saya laki-laki berumur 33 tahun, memiliki istri dan dua orang anak.
karir bagus. rumah tangga saya akur. dan saya dihormati di lingkungan
dan di tempat kerja. dari luar saya tampak seperti pegawai kantoran pada
umumnya. kecuali saya menyimpan rahasia.
ini adalah pengalaman pribadi saya yang kesemuanya adalah kisah nyata semata, yang membuat saya menjadi seperti ini.
NO PK. bagi yang merasa kenal saya, harap disimpan untuk diri sendiri
_____________
saya terlahir dari keluarga jawa, ayah saya berasal dari keluarga
ningrat, dan ibu saya masih ada keturunan belanda (nenek saya orang
belanda asli), saya anak tertua dari 4 bersaudara, dan tinggal di rumah
model lama peninggalan eyang dari ayah yang terdiri dari rumah utama di
depan dan paviliun semi terbuka yang memanjang ke belakang
saya memiliki seorang pembantu yang bernama bambang, berasal dari
kampung. bambang ikut keluarga saya sejak usia 13 tahun, bambang
disekolahkan oleh ayah saya sekalian disuruh bantu-bantu... kontras
dengan saya yang masih ada turunan priayi dan londo, si bambang berwajah
pribumi dengan kulit sawo matang, rambutnya ikal hitam dan panjang
setelinga, dengan tubuh berotot karena sering mencangkul sejak kecil
si bambang tinggal di kamar kecil di samping dapur, di samping kamarnya
adalah sumur dan tempat cuci baju, bambang hampir tidak pernah
menggunakan kamar mandi pembantu yang terletak di dekat sumur, anak itu
biasanya dengan cuek mandi langsung dari sumur, lebih segar seperti di
kampung, meski sering ditegur oleh ibu
saya mengetahui karena dari rumah utama sampai paviliun belakang karena
saya harus melewati dapur dan tempat cucian untuk sampai ke kamar saya,
awalnya saya cuek saja dengan kelakuan anak kampung itu... sampai suatu
hari di kelas V SD saya memergokinya menyuci sarung dalam kondisi bugil
(waktu itu bambang sudah kelas 3 SMA)
saya: “heh, awas nanti saya lapor ibu!”
ancam saya. tentu hanya bercanda, karena bambang orangnya lucu, dan ia sering membantu saya mengerjakan pekerjaan rumah
bambang: “eh, jangan mas!”
saya: “becanda... becanda.... hehe...”
bambang: “hehe...”
saya bertanya sambil melongok dari balik tembok: “mas bambang kenapa
suka sekali mandi di sumur? padahal kan sudah ada kamar mandi belakang!”
bambang menjawab polos lengkap dengan logat ndesonya: “huabisnya sueger, mas!”
saya: “moshok, to?”
bambang: “tuenan!”
bambang menyahut sambil mengguyurkan seember air yang baru ditimba ke
tubuhnya, bulir-bulir air segera meleleh di atas kulitnya yang sawo
matang, tampak mengkilat terkena sinar matahari yang sedang
tinggi-tingginya hingga satu ember dihabiskannya
bambang menimba ember kedua, dan otot-otot tubuhnya yang telanjang
tampak menegang dan meregang. indah sekali. dada saya berdesir
bambang berbalik dan menyabuni tubuhnya, dan saat itulah saya melihat
penisnya yang besar dan ditumbuhi bulu. perut saya langsung terasa
mulas, apa bambang tidak malu? bambang bahkan dengan santainya menyabuni
burung dan anusnya di depan saya,
bambang: “nyuwun sewu lho mas”
bambang bercerita bahwa di desanya orang-orang biasa mandi dengan
bertelanjang bulat beramai-ramai, laki-laki dan perempuan, waktu itu
saya hanya mengangguk-angguk meski dalam hati saya tidak bisa
membayangkan bagaimana rasanya bertelanjang di depan orang lain
saya pikir bambang hanya bercanda, tapi waktu diajak berlibur ke desa
oleh ayah dan ibu barulah saya mengetahui kalau hal itu benar adanya.
saya melihat laki-laki perempuan, tua muda, berjongkok berjejer di dalam
parit-parit kecil yang terletak di depan rumah dalam kondisi telanjang
bulat, padahal di samping mereka ada jalan rasa besar sekali
hal itu terus terus terngiang-ngiang di kepala saya, bahkan seminggu
setelahnya, bagaimana rasanya bertelanjang bulat di depan banyak orang?
