis.. Aku menyeringai..
Kutahan sebentar hujaman gajahku di cepitan Cipetnya.

Ping-Ping terlihat megap-megap.. kayak ikan kekurangan air.. mengatur nafas dan semangat.
Aku ikutan menenangkan degup jantung yang tanpa kusadari sudah seperti orang maraton..

Beberapa jenak terdiam dalam ‘posisi nanggung’ begitu..
"Ohh.. ayo dekk.. masukkin lagihh.. Ssstt.." Pinta Ping-Ping untuk kesekiankalinya kepadaku.. sembari menekan kedua telapak tangannya pada kedua buah pantatku.

Refleks.. saja.. seketika.. mendengar aba-aba Ping-Ping itu kutekan belalai gajahku sekuat tenaga.. "Heghh..!"
Slephh. Blessepp.. Brett..!

"Auww.. sakiittthh Dekk.. tahan Dekk. Diem dulu Dekk..!!"
Ping-Ping berteriak.. sembari mnegeol-geol pinggul dan memundurkan pantatnya.
Dengan pinggul gemetaran.. lalu kutahan tekanan piston belalai gajahku di liang sempit Cipetnya.

Ujung belalai gajahku seperti menyentuh sesuatu yang hangat.
Augh..! Rasanya seluruh belalai gajahku seperti terjepit oleh sesuatu yang hangat dan berkedut-kedut.
Linu.. sakit.. enak.. nikmat.. semuanya jadi satu.

Tak lama berselang kurasakan kaki Ping-Ping mulai melingkar di pinggangku dan secara perlahan mendorong pinggulku ke depan.. sehingga perlahan-lahan batang belalai gajahku mulai terbenam ke dalam lubang cipetnya.
Slepphh. Crebh..! Crekk..!

"Ahh.. aduh enaknya.. ohh..!"
Balasku.. ketika merasakan setengah belalai gajahku sudah mulai masuk ke dalam lubang kenikmatan itu.

Slepphh..! Dengan perlahan kepala belalai gajahku mulai aku rasakan masuk ke dalam lubang cipet Ping-Ping.
“Augh.. sshh.. pelan-pelan ya.. Dek.. sakit nih..!” seru Ping-Ping seperti menghiba.

Aku hanya diam.. karena sudah tidak sanggup berbuat ataupun berbicara apa-apa lagi.. sementara tangan Ping-Ping justru seperti sibuk berusaha menuntun belalai gajahku.. agar bisa ‘masuk dengan aman’ lebih dalam ke belahan cipetnya..?
Aneh..! Pikirku sekilas.

Aku mulai merasakan seperempat dari belalai gajahku sudah masuk ke dalam cipet Ping-Ping.
“Aduh.. ahh.. sst.. digoyang sedikit Dek.. biar gampang masuknya..”
Lanjut Ping-Ping agak berbisik tersendat.. dan terbata-bata.

Secara naluri dan atas arahannya itu.. akupun mulai menekan-nekan pantatku ke bawah..
Sehingga aku mulai merasakan belalai gajahku sudah hampir tertelan semua oleh liang Cipet Ping-Ping.

Nah.. ketika aku sudah mulai mempercepat goyangan gajahku keluar-masuk seperempat lebih di lepitan Cipetnya.. lalu ketika kurasakan belalai gajahku akan masuk seluruhnya ke dalam cipet Ping-Ping.. tiba-tiba Ping-Ping kembali berteriak kesakitan sambil menahan dadaku dengan kedua tangannya.

Aku berhenti sebentar.. karena kulihat Ping-Ping sepertinya menangis.. sebab air matanya meleleh dari kiri kanan matanya.
Lucunya.. meski dalam kondisi nangis.. justru bibirnya menyunggingkan senyum..!?
Jadi seperti setengah nangis.. setengah tersenyum.

Aneh.
Pikirku saat itu.
Katanya sakit.. perih.. sampe nangis segala.. tapi dia tersenyum..?

“Pelan-pelan saja ya.. Dek goyangnya..” Kata Ping-Ping lagi.. masih dengan mimik wajah aneh..
Matanya menyipit.. sayu.. mulut meringis dengan bibir manyun setengah terbuka.. serta dahi berkerenyit. Aneh.. kan..?

Aku balas hanya dengan anggukan kepala dan mulai menaik-turunkan pantatku yang perlahan tapi pasti semakin cepat.. kembali meneruskan colokan batang gajahku tigaperempat lebih kurang di belahan cipetnya..

