Benar saja, di bis itu ada seorang pria kebetulan melihat ke arahnya,
pria itu berbicara pada temannya sehingga orang itu juga ikut
melihatnya, pahanya mulusnya yang tersingkap dan sedang dielusi itu pun
sempat menjadi tontonan gratis di tengah kemacetan. Untunglah lampu
segera hijau sehingga mobil mereka pun melaju lagi, namun hal itu tentu
membuatnya kesal dan malu, dia menatap tajam pada Pak Dahlan yang
menyetir sambil senyum-senyum mesum. Tiba-tiba sebuah tangan menjulur
dari belakang meraba dadanya.
"Wah, masih belum puas sama jatahlu Ron, masih pegang-pegang yang punya gua nih ?" kata Pak Dahlan.
"Hehehe...dikit aja Pak, cuma mau nyamain toket anak kembar, ternyata
montoknya sama toh" jawab Imron yang kini sedang merasakan penisnya
diemut Selvy, tangan kirinya meremasi payudara Selvy yang sudah terbuka.
Tangan kanan Imron mulai membuka satu-persatu kancing kemeja Selly lalu menyusup ke dalamnya serta memegang payudaranya.
"Shhh...!" desis Selly merasakan putingnya mengeras akibat dipilin-pilin
Imron dan bawahnya makin basah karena dirogoh-rogoh Pak Dahlan.
Betapapun kerasnya hati Selly, kali ini dia tidak sanggup berbuat
apa-apa untuk melawan mereka dibawah ancaman nilai dan rekaman bugilnya.
"Gimana Ron ? tokednya bagusan yang siapa ?" tanya Pak Dahlan.
"Sama Pak, sama cantiknya sama montoknya, tapi ga tau gimana servisnya
ntar" sahut Imron dari belakang "kalo yang sama saya ini nyepongnya
masih amatiran, tapi ga apa-apa kalo diajar juga bisa, kayanya dia
ketagihan nih malah, ayo Non yang bener isepnya, ati-ati jangan digigit
yah"
Di bawah paksaan, Selvy terpaksa mengoral penis hitam panjangnya Imron,
itu adalah pertama kali baginya melakukan hal itu sehingga dia hanya
bisa mengikuti instruksi Imron ditambah dari pengetahuan yang pernah dia
lihat di film bokep. Dia berusaha tidak mencium bau keringat pada penis
itu, saat dia sentuhkan lidah pada kepala penis itu, benda itu seperti
bergetar dan makin membengkak, selanjutnya dia mengulum dan menjilati
benda itu. Selly di depan juga semakin menggelinjang karena
bagian-bagian sensitifnya digerayangi dua penjahat kelamin ini. Sekarang
mobil sudah memasuki sebuah kompleks perumahan yang terletak agak jauh
dari pusat kota, sehingga pemandangan disini masih relatif alami, masih
hijau dan banyak pohonnya, rumah-rumahnya termasuk kelas menengah ke
atas.
"Nah kita sudah sampai nih !" kata Pak Dahlan ketika mobil berhenti di sebuah rumah bertingkat dua dengan pintu gerbang tinggi.
Pak Dahlan membunyikan klakson dan pintu kemudian dibuka oleh seorang
pria tua berumur 60an. Punggung pria itu bongkok seperti punuk onta
mirip Quasimodo dalam kisah hunchback from Notredame, wajahnya pun tidak
bersahabat dengan mata sipit sebelah yang memberi kesan licik. Selly
yang risih dengan kemunculan si bongkok itu buru-buru menepis
tangan-tangan yang menggerayanginya dan membereskan pakaiannya yang
tersingkap sana-sini. Selvy juga buru-buru melepas emutannya begitu tahu
ada orang lain yang membukakan pintu. Akhirnya dia bisa mengambil udara
segar lagi sambil mengancingkan lagi bajunya yang sudah terbuka.
"Itu Thalib, tukang kebun dan penjaga disini, ntar kalian juga kenalan sama dia kok" kata Pak Dahlan.
Dari halaman depan mobil terus melaju memasuki garasi. Pak Dahlan
menggandeng tangan Selly ke kamarnya, sepertinya pria tambun itu sudah
tidak sabaran lagi menikmati kehangatan tubuhnya. Imron mengikutinya
dari belakang sambil memapah Selvy. Mata si bongkok Thalib nampak nanar
memandangi dua dara kembar itu apalagi tangan jahil Imron mengelusi
pantat Selvy. Rumah Pak Dahlan walaupun tidak terlalu besar namun cukup
menarik, beberapa lukisan tergantung di dindingnya sehingga terkesan
elegan. Di tempat ini Pak Dahlan tinggal sendiri hanya dengan Thalib
yang bertugas menjaga rumahnya, si bongkok itu juga masih famili jauhnya
dari kampung. Pak Dahlan sudah lama bercerai dengan istrinya yang
membawa serta seorang anaknya, sedangkan seorang lain yang ikut
dengannya sudah bekerja di kota lain.
Mereka pun akhirnya memasuki kamar Pak Dahlan di lantai dua yang
didominasi warna krem dari wallpapernya dan perabotan bergaya klasik.
"Kita mandi dulu yah Ron, anggap aja rumah sendiri !" kata Pak Dahlan
sambil membawa masuk Selly ke kamar mandi yang menyatu dengan kamarnya.
Imron menghempaskan tubuh Selvy di ranjang empuk itu oleh Imron dan tanpa buang waktu lagi diterkamnya gadis itu.
"Aahh...jangan Pak, tolong hentikan, saya mohon ahh !" rintihnya ketika Imron menggumulinya dengan kasar dan bernafsu.
Rok hitam Selvy sudah terangkat sampai pinggang sehingga paha mulus dan
celana dalamnya yang berwarna biru muda itu terlihat kemana-mana. Imron
mengunci kedua pergelangan tangan Selvy diatas kepala gadis itu dengan
tangan kirinya, sementara tangan kanannya mengelus pahanya dan
selangkangannya yang masih tertutup celana dalam. Wajah mereka sangat
berdekatan, Selvy tegang sekali melihat pandangan mata Imron yang penuh
nafsu binatang apalagi ditambah wajahnya yang jelek itu, dia hanya bisa
memelas lewat tatapan matanya yang sembab oleh airmata.