semakin saya memikirkan itu semakin saya merasakan sensasi aneh pada
burung saya, hingga saya penasaran dan hanya berani mencoba melepaskan
baju dan bertelanjang di dalam kamar. rasanya saya nakal sekali, jantung
saya berdegup kencang, dan penis saya mendadak tegang, padahal biasanya
penis saya hanya tegang saat melihat poster film bioskop yang
dibintangi Eva Arnaz di halaman belakang surat kabar
waktu itu saya belum mengenal masturbasi sehingga saya hanya bisa
menggesek-gesek penis saya pada guling sampai saya kelelahan sendiri dan
saya tertidur tanpa mengenakan pakaian sama sekali...
sebenarnya saya orang yang pemalu. saya ingat sekali waktu TK saya
menangis karena harus mengikuti karnaval dengan pakaian adat jawa yang
mengharuskan saya telanjang dada.... dan saya pernah menangis karena
harus disuruh membuka baju untuk mengukur baju di tukang jahit...
tapi sekarang saya malah saya suka sekali berlama-lama di depan cermin
ketika berganti baju, telanjang bulat dan memandangi pantulan tubuh saya
sendiri di cermin
saya memiliki tubuh yang tinggi ramping dengan figur feminin dengan
pinggang ramping dan tulang pinggul membesar... saya memiliki kulit
putih, rambut kecokelatan sedagu, dan wajah manis sehingga orang-orang
sering salah mengira saya adalah perempuan...
sejak kecil saya asma dan sakit-sakitan sehingga menuruti saran dokter
saya diikutkan les renang sejak kelas III SD... maka ketika menginjak
kelas V SD tubuh saya tumbuh atletis yang meskipun tidak berotot tapi
terbentuk ramping dan padat
saya senang sekali melihat bayangan tubuh telanjang saya sendiri, saya
kadang membelitkan seutas selendang hingga membentuk cawat dan memasang
pose-pose memalukan di depan cermin, sering malah saya menciumi pantulan
tubuh saya sendiri sampai penis saya menjadi tegang dan saya
menggesek-gesekkan penis saya pada cermin sampai saya kelelahan sendiri
dan saya tertidur tanpa mengenakan pakaian sama sekali...
saya tinggal di bagian belakang yang terpisah dari rumah utama, jendela
kamar saya menghadap halaman belakang dengan tembok tinggi yang tidak
pernah dilewati orang sehingga saya bisa bebas bertelanjang tanpa ada
yang menganggu....
--------------
si bambang, adalah orang pertama yang mengetahui kebiasaan aneh saya
suatu hari saya sedang tidur-tiduran polos ketika si bambang terlihat
menyapu di halaman belakang yang menghadap jendela kamar saya, saya
kaget karena tidak menyangka dia akan muncul karena waktu itu hari
minggu dan masih pagi sekali
saya ingin menutup korden tapi tidak mungkin, karena kalau saya bangun
pasti si bambang akan melihat saya polos, maka sayapun memutuskan untuk
pura-pura tidur sambil berharap agar si bambang cepat pergi dari tempat
itu... kaca kamar saya terbuat dari rayband, bambang tidak bisa melihat
isi kamar saya, kecuali ia benar-benar mendekat...
tapi sialnya si bambang malah mendekat dan membersihkan jendela kamar saya!
astaga! saya menutup mata erat-erat, karena dalam posisinya si bambang
pastilah bisa melihat tubuh saya yang tak ditutupi selembar pakaianpun!
perasaan saya campur aduk antara malu, takut, tegang, dan perut saya
terasa mulas! saya takut sekali si bambang menegur saya dan melaporkan
saya pada ayah dan ibu, tapi anehnya si bambang malah seolah sengaja
berlama-lama membersihkan jendela kamar saya
saya bisa melihat bayangannya yang berdiri tepat di samping badan saya
yang telungkup.... lama, malah seperti tak mau beranjak... jantung saya
berdegup semakin kencang, rasanya malu sekali, tapi anehnya rasa malu
itu justru membuat saya terangsang, karena kalau itu benar, berarti si
bambang memang benar sedang menikmati pemandangan tubuh telanjang saya!
perasaan malu, tegang, dan erotis campur aduk di perut saya sehingga
saya tidak bisa berpikir jernih..... tak lama kemudian terdengar suara
lengguhan tertahan diikuti suara langkah kaki bambang yang terdengar
menjauh dan pot bunga yang tak sengaja disandungnya
saya membuka mata dengan jantung yang berdebar hingga nyaris copot...
dan saya takut sekali si bambang akan melaporkan kegiatan saya pada ayah
dan ibu....
