Wednesday 30 May 2018

Gadis Cantik di Rumah Om

Cerita ini bermula ketika aku datang kerumah omku aku dan akan berencana tinggal dirumah omku karena aku akan kuliah dikota tempat tinggal omku bermukim. Omku sudah berumur kira-kira setengah abad, sudah bercerai dua tahun yang lalu karena suatu sebab, anak - anaknya sudah sukses dan berkeluarga dan tinggal diluar kota.
Sampai di rumah om aku langsung dipersilakan masuk oleh omku, “apa kabar don...?” sapa omku dengan ramah, “baik om”sapaku tak kalah ramahnya, laul om ku mempersilakan duduk, akupun duduk dan om kembali membuka pembicaraan “kabar bapak ibumu baik-baik saja kan don...?” kata omku, “baik om...” sahutku, lalu aku mengutarakan maksud dan tujuanku datang kerumah om, dan om pun menyetujui dan sangat senang sekali menggigat ia tinggal sendirian.
Hari ke hari berjalan seperti biasa aku kuliah, pulang, main dan kuliah lagi berjalan seperti biasanya, sampai akhirnya ada Gadis cantik mengetuk pintu depan. “pagi mas, pak arman ada” sapanya dengan sopan, “ bentar ya mbak” sahutku segera, perlahan kupandangai wanita cantik tersebut, rambut panjang terurai dengan cepit rambut dibagian kanan, kaos ketat dengan lengan pendek yang hanya menutupi bagian pundaknya saja, memperlihatkan lipatan ketiaknya yang putih dan lengannya tak jauh beda putihnya, bentuk tubuhnya pun indah dengan pinggang bak gitar spanyol, jantungku sempat berdebar saat kulihat dadanya yang besar membusung, kalau di lihat dari umur dan penampilannya pasti ia seorang mahasiswi, “loh mas ada yang salah dengan saya, kok melotot gitu” kata wanita tersebut saat melihat aku tertegun dengan mata tajam tertuju pada dadanya, ‘ oh yah...Om Arman ya, lagi tidur sebentar saya panggilkan” sahutku gelagapan. Tak lama kemudian om Arman keluar dan mempersilakan Gadis tersebut duduk, kemudian Om Arman mulai membuka pembicaraan, “oh ya Don kenalin ini rekan bisnis Om, gini Sinta ini anak magang di perusahaan Om, dan kebetulan selain magang dia juga punya bisnis MLM dan Om tertarik untuk berinvestasi, ”terang Om Arman, aku pun cuma mengganguk, “oh ya dia juga sekampus lho sama kamu”, Sinta pun tersenyum dan berkata “kamu semester berapa jaurusan apa”, aku pun menyahut, “oh baru semester satu kok mbak”, sambil tersenyum dia menyahut, “jangan panggil mbak dong, panggil aja Sinta, kan umur kita ngak beda jauh”, aku kaget, “emang umur kamu berapa?” sahutku segera, “yach 19 tahunan” sahutnya sambil tersenyum. Hebat banget Om Arman bisa kenal cewex cantik masih muda lagi, menggingat umurnya yang hampir mendekati setengah Abad, gumanku dalam hati kemudian Sinta dan Om mulai membicarakan soal bisnis, akupun hanya duduk sambil mendegarkan pembicaraannya sambil sesekali melirik tubuh Sinta yang semakin membuat Kontolku mengeras, terkadang lirikan mataku tertangkap olehnya dan ia pun hanya tersenyum, entah disengaja atau enggak ia malah menggangkat tangannya untuk merapikan rambut yang panjang dan indah, saat ia menggangkat tangannya ketiak putihnya pun terlihat dengan bintik-bintik hitam di lipatan ketiaknya, bekas bulu ketiak yang tercukur, dan dada yang besarpun membusung kedepan, pemandangan yang indah ini pun semakin membuatku gelisah, Sinta pun hanya tersenyum simpul saat menangkap mataku menatap tubuh indanya.
Satu jam berlalu, tiba-tiba Hp ku berbunyi ternyata ada SMS, “Om, Sinta aku kekampus dulu ya, ada tugas yang harus dikerjakan bareng temen”, kataku segera setelah menutup Hpku, “ya udah tapi habis itu lansung pulang ya”, seru Om Arman, Sinta hanya tersenyum mempersilakan aku pergi kekampus, dua jam berlalu tugas udah kukerjakan dan akupun siap-siap untuk pulang,