"Seumur-umur akhirnya bisa juga saya main sama cewek kembar cantik kaya
gini hehehe" ujarnya sambil tertawa mesum "Non sebaiknya nurut aja yah
supaya kita sama-sama enak dan ga perlu kuatir lagi tentang nilai atau
rekaman bugil Non Selly tadi"
Selvy benar-benar tidak tahu harus berbuat apa dalam situasi paling
sulit dalam hidupnya itu, dilema yang luar biasa yang baru pernah
dialaminya. Tiba-tiba wajah Imron maju menciumi bibir mungilnya dengan
kasar, sia-sia dia menghindar dengan ruang gerak sekecil itu hingga
akhirnya Imron kembali melumat bibirnya. Tangan kanannya menarik celana
dalamnya ke bawah hingga betis kemudian jari-jarinya mulai bermain-main
di vaginanya. Lidah Selvy yang berusaha menolak lidahnya justru semakin
membuatnya bernafsu mencumbunya. Beberapa saat lamanya Imron terus
menciumi bibirnya dan menggosok-gosok bibir vaginanya. Nafas Selvy
semakin berat dan terpaksa pasrah saja, jari-jari Imron yang
ditusuk-tusukkan ke vaginanya sadar atau tidak telah membangkitkan
libidonya. Menyadari perlawanan korbannya melemah, Imron menyerang
daerah lainnya, kancing kemeja gadis itu dia buka semuanya, bra dengan
pengait di depan itu sudah lepas sejak di mobil tadi dan belum dikaitkan
kembali sehingga payudaranya langsung terekspos begitu bajunya dibuka.
Selvy menutupi buah dadanya dengan menyilangkan tangan, namun Imron
mencengkram kedua pergelangan tangannya dan melebarkannya ke samping
badan. Dia memejamkan mata dan menangis, Hendra, pacarnya saja belum
pernah menyentuhnya, tapi seorang penjaga kampus bertampang buruk dan
seusia ayahnya malah sudah meremas, menjilati dan mengenyotnya.
"Sssrrreepp...ssluurp !" demikian bunyi suara hisapan Imron pada kedua payudara Selvy secara bergantian.
Gadis itu menggeliat-geliat dengan suara-suara memelas minta dilepaskan
yang hanya ibarat menambah minyak dalam api birahi pemerkosanya. Cukup
lama Imron menyedoti payudara Selvy sehingga meninggalkan bekas cupangan
memerah pada kulit putihnya dan jejak basah karena ludah. Jilatannya
menurun ke perutnya yang rata sambil tangannya membuka resleting roknya
serta memelorotinya hingga lepas.
'Tidak...jangan Pak, jangan !" ucap Selvy memelas sambil merapatkan kedua belah paha ketika Imron mau menjilati vaginanya.
Imron hanya menyeringai dan membuka paha Selvy dengan setengah paksa
lalu membenamkan wajahnya pada vagina gadis itu. Tubuh Selvy
menggelinjang begitu lidah Imron yang panas dan kasar itu menyapu bibir
kemaluannya, bagi Selvy lidah itu adalah lidah pertama yang pernah
menyentuh daerah itu, tubuhnya menggelinjang dan darahnya berdesir
merasakan sensasinya. Imron berlutut di ranjang dan menaikkan kedua paha
Selvy ke bahu kanan dan kirinya sehingga badan gadis itu setengah
terangkat dari ranjang, dengan begitu dia melumat vaginanya seperti
sedang makan semangka.
"Sudahhh Pak...ahh...aahh !" desah Selvy memelas saat lidah Imron masuk mengaduk-aduk bagian dalam vaginanya.
Sekalipun hatinya menolak, tubuhnya tidak bisa menolak rangsangan yang
datangnya bertubi-tubi itu. Harga diri dan perasaan bersalah pada
pacarnya bercampur baur dengan birahi dan naluri seks.
Sekitar seperempat jam Imron memperlakukan Selvy demikian, dengan
lihainya dia menyedot dan menjilati klitoris gadis itu menghanyutkannya
dalam permainan liar ini.
"Eenngghh...aaahh !" Selvy pun akhirnya mendesah panjang dengan tubuh mengejang.
Imron melahap cairan orgasme Selvy dengan rakus sampai terdengar suara
menghirupnya, dia menyedoti bibir vagina Selvy sehingga tubuhnya makin
menggelinjang. Orgasme pertama begitu dahsyat baginya sehingga
membuatnya takluk pada pria itu.
"Enak kan Non, hehehe !" seringai Imron dengan mulut belepotan lendir.
Imron mengangkat kepala Selvy dan kembali melumat bibirnya sehingga
Selvy dapat merasakan cairan kemaluannya sendiri. Sesaat kemudian dia
buru-buru membuka pakaiannya sendiri dan mulai ambil posisi di antara
kedua belah paha Selvy dan menggesekkan kepala penisnya ke bibir vagina
Selvy.
"Jangan Pak, saya gak mau" kata Selvy menghiba.
"Sstt !" Imron menempelkan jari di bibirnya "jangan ribut terus, Bapak minta kamu ridho yah demi nilai dan saudara kamu !"
Imron mulai menekan penisnya memasuki vagina Selvy. Air mata gadis itu
meleleh karena sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi untuk
mempertahankan kehormatannya. Dari kamar mandi dekat situ sesekali
terdengar suara erangan bercampur suara gemericik shower, pastilah
saudara kembarnya itu mengalami nasib yang sama dengannya.
"Sakit...aahh...hentikan Pak, tolong aahh !" rintihnya terengah-engah
ketika Imron memaksakan penisnya memasuki vaginanya yang masih sempit.
Kepala penisnya yang disunat itu sudah terbenam, ditekannya lebih dalam
dan paha Selvy dibentangkannya lebih lebar. Imron menekan-nekankan
penisnya sambil melenguh karena kemaluan gadis itu masih sangat sempit.
"Aaahh...perih !" rintihnya sambil meronta.
Imron sudah benar-benar kesetanan, dia tidak peduli dengan Selvy yang
kesakitan malah ekspresi wajah Selvy membuatnya makin bernafsu.
"Aakhhh !" jerit gadis itu begitu Imron menghentakkan pinggulnya agak
kuat sehingga penisnya masuk lebih dalam dan mengoyak selaput daranya.
Rasa perih melanda kemaluannya sampai tangannya meremas kuat-kuat sprei
di bawahnya, tubuhnya mengejang dengan mata membelakak. Dia tidah pernah
membayangkan kegadisannya direnggut paksa oleh penjaga kampus amoral
itu.
"Hmm...saya paling suka ngebobol memek perawan seperti Non ini, sempit
dan enak !" celoteh Imron sambil memulai gerakan memompanya.
Selvy memejamkan matanya yang berair dan menggigit bibir, dia merasakan
sesak sekali di bawah sana, batang keras berurat itu terasa sekali
menggesek dinding vaginanya.
Setelah belasan pompaan diselingi sodokan keras, rasa sakit yang dialami
Selvy sekonyong-konyong berubah menjadi sensasi erotis yang membuatnya
melayang. Rintihan kesakitannya makin terdengar seperti erangan nikmat.
Libido kini semakin menguasai hati dan pikiran Selvy, dia memang merasa
bersalah sekali dan berkali-kali dalam hatinya meminta maaf pada Hendra,
pacarnya dan Selly, kakak kembarnya karena tidak sanggup lagi menahan
diri terhanyut. Genjotan Imron yang makin kasar membuat tubuhnya
berguncang-guncang, payudaranya pun ikut bergetar. Kini Imron menindih
tubuhnya, memeluknya dan mencumbu mulut Selvy yang terbuka dan
mengeluarkan desahan. Selvy kini pasrah menerima lidah Imron yang
bermain-main di mulutnya bahkan lidahnya juga turut saling menjilat
dengan lidah kasar penjaga kampus itu. Percumbuan itu membuat nafasnya
makin naik turun dan wajahnya makin memerah. Mau tidak mau birahi Selvy
pun naik apalagi sambil menggenjot Imron terus menggerayangi tubuh
mulusnya terutama payudara, paha dan bongkahan pantatnya.