Tetapi tiba-tiba –lagi– dorongan Ping-Ping ke dadaku dengan kedua tangannya..
Kali ini terasa sangat kuat sekali.. sehingga dengan segera aku berhenti bergoyang.
“Sak..khhitt..!” Dengan sedikit agak berteriak Ping-Ping mengeluarkan kata itu.

“Ssshhh.. aduh.. cabut dulu Dek..!” sambung Ping-Ping seperti mendesah.. sangat perlahan.
Dan segera.. dengan rasa ga karu-karuan kulepaskan belalai gajahku dari jepitan cipet Ping-Ping..

Pleph..! Tercabutlah lonjoran belalai gajahku dari liang cipetnya.. basah dan mengkilap.
Waduh.. kok..!?
Kaget bercampur bingung ketika kulihat di bentangan batang belalai gajahku yang sudah keluar dari cipet Ping-Ping ada semacam cairan seperti darah bercampur cairan bening keputihan.. lengket di batang belalai gajahku.

Mengalihkan pandang.. kemudian melihat arah ke cipet Ping-Ping..
Waduh.. ada darahnya juga..!? Wah.. gimana ini..!? Pikirku jadi makin panik.
Megap-megap.. meringis berkerenyit dahi Ping-Ping merundukkan kepala.. berusaha melihat kondisi Cipet di selangkangannya

“Duh.. berdarah Yuk..? Gimana nih..?”
Tanyaku kebingungan.. lantaran baru kali ini menyaksikan Cipet yang berdarah-darah kayak gitu.
Berbeda sih.. sewaktu aku kancitan dengan Bi Cik Arin beberapa bulan lalu..
Di mana aku ga sempat melihat Cipetnya yang berdarah ketika keperawanannya kucoblos ga sengaja.

“Nghh.. ga apa-apa, Dekk..” ujar Ping-Ping masih meringis menahan sakitnya seolah menenangkan kepanikanku.
“Ayuk pernah dengar.. kalo memang begini awalnya..”
Lanjut Ping-Ping.. sembari beringsut pelan.. berusaha mengambil handuk kecil di gantungan dekat bak mandi.

Meski masih terkaget.. aku cepat merespon..
Segera kujemba handuk kecil yang mau diambilnya.. lalu kuserahkan pada Ping-Ping yang terlihat susah bangkit dari tempatnya terjeplok.

“Iihh.. banyak juga darahnya, ya..!?”
Seru Ping-Ping lirih.. sembari membersihkan darah yang berlepotan di sekitar Cipet dan pangkal pahanya itu.. melapnya menggunakan handuk kecil yang tadi kuberi.

Aku cuma melihat prosesi ‘pembersihan darah perawan’ Ping-Ping.. jelas dengan perasaan campur aduk.. panik.. khawatir.. bingung.. dan lain-lainnya.

Beberapa saat berselang.. Sementara Ping-Ping membersihkan darah pada Cipetnya.. akupun mulai ikutan sibuk membersihkan belalai gajahku dari darah yang melengket di batang gajahku itu.. menyiram-nyiramkan air dari bak mandi menggunakan gayung.

Tiba-tiba saja.. aku yang sedang membersikan perkakasku di dekat bak mandi merasakan dipeluk Ping-Ping dari belakang.. sementara tangannya telah pula meraih belalai gajahku yang telah mengkerut.

"Dekk.. Ayuk pingin adek tusuk Ayuk lagi. Mau ya..?"
Bisik Ping-Ping dari belakang.. persis dekat telingaku sambil terus memutar-mutar batang belalai gajahku seperti ingin memancingnya untuk kembali menegang.

“Auh.. Ayukk. Ngejutin aja..” Ujarku sedikit kaget akibat ulah Ping-Ping itu.
"Aduh.. aku takut, Yuk. Ntar kalo berdarah lagi, gimana..?"
Lanjutku.. masih tersisa kekhawatiran untuk kembali mencoba mengadu belalai gajahku ke cipet Ping-Ping.. plus bingung dengan hasrat Ping-Ping yang nekad dan menggebu-gebu itu.

Tetapi pada akhirnya aku menuruti juga kemauan Ping-Ping..
Kan aku juga ngerasa nikmat membenamkan belalai gajahku ke dalam lepitan Cipet.. hehe..