Hpku berbunyi ada telpone dari Om Arman, “ada apa Om” seruku “uh...uh...anu don nanti beliin nasi bungkus ya buat makan malam oh ya sekalian buat sinta ya”, kata Om Arman dari Hpku, dari suaranya sepertinya Om Arman habis berlari-lari, “kok Om terengah-engah gitu ”sahutku, “oh ngak don Om lagi kepanasan aja” jawabnya segera. Tanpa pikir panjang akupun langsung ke warung padang membeli nasi bungkus dan meluncur kembali ke rumah. Sesampainya dirumah Om dan Sinta tak ada di ruang tamu, “kemana Om dan Sinta kok sepi” gumanku dalam hati, aku melangakah mendekati kamar Om Arman, pintunya tak dikunci lansung aja kumasuk dan ternyata Om ngak ada dikamarnya, kulangkahkan kakiku mendekati kamar tidur tamu dan begitu aku mendekati pintunya hendak meraih handle pintu tiba-tiba terdengar suara jeritan wanita “uh...oh...ah...Om...terus...Om...trus..!, jangan berhenti Sinta mau sampai...ah...ah...ah” terdegar suara jeritan Sinta begitu keras terdengar “ah...ah...om...Sinta...nyampai...Ahhh, aku pun termenung sesaat “loh ngapain si sinta Njerit-njerit kayak gitu”, selain suara jeritan Sinta terdegar pula suara ranjang yang digoyang, “nyit......nyet....kick...kick..” selain kedua suara tersebut terdegar juga suara yang aku tak tahu apa itu “...plok...plok...plek...plek..”, suara-suara itu terdengar berirama, jeritan keras sinta pecah lagi “uh....ah...ihh....ahh...om....Sinta...mau...lagi....” aku semakin heran mengapa sinta menjerit begitu hebat, disusul suara jeritan Om Arman tak lama kemudian “ooooooh...Sinta...om...mau...nyampai”, seru Om Arman dengan kerasnya, kemudian disusul teriakan Sinta “Om...kluarinnya.....didalam....aja...”, “uhhhhhhh...Sinta....”raung Om Arman kemudian, untuk sesaat suara-suara jeritan Om Arman dan Sinta tak terdengar lagi, ”gimana Om...puas” terdegar suara Sinta kemudian, “uh aku puas banget Sin, kamu memang hebat”. Aku semakin penasaran dengan apa yang dilakukan Om Arman dan Sinta di kamar tamu,
dan ketika aku hendak mengintip lewat lubang ventilasi diatas pitu kamar tiba-tiba terdengar suara Om Arman “Doni nyampai rumah belum ya gawat kalau sampai ketahuan” seru Om arman, “telpon aja Om si Doni, memangnya Om ngak cerita soal kita ya” sahut Sinta kemudian, “aku belum siap,” kata Om Arman menimpali, “kamu seharusnya pacaran sama orang yang seumuran Doni” kata Om Arman kemudian, “tapi Sinta iklas kok dan seneng ngelakuinnya apalagi Om juga hebat bisa membuat Sinta Orgasme sampai berkali-kali” sahut Sinta. Kuurungkan niatku mengintip mereka dengan nasi bungkus tetap ditangan, aku kembali kehalaman depan pura-pura baru nyampai rumah tak lama kemudian Hp ku berbunyi selamat batin dalam hati “kamu dimana Don”,seru Om Arman dari Hpku “dah nyampai dirumah” jawabku, “Don kamu tunggu di halaman, bentar Om bukaiin pintu”, “baik om”.
Kemudian om arman membuka pintu depan, dan aku pun langsung masuk ruang tamu dari gurat wajahnya terlihat Om Arman tampak seperti baru lari dikejar anjing, tapi dari sorot matanya terlihat berbinar, “kok sepi om, sinta udah pulang yach?” kataku kemudian. “belum kok, dia di kamar tamu” kata Om Arman dengan nafas sedikit tersengal, ”o yah don, sepertinya sinta nginep disini, soalnya diskusinya belum selesai” Om Arman dengan napas yang kembali teratur. Aku manggut-manggut, sambil melangkah masuk di ikuti Om Arman.