"Uhh-uhh...bener-bener masih seret, ini uenaknya memek perawan !" puji Imron ditengah genjotannya.
Batang kemaluan Imron keluar masuk dengan cepat menggesek dinding
vaginanya. Tanpa disadari kedua lengan Selvy memeluk tubuh Imron yang
menindihnya, perkosaan ini telah menghanyutkannya tanpa dapat ditolak.
Tak lama kemudian Selvy merasa pandangan matanya berkunang-kunang, dari
dalam tubuhnya serasa ada suatu gelombang dahsyat yang tidak bisa
ditahannya sehingga membuat tubuhnya menegang, perasaan ini jauh lebih
dahsyat daripada sebelumnya tadi, dia tidak bisa tidak mengerang.
Tangannya yang saling genggam dengan Imron mencengkram semakin erat dan
dari mulutnya terdengarlah desahan panjang orgasme. Melihat korbannya
orgasme, Imron makin bergairah menggenjotnya, dia berusaha menyusulnya,
kemaluan mereka yang bertumbukan menghasilkan bunyi kecipak akibat
cairan orgasme yang dikeluarkan Selvy ketika klimaks. Cairan yang
membasahi selangkangan itu bercampur dengan darah keperawanan Selvy
sehingga terlihat agak merah.
"Aahh...ahh...keluar Non, Bapak keluar juga, uuggghh !" lenguh Imron
ketika menyemburkan spermanya yang hangat dan kental di dalam rahim
Selvy.
Semprotan cairan itu makin lemah seiring dengan pompaan Imron yang mulai
turun kecepatannya. Selvy terkapar lemas di ranjang, keringat telah
membasahi tubuhnya beserta kemeja putih yang masih melekat di tubuhnya
itu. Nafasnya terputus-putus membuat kedua gunung kembarnya ikut turun
naik. Imron masih menindih tubuhnya menikmati sisa-sisa klimaksnya.
Kamar yang tadinya berisik karena suara bercinta itu sementara hening
dan hanya terdengar suara nafas terengah-engah.
Kita tinggalkan dulu Selvy dan Imron sejenak untuk melihat keadaan
kembarannya, Selly dan Pak Dahlan di kamar mandi. Tempat berlantai
marmer coklat itu tidak besar, ada sebuah toilet duduk bersebelahan
dengan bak air, di seberang kloset terdapat wastafel yang di sebelahnya
ada sebuah tempat shower bertirai plastik. Begitu pintu kamar mandi
ditutup, pria tambun itu langsung memeluk Selly dari belakang, tangannya
langsung menyingkap roknya dan membelai naik pahanya menuju ke
selangkangan.
"Ayo Selly sayang, Bapak ga mau ngeliat kamu menikmati dengan terpaksa
gitu, Bapak pingin kamu sepenuh hati, ntar kesana-kesana nilainya pasti
Bapak bantuin" katanya dekat telinga Selly.
"Ihh...lepas...lepasin !" gadis itu meronta dan menyentakkan tubuh
hingga terlepas dari dekapan Pak Dahlan "denger yah Pak, jangan
sembarangan panggil saya sayang dan ga usah peluk-peluk gitu, saya juga
bisa buka baju sendiri !"
Pak Dahlan cengengesan saja mendengar omelan Selly
"Ok, fine, kalau gitu silakan lakukan sendiri, saya tunggu nih !" katanya sambil duduk di tutup kloset.
"Jadi anda menikmati memancing di air keruh, memanfaatkan gadis-gadis
tidak berdosa untuk nafsu setan anda ini !" ucap Selly ketus sambil
dengan berat membuka satu-persatu pakaiannya.
"Yah, bisa dibilang gitu, sebagian dari mereka ada yang datang sendiri
menyerahkan diri, ada juga yang terpaksa, tapi akhirnya sih sama aja,
soalnya mereka juga menikmati kok hehehe" pria itu tertawa mesum
menyaksikan tubuh Selly yang semakin telanjang.
"Nggak tau malu !" Selly dengan geram melemparkan celana dalamnya yang baru lepas ke wajah Pak Dahlan.
Pak Dahlan hanya cengengesan mengambil celana dalam itu dan
mengendusinya, celana dalam itu bahkan dia masukkan ke kepalanya seperti
kupluk.
"Eemm...wangi, saya suka wanita galak seperti kamu, bikin saya
tertantang untuk menjinakkan" ujarnya seraya menggerakkan telunjuk
memanggilnya mendekat.
Dengan jantung berdebar-debar, Selly menuruti saja permintaannya karena
tidak ada pilihan lain. Dia kini berdiri telanjang di depan Pak Dahlan
dengan tangan menutupi auratnya. Bulu kuduknnya merinding merasakan
tangan kasar pria itu mengelusi pinggir tubuhnya dari pinggang, paha,
lalu mengarah ke selangkangan. Pria itu menyingkirkan telapak tangan
yang menutupi kemaluannya, matanya menatap nanar kemaluan yang berbulu
jarang dan halus. Selly sendiri merasa tegang, walau sebelumnya dia
pernah telanjang di depan Fredy sehingga terlibat oral seks dan petting.
"Sini, duduk sini !" perintah Pak Dahlan sambil menepuk pahanya sendiri
"jangan nyamping gitu dong, ga enak, hadap-hadapan ayo!" katanya lagi
menyuruh Selly mengubah posisi duduknya yang menyamping.
Selly terpaksa harus membuka pahanya agar bisa duduk di pangkuan pria itu sesuai yang dimintanya.
Tangan pria menaruh kedua tangannya pada kedua pahanya, lalu dielusi
keatas hingga tangannya mencaplok kedua payudaranya. Selly mendesis saat
tangan itu meremasi kedua gunung kembarnya. Jari-jari gemuk itu
memilin-milin dan memencet putingnya sehingga benda itu semakin mengeras
saja. Kemudian mulutnya mendekati payudara yang kiri dan menciuminya,
kumis kasar pria itu menggelitik payudaranya belum lagi mulutnya
menghisap-hisap seperti sedang menyusu. Tangan kanannya merambat turun
ke arah vaginanya. Selly tersentak seperti kesetrum ketika jari Pak
Dahlan mengelusi bibir vaginanya, kakinya mau merapat menahan geli, tapi
tidak bisa karena terhalang paha gemuk pria itu. Mulut Pak Dahlan
berpindah-pindah melumat payudara kanan dan kiri gadis itu sambil tangan
kanannya mengelus-elus kemaluannya yang makin berlendir. Sekalipun
berusaha untuk tidak menikmati, toh pertahanan Selly bobol juga karena
serangan erotis yang gencar dari Pak Dahlan.