Ping-Ping memutar tubuhku.. lantas menarik kedua tanganku sebagai tumpuannya.. kembali merebahkan diri ke lantai kamar mandi.. mengangkangkan pahanya seperti awal kami kancitan tadi.
Posisiku jadi tepat berada di depan kangkangan pahanya –lagi– yang membentuk huruf ‘M’ itu.

Karena masih ‘trauma’ melihat darah berlepotan di cipetnya tadi aku jadi pingin melihat gimana kondisi cipetnya.
Kudekatkan wajahku supaya bisa melihat lebih jelas.. bagaimana rupa si Cipet sekarang.
Bentuknya sekarang makin lucu kulihat.. jadi lebih merah dan sedikit menguak.. seperti bibir orang yang sedang meledek. Hehe.. ga ngerti, aku.

Kujulurkan lidah.. kujilati pelan-pelan. Nah.. inilah yang bikin dia menggelinjang itu. Kusentuh lagi.
"Aughh.. Ssshh. Udah Ahh.. nakal amat siihh, dekk..!?" desahnya.

"Ahh.. dekk..! Ayooo.. dekk.. cepetannn..!" katanya seperti ga sabar untuk kembali melaga kelamin kami.
Segera ia ‘tangkap’ belalai gajahku yang sebenarnya belum begitu tegang..

Lalu kembali dia usap-usapkan ke mulut Cipetnya yang ternyata telah mulai membasah sambil perlahan ia mengocok belalai gajahku agar segera ereksi.
"Aaahh.. sshhh..!" dia mendesah.

Setelah beberapa saat mengocok kemaluanku segera mengeras.. tegang lagi.. mengacung.. mbalelo.
Ping-ping lalu menghentikan aktivitas mengocok.. memposisikan kedua telapak tangannya pada buah pantatku.. memandu gerak pinggulku..

Akan tetapi.. seperti tadi juga.. belalai gajahku ga bisa langsung masuk menyelinap di lepitan Cipetnya.. seperti percobaan pertama..
Gajahku terus-terusan kepeleset.. meluncur-luncur beberapakali.

Nah.. setelah beberapakali mengulangi usaha tusuk-cabut yang masih tetap kepeleset.. Ping-Ping akhirnya kembali membantu memegang belalai gajahku.. memandu untuk kemudian menempatkannya lagi di depan liang Cipetnya.
Slepp.. slepphh.. Crebhh..! Aihh..!
Rasanya nikmat sekali ketika kudorong belalai gajahku masuk.. dan terselip di sana.

Tetapi.. setelah masuk lubang cipet Ping-Ping rasanya lebih licin dibanding tusukan pertama tadi yang begitu sulit dan agak seret.
“Ugh.. ohh.. jangan keras-keras dorongnya.. dekk. Masih perih nih.. Augh..! rintih Ping-Ping memberikan arahan lagi.

Maka kudorong pelan-pelan belalai gajahku.. menerobos masuk kian dalam di liang cipetnya.
Ugh..! Rasanya enak banget.. seperti kejepit daging empuk-kejal nan hangat dan membasah.

Aku dorong terus.. tapi tiba-tiba Ping-Ping menarik pantatnya sampai belalai gajahku lepas.
“Adduhh-duh-uhh. Berenti dulu, dek. Masih perih nih Cipet Ayuk..!”
Dia bilang sakit kalau kudorong masuk terus. Makanya dia minta aku jangan dorong terlalu kuat.

"Ayo.. masukin lagi.. terus digoyang Dekk..!" Seru Ping-Ping kemudian.. setelah gajahku ia tuntun lagi menyelip di belahan cipetnya..
Lantas dengan kedua telapak tangan di buah pantatku kembali ia memandu gerakan tusukan gajahku di liang cipetnya.

Mengikuti arahannya.. pelan-pelan akupun mulai menaik-turunkan pantatku menusuk-nusuk.. menjelajahi ruang sempit liang Cipetnya..
Ikut-ikutan melakukan gerakan memompa. Wuihh.. Rasanya nikmat banget..

"Ohh.. ohh.. uhh..!" Desisku dengan suara napas yang semakin memburu.. merasakan nikmat yang baru ‘duakali’ ini aku rasakan..
Tetapi kali ini dalam kondisi yang sadar.. kesadaran seorang bocah.

"Dekk.. pelan-pelan.. ya.." rintih Ping-Ping dalam geliatnya.
Kutarik pantatku.. dan kembali menekannya secara perlahan-lahan. Berulangkali.