Tak lama kemudian pintu kamar tamu terbuka, Sinta pun keluar dari kamar, dengan balutan daster mini putih, model belahan dada rendah berenda, berbahan tipis transparant, bertali kecil terkait dipundaknya, tanpa Bh maupun celana dalam. Belahan dan lekukan payudaranya begitu jelas terlihat. Aku benar-benar menikmatinya, dalam diam aku menikmati keindahan tubuhnya ditambah lagi rambutnya yang basah sehabis karmas, yang membuat penisku semakin mengeras. “hai don…sampai malam gini baru pulang” sahutnya sambil tersenyum. “eh..eh…iya…nich banyak tugas” aku pun semakin belingsatan saat ia duduk disampingku. Bukan hanya tubuh indah dan payudara montoknya saja yang membuatku belingsatan, ditambah dengan aroma harum tubuhnya semakin membuatku bergetar, “napa…..don…kok….gemeteran…gitu…!” katanya sambil menyibakkan rambut yang setengah basah, lengannya pun kembali terangkat dan aku pun bisa melihat ketiaknya dari dekat, lipatan ketiaknya masih di tumbuhi bulu-bulu ketiak yang belum habis dicukur sehingga pada lipatannya terlihat titik-titik hitam. “eh ngak kok…eh aku mandi dulu yach” jawabku sambil berlalu, “gila, tuch cewek seksi banget”, “pantesan Om Arman mau bersusah payah ngasih private lesson dirumah”, gumanku dalam hati. “Seandainya aku bisa dapat pacar kayak dia bisa-bisa tiap hari aku ngak pernah pake celana dan ngak pernah kuliah, tiap hari kerjanya nidurin dia mulu…..hi..hi.hhi.?” gumanku dalam hati sambil mengelus penisku yang lagi tegang berat.

Setelah selesai mandi aku pun ikut nimbrung di ruang tamu, Sinta pun masih dengan daster seksinya, mungkin ini udah menjadi style dan kebiasannya, selalu ngumbar dada dan ketiaknya kemana-mana. kemudian kami betiga makan nasi bungkus yang aku beli tadi sambil ngobrol-ngobrol, Sinta terlihat santai, meski payudara montoknya terlihat jelas didepan mataku, sinta sama sekali tak berusaha menutup dadanya seperti kebiasan wanita pada umumnya saat menundukan badannya, dia dengan santai mengambil nasi dan lauk dengan menundukan badannya, bukannya menutup dadanya yang terumbar dia malah tersenyum manis kepadaku. Setelah itu Om dan Sinta kembali serius membicarakan soal-soal bisnis.

Aku hanya duduk dan memperhatikan gaya centilnya, sepertinya Sinta tahu kalu aku memperhatikanya, dia pun sesekali melempar senyum saat mataku kepergok sedang memperhatikanya. Entah sengaja atau tidak sambil tersenyum kepadaku dia pun kembali memainkan gaya sexsinya mengangkat tangan membenahi rambut panjangnya, memperlihatkan ketiak mulusnya dan membusungkan dadanya yang memang sudah montok ditambah lagi saat dia mengangkat kaki kiri untuk bertumpu pada kaki kananya. Sekelebat belahan kecil yang ditumbuhi bulu-bulu halus terlihat begitu jelas. Pemandangan indah ini semakin membuatku benar-benar tak tahan, aku pun memutuskan untuk tidur saja, “Om…., Sinta aku tidur dulu ya, ngantuk nich” ucap sambil pura-pura menguap. “jam segini udah mau tidur aja kamu don” timpal Om Arman, “iya…nich…padahal…setelah diskusi ini kelar, aku mo ngajak kamu nonton DVD baru lho” seru Sinta, “ooooh….besok aja…aku ngantuk banget” seru sambil berlalu..

Akupun sepenuhnya tidak bisa tidur sebab wajah, tubuh, payudara dan ketiak Sinta terus berputar-putar di otaku. Ditambah dangan kejadian tadi siang di kamar tamu, demakin membuatku gelisah. Bayangan-bayanagn itu silih berganti menghiasi pikiranku, aku pun mengengam penisku dan megerakannya naik-turun, dari ruang keluarga terdegar suara-suara filem action. Akhirnya aku tertidur meski belum sampai klimaks.

Sekitar jam 11.30 aku terbangun, keadaan begitu hening suara filem action telah berhenti. Kemudian aku keluar kamar menuju ruang keluarga, ruangan itu sepi, secara otomatis otaku pun berpikir “apa Om dan Sinta di kamar tamu lagi ya?”, kulangkahkan kaki menuju kamar tamu. Dari dalam kamar tidur tamu terlihat sepi dan hening,

Sampai di depan pintu kamar tamu, kuambil kursi dan kuletakan di depan pintu, kemudian kunaiki kursi tersebut mendekati lubang ventilasi yang terletak diatas pintu, dari lubang ventilasi itu aku bisa melihat isi kamar tersebut.