"Sudah Pak, hentikan...ahhh...emmhh !" gadis itu tidak bisa menahan
desahan sambil memegangi kepala Pak Dahlan yang sedang menyusu.
Tubuh Selly makin berkelejotan terutama setelah Pak Dahlan memasukkan
jari-jari gemuknya ke vaginanya dan meliuk-liuk di dalam seperti cacing.
Ciuman Pak Dahlan pun semakin merambat naik ke pundak, leher, telinga,
mengarah ke mulutnya. Selly memalingkan wajah menolak dicium namun pria
itu menahan kepalanya sehingga ciumannya tak bisa dihindari lagi,
tubuhnya meronta sebagai penolakan dicium pria itu, tapi tetap tidak
mampu karena pria tambun itu memeluknya dengan erat. Lidah Pak Dahlan
terus menjilati bibir tipisnya memaksa masuk ke mulutnya, ketika telah
berhasil masuk lidah itu langsung menjilati rongga mulutnya, secara
refleks lidah Selly pun ikut meronta. Dengan permainan lidah seperti itu
ditambah lagi dengan jari-jari yang bergerak liar pada vaginanya, Selly
pun bangkit nafsunya, bahkan kini dia memberanikan diri memeluk pria
itu. Erangan tertahan terdengar dari mulutnya saat Pak Dahlan
mengerakkan jarinya keluar masuk liang vaginanya. Ciuman Pak Dahlan
merambat turun lagi ke lehernya yang jenjang, kulitnya yang putih mulus
itu dihisapnya hingga menggelinjang, namun Selly bersyukur juga bisa
mengambil udara segar setelah percumbuan yang cukup lama dan panas itu.
Pak Dahlan juga menarik keluar dua jari yang memasuki vaginanya, cairan
yang belepotan di jari itu dia oleskan pada puncak payudara kanannya
untuk selanjutnya diemut-emut. Puting Selly sudah benar-benar mengeras
akibat dirangsang terus daritadi.
"Kita mandi dulu yuk, biar segar !" ucap Pak Dahlan seraya menurunkan
tubuh Selly dari pangkuannya dan menuntunnya ke arah shower.
Pria itu menyalakan air hangat yang mengguyur tubuh telanjang Selly,
kemudian dia membuka bajunya sendiri, kecuali celana dalam Selly yang
dia pakai sebagai kupluk di kepalanya. Terlihatlah perutnya yang bulat
dan penisnya yang berukuran 17cm dan berdiameter tebal, benda itu sempat
membuat Selly tertegun membayangkan benda itu akan segera mengaduk-aduk
vaginanya. Setelah membuka baju, pria itu pun ikut masuk ke daerah
shower.
"Kamu cantik sekali Sel !" ucapnya dengan mengangkat wajahnya yang
tertunduk dan mengusap rambut basahnya ke belakang, dipandangnya wajah
cantik yang sudah basah itu dalam-dalam.
Selly diam saja walau pandangan matanya masih tajam menyisakan kemarahan
dan kebencian, dia merasa mandi dengan seekor babi hutan, tangannya
terkepal keras, ingin rasanya dia meninju atau menampar bajingan
berkedok dosen ini, atau bahkan membunuhnya kalau saja dia tidak
mengingat adik kembarnya dan rekaman bugilnya. Karenanya dia hanya
pasrah ketika Pak Dahlan mendekapnya dari belakang., pria itu memberikan
ciuman di pundak dan lehernya sementara tangannya menggerayangi
tubuhnya dengan gemas. Selly dapat merasakan penis yang sudah mengeras
itu bersentuhan dengan pantatnya.
Tangan Pak Dahlan meraih botol sabun cair, membuka tutupnya dan
menumpahkan isinya pada tubuh Selly. Setelah dirasa cukup, dia taruh
botol itu pada tempatnya dan mulai menggosok tubuh gadis itu dengan
telapak tangannya. Mula-mula dia menggosok leher, bahu, pundak lalu
berlanjut ke depan ke perutnya lalu naik ke buah dadanya, dengan lembut
tangan kasarnya menggosok dan memijat sambil lidahnya menggelitik
telinganya sehingga sadar atau tidak Selly makin terbuai dan terangsang
berat, matanya sampai merem-melek dan mulutnya mendesah-desah. Dia harus
mengakui bahwa pria yang telah menjebak dan dibencinya ini sanggup
membuatnya mabuk birahi dibanding pacarnya sendiri.
"Enngghh...!" desahnya lebih panjang ketika tangan gempal itu menyentuh vaginanya.
Pak Dahlan menggosokkan tangannya pada daerah itu sehingga makin berbusa.
"Memeknya Bapak cuciin yah, biar bersih dan ngentotnya enak" katanya
dekat telinga Selly yang tidak menyangka kata-kata senajis itu bisa
keluar dari mulut dosen yang bahkan menjabat kepala jurusan.
Pak Dahlan memeluk makin erat tubuh Selly yang kini telah licin dan
berlumuran busa sabun. Dia menggesek-gesekkan tubuh tambunnya dengan
tubuh mulus Selly yang licin bersabun. Mata Selly sedikit terpejam
ketika Pak Dahlan melakukan hal itu, dia tak bisa menahan sensasi nikmat
dari sentuhan dan belaian erotis itu.
Tidak ingin korbannya pasif, Pak Dahlan menarik wajah Selly agar bisa
melumat bibirnya. Kali ini mendobrak pertahanan mulut Selly tidak
sesulit tadi, karena mulutnya sudah setengah terbuka karena mendesah
terangsang. Untuk mengurangi rasa jijiknya Selly membayangkan berciuman
dengan Fredy, dengan begitu kecanggungannya membalas French kiss Pak
Dahlan juga berkurang, bahkan kini dia lebih berani menggerakkan tangan
memeluk kepala Pak Dahlan di belakangnya. Dibawah guyuran air hangat
mereka berciuman dengan panas dalam posisi 99, sungguh menggairahkan.
Setelah puas berciuman, Pak Dahlan menyuruhnya menunggingkan tubuhnya
dengan kedua telapak tangan bertumpu di tembok. Kemudian dia lebarkan
sedikit paha gadis itu dan mulai memasukkan batang kemaluannya dari
belakang. Sadar akan segera kehilangan keperawanannya, Selly menyesal
dalam hatinya kenapa tidak dari waktu itu dia serahkan keperawanan itu
pada Fredy ketika terlibat petting dulu, sekarang sesuatu yang dijaganya
itu sebentar lagi direnggut oleh dosen bejat yang dibencinya ini.
"Aaahhh !" Selly menjerit nyaring saat penis Pak Dahlan tertekan masuk mengoyak vaginanya..
"Pertama kali masuk emang sakit Sel, tapi Bapak jamin kamu ntar keenakan
kok !" sahut Pak Dahlan membiarkan penisnya menancap di vagina Selly
agar gadis itu beradaptasi dan dia bisa meresapi nikmatnya himpitan
bibir kemaluan perawan yang masih sempit.