Kulihat Ping-Ping meringis-ringis. Sama denganku juga ikut menyeringai-ringis. Hehe..
Tapi.. anehnya kami sama-sama tidak mau berhenti. Saling dekap.. saling hentak.. saling tekan.. bersama-sama.. berkali-kali..

Belalai gajahku kini sudah tenggelam semua ke dalam cipet Ping-Ping.. keluar-masuk perlahan.
Meski begitu aku tak berhenti bergoyang.. bahkan semakin cepat.. seperti ada dorongan dari dalam akibat rasa geli yang semakin menggelitik.

Kaki Ping-Pingpun kini semakin erat terasa melingkar di pinggangku.. bahkan semakin kuat ketika belalai gajahku aku tekan dalam-dalam di lepitan cipetnya yang terasa berkedut-kedut meremas gajahku.

Setelah mungkin ada sekitar belasankali naik-turun.. menyelusup.. keluar-masuk.. terjepit-remas di liang sempit itu Cipet Ping-Ping terasa mulai agak licin.
Dan kulihat Ping-Ping pun sudah mulai tak meringis-ringis lagi.. hingga pertarungan 2 kelamin belia kami semakin riuh.. entah oleh eranganku.. plus desah dan rintihan keenakan Ping-Ping. Pokonya Rame deh. Hehe..

"Ayoo.. Dekk.. ayoo Dekk.. enak.. aaduuuhh enaaakkk bangethh Dekk.. ahh.. ssshh..!"
“Ugh.. ugh.. iya.. Yukk. Hegh.. heghh.. eghh..!
Gerungku yang juga mulai merasa sudah tak begitu linu lagi di batang gajahku.

"Ayooo dekk.. yang cepet.. yang dalem dekk.. Sshhh.. augh.. hhh..!"
Mendengar desahan itu aku makin cepat memompa belalai gajahku naik-turun.
Makin cepat.. secepat aku bisa.

Kulihat kepala Ping-Ping jadi bergoyang ke kiri dan ke kanan.
Tangannya memegang.. bahkan cenderung mencengkram kedua buah pantatku.
Bungkahan susu kecilnya bergoyang-goyang lucu.
Badannya telah basah oleh keringat.. begitu juga rambutnya.
Pantatnya yang setadian lebih banyak diam.. sekarang mulai bergoyang. Naik, turun, kiri dan kanan.

"Ohh.. yah.. yah.. ohh.. enak dekk..!"
Tiba-tiba Ping-Ping mengerang panjang sekali.. dan terasa belalai gajahku dihimpit keras di dalam cipetnya..
Kakinya kini terasa semakin erat sekali melingkar di pinggangku.. sehingga terasa sakit sedikit di situ.

Tak lama aku merasa belalai gajahku semakin linu dan geli yang tak tertahan.. lalu terasa seperti ada sesuatu yang mau lepas dari jiwaku.
Tapi aku merasa tak ingin berhenti memompa.. masih terus menghentak-hentak..

Tiba-tiba Ping-Ping merangkulku dengan kuatnya.. tanpa sadar Ia bahkan menggigit pundakku.
"Aughh.. Auuw.. Ayuk pipiiss.. Dekk..!"

Saat hampir bersamaan itu aku juga merasa ‘seperti mau pipis’.
Kutekan saja sekuat tenaga pinggulku membenamkan belalai gajahku tandas.. sampai mentok di jepitan dinding Cipetnya yang kian intens berkeredutan.. kutahan di sana.
Perlahan-lahan kaki Ping-Ping terjatuh lemas terlepas dari pinggangku..

Aku yang melihat ekspresi Ping-Ping justru 'semakin bernafsu..' semakin kencang menggoyangkan belalai gajahku keluar-masuk liang cipetnya
“Nghh.. Dekk..!” Rentak berkelejat tubuh.. berbareng desah dan rintih nikmat Ping-Ping.
Dan itu seperti memancing lenguh.. semerta tandasan belalai gajahku di liang nikmat Cipetnya.

“Erghh..Yukk..! Serr.. serr.. serr..!
Ada rasa hangat.. membasah.. membaluri belalai gajahku yang kini resmi telah alihrupa.. bermetamorfosis sebagai prajurit berhelm Darth Vader.. di kepitan liang cipet Ping-Ping yang berkedutan bagai meremas-remas seluruh kepejalan otot si prajurit.

Splash.. plash..!
Ahh.. akhirnya.. ‘sensasi nikmat nan aneh’ kembali dapat kuraih.. kurasakan lagi.. memenuhi ruang otakku.. mencipta kilasan-kilasan putih membening.. serupa denyar yang tak kalah unik dan aneh..