Sinta sedang duduk ditepi ranjang sambil menyisir rambut panjangnya “wow seksinya cewek ini” gumanku dalam hati.

Dan betapa kagetnya aku, saat pintu kamar mandi di kamar tersebut terbuka dan ternyata yang keluar adalah Om Arman, dengan hanya mengunakan celana dalam Om Arman mendekati Sinta memeluknya dengan mesra dan menciumi bibirnya, “seperti dugaanku ternyata Om dan Sinta memang punya hubungan spesial” gumanku dalam hati dengan sedikit kecewa, namun aku tetap ingin melihat apa yang akan mereka lakukan. Om Arman kemudian bangkit berdiri di hadapan Sinta, dan dengan lembut Sinta membuka celana dalamnya dan mengelus-elus PENIS Om yang sudah berdiri tegak menatang. Dengan lembut PENNIS yang panjang dan besar itupun dia jilati, dia ciumi, tentu saja sang empunya PENNIS langsung mengerang nikmat “ooooohh…..ooooohhh……Sinta…!”. Tak lama kemudian Sinta pun dengan lahap memasukan PENNIS Om Arman kedalam mulutnya dan mengulumnya dengan lembut seperti menikmati Lollypop, sang empunya PENNIS kembali mengerang “ooooH……..Ohhhhh…Sin……pelan2…..sin” Sinta pun sepertinya tidak mengindahkan erangan Om yang semakin keras, dia malah semakin gecar mengulum PENNIS Om Arman. Dan dengan kedua tangannya Om Arman memegang kepala Sinta dan mencoba melepaskan PENNISnya dari siksaan nikmat mulut Sinta. Sinta pun merengek “Om kok..kontolnya…dilepas sih…Sinta..lum..puas…Sinta…masih…mau!” rengek Sinta seperti anak kecil meminta permen. “Sinta...sayang..udah..ya, keluarnya dimulut bawah kamu aja ya?” kata Om Arman sambil membelai rambut sinta yang panjang, “yach..udah..dech..kalau gitu?..tapii..ntar..pejuhnya..dikeluarin..didalem..yach? Balas Sinta sambil merenggut. Om Arman hanya mengangguk dan kembali duduk ditepi ranjang, kemudian memeluk Sinta dan kembali mencium pipi dan bibirnya. Sinta pun membalas ciuman Om Arman dengan melumat bibirnya dengan rakus, tangan Om Arman pun mulai beraksi dengan mengelus dan mengusap-usap paha Sinta dengan lembut, terlihat sangat kontras saat sekali tangan Om yang agak Hitam Kecoklatan menari-nari indah diatas permukaan paha Sinta yang putih dan mulus. Tangan Om terus merangsek kedalam selangkangan Sinta, berlahan Sinta membuka kedua pahanya, akhirnya tangan Om sampai pada tujuannya dan mulai mengucek-ucek selangkangan Sinta, “ah……uh….uh…..oh….ohh..uuuuuuh…ahh….ahh” erang Sinta dengan mata terpejam. Ciuman Om Arman terus berlanjut, leher sinta menjadi target berikutnya, leher jejang dan mulus Sinta pun diciuminya, begitu juga dengan ketiaknya sinta tak luput dari ciuman jilatan lembut om arman, Sinta mengerang “ oooooooom….ahh….Sinta..udah...om…ohh “.

Perlahan Sinta membuka dasternya, kakiku gemeteran melihat tubuh telanjang Sinta. Payudaranya indah banget, bulat bak kubah, kenyal dan kencang. Dengan puting berwarna kecoklatan mencuat kedepan. Perlahan Om Arman menciuminya, menjilati, menggigitinya dengan lembut, menghisapnya. Sementara tangannya Om Arman meremas-remas payudara yang satunya dan memainkan putingnya. “oh….oh..oh…uh…uhh….ahhhh..om..om…!!!!!” disambut desahan Sinta sambil meremas dan mengusap-usap kepala Om Arman.