Sambil memegangi pantat Selly, Pak Dahlan mulai memaju-mundurkan
pinggulnya dengan frekuensi genjotan makin naik. Setiap pria itu
menyentakkan pinggulnya, Selly mendesah keras sampai suaranya terdengar
keluar, dia merasa perih dan ngilu, namun juga ada rasa nikmat bercampur
di dalamnya, penis yang menyesaki liang kemaluan itu menggesek-gesek
klitorisnya yang tentu saja merangsang gairahnya. Tangannya dengan liar
menggerayangi tubuhnya yang licin. Pak Dahlan melenguh-lenguh seperti
kerbau gila menikmati penisnya menggesek-gesek dinding vagina Selly yang
bergerinjal-gerinjal. Suara mereka menyatu dengan suara siraman dan
kecipak air di kamar mandi. Pinggul Selly kini malah ikut bergoyang
mengimbangi sentakan-sentakan Pak Dahlan. Lama-lama Selly pun tidak
tahan lagi, tubuhnya menggelinjang karena klimaks, desahan panjang
terdengar dari mulutnya, dia merasakan mengeluarkan cairan dari
vaginanya, tapi bukan kencing, cairan hangat itu bercampur dengan
darahnya meleleh keluar selangkangannya. Selama klimaksnya, Pak Dahlan
tidak sedikitpun berhenti maupun memperlambat genjotannya, sebaliknya
dia semakin bersemangat melihat korbannya telah takluk. Pasca klimaks,
Selly merasa tubuhnya lemas dan tenaganya tercerai berai, sebagai pria
berpengalaman Pak Dahlan telah mengetahuinya, maka tangan kokohnya
melingkari perutnya untuk menopang tubuh gadis itu dan dibawanya kembali
dalam dekapannya pada posisi 99 sebelumnya.
Dia mundur selangkah sehingga air shower menyiram tepat di tubuh Selly membasuh sabun di tubuhnya.
"Kamu puas kan Sel ?" tanyanya
Selly tidak menjawab, dia tetap membenci pria ini walau tidak bisa
dipungkiri pria ini juga yang barusan memberinya orgasme dahsyat. Pak
Dahlan lalu melepaskan pelukannya dan membiarkan tubuh Selly yang masih
lemas itu jatuh bersimpuh di depannya. Setelah membersihkan penisnya
yang berlumuran darah keperawanan dan mematikan shower, dia perintahkan
gadis itu berlutut menghadapnya dan mengoral benda itu. Selly terpana
memandangi penis hitam yang mengacung tepat di depan mukanya, benda yang
baru saja menodainya dan juga sejumlah gadis lainnya. Suasana hening
sejenak, yang terdengar hanya sisa tetesan air shower, udara di dalam
masih hangat sehingga cermin wastafel berembun.
"Ayo pegang dan masukin mulut dong, tunggu apa lagi ?" Pak Dahlan sepertinya tidak sabaran.
Dengan gemetaran dia menggerakkan tangannya menggenggam batang itu dan memijatnya perlahan.
"Ayo, diemut dong, Bapak kan pengen ngerasain disepong sama kamu Sel !" ulangnya dengan mendekatkan wajah Selly ke penisnya.
Selly melirik ke atas memandang pria itu dengan marah, tapi dia tetap
memasukkan penis itu ke mulutnya karena terpaksa. Itu adalah penis kedua
yang pernah masuk ke mulutnya setelah Fredy.
Selly pun mulai mengulum penis Pak Dahlan sambil mengocoknya, dia
mengeluarkan seluruh kemampuan oral seksnya termasuk menjilat dan
mengisap sehingga pria itu bergetar dan mengerang karena nikmatnya.
Kepala Selly maju mundur selama beberapa menit ke depan, mulutnya sampai
pegal karena penis yang berdiameter lebar itu menyesakkan mulutnya.
Selly merasakan kepala penis yang disunat itu makin berdenyut-denyut dan
pemiliknya juga makin mendesah.
"Telan pejunya Sel, Bapak keluar nih...yah...iyah....uuhh !" desah pria
itu bersamaan dengan muncratnya spermanya di mulut gadis itu.
Cairan itu sangat kental dan aromanya sengit, Selly sudah mau
memuntahkannya namun kepalanya ditahan pria itu, sehingga dia tidak bisa
menghindari sperma itu memenuhi mulutnya, cairan putih susu itupun
akhirnya tertelan olehnya. Dia tidak bisa berbuat apapun selain
cepat-cepat menelan cairan itu agar tidak terasa di mulutnya. Dia merasa
geli dan jijik, sperma pacarnya saja waktu itu tidak ditelannya, tapi
sperma pemerkosanya ini kini harus dia telan. Setelah semprotannya
selesaipun, Pak Dahlan memerintahkannya menjilati bersih batang
kemaluannya baru dilepaskan. Terpaksa dia menjilati sisa-sisa sperma
pada batang itu dan kepalanya yang seperti jamur, pasca ejakulasi,
ukuran benda itu berangsur-angsur menyusut dalam mulutnya.
Setelah ejakulasi, Pak Dahlan membantunya bangkit berdiri.
"Hebat Sel, pelayanan kamu bener-bener mantap, Bapak janji bakal bantu
nilai kamu dan setiap kamu mendapat mata kuliah yang saya ajarkan Bapak
jamin nilai kamu A !" kata Pak Dahlan penuh kepuasan dengan meletakkan
kedua tangan di pundak Selly.
"Terima kasih" balas Selly dengan dingin "bagaimana dengan saudara saya ?"
"Oo...tentu-tentu, kalian akan saya bantu, asal banyak bersikap manis ke
saya" jawabnya sambil tersenyum lebar dan kembali mendekap gadis itu.
Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu dan suara pria di pintu memanggil
si dosen bejat itu. Pak Dahlan berjalan ke pintu sambil mengelap
tubuhnya dan melilitkan handuk itu ke pinggang. Selly bersembunyi
dibalik tirai plastik kala melihat Thalib muncul di pintu, dia
memberitahu bahwa ada telepon mencari majikannya itu di ruang tengah
sana. Tanpa meninggalkan pesan apapun Pak Dahlan meninggalkannya
sendirian di kamar mandi itu. Selly baru sadar sperma tadi sempat
menetes di dagu dan lehernya, diapun kembali menyalakan shower untuk
membersihkan tubuhnya, dengan air shower itu juga dia berkumur-kumur
mengurangi aroma sperma dan penis yang masih terasa di mulutnya. Setelah
selesai, diambilnya sebuah handuk putih di dekat situ untuk
mengeringkan tubuhnya. Saat itu dia teringat lagi pada kembarannya,
Selvy, buru-buru dia lilitkan handuk pada tubuhnya dan keluar kamar
mandi memanggil nama kembarannya, namun di kamar sudah tidak ada
seorangpun selain baju-baju yang berceceran dan ranjang yang spreinya
sudah kusut.