-------
si bambang: “semalam panas ya mas”
saya: “i... iya...”
si bambang: “ooooh..... pantas tidur wudho” (wudho=telanjang bulat; b.jawa)
bambang terkekeh-kekeh, dan meminta maaf karena ttidak sengaja melihat
saya tidur telanjang. bambang tidak menyangka kalau saya juga suka tidur
telanjang. bambang mengatakan kalau dirinya juga kalau tidur telanjang
meski hanya mengenakan celana dalam atau sarung
si bambang beralasan: “habisnya adem mas”
ia berkata lalu ngeloyor setelah menghidangkan sarapan pagi nasi goreng dan teh hangat pada saya yang sedang nonton ninja hatori
saya bersyukur si bambang tidak mengungkit-ungkit kejadian tadi pagi
apalagi melaporkannya pada ayah yang sedang merokok di teras depan.
si bambang hanya bertingkah seolah tidak ada apa-apa, tapi itu malah
membuat saya makin penasaran, karena sejak itu si bambang jadi lebih
rajin membersihkan halaman belakang dan membersihkan jendela kamar saya,
dan itu membuat saya makin penasaran sehingga saya sengaja mencoba
pura-pura tidur telanjang di jam-jam bambang menyapu halaman, dan
lagi-lagi bambang tidak mengatakan apa-apa ketika kami bertemu di meja
makan
sejak saat itu saya jadi tidak pernah menutup korden dan selalu mengatur
posisi terbaik agar si bambang bisa menikmati keindahan tubuh telanjang
saya, rasanya erotis sekali, sampai-sampai saya bermimpi bertelanjang
bulat di depan si bambang dan saya terbangun dengan sarung guling yang
basah...
saya takut sekali dimarahi karena membasahi sprei saya, maka pagi-pagi
sekali saya bangun dan mencuci sarung guling saya di tempat cuci, sambil
berharap-harap kalau bambang belum bangun agar saya tidak ditanyai
macam-macam
sayangnya orang itu bangun lebih pagi dari ayam jago
masih memakai sarung, bambang kucek-kucek mata dan muncul di belakang saya
bambang: “loh mas, ngapain nyuci pagi-pagi? biar saya saja yang mencuciken”
saya menyahut gelagapan: “ini... eh.... ini....”
bambang berjongkok di belakang saya, dan langsung tergelak-gelak melihat noda sperma di atas sarung guling
bambang: “wakakakaka! makanya, kalau tidur itu mbok ya jangan wudho! minimal katokan atau pakai sarung seperti saya”
plash.... muka saya langsung merah padam seperti ditampar, ternyata bambang tahu saya sengaja tidur telanjang!
saya: “aduuuh... jangan begitu dong! saya takut dimarahi ibu karena ngompol!”
bambang: “itu bukan ompol. itu namanya mimpi basah”
bambang pun menjelaskan pada saya perihal mimpi basah dan tanda-tanda
pria yang mencapai kedewasaan, sambil dengan cuek bertelanjang bulat dan
mengguyur tubuhnya langsung dari sumur seperti biasanya
saya cuma manggut-manggut, waktu saya sd belum ada internet, dan
pengetahuan seks saya hanya terbatas pada apa yang saya dapatkan dari
cerita teman-teman, atau saya baca di rubrik konsultasi seks di rubrik
koran minggu
saya: “makanya mas, kalau mau tidur telanjang harus ngeloco dulu biar gak basah....”
saya: “ngeloco? apaan tuh?”
bambang : “ngeloco itu begini... burungnya dibeginikan... ”
bambang memperagakan cara mengurut kemaluan dengan tangannya yang berselemak sabun
bambang: “bisa pakek sabun, bisa pakek henbodi biar licin.”
saya : “idih, saru!”
saya langsung memalingkan wajah saya dari penis bambang yang mulai tegang
bambang: “ahahaha...”
saya: “ya sudah, kamu saja yang mencucikan. saya mau mandi!”
bambang: “mandi di sini saja mas, nanti saya ajarkan ngeloco”
saya: “idih!”
cepat-cepat saya angkat kaki, meninggalkan bambang yang malah
mengocok-ngocok penisnya sendiri sambil tersenyum-senyum merenges.
menjijikkan. meski diam-diam saya penasaran sekali.