Om Arman merebahkan tubuh indah Sinta, mengelus bulu-bulu selakangannya, kemudian Om berjongkok di depan Selangkangan Sinta, membuka pahanya, menjilati menciumi vagina Sinta dengan liar “uuuuuuuuhhhhh…..UUUUUUHHH”? Sinta mendesah. Tak lama kemudian Om Arman mendekatkan Penisnya dan memasukannya Kedalam VAGINA Sinta, disambut dengan suara desahan “uh…...UH…AHHHH?” saat PENNIS Om yang Panjang dan Besar itu memasuki vagina Sinta. Disusul gerakan pinggang Om Arman, naik turun, dengan mata terpejam dan mulut terbuka Sintapun menyuarakan suara desahan yang begitu menyayat telinga, “ooh……ah…..ehm….ihh….ahh….uhh…..?!!” Om arman makin mempercepat gerakan pinggangnya “plok…plok….PLok…..!!!!”, membuat suara desahan Sinta semakin keras,

Akhirnya Om Arman sedikit mengurangi gerakan naik-turun pinggangnya. Untuk beberapa suasana dalam kamar tersebut tenang, hanya suara nafas terengah-engah yang terdengar, tubuh Sinta terlentang dengan tangan diatas kepala, sementara itu tubuh Om Arman berada diatasnya menindih tubuh indahnya. Tubuh mereka dipenuhi keringat.

Suara desahan Sinta yang keras terdengar begitu menyanyat telinga, siapapun akan berpikir kalau dia sedang disiksa kalau saja tidak tahu apa yang sedang terjadi gumanku dalam hati.

Om Arman pun kembali mengerakan pinggangnya naik-turun sambil menciumi bibir, leher, ketiak dan payudara Sinta. Suara mendesah sinta kembmabali pecah “ooohhh..uhhhh..omm…om…sinta..sinta…mau…mau…uuhh!”. Om Arman kembali mempercepat pinggulnya, begitu cepatnya hingga menimbulkan suara “plok..plok..plok..plok!”, “ohh…sin…om..juga..mo….keluar” jerit Om Arman. Kali ini Sinta juga ikut mengoyangkan pinggangnya kiri dan kekanan, tak lama kemudian Om Arman Mengerang Keras“ ah…ahhaaaaahhh…..aahhhhhhh!!!! “ sambil memeluk tubuh Sinta erat, disusul Sinta yang juga menjerit dengan kerasnya “ohhh……oohhhhh…….ohhhh...., sesaat kemudian pinggang Om Arman menghentak dan menghujam beberapa kali ke selangkangan Sinta.

Setelah itu suasana hening kembali tak lagi terdengar suara desahan maupun erangan, hanya deru nafas yang terdengar, Om Arman berhenti menggerakan pinggangnya. Om Arman masih ter telungkup menindih tubuh mungil Sinta dengan nafasnya yang terengah-engah, punggungnya basah oleh keringat. Sementara, Sinta dengan tubuh penuh keringat masih terlentang tertindih tubuh besar Om Arman, tubuhnya mungil seperti guling yang sedang dipeluk.

“Om…..om” kata lirih Sinta sambil menepuk bahu Om Arman untuk membangunkanya. Om Arman terbangun dan mengangkat tubuhnya dengan betumpu pada kedua tangannya dia memandangi wajah cantik Sinta, guratan kelelahan terlihat pada wajah Sinta, namun dari sorot matanya yang berbinar terpancar kesenangan dan kepuasan.

“Sayang makasih yach, kamu bener luar biasa?” kata Om Arman sambil mencium kening basah Sinta, Sintapun membalasnya dengan tersenyum. Om bangkit dari atas tubuh sinta dan merebahkan tubuhnya disamping tubuh Sinta, “sayang om sayang kamu?”, kata Om pelan, “sinta juga sayang sama Om” kata Sinta dengan manja, mengambil tisu dan membersihkan sisa-sisa sperma di selangkangannya, kemudian sinta membersihkan penis Om Arman dengan mulut dan lidahnya.

Mereka bercanda dan saling memuji dan akhirnya mereka tertidur pulas dengan berpelukan.

Jam dinding menunjukan pukul 02.00 dini hari, aku kembali ke kamar dan memikirkan apa yang telah terjadi, bagaimana mungkin Om Arman mempunyai pacar yang masih begitu muda. Dan apakah Om Arman akan menikahinya?, apakah aku akan punya tante muda yang cantik dan seksi?.