Gantungan kunci penerima sinyal yang berkedip-kedip pada tasnya di meja
memancing perhatiannya. Ada yang menelepon ke HP nya yang hanya
diaktifkan getarannya, dia melihat sudah tiga miscall dan dua SMS masuk
ke HP itu. Yang menelepon kali ini adalah pacarnya, Fredy.
"Hoi, Sel, ngapain aja kok daritadi gua telepon ga ada yang angkat sih,
gua telepon si Selvy punya juga gitu ?" sahut Fredy di telepon.
"Oohh...iya iya hehehe, sory abis ringtonenya lupa dinyalain lagi, tadi
kan ujian nih, sory banget yah !" jawab Selly dengan nada meyakinkan.
"Terus lu orang sekarang dimana nih ? gimana ujian tadi ?"
"Lancar-lancar aja kok Dy, sekarang lagi di kost temen sama-sama ngerjain take home test nih"
"Ooo, ya udah, ntar malam gua juga lembur nih Sel, ntar kalau ujiannya beres kita have fun yah, stress nih gua juga"
"Ok deh, sekarang jia you yah kerjanya biar si bos seneng ke lu hehehe !"
"Lu juga yah Sel, semangat belajarnya, I luv u !"
"Iya, sama gua juga, see you, bye"
Telepon pun berakhir setelah Fredy membalas salam perpisahan Selly,
wajah Selly yang sempat tersenyum sebentar kembali muram setelah
sandiwara itu selesai. Dia merasa bersalah karena baru saja
membohonginya bahkan berselingkuh darinya. Ingin rasanya dia meringkuk
di pojok dan menangis sepuasnya kalau saja tidak teringat tujuannya
semula, mencari kembarannya.
Selly bergegas keluar dari kamar itu sambil memanggil nama saudaranya.
Di koridor dia mendengar suara kasak-kusuk dan desahan tertahan dari
bawah. Dia langsung berjalan ke arah tangga, baru sampai di tengah
tangga dia sudah terperangah dan menjerit kecil menyaksikan apa yang
terjadi di ruang tengah, bulu kuduknya merinding menyaksikan adegan di
sebuah sofa dimana Selvy sedang duduk menaik-turunkan tubuhnya di
pangkuan Pak Dahlan dengan penis pria itu tertancap di vaginanya.
Sementara Imron berdiri di depannya menikmati penisnya diemut olehnya.
Di sisi lainnya, Thalib, si monster Quasimodo itu sedang asyik menciumi
dan menggerayangi buah dada Selvy. Imron dan Thalib menengokkan wajah
sambil menyeringai mesum melihat kedatangan Selly, sedangkan Selvy hanya
bisa menatap sayu ke arahnya karena sedang disibukkan dengan penis di
mulutnya. Selvy melalui tatapan matanya seolah mengatakan 'jangan
kesini, pergi sana atau mereka juga akan memangsamu!' Sebagai saudara,
Selly tentu saja tidak akan melakukan hal itu, melihat kembarannya
dikerjai seperti itu diapun merasakan seperti ada kontak batin yang
membuatnya bisa merasakan apa yang dirasakan Selvy.
"Lepaskan dia Pak, kasian dia dikeroyok gitu, tolong Pak saya mohon !"
seru Selvy menarik-narik lengan Imron yang sedang menikmati penisnya
dioral.
Imron yang merasa terganggu akhirnya melepaskan penisnya dari Selvy dan
berjalan mendekati Selly dengan wajah mesum memandangi tubuhnya yang
hanya dililit handuk. Selly sendiri sampai mundur-mundur karena ngeri
melihat ekpresi pria itu seperti binatang buas yang hendak menerkamnya,
penisnya yang basah masih tegak mengacung masih perlu dikenyangkan.
Selly terdesak sampai ke lemari TV hingga tak bisa mundur lagi, Imron
memepetnya dan menyenderkan telapak tangan kirinya ke lemari tepat
sebelah kepala Selly.
"Non udah ngenganggu acara saya sama Non Selvy, sekarang Non mau ngasih
saya apa nih buat kompensasinya heh ?" katanya dekat wajahnya hingga
hembusan nafas itu terasa.
"Eengg...saya aja Pak, garap aja saya sepuas Bapak, saya cuma kasian sama saudara saya !" jawabnya bergetar.
"Hehehe...bener-bener kasih persaudaraan yang membuat saya terharu,
emang Non yakin bakal lebih bisa muasin saya dari Non Selvy ?" tanya
Imron memeloroti martabat Selly.
Saat itu perasaan Selly sungguh galau dan bimbang, pandangan matanya
berpindah-pindah antara kembarannya yang sedang dikerjai dua pria di
sofa sana dan Imron di depannya. Secara jujur tentu dia tidak rela
disetubuhi oleh penjaga kampus mesum di depannya ini, namun demi
mengurangi penderitaan saudaranya, apa boleh buat walaupun dirinya juga
harus menahan malu berbuat seperti itu di depan saudaranya sendiri.
Setelah mengambil nafas panjang, diapun meraih ujung handuk yang
diselipkan sehingga handuk itu jatuh dan terlihatlah tubuh telanjangnya
yang mempesona. Lalu dia raih juga tangan Imron dan meletakkannya di
payudaranya.
"Ini yang anda mau kan Pak !" kata Selly dengan geram.
Imron menyeringai menatap wajah Selly sambil tangannya meremas payudara itu.
Mengetahui Imron sudah tergoda olehnya, Selly melanjutkan serangannya
dengan melingkarkan tangannya di leher Imron dan berinisiatif mencium
bibir tebalnya. Meskipun jijik, Selly memaksakan diri melakukannya, dia
mengeluarkan segenap teknik berciumannya pada Imron membuat Imron takjub
akan perubahan reaksi gadis ini 180 derajat. Gairah si penjaga kampus
bejat itu pun ikut naik, payudara Selly yang kenyal dan berkulit lembut
itu dia remasi dengan gemasnya, tangan satunya turun ke bawah membelai
punggung turun ke pantatnya yang juga diremas dan ditepuk pelan. Selly
membiarkan lidah Imron menjilati lidahnya, bahkan dia sendiri ikut
menggerakkan lidahnya hingga saling berpagutan dengan Imron, payudaranya
sengaja dia gesekkan ke dada Imron untuk memancingnya. Sedang
panas-panasnya terlibat percumbuan dengan Imron tiba-tiba Selly merasa
ada tangan lain yang mengelusi pantat dan pahanya juga seperti ada yang
menjilat pahanya, dia membuka matanya yang terpejam dan dilihatnya si
bongkok, Thalib sedang berjongkok mengelusi tubuh bawahnya, sepertinya
dia sangat kagum dengan pahanya yang jenjang lagi putih mulus sehingga
tak tahan menjulurkan lidah menjilati kulit pahanya. Selly merasa senang
karena dengan begini dia membantu meringankan beban kembarannya, kini
Selvy tinggal melayani Pak Dahlan seorang masih naik turun di atas
pangkuan pria itu, namun dia juga merasa bergidik membayangkan akan
digumuli dua monster ini, terutama Thalib yang mirip Quasimodo dari
Notredame itu.