-----------------
seharian itu saya terus kepikiran, sampai saya tidak bisa berkonsentrasi
mengikuti pelajaran. sampai rumah dengan berdebar-debar saya lalu
melepas pakaian dan mulai membelai-belai penis saya sambil membaca kisah
di dalamnya, tak lupa saya mengoleskan body lotion seperti yang
disarankan bambang...
jadi ini yang namanya ngeloco, saya jadi mendesah-desah sendiri, karena
ketika tangan saya menggesek kulit kepala penis yang disunat rasanya
ngilu sekali sampai punggung saya melengkung ke atas...
oooh rasanya saya nakal sekali... orang tua saya mengajarkan saya agar
menjadi anak yang sopan dan taat beragama, makanya saya senang sekali
bisa melanggar peraturan seperti ini
saya mempercepat gerakan tangan saya, dan saya hanya ingat kalau seluruh
tubuh saya didera rasa nikmat yang membuat seluru tubuh saya kaku...
dan penis saya memuncratkan cairan kental yang menyemprot hingga wajah,
bibir saya mendesah-desah sampai akhirnya tubuh saya berhenti
kejang-kejang dan kepala penis saya terasa ngilu sekali
waktu itu saya merasa lega tapi juga merasa berdosa sekali, tapi tak lama kemudian, saya kembali ketagihan
setelah itu ngeloco seolah menjadi hal wajib yang menyertai ritual
telanjang saya... setiap pulang sekolah, yang saya lakukan pertama kali
adalah melepas seluruh pakaian saya dan membelai penis saya.... saya
paling suka ngeloco di depan cermin sambil berdiri atau duduk
mengangkang sambil mengagumi keindahan otot-otot tubuh saya yang
atletis...
suatu hari saya sedang asyik ngeloco ketika mendengar suara orang sedang
menyiram tanaman.... kamar saya menghadap halaman belakang yang jarang
dilewati, rumah saya rumah model lama dengan dinding besar yang
sepenuhnya kaca rayband yang tidak terlihat dari luar kalau lampu kamar
tidak dinyalakan,
posisi saya sedang menghadap cermin dan membelakangi jendela, merasa
tanggung karena sudah hampir muncrat, saya tidak langsung menutup kordyn
malah pura-pura tidak melihat bambang yang menyiram tanaman di belakang
saya... jantung saya berdegup semakin kencang seiring langkah kaki
bambang yang terdengar berjalan semakin mendekat.... saya memejamkan
mata erat-erat, tapi dengan jelas sekali saya merasakan bayang-bayang
bambang berdiri di belakang saya....
saya tidak tahu apakah bambang bisa melihat saya apakah tidak, tapi
dipergoki dalam keadaan paling memalukan seperti ini membuat saya
semakin bergairah dan membuat sperma saya muncrat banyak sekali... saya
menggelinjang nikmat ketika benih saya menyemprot hingga wajah....
“bambang... bambang... bambang......” bibir saya mendesah-desah
mengucapkan nama bambang sampai akhirnya tubuh saya berhenti
kejang-kejang
mata saya masih terpejam, dan detak jantung saya masih berlarian ketika
saya mendengar suara langkah kaki bambang yang berjalan menjauh.....
--------------------
saya benar-benar takut bambang melaporkan tindakan jorok saya pada ayah,
tapi sama seperti waktu itu bambang berlaku seolah-olah tidak terjadi
apa-apa, dan itu malah membuat saya semakin penasaran dan semakin
terangsang.....
hingga satu minggu kemudian saya mendengar suara bambang sedang menyapu
halaman belakang, kali ini saya sengaja menutup korden tapi hanya
menyisakan sedikit celah dan lampu kamar sengaja saya nyalakan....
saya berbaring telanjang di atas dipan, mengangkang, dan mengatur posisi
agar bambang dapat melihat tubuh telanjang saya dari sudut terbaik...
berdebar-debar, saya menunggu kemunculan bambang sambil membelai-belai
penis saya..... setengah mata saya tertutup, tapi saya mulai melihat
siluet bambang yang mengintip dari sela kordyn....
saya masih bisa melihat pandangan mata kami yang beradu sebelum mata
saya terpejam erat dan saya memuncratkan benih saya banyak sekali
bambang tersenyum-senyum ketika mengantarkan mi rebus saya dan melihat rambut saya yang basah setelah mandi wajib,
bambang: “cieh, yang sekarang sudah besar...”
saya: “hush!”
mata saya melotot karena di rumah sedang ramai ada keluarga saya, lalu
ketika ia sedang mencuci piring saya mencubitnya keras-keras . bambang
hanya terkekeh-kekeh. ia minta maaf karena beberapa kali melihat saya
masturbasi.
