Cerita ini bermula ketika aku datang kerumah omku aku dan akan berencana
tinggal dirumah omku karena aku akan kuliah dikota tempat tinggal omku
bermukim. Omku sudah berumur kira-kira setengah abad, sudah bercerai dua
tahun yang lalu karena suatu sebab, anak - anaknya sudah sukses dan
berkeluarga dan tinggal diluar kota.
Sampai di rumah om aku langsung dipersilakan masuk oleh
omku, “apa kabar don...?” sapa omku dengan ramah, “baik om”sapaku tak
kalah ramahnya, laul om ku mempersilakan duduk, akupun duduk dan om
kembali membuka pembicaraan “kabar bapak ibumu baik-baik saja kan
don...?” kata omku, “baik om...” sahutku, lalu aku mengutarakan maksud
dan tujuanku datang kerumah om, dan om pun menyetujui dan sangat senang
sekali menggigat ia tinggal sendirian.
Hari ke hari berjalan seperti biasa aku kuliah, pulang,
main dan kuliah lagi berjalan seperti biasanya, sampai akhirnya ada
Gadis cantik mengetuk pintu depan. “pagi mas, pak arman ada” sapanya
dengan sopan, “ bentar ya mbak” sahutku segera, perlahan kupandangai
wanita cantik tersebut, rambut panjang terurai dengan cepit rambut
dibagian kanan, kaos ketat dengan lengan pendek yang hanya menutupi
bagian pundaknya saja, memperlihatkan lipatan ketiaknya yang putih dan
lengannya tak jauh beda putihnya, bentuk tubuhnya pun indah dengan
pinggang bak gitar spanyol, jantungku sempat berdebar saat kulihat
dadanya yang besar membusung, kalau di lihat dari umur dan penampilannya
pasti ia seorang mahasiswi, “loh mas ada yang salah dengan saya, kok
melotot gitu” kata wanita tersebut saat melihat aku tertegun dengan mata
tajam tertuju pada dadanya, ‘ oh yah...Om Arman ya, lagi tidur sebentar
saya panggilkan” sahutku gelagapan. Tak lama kemudian om Arman keluar
dan mempersilakan Gadis tersebut duduk, kemudian Om Arman mulai membuka
pembicaraan, “oh ya Don kenalin ini rekan bisnis Om, gini Sinta ini anak
magang di perusahaan Om, dan kebetulan selain magang dia juga punya
bisnis MLM dan Om tertarik untuk berinvestasi, ”terang Om Arman, aku pun
cuma mengganguk, “oh ya dia juga sekampus lho sama kamu”, Sinta pun
tersenyum dan berkata “kamu semester berapa jaurusan apa”, aku pun
menyahut, “oh baru semester satu kok mbak”, sambil tersenyum dia
menyahut, “jangan panggil mbak dong, panggil aja Sinta, kan umur kita
ngak beda jauh”, aku kaget, “emang umur kamu berapa?” sahutku segera,
“yach 19 tahunan” sahutnya sambil tersenyum. Hebat banget Om Arman bisa
kenal cewex cantik masih muda lagi, menggingat umurnya yang hampir
mendekati setengah Abad, gumanku dalam hati kemudian Sinta dan Om mulai
membicarakan soal bisnis, akupun hanya duduk sambil mendegarkan
pembicaraannya sambil sesekali melirik tubuh Sinta yang semakin membuat
Kontolku mengeras, terkadang lirikan mataku tertangkap olehnya dan ia
pun hanya tersenyum, entah disengaja atau enggak ia malah menggangkat
tangannya untuk merapikan rambut yang panjang dan indah, saat ia
menggangkat tangannya ketiak putihnya pun terlihat dengan bintik-bintik
hitam di lipatan ketiaknya, bekas bulu ketiak yang tercukur, dan dada
yang besarpun membusung kedepan, pemandangan yang indah ini pun semakin
membuatku gelisah, Sinta pun hanya tersenyum simpul saat menangkap
mataku menatap tubuh indanya.