Selly berusaha memberikan pelayanan terbaiknya agar kedua monster ini
betah bersamanya dan tidak mengeroyok saudaranya. Sekarang dia berlutut
diantara keduanya, tangan kanannya menggenggam penis Imron dan yang kiri
penis Thalib. Dia membiarkan dirinya terhanyut dalam gelombang birahi
dan membuang segala rasa jijiknya demi kembarannya. Kedua penis dalam
genggamannya dihisap dan dijilat secara bergantian.
"Huehehe...yang kakaknya ini lebih liar yah !" komentar Thalib ketika
Selly mengemut penisnya sambil tangan satunya mengocok penis Imron.
"Iya, bener-bener kakak yang baik ya, demi saudaranya dia sampai mau jadi perek buat kita berdua gini hehehe !" timpal Imron.
"Bajingan kalian !" Selly cuma bisa berteriak dalam hatinya mendengar omongan yang begitu merendahkannya.
Dia memilih untuk memasrahkan diri untuk diapakan saja oleh dua orang
itu, yang penting mereka lebih mengarah dirinya. Lama-lama, diapun mulai
terbiasa dengan dua batang penis hitam itu dan makin bersemangat
mengoralnya.
"Wuih...sepongannya enak tenan loh !" ceracau Thalib yang penisnya sedang dihisap-hisap dengan disertai sapuan lidah Selly.
Sebentar kemudian dia berpindah melayani penis Imron dengan cara yang
tidak jauh beda, dua orang itu telah dibuat gregetan oleh pelayanannya.
Ketika Selly sibuk mengemuti penis Thalib, Imron berjalan ke belakangnya
dan memegangi pinggangnya, dia bersiap menusukkan penisnya dari
belakang. Selly yang merasakan kepala penis itu sudah menyentuh bibir
vaginanya melebarkan pahanya seolah menyambut. Menyeruak masuklah batang
itu ke vaginanya dan mulai menggenjotnya dalam posisi doggie. Tangannya
meremasi payudaranya dari belakang sehingga makin memanaskan nafsunya.
Kembali rasa nyeri mendera vaginanya, apalagi penis Imron jauh lebih
keras dan panjang dibanding Pak Dahlan, erangan tertahan terdengar dari
mulutnya yang masih sibuk mengulum penis Thalib. Selly agak kewalahan
karena ini baru pertama kalinya melayani dua pria sekaligus dan keduanya
mengerjainya dengan brutal, setiap Imron menyodokkan penisnya, penis
Thalib yang sedang dikulumnya makin tertekan ke dalam mulutnya. Tak lama
kemudian, keluarlah sperma Thalib di mulut Selly dan sekali lagi mulut
Selly belepotan sperma karena genjotan Imron membuatnya tidak
konsentrasi menghisapnya sehingga cairan itu berleleran di
pinggir-pinggir mulutnya. Walaupun jijik, dia tetap menelan habis cairan
itu dan menjilati lelehan di pinggir bibirnya, selain itu dia melakukan
cleaning service yang mantap pada penis Thalib sampai si bongkok itu
blingsatan tidak karuan. Selly sendiri mulai merasakan kembali sensasi
yang tadi dirasakan di kamar mandi bersama Pak Dahlan.
"Aaahhh !" erangnya ketika mencapai klimaks, lendir vaginanya semakin
banyak sampai terdengar bunyi berdecak dari tumbukan dua alat kelamin
mereka.
Selvy yang kini sedang ditindih tubuh gemuk Pak Dahlan dapat melihat
jelas di depan matanya saudara kembarnya yang rela beradegan panas
seperti seorang wanita haus seks demi meringankan bebannya. Air mata
Selvy makin mengalir menyaksikan pengorbanan itu, sementara dia sendiri
sedang menerima sodokan-sodokan penis Pak Dahlan. Sambil tetap
menggenjot, Pak Dahlan mendekatkan wajahnya ke Selvy dan menciumi bibir
mungilnya dengan ganas. Mau tidak mau Selvy harus melayani permainan
lidah Pak Dahlan yang liar.
"Eemmhh....eengghh !" desahnya tertahan ditengah gempuran-gempuran Pak Dahlan.
Tangan gempal pria itu membelai paha dan pantatnya, kadang diselingi
remasan dan cubitan gemas yang mempermainkan nafsunya. Selvy sudah
sangat lelah karena sejak tadi disetubuhi sampai dia pasrah mau diapakan
saja, keringatnya sudah membanjir membuat tubuhnya basah mengkilap,
vaginanya pun terasa panas karena terus bergesekan dengan penis
pria-pria yang menyetubuhinya. Setelah sepuluh menitan dalam posisi
demikian, Pak Dahlan bangkit sambil mengangkat tubuh Selvy tanpa melepas
penisnya, dia membaringkan diri telentang sehingga perutnya terlihat
makin bulat, otomatis Selvy sekarang terduduk di atas penisnya.
"Ayo, sekarang kamu dong yang goyang, Bapak cape nih goyang terus !"
perintahnya sambil tangannya meraih satu payudara gadis itu.
Selvy pun mulai menggerakkan tubuhnya naik turun sehingga Pak Dahlan
nampak sangat keenakan. Sambil menikmati goyangan Selvy, tangannya
menjelajahi lekuk-lekuk tubuhnya yang indah, yang paling sering diremas
adalah kedua payudaranya itu karena sangat menggemaskan ketika
terguncang-guncang seirama gerak naik-turun pemiliknya. Selvy mendesah
tak karuan merasakan penis itu menusuk-nusuk vaginanya yang masih
sempit. Matanya melihat tidak jauh dari situ, Selly sedang disetubuhi si
bongkok, Thalib di atas lantai beralas karpet itu, tubuhnya bersandar
pada Imron yang mendekapnya dari belakang sambil menggerayangi
payudaranya dan menciumi lehernya. Tangan Selly nampak sedang memijati
penis Imron. Thalib bersemangat sekali menggenjot Selly, beberapa kali
dia menyodok dengan keras sehingga tubuh Selly tersentak dan mulutnya
menjerit. Selvy tidak tahan melihat adegan itu lama-lama, insting
sebagai saudara kembar membuatnya bisa merasakan apa yang dirasakan
saudaranya yang malah menambah deritanya. Untuk mengalihkan itu dia
memilih lebih berkonsentrasi pada pria di bawahnya itu. Dia makin gencar
menggoyang-goyangkan pinggulnya hingga tubuhnya mulai mengejang lagi.
"Yah...terus goyangnya, Bapak juga dah mau !" desah Pak Dahlan dengan mempererat cengkramannya pada payudara Selvy.
Mereka pun akhirnya orgasme bareng, suara desahan mereka terdengar
memenuhi ruang tengah. Sperma Pak Dahlan berlelehan diantara bibir
vagina Selvy dan penis Pak Dahlan yang masih terbenam disana.