Aku terbangun karena ada suara ketukan pintu dari luar kamarku “don...doni.... bangun…bangun..hari..ini..kamu..kuliah ngak”!. “yach Om” seruku. Rasanya baru sebentar aku tidur kejadian semalam masih menghantui pikiranku, cepat-cepat aku bangun, mandi, berpakaian dan ikut bergabung dengan mereka di meja makan.

Penampilan sinta pagi in masih tetap seksi, meski tidak mengenakan daster seperti tadi malam, penampilan stlyenya tetap membuat mata lelaki terpana. Baju berkrah, tipis, berwarna putih, ketat, dan berlengan pendek dengan belahan ketiak yang cukup lebar.

Saat Dia meletakan Nasi goreng bencampur ayam, telor dan sosis diatas meja , belahan dada sampingnya terlihat indah terbungkus bra hitam, lipatan ketiaknya terlihat mengkilap, sedikit basah oleh keringat. “ah pagi-pagi sudah disuguhi dada montok, lengan mulus plus ketiak basah” gumanku dalam hati, pengen banget rasanya aku remas dadanya kucucup putingnya dan kujilati ketiaknya, sambil makan pikiran dan mataku terfokus pada keindahan tubuh sinta, beberapa kali mataku tertangkap basah saat aku menatap tubuhnya, dan dengan segera kualihkan pandanganku, tapi sinta pun hanya tersenyum. Selesai menyelesaikan makannya Om Arman meninggalkan meja makan, menuju kamarnya untuk siap-siap pergi ke kantor.

Tinggal aku dan Sinta duduk berdua di meja makan, aku masih dalam lamunanku dikagetkan oleh seruan Sinta “eh kamu dari kemaren kerjanya nglamun aja” seru sinta sambil menepuk bahuku, aku sama sekali ngak nyadar kalau sinta sudah duduk disampingku, “mungkin karena deket kamu kali ya?” sahutku seenaknya. “ih kamu nich, pasti lagi pikiran kotor?” jawabnya menimpali, “sok tahu loe..!!” balasku sambil menyuapkan nasi goreng kemulutku, “habis dari kemaren kamu sering ngalamun, saat liat aku?, emang apa sich yang kamu lamunin dari aku” katanya kemudian, sambil menyangga dagunya dengan tangan kirinya, aku kaget dan sedikit tersedak “ngak ada” kataku sambil mengeleng, “paling sama seperti cowok lain” balasku lagi, “apa sih yang dipikirin cowok kalau liat aku?” katanya penasaran. Dengan mantap aku langsung menjawab “satu kamu tuh cantik”, “kedua kamu tuh seksi banget, sumpah juara banget seksinya”, Sinta tersenyum sambil mengelus-elus rambutnya “ketiga nasi goreng buatanmu enak banget, terus yang keempat” belum sempat aku melanjutkan perkataanku Om muncul sambil berseru. “Sin kamu ntar ke kampusnya sama Doni aja ya, kampus kamu kan sama? Soalnya om harus buru-buru nih” kata Om, Sinta hanya menganguk tanda setuju. Om Arman langsung menuju halaman menghidupkan mobilnya dan meluncur ke kantornya.

Baru aku tahu, ternyata kampusku dengan kampusnya si sinta sama, yang akau heran aku kok ngak pernah ketemu ya sama Sinta gumanku heran.

Setelah sarapan selesai aku dan Sinta meluncur kekampus dengan motor sportku, kugoceng dia, dan selama dalam perjalanan aku dan Sinta diam aja, jalanan pagi itu cukup ramai dan sedikit padat merayap pada titik-titi tertentu, akibatnya motor harus sering aku rem dadakan, sehingga membuat dadanya beberapa kali menabrak punggungku, maklum motorku kan motor sport yang desainnya agak tinggi pada bagian belakang, “ih memang benar-benar kenyal tuh toket” gumanku dalam hati. “eh maaf sin maklum jalannan macet!” seruku memohon maaf, “ah ngak apa-apa?”sahutnya, setelah itu aku dan Sinta masih membisu, hanya dadanya yang montok dan kenyal masih sesekali menindih punggungku saat aku mengerem dadakan. Dari kaca spion dapat kulihat wajahnya agak memerah saat ia menindihkan dada ke punggungku.

Meskipun biasanya aku sering mengumpat saat melewati jalan ini, tapi pagi ini aku berharap macet akan terus berlangsung sampai kampus, ......Heee.....Heeee 

No comments:

Post a Comment