Satu jam berlalu, tiba-tiba Hp ku berbunyi ternyata ada SMS,
“Om, Sinta aku kekampus dulu ya, ada tugas yang harus dikerjakan bareng
temen”, kataku segera setelah menutup Hpku, “ya udah tapi habis itu
lansung pulang ya”, seru Om Arman, Sinta hanya tersenyum mempersilakan
aku pergi kekampus, dua jam berlalu tugas udah kukerjakan dan akupun
siap-siap untuk pulang,
Hpku berbunyi ada telpone dari Om Arman, “ada apa Om”
seruku “uh...uh...anu don nanti beliin nasi bungkus ya buat makan malam
oh ya sekalian buat sinta ya”, kata Om Arman dari Hpku, dari suaranya
sepertinya Om Arman habis berlari-lari, “kok Om terengah-engah gitu
”sahutku, “oh ngak don Om lagi kepanasan aja” jawabnya segera. Tanpa
pikir panjang akupun langsung ke warung padang membeli nasi bungkus dan
meluncur kembali ke rumah. Sesampainya dirumah Om dan Sinta tak ada di
ruang tamu, “kemana Om dan Sinta kok sepi” gumanku dalam hati, aku
melangakah mendekati kamar Om Arman, pintunya tak dikunci lansung aja
kumasuk dan ternyata Om ngak ada dikamarnya, kulangkahkan kakiku
mendekati kamar tidur tamu dan begitu aku mendekati pintunya hendak
meraih handle pintu tiba-tiba terdengar suara jeritan wanita
“uh...oh...ah...Om...terus...Om...trus..!, jangan berhenti Sinta mau
sampai...ah...ah...ah” terdegar suara jeritan Sinta begitu keras
terdengar “ah...ah...om...Sinta...nyampai...Ahhh, aku pun termenung
sesaat “loh ngapain si sinta Njerit-njerit kayak gitu”, selain suara
jeritan Sinta terdegar pula suara ranjang yang digoyang,
“nyit......nyet....kick...kick..” selain kedua suara tersebut terdegar
juga suara yang aku tak tahu apa itu “...plok...plok...plek...plek..”,
suara-suara itu terdengar berirama, jeritan keras sinta pecah lagi
“uh....ah...ihh....ahh...om....Sinta...mau...lagi....” aku semakin heran
mengapa sinta menjerit begitu hebat, disusul suara jeritan Om Arman tak
lama kemudian “ooooooh...Sinta...om...mau...nyampai”, seru Om Arman
dengan kerasnya, kemudian disusul teriakan Sinta
“Om...kluarinnya.....didalam....aja...”, “uhhhhhhh...Sinta....”raung Om
Arman kemudian, untuk sesaat suara-suara jeritan Om Arman dan Sinta tak
terdengar lagi, ”gimana Om...puas” terdegar suara Sinta kemudian, “uh
aku puas banget Sin, kamu memang hebat”. Aku semakin penasaran dengan
apa yang dilakukan Om Arman dan Sinta di kamar tamu,
dan ketika aku hendak mengintip lewat lubang ventilasi diatas pitu kamar
tiba-tiba terdengar suara Om Arman “Doni nyampai rumah belum ya gawat
kalau sampai ketahuan” seru Om arman, “telpon aja Om si Doni, memangnya
Om ngak cerita soal kita ya” sahut Sinta kemudian, “aku belum siap,”
kata Om Arman menimpali, “kamu seharusnya pacaran sama orang yang
seumuran Doni” kata Om Arman kemudian, “tapi Sinta iklas kok dan seneng
ngelakuinnya apalagi Om juga hebat bisa membuat Sinta Orgasme sampai
berkali-kali” sahut Sinta. Kuurungkan niatku mengintip mereka dengan
nasi bungkus tetap ditangan, aku kembali kehalaman depan pura-pura baru
nyampai rumah tak lama kemudian Hp ku berbunyi selamat batin dalam hati
“kamu dimana Don”,seru Om Arman dari Hpku “dah nyampai dirumah” jawabku,
“Don kamu tunggu di halaman, bentar Om bukaiin pintu”, “baik om”.
Kemudian om arman membuka pintu depan, dan aku pun langsung masuk ruang
tamu dari gurat wajahnya terlihat Om Arman tampak seperti baru lari
dikejar anjing, tapi dari sorot matanya terlihat berbinar, “kok sepi om,
sinta udah pulang yach?” kataku kemudian. “belum kok, dia di kamar
tamu” kata Om Arman dengan nafas sedikit tersengal, ”o yah don,
sepertinya sinta nginep disini, soalnya diskusinya belum selesai” Om
Arman dengan napas yang kembali teratur. Aku manggut-manggut, sambil
melangkah masuk di ikuti Om Arman.