"Hehe...liat tuh adik Non hebat juga ngentotnya, Non juga jangan mau kalah hayo !" ejek Imron.
"Iya ayo, cewek kembar sama cantiknya, ngentotnya juga harus sama jagonya !" si bongkok itu menimpali.
Kata-kata itu membuat hati dan telinganya panas, ingin rasanya dia
menghabisi ketiga bajingan itu kalau saja punya kemampuan untuk itu.
Tapi di lain pihak dirinya sendiri juga terbuai oleh
rangsangan-rangsangan dari mereka. Tak lama kemudian Thalib mengerang
panjang, ia telah orgasme dengan meremasi payudara kanan Selly dengan
brutal sehingga Selly pun merintih kesakitan. Penis Thalib menyemprotkan
sperma banyak sekali ke rahimnya. Frekuensi genjotannya
berangsur-angsur turun dan dengan nafas tersenggal-senggal dia pun
akhirnya memisahkan diri dari gadis itu.
"Whui...puas aku ngentotin cewek cakep gini, sekarang nyoba adiknya ah
!" ujar Thalib sambil menyeka keringar di dahinya lalu menghampiri Selvy
yang masih terkulai diatas tubuh tambun Pak Dahlan.
"Ja-jangan...jangan !" sahut Selly dengan tangan terjulur hendak mencegah.
"Udah, ga apa-apa Non sekarang sama saya aja !" Imron makin mendekap Selly yang meronta.
Untuk sementara Selly boleh lega karena Pak Dahlan ternyata masih lelah
sehingga dia tidak ikut menggarap Selvy. Tubuh Selvy sekarang telah
telentang dengan kaki terjuntai diatas meja ruang tengah dari kayu dan
sedang digerayangi Thalib yang berlutut di sampingnya. Si bongkok itu
tengah menjilati puting Selvy dan tangan satunya mengelus-elus vaginanya
untuk membangkitkan kembali libido gadis itu. Ini bukannya pertama kali
bagi Thalib, sebelumnya dia memang sering kebagian 'jatah sisa' dari
wanita-wanita yang digauli majikannya yang dibawa ke rumah ini. Seperti
sebuah makanan tersaji di meja, Thalib menjilat serta menciumi sekujur
tubuh mulus itu dengan rakus. Tubuh Selvy menggeliat-geliat karenanya.
Ciuman Thalib berakhir diujung kaki gadis itu, setelah puas mengemut
sejenak jari kaki Selvy, si bongkok itu menyuruh Selvy membalikkan badan
dan menunggingkan pantat. Dengan lemas Selvy mengikuti saja apa maunya,
dia menungging dengan tubuh atas masih bersandar pada meja sehingga
payudaranya sedikit tertekan di meja. Thalib mulai memasuki penisnya ke
vagina Selvy, kali ini rasa sakitnya sudah tidak seberapa lagi karena
daerah kewanitaannya sudah licin dan terbiasa. Sebentar kemudian tubuh
mereka sudah menyatu dan bergoyang mencari kenikmatannya.
Imron dan Selly sekarang telah berada disofa, tepatnya di belakang meja
tempat Selvy sedang disodok dari belakang oleh Thalib. Ditengah
sodokan-sodokan Thalib dari belakang Selvy dapat melihat di depannya Pak
Dahlan sedang merokok dan wajahnya senyum-senyum menyaksikan sepasang
kembar itu dikerjai habis-habisan sementara di sebelahnya kembarannya
sedang menaik-turunkan badan di pangkuan Imron, nampak penis Imron basah
mengkilap karena lendir dari vagina Selly. Kepala Selly menengadah ke
atas dan mengeluarkan desahan, tangannya meremas rambut Imron yang
sedang mengenyoti payudaranya, pipi pria itu sampai kempot saking
kuatnya mengenyot.
"Oohh...aahh...Pak !" erangan erotis Selly mewarnai setiap
hentakan-hentakan tubuhnya membuat Imron makin bersemangat dan turut
menghentakkan pinggulnya sehingga penisnya menusuk lebih dalam.
Gerakan Selly makin liar saat di ambang klimaks, dia memutar-mutar
pinggulnya sehingga rongga kemaluannya teraduk-aduk oleh penis Imron.
Akhirnya, Selly mengerang keras dengan tubuh menggelinjang. Selama
beberapa saat tubuhnya menggelinjang hingga akhirnya melemas kembali.
Namun, rupanya Imron belum orgasme, maka dia menelentangkan tubuh Selly
dengan menyandarkan kepalanya di bantal kursi dan meneruskan
genjotannya. Lendir yang keluar dari vagina Selly sangat banyak sampai
menetes sebagian ke kursi. Baru lima menit kemudian Imron menyusul ke
puncak dan menumpahkan spermanya di perut dan buah dada Selly.
Sementara di meja pun situasi semakin panas, genjotan Thalib yang
semakin ganas menyebabkan desahan Selvy semakin keras pula. Si bongkok
itu juga meremas-remas pantat sintal Selvy dan sesekali menepuknya.
Tiba-tiba tubuh Thalib mengejang dan dari mulutnya mengeluarkan erangan,
saat itulah spermanya menyemprot di dalam vagina Selvy, sekali lagi
monster Quasimodo itu menghentakkan pinggulnya sehingga sebagian sperma
yang sudah bercampur lendir kewanitaan itu meluap keluar membasahi
daerah selangkangannya. Selvy merasa pandangannya makin kabur dan
kesadarannya mulai hilang karena terlalu lelah digilir sejak tadi,
diapun akhirnya ambruk dengan tubuh tengkurap di meja dan tubuh bawah
terjuntai ditopang lutut. Dia baru bangun saat merasakan air hangat
menerpa tubuhnya, berangsur-angsur dia sadar dan menemukan dirinya di
kamar mandi sedang diguyur shower bersama Thalib dan Imron, sekali lagi
mereka menggumulinya sambil memandikannya. Baru sekitar jam sembilan
malam, Pak Dahlan mengantarkan mereka pulang ke kostnya dekat kampus.
Selly sempat diperkosa sekali lagi oleh Imron di jok belakang dalam
perjalanan dan Sevy yang kini duduk di depan menjadi korban tangan jahil
Pak Dahlan yang menggerayanginya hingga tiba di kost.
Si kembar pulang dengan rasa sakit di seluruh tubuh dan kenangan pahit
yang membuat mereka kehilangan kegadisannya. Hal itu juga menjadi awal
mereka menjadi budak seks Imron dan Pak Dahlan. Belakangan dari Pak
Dahlan mereka tahu bahwa Imronlah yang mengatur kejadian di ruang kepala
jurusan itu termasuk ide menyalakan webcam untuk mengabadikan tubuh
telanjang Selly yang menjadi bagian dari rencana jahatnya. Kini mereka
harus siap memberi jatah jika diminta penjaga kampus bejat itu kapanpun
dan dimanapun. Sepasang bidadari kembar ini telah menambah panjang
daftar korban Imron yang akan terus bertambah.
No comments:
Post a Comment