Wednesday 30 May 2018

Kisah Nadia: MENYELAMATKAN NAMA BAIK KELUARGA 2

Pak Mamat masih belum bisa memejamkan mata. Bagaimana tidak, di sebelahnya berbaring seorang gadis remaja yang cantik. Sambil berbaring ditatapnya langit langit kamar. Kedua tangannya diletakkan di bawah kepalanya. Tubuh berototnya dibiarkan terbuka, hanya mengenakan kaos daleman tanpa lengan. Nadia nampak meringkuk memeluk guling. Kaos tipisnya memperlihatkan lekuk tubuh langsingnya. Pantat mungilnya nampak menonjol kecil di balik celana hotpants ketatnya.



Diliriknya gadis di sebelahnya. Nafas teraturnya perlahan terlihat naik turun. Apakah dia kedinginan? Pikir Pak Mamat. Pak Mamat berinisiatif menarik selimut di ujung kaki Nadia ke atas. Tiba-tiba tubuh Nadia bergerak. Pantatnya beringsut menggeser mendekat ke arah Pak Mamat. Pak Mamat tertegun. Apakah dia belum tidur?



Pria tua itu menahan nafasnya yang menderu. Tapi dia tidak dapat memutuskan langkah selanjutnya. Sampai saat ini, dia masih belum tahu perasaan gadis itu. Apakah dia terpaksa dengan pernikahan ini? Apakah dia merasa tersiksa sekamar dengan ayah temannya sendiri?



Tapi tubuhnya sangat menggiurkan. Tubuh yang sangat kontras dengan badan kekar Pak Mamat. Tubuh Pak Mamat walaupun usianya sudah bekepala 5, namun kekar dan berotot. Maklum dulu dia adalah tukang batu, yang karena giat bekerja sekarang sudah menjadi pemborong handal. Nadia bertubuh mungil dan langsing. Hampir sama dengan Dini anaknya. Kulitnya putih dan lengannya kecil. Pantatnya membulat kecil dibalut hotpants hitamnya. Lekukan celah pantat itu nampak mengundang birahi Pak Mamat.

Masih belum tahu apa yang harus dilakukan, Pak Mamat mencoba menggeser kakinya menyentuh kaki Nadia. Kaki itu sangat halus dan lembut. Kontol Pak Mamat mengeras. Didiamkannya kakinya menyentuh betis halus itu. Pak Mamat merasa bagai kesetrum halusnya kulit gadis remaja itu.

Deg! Dada Pak Mamat bagai mau rontok, ketika kaki gadis itu menggeser ke atas kakinya. Gesekan halus itu menambah gelisah pria tua itu.

Tubuhnya lalu miring menghadap tubuh mungil Nadia yang membelakanginya. Ditatapnya tubuh gadis itu. Lengan putihnya. Lehernya yang mulus nampak sangat indah di antara rambut sebahunya yang tergerai ke atas bantal.

Pak Mamat lalu menggeser tubuhnya mendekat. Nadia juga mendekat.

Ohh… Pak Mamat menahan nafas.

Lalu dengan berani, Pak Mamat memeluk tubuh mungil itu. Tangannya terulur ke arah pinggang Nadia. Gadis itu nampak menahan nafas. Nadia pun menggeser tubuhnya. Mereka tambah berimpitan. Respon gadis itu membuat Pak Mamat makin berani. Pinggang gadis itu sangat halus dan lembut.

Pelukan Pak Mamat makin erat. Nampaknya Nadia merasa nyaman dipeluk pria itu. Nafasnya perlahan dan teratur dan membiarkan tangan kekar pria itu melingkar di pinggang kecilnya. Malam itu Pak Mamat walau tegang luar biasa, namun membiarkan saja gadis itu tidur dalam pelukannya. Ya, dia yakin gadis kecil itu kelelahan setelah acara pernikahan seharian.

Pak Mamat mencoba tidur. Tapi kontolnya meronta-ronta ditekan pantat empuk Nadia. Susah untuk tidur dalam keadaan seperti ini. Apakah gadis itu sudah

terlelap?

Pak Mamat merasakan dengus nafas Nadia berubah. Geliat kontol di pantatnya nampaknya berpengaruh pada gadis itu. Nafasnya berubah lebih cepat dan memburu. Dengan perlahan, Pak Mamat mulai menggerakkan telapak tangannya di perut Nadia. Dielusnya perlahan, Nadia menggelinjang pelan.

Pak Mamat tidak kuat menahan birahi. Tangannya beringsut naik ke arah dada mungil Nadia. Gadis itu diam. Awalnya hanya menyentuh, lalu telapak tangan besar itu menangkup penuh bukit yang sedang tumbuh itu.

Wahh.. lembutnya payudara remaja ini.. Pikir Pak Mamat.

Nafas kedua makhluk manusia itu bertambah memburu. Nadia merasakan hangat nafas Pak Mamat di tengkuknya. Tubuh gadis itu menggigil merinding. Tanpa sadar tangannya menyentuh telapak Pak Mamat yang masih bersarang lembut di dadanya. Pak Mamat makin berani. Diremasnya dada gadis itu perlahan. Gadis itu terpejam, merasakan setruman jutaan volt dari remasan perlahan itu. Tubuh mereka semakin menempel.