Semerta beberapakali kelejatan buah pantatku kutekan setandasnya si prajurit kecil di jelujuran liang nikmat cipet Ping-Ping yang meski membasah.. kini justru terasa kian meremas-remas..
Seolah ingin melumat hancur sumpalan otot kejal yang tengah terjepit nikmat di lepitan hangatnya itu.

Aku tergolek lemas di atas tubuh Ping-Ping. Tubuh kami sama-sama banjir oleh keringat.
Terdiam beberapa saat dalam situasi ‘nikmat capek yang aneh’ yang sebenarnya belum mampu kami, terutama aku.. maknai.

Belalai gajahku yang telah lemas.. tapi masih terselip di hangat Cipetnya.. masih menyisakan kedutan-kedutan.. meski aku belum memiliki sperma.. tetapi justru itulah yang kusebutkan ‘nikmat yang aneh’.
-------

Aku berbalik tubuh.. berbaring terlentang di sisi kanan tubuh gadis kecil yang telanjang terpejam mata.. sejajar dengan posisi Ping-Ping yang juga terbujur di lantai.
Kedua tungkai kakinya tak lagi terkangkang.. kini telah pula melurus sejajar lantai kamar mandi yang basah.. mungkin oleh keringat kami berdua.

Beberapa saat berikutnya.. dengan pandang mata sayu kecapean aku melihat Ping-Ping bergerak mengangkat tubuh bagian atasnya.. bertelekan sisi luar lengan kirinya menghadap ke arahku.
Lalu.. setengah duduk menyamping Ia mengulurkan tangan kirinya ke arah penisku.. belalai gajah yang telah kembali ke bentuk awalnya. Mengkerut.

Dia cuil-cuil.. toel-toel belalai gajahku yang ‘sudah ga berdaya’ itu.. seolah ga percaya bahwa benda jelek tapi berkulit hitam manis itu telah ‘menusuk-menyodoki’ kerapatan liang Cipetnya beberapa saat belakang.

“Ugh.. kenapa, Yuk..?” Tanyaku lemas.. sambil mengikuti gerakan tangannya yang pelan-pelan mulai mengusap.. memain-mainkan gajahku.
“Hihihi.. ini ya yang tadi nyelip di Cipet Ayuk..? Kog bisa, ya..?”
Ujar Ping-Ping sembari menundukkan kepalanya ke arah penisku.. tetap mengusapkan tangannya ke penisku sambil menggenggam dengan lembut.

“Aduh Yukk.. capek nih..” Protesku atas keusilannya tersebut.
“Hihi.. masih bisa manjang lagi ga, dek..?” Ledek Ping-Ping makin usil.
“Tauk.. ahh..” Balasku malas. Tapi kubiarkan saja ulah Ping-Ping pada gajahku.

Brukk..! Tiba-tiba saja pintu kamar mandi terbuka..
“Auww..!” Sontak Ping-Ping berteriak kaget.. melihat ke arah pintu.. dengan wajah pias.
Aku yang tentu saja juga terkaget.. hanya mampu bereaksi pasrah..
Ga bisa cepat-cepat bergerak akibat kecapean.. kehabisan tenaga..

“Wah.. main apaan Ci, Bar..? Ikutan dong..!”
“Fiuhh..”
“Hehh..”
Hampir bersamaan.. aku dan Ping-Ping menghela nafas lega..

Syukurlah.. ternyata yang tiba-tiba masuk ke kamar mandi tanpa permisi itu adalah Sing-Go, adik laki-laki Ping-Ping yang berusia sebaya denganku.

Sing-Go kontan ketawa terpingkal-pingkal..
Bukan kenapa-napa sih. Sebab.. Ia langsung membukai pakaian yang ia kenakan.. lalu ikutan bertelanjang-ria di kamar mandi itu sambil mengacung-acungkan penisnya yang belum dikhitan ke arahku.

Ia merasa belalai gajahnya yang masih memiliki kulup itu lebih panjang.. lebih besar.. dan tentu saja lebih ‘putih’ daripada belalai gajahku yang kini telah bermetamorfosis berhelm Darth Vader.

Dan saat itu telah pula mengkerut.. mengecil tak berdaya.. Akibat ‘disiksa nikmat’ oleh jepitan rapat Cipet Cicinya..! Haha.. (*)

No comments:

Post a Comment