Tak lama kemudian pintu kamar tamu terbuka, Sinta pun keluar dari kamar,
dengan balutan daster mini putih, model belahan dada rendah berenda,
berbahan tipis transparant, bertali kecil terkait dipundaknya, tanpa Bh
maupun celana dalam. Belahan dan lekukan payudaranya begitu jelas
terlihat. Aku benar-benar menikmatinya, dalam diam aku menikmati
keindahan tubuhnya ditambah lagi rambutnya yang basah sehabis karmas,
yang membuat penisku semakin mengeras. “hai don…sampai malam gini baru
pulang” sahutnya sambil tersenyum. “eh..eh…iya…nich banyak tugas” aku
pun semakin belingsatan saat ia duduk disampingku. Bukan hanya tubuh
indah dan payudara montoknya saja yang membuatku belingsatan, ditambah
dengan aroma harum tubuhnya semakin membuatku bergetar,
“napa…..don…kok….gemeteran…gitu…!” katanya sambil menyibakkan rambut
yang setengah basah, lengannya pun kembali terangkat dan aku pun bisa
melihat ketiaknya dari dekat, lipatan ketiaknya masih di tumbuhi
bulu-bulu ketiak yang belum habis dicukur sehingga pada lipatannya
terlihat titik-titik hitam. “eh ngak kok…eh aku mandi dulu yach” jawabku
sambil berlalu, “gila, tuch cewek seksi banget”, “pantesan Om Arman mau
bersusah payah ngasih private lesson dirumah”, gumanku dalam hati.
“Seandainya aku bisa dapat pacar kayak dia bisa-bisa tiap hari aku ngak
pernah pake celana dan ngak pernah kuliah, tiap hari kerjanya nidurin
dia mulu…..hi..hi.hhi.?” gumanku dalam hati sambil mengelus penisku yang
lagi tegang berat.
Setelah selesai mandi aku pun ikut nimbrung di ruang tamu, Sinta pun
masih dengan daster seksinya, mungkin ini udah menjadi style dan
kebiasannya, selalu ngumbar dada dan ketiaknya kemana-mana. kemudian
kami betiga makan nasi bungkus yang aku beli tadi sambil
ngobrol-ngobrol, Sinta terlihat santai, meski payudara montoknya
terlihat jelas didepan mataku, sinta sama sekali tak berusaha menutup
dadanya seperti kebiasan wanita pada umumnya saat menundukan badannya,
dia dengan santai mengambil nasi dan lauk dengan menundukan badannya,
bukannya menutup dadanya yang terumbar dia malah tersenyum manis
kepadaku. Setelah itu Om dan Sinta kembali serius membicarakan soal-soal
bisnis.
Aku hanya duduk dan memperhatikan gaya centilnya, sepertinya Sinta tahu
kalu aku memperhatikanya, dia pun sesekali melempar senyum saat mataku
kepergok sedang memperhatikanya. Entah sengaja atau tidak sambil
tersenyum kepadaku dia pun kembali memainkan gaya sexsinya mengangkat
tangan membenahi rambut panjangnya, memperlihatkan ketiak mulusnya dan
membusungkan dadanya yang memang sudah montok ditambah lagi saat dia
mengangkat kaki kiri untuk bertumpu pada kaki kananya. Sekelebat belahan
kecil yang ditumbuhi bulu-bulu halus terlihat begitu jelas.
Pemandangan indah ini semakin membuatku benar-benar tak tahan, aku pun
memutuskan untuk tidur saja, “Om…., Sinta aku tidur dulu ya, ngantuk
nich” ucap sambil pura-pura menguap. “jam segini udah mau tidur aja kamu
don” timpal Om Arman, “iya…nich…padahal…setelah diskusi ini kelar, aku
mo ngajak kamu nonton DVD baru lho” seru Sinta, “ooooh….besok aja…aku
ngantuk banget” seru sambil berlalu..
Akupun sepenuhnya tidak bisa tidur sebab wajah, tubuh, payudara dan
ketiak Sinta terus berputar-putar di otaku. Ditambah dangan kejadian
tadi siang di kamar tamu, demakin membuatku gelisah. Bayangan-bayanagn
itu silih berganti menghiasi pikiranku, aku pun mengengam penisku dan
megerakannya naik-turun, dari ruang keluarga terdegar suara-suara filem
action. Akhirnya aku tertidur meski belum sampai klimaks.
Sekitar jam 11.30 aku terbangun, keadaan begitu hening suara filem
action telah berhenti. Kemudian aku keluar kamar menuju ruang keluarga,
ruangan itu sepi, secara otomatis otaku pun berpikir “apa Om dan Sinta
di kamar tamu lagi ya?”, kulangkahkan kaki menuju kamar tamu. Dari dalam
kamar tidur tamu terlihat sepi dan hening,
Sampai di depan pintu kamar tamu, kuambil kursi dan kuletakan di depan
pintu, kemudian kunaiki kursi tersebut mendekati lubang ventilasi yang
terletak diatas pintu, dari lubang ventilasi itu aku bisa melihat isi
kamar tersebut.