bambang: “lha salahnya sendiri korden-nya ndak ditutup”
bambang: “lagi pula kenapa mas kok saya perhatikan tidak pernah menutup korden kalau berada dalam kamar?”
saya: “tapi kamu jangan cerita pada siapa-siapa!”
bambang: “lha, koyok saya ini siapa saja toh”
sayapun bercerita mengenai keanehan saya. dan bambang hanya
manggut-manggut karena di desanya tidak ada orang seperti saya. tapi
apapun itu rasanya saya lega sekali karena tidak menyimpan rahasia lagi.
dan hampir seharian itu saya berbincang-bincang sambil duduk-duduk di
kamar bambang.
bambang sekarang sudah kelas III SMA dan sebentar lagi hendak mengikuti
ebtanas, karena sekolahnya dibiayai oleh orang tua saya, anak ini
termasuk rajin belajar, dan buku-bukunya selalu tertata rapi bersama
serial silat ko ping ho yang dikoleksinya sejak SMP dari hasil menabung
saya: “ini buku apa?”
dahi saya mengernyit melihat buku kumal tak bersampul yang tampaknya sudah lecek saking seringnya dibaca
bambang yang sedang melatih soal hanya menoleh dan tersenyum
bambang: “oh itu... baca saja sendiri...”
karena penasaran, saya pun membacanya. awalnya saya pikir itu novel.
tapi lama-lama saya sadar kalau itu adalah buku jorok yang dipenuhi
adegan persetubuhan di sana-sini
saya: “idih! buku apaan nih? kok isinya begini semua?!”
bambang: “itu buku orang gede. baca saja. mas kan sudah jadi orang gede.”
tenggorokan saya terasa kering. sebenarnya malu sekali membaca buku
jorok seperti ini. tapi tangan saya seperti tidak bisa berhenti membalik
halaman demi halaman yang menceritakan tentang adegan-adegan
persenggamaan yang biasanya cuma bisa saya baca artikelnya di surat
kabar.
duduk saya mulai tidak tenang.
bambang: “kalau mau pinjam, pinjam saja. tidak apa-apa.”
saya: “tidak usah, takut dimarah ibuk”
bambang: “ndak apa-apa toh. saya ndak bakal bilang-bilang”
saya terdiam lama
bambang: “ya sudah kalau ndak mau ya ndak papa”
saya: “ukh...”
saya pun mengambil selembar buku porno bambang, tak lupa saya meminjam 3 buku ko ping ho agar tidak terlalu merasa malu.
-------------------------
bagi yang pernah merasakan zaman batu, pasti pernah merasakan sulitnya
mencari materi pornografi. saat itu belum ada internet dan satu-satunya
akses terhadap materi pornografi yang bisa didapat hanyalah cerita
erotis yang diperbanyak dengan cara stensil dan dijual di lapak-lapak
majalah di pasar dan terminal
bapak saya mengajari saya dengan keras adat jawa yang menjunjung tinggi
norma kesopanan, jadi saya sama sekali tidak pernah mengetahui bahwa
ternyata ada buku porno seperti ini
buku-buku lecek si bambang lah yang menjadi jendela pertama saya yang
mengenalkan saya tentang dunia mesum, bahwa penis itu harus dimasukkan
ke dalam vagina untuk bersetubuh, cara-cara bercumbu, melakukan oral
sex, dan istilah-istilah semisal orgasme, klitoris, dan lain-lain
hampir tiap pulang sekolah saya ke kamar bambang untuk meminjam buku
baru, bambang membebaskan saya mengambilnya buku-buku itu yang
disembunyikannnya bertumpuk-tumpuk dalam kaleng kong ghuan sewaktu dia
tidak ada, kalau saya merasa malu jika harus meminjam langsung kepadanya
waktu itu saya pulang sekolah lebih awal karena ada rapat guru. dan saya
sudah tidak sabar untuk masturbasi dengan buku porno bambang, lalu
masturbasi di dalam kamar
karena saya tidak bisa menemukan si bambang dimanapun, saya mencarinya
di belakang, dan mendengar suara mencurigakan dari arah kamar bambang
saya mengendap-endap mendekati asal suara, dan alangkah terkejutnya saya
ketika mendapati bambang sedang telanjang bulat di pinggir sumur...
keringat melelehi kulitnya yang kehitaman, dan otot-ototnya
menggeliat-geliat