Pak Mamat makin birahi. Dengan berani, dikeluarkannya batang kerasnya dari celana kolornya. Batang itu menjalar bebas meringsek ke belahan pantat mungil Nadia yang terbungkus kain tipis hotpants nya.

Nadia merintih.

Dirasakannya batang panas kontol Pak Mamat menyelusup ke celah paha dalamnya. Dengan jengah, dibukanya mata dan diliriknya bagian bawah tubuhnya. Di sela-sela pahanya, dilihatnya kepala kontol Pak Mamat muncul. Dadanya berdegup kencang. Duhaii.. Betapa panjang dan besarnya kontol itu. Jauh lebih besar dan panjang daripada milik pacarnya. Nadia kembali memejamkan mata merasakan tangan Pak Mamat kembali merabai dadanya. Ahhh… Memeknya membasah. Kali ini tangan kasar pria itu menyelusup lewat bagian bawah kaosnya. Dadanya yang tanpa beha tersentuh tangan hangat itu. Tubuh Nadia mengejang. Elusan tangan itu membuatnya melayang tidak karuan. Oh Tuhaaan… Nadia melenguh kembali.

Jari-jari besar itu menyentuh ujung dadanya. Ini luar biasa, pikir Nadia. Rasanya sudah tidak karuan.

Tiba-tiba Nadia menarik keluar tangan Pak Mamat, dan membalikkan badannya.

Pak Mamat terkejut dan mengundurkan badannya.

Lalu mereka bertatapan. Mata gadis itu menatap tajam suaminya.

Mata yang susah ditebak. Tangan gadis itu masih memegang lengan Pak Mamat.

Beberapa saat, mereka hanya saling bertatap.

Pak Mamat masih belum tahu harus melakukan apa. Mata gadis itu menatapnya dengan tajam, dan dirinya sama sekali tidak mengerti apa yang dipikirkan gadis itu. Apakah dia marah?

Lalu, dengan masih menatap mata pria tua itu, tangan gadis itu turun dan… hap! Dia memegang kontol Pak Mamat. Pak Mamat tertegun. Tangan lembut gadis itu seperti strum jutaan volt bagi kontol Pak Mamat.

Pak Mamat mencoba tersenyum ke arah Nadia. Gadis itu balas tersenyum tersipu. Muka mereka saling mendekat. Mata Pak Mamat menatap bibir merekahgadis itu. Bibir itu begitu mengundang. Sambil tersenyum Nadia mengangguk memberi kode hijau pada pria tua itu.

Lalu, Pak Mamat dengan cepat melahap mulut mungil itu. Bibir mereka bertemu dengan ganas. Saling jilat dan bertukar ludah. Nadia memejamkan matanya sambil memainkan lidah Pak Mamat di mulutnya. Tangannya masih menghunus kontol besar dalam genggamannya.

Tubuh mungil itu menggelinjang. Pak Mamat dengan ganas menciumi mulutnya sambil mengelus leher Nadia. Mereka saling berpagut entah berapa lama. Tangan Pak Mamat pun bergerilya hingga ke dada Nadia.

Nadia meregang. Tubuhnya melenting dan menempel ketat ke tubuh kekar pria itu. Keduanya berbaring miring saling berhadapan dan berpelukan. Kontol Pak Mamat kembali terjepit di kedua paha Nadia. Pak Mamat sambil tetap berciuman menggesek-gesek kontol itu ke celah paha Nadia. Nadia membalas menggoyangkan pinggangnya. Mereka sekarang sedang saling gesek. Pak Mamat memegang pantat Nadia dan meremasnya.

Nadia mengerang. Gesekan kontol pada pahanya, dengan ganas ikut pula menggesek-gesek selangkangannya. Memeknya membasah deras. Ohhh.

Entar berapa lama, Nadia tiba-tiba merasa seperti kalap. Tubuhnya menggeliat ke depan, dan mengalirlah cairan kenikmatan puncak dari memeknya. Dijepitnya kontol besar itu kuat-kuat. Dia orgasme!

Pak Mamat lalu membalikkan tubuh Nadia. Ditindihnya tubuh mungil itu. Dengan ganas, kontolnya menggesek-gesek selangkangan Nadia yang terbungkus hotpants. Gesekannya semakin kuat. Nadia merintih rintih. Uh uh uh… lenguh manjanya membuat birahi Pak Mamat makin menjadi-jadi.

Beberapa saat kemudian, keduanya orgasme. Pak Mamat memuncratkan spermanya ke arah perut Nadia. Croootttt…. Ini klimaks terhebat yang dialaminya. Begitu pula Nadia. Baru kali ini dia merasakan gesekan kontol sebesar itu pada memeknya.

Ahhhhh uuuhhh uuhhh… Nafas tersenggal Nadia diiringi gerangan suara Pak Mamat yang masih memuntahkan cairan kenikmatan seolah tak habis-habisnya.

Pak Mamat lalu terkapar di atas tubuh mungil itu. Perlahan setelah semua reda, Pak Mamat menggeser tubuhnya di samping Nadia. Mulut mereka kembali berciuman. Nadia memeluk erat leher Pak Mamat.

Keduanya lalu berpelukan hingga pagi.

No comments:

Post a Comment