Sinta sedang duduk ditepi ranjang sambil menyisir rambut panjangnya “wow seksinya cewek ini” gumanku dalam hati.
Dan betapa kagetnya aku, saat pintu kamar mandi di kamar tersebut
terbuka dan ternyata yang keluar adalah Om Arman, dengan hanya
mengunakan celana dalam Om Arman mendekati Sinta memeluknya dengan mesra
dan menciumi bibirnya, “seperti dugaanku ternyata Om dan Sinta memang
punya hubungan spesial” gumanku dalam hati dengan sedikit kecewa, namun
aku tetap ingin melihat apa yang akan mereka lakukan. Om Arman kemudian
bangkit berdiri di hadapan Sinta, dan dengan lembut Sinta membuka celana
dalamnya dan mengelus-elus PENIS Om yang sudah berdiri tegak menatang.
Dengan lembut PENNIS yang panjang dan besar itupun dia jilati, dia
ciumi, tentu saja sang empunya PENNIS langsung mengerang nikmat
“ooooohh…..ooooohhh……Sinta…!”. Tak lama kemudian Sinta pun dengan lahap
memasukan PENNIS Om Arman kedalam mulutnya dan mengulumnya dengan lembut
seperti menikmati Lollypop, sang empunya PENNIS kembali mengerang
“ooooH……..Ohhhhh…Sin……pelan2…..sin” Sinta pun sepertinya tidak
mengindahkan erangan Om yang semakin keras, dia malah semakin gecar
mengulum PENNIS Om Arman. Dan dengan kedua tangannya Om Arman memegang
kepala Sinta dan mencoba melepaskan PENNISnya dari siksaan nikmat mulut
Sinta. Sinta pun merengek “Om kok..kontolnya…dilepas
sih…Sinta..lum..puas…Sinta…masih…mau!” rengek Sinta seperti anak kecil
meminta permen. “Sinta...sayang..udah..ya, keluarnya dimulut bawah kamu
aja ya?” kata Om Arman sambil membelai rambut sinta yang panjang,
“yach..udah..dech..kalau
gitu?..tapii..ntar..pejuhnya..dikeluarin..didalem..yach? Balas Sinta
sambil merenggut. Om Arman hanya mengangguk dan kembali duduk ditepi
ranjang, kemudian memeluk Sinta dan kembali mencium pipi dan bibirnya.
Sinta pun membalas ciuman Om Arman dengan melumat bibirnya dengan rakus,
tangan Om Arman pun mulai beraksi dengan mengelus dan mengusap-usap
paha Sinta dengan lembut, terlihat sangat kontras saat sekali tangan Om
yang agak Hitam Kecoklatan menari-nari indah diatas permukaan paha Sinta
yang putih dan mulus. Tangan Om terus merangsek kedalam selangkangan
Sinta, berlahan Sinta membuka kedua pahanya, akhirnya tangan Om sampai
pada tujuannya dan mulai mengucek-ucek selangkangan Sinta,
“ah……uh….uh…..oh….ohh..uuuuuuh…ahh….ahh” erang Sinta dengan mata
terpejam. Ciuman Om Arman terus berlanjut, leher sinta menjadi target
berikutnya, leher jejang dan mulus Sinta pun diciuminya, begitu juga
dengan ketiaknya sinta tak luput dari ciuman jilatan lembut om arman,
Sinta mengerang “ oooooooom….ahh….Sinta..udah...om…ohh “.
Perlahan Sinta membuka dasternya, kakiku gemeteran melihat tubuh
telanjang Sinta. Payudaranya indah banget, bulat bak kubah, kenyal dan
kencang. Dengan puting berwarna kecoklatan mencuat kedepan. Perlahan Om
Arman menciuminya, menjilati, menggigitinya dengan lembut,
menghisapnya. Sementara tangannya Om Arman meremas-remas payudara yang
satunya dan memainkan putingnya.
“oh….oh..oh…uh…uhh….ahhhh..om..om…!!!!!” disambut desahan Sinta sambil
meremas dan mengusap-usap kepala Om Arman.
Om Arman merebahkan tubuh indah Sinta, mengelus bulu-bulu selakangannya,
kemudian Om berjongkok di depan Selangkangan Sinta, membuka pahanya,
menjilati menciumi vagina Sinta dengan liar “uuuuuuuuhhhhh…..UUUUUUHHH”?
Sinta mendesah. Tak lama kemudian Om Arman mendekatkan Penisnya dan
memasukannya Kedalam VAGINA Sinta, disambut dengan suara desahan
“uh…...UH…AHHHH?” saat PENNIS Om yang Panjang dan Besar itu memasuki
vagina Sinta. Disusul gerakan pinggang Om Arman, naik turun, dengan mata
terpejam dan mulut terbuka Sintapun menyuarakan suara desahan yang
begitu menyayat telinga, “ooh……ah…..ehm….ihh….ahh….uhh…..?!!” Om arman
makin mempercepat gerakan pinggangnya “plok…plok….PLok…..!!!!”, membuat
suara desahan Sinta semakin keras,
Akhirnya Om Arman sedikit mengurangi gerakan naik-turun pinggangnya.
Untuk beberapa suasana dalam kamar tersebut tenang, hanya suara nafas
terengah-engah yang terdengar, tubuh Sinta terlentang dengan tangan
diatas kepala, sementara itu tubuh Om Arman berada diatasnya menindih
tubuh indahnya. Tubuh mereka dipenuhi keringat.
Suara desahan Sinta yang keras terdengar begitu menyanyat telinga,
siapapun akan berpikir kalau dia sedang disiksa kalau saja tidak tahu
apa yang sedang terjadi gumanku dalam hati.
Om Arman pun kembali mengerakan pinggangnya naik-turun sambil menciumi
bibir, leher, ketiak dan payudara Sinta. Suara mendesah sinta kembmabali
pecah “ooohhh..uhhhh..omm…om…sinta..sinta…mau…mau…uuhh!”. Om Arman
kembali mempercepat pinggulnya, begitu cepatnya hingga menimbulkan suara
“plok..plok..plok..plok!”, “ohh…sin…om..juga..mo….keluar” jerit Om
Arman. Kali ini Sinta juga ikut mengoyangkan pinggangnya kiri dan
kekanan, tak lama kemudian Om Arman Mengerang Keras“
ah…ahhaaaaahhh…..aahhhhhhh!!!! “ sambil memeluk tubuh Sinta erat,
disusul Sinta yang juga menjerit dengan kerasnya
“ohhh……oohhhhh…….ohhhh...., sesaat kemudian pinggang Om Arman
menghentak dan menghujam beberapa kali ke selangkangan Sinta.
Setelah itu suasana hening kembali tak lagi terdengar suara desahan
maupun erangan, hanya deru nafas yang terdengar, Om Arman berhenti
menggerakan pinggangnya. Om Arman masih ter telungkup menindih tubuh
mungil Sinta dengan nafasnya yang terengah-engah, punggungnya basah oleh
keringat. Sementara, Sinta dengan tubuh penuh keringat masih terlentang
tertindih tubuh besar Om Arman, tubuhnya mungil seperti guling yang
sedang dipeluk.
“Om…..om” kata lirih Sinta sambil menepuk bahu Om Arman untuk
membangunkanya. Om Arman terbangun dan mengangkat tubuhnya dengan
betumpu pada kedua tangannya dia memandangi wajah cantik Sinta, guratan
kelelahan terlihat pada wajah Sinta, namun dari sorot matanya yang
berbinar terpancar kesenangan dan kepuasan.
“Sayang makasih yach, kamu bener luar biasa?” kata Om Arman sambil
mencium kening basah Sinta, Sintapun membalasnya dengan tersenyum. Om
bangkit dari atas tubuh sinta dan merebahkan tubuhnya disamping tubuh
Sinta, “sayang om sayang kamu?”, kata Om pelan, “sinta juga sayang sama
Om” kata Sinta dengan manja, mengambil tisu dan membersihkan sisa-sisa
sperma di selangkangannya, kemudian sinta membersihkan penis Om Arman
dengan mulut dan lidahnya.
Mereka bercanda dan saling memuji dan akhirnya mereka tertidur pulas dengan berpelukan.
Jam dinding menunjukan pukul 02.00 dini hari, aku kembali ke kamar dan
memikirkan apa yang telah terjadi, bagaimana mungkin Om Arman mempunyai
pacar yang masih begitu muda. Dan apakah Om Arman akan menikahinya?,
apakah aku akan punya tante muda yang cantik dan seksi?.
Aku terbangun karena ada suara ketukan pintu dari luar kamarku
“don...doni.... bangun…bangun..hari..ini..kamu..kuliah ngak”!. “yach Om”
seruku. Rasanya baru sebentar aku tidur kejadian semalam masih
menghantui pikiranku, cepat-cepat aku bangun, mandi, berpakaian dan ikut
bergabung dengan mereka di meja makan.
Penampilan sinta pagi in masih tetap seksi, meski tidak mengenakan
daster seperti tadi malam, penampilan stlyenya tetap membuat mata lelaki
terpana. Baju berkrah, tipis, berwarna putih, ketat, dan berlengan
pendek dengan belahan ketiak yang cukup lebar.
Saat Dia meletakan Nasi goreng bencampur ayam, telor dan sosis diatas
meja , belahan dada sampingnya terlihat indah terbungkus bra hitam,
lipatan ketiaknya terlihat mengkilap, sedikit basah oleh keringat. “ah
pagi-pagi sudah disuguhi dada montok, lengan mulus plus ketiak basah”
gumanku dalam hati, pengen banget rasanya aku remas dadanya kucucup
putingnya dan kujilati ketiaknya, sambil makan pikiran dan mataku
terfokus pada keindahan tubuh sinta, beberapa kali mataku tertangkap
basah saat aku menatap tubuhnya, dan dengan segera kualihkan
pandanganku, tapi sinta pun hanya tersenyum. Selesai menyelesaikan
makannya Om Arman meninggalkan meja makan, menuju kamarnya untuk
siap-siap pergi ke kantor.
Tinggal aku dan Sinta duduk berdua di meja makan, aku masih dalam
lamunanku dikagetkan oleh seruan Sinta “eh kamu dari kemaren kerjanya
nglamun aja” seru sinta sambil menepuk bahuku, aku sama sekali ngak
nyadar kalau sinta sudah duduk disampingku, “mungkin karena deket kamu
kali ya?” sahutku seenaknya. “ih kamu nich, pasti lagi pikiran kotor?”
jawabnya menimpali, “sok tahu loe..!!” balasku sambil menyuapkan nasi
goreng kemulutku, “habis dari kemaren kamu sering ngalamun, saat liat
aku?, emang apa sich yang kamu lamunin dari aku” katanya kemudian,
sambil menyangga dagunya dengan tangan kirinya, aku kaget dan sedikit
tersedak “ngak ada” kataku sambil mengeleng, “paling sama seperti cowok
lain” balasku lagi, “apa sih yang dipikirin cowok kalau liat aku?”
katanya penasaran. Dengan mantap aku langsung menjawab “satu kamu tuh
cantik”, “kedua kamu tuh seksi banget, sumpah juara banget seksinya”,
Sinta tersenyum sambil mengelus-elus rambutnya “ketiga nasi goreng
buatanmu enak banget, terus yang keempat” belum sempat aku melanjutkan
perkataanku Om muncul sambil berseru. “Sin kamu ntar ke kampusnya sama
Doni aja ya, kampus kamu kan sama? Soalnya om harus buru-buru nih” kata
Om, Sinta hanya menganguk tanda setuju. Om Arman langsung menuju halaman
menghidupkan mobilnya dan meluncur ke kantornya.
Baru aku tahu, ternyata kampusku dengan kampusnya si sinta sama, yang
akau heran aku kok ngak pernah ketemu ya sama Sinta gumanku heran.
Setelah sarapan selesai aku dan Sinta meluncur kekampus dengan motor
sportku, kugoceng dia, dan selama dalam perjalanan aku dan Sinta diam
aja, jalanan pagi itu cukup ramai dan sedikit padat merayap pada
titik-titi tertentu, akibatnya motor harus sering aku rem dadakan,
sehingga membuat dadanya beberapa kali menabrak punggungku, maklum
motorku kan motor sport yang desainnya agak tinggi pada bagian belakang,
“ih memang benar-benar kenyal tuh toket” gumanku dalam hati. “eh maaf
sin maklum jalannan macet!” seruku memohon maaf, “ah ngak
apa-apa?”sahutnya, setelah itu aku dan Sinta masih membisu, hanya
dadanya yang montok dan kenyal masih sesekali menindih punggungku saat
aku mengerem dadakan. Dari kaca spion dapat kulihat wajahnya agak
memerah saat ia menindihkan dada ke punggungku.
Meskipun biasanya aku sering mengumpat saat melewati jalan ini, tapi
pagi ini aku berharap macet akan terus berlangsung sampai kampus,
......Heee.....Heeee
No comments:
Post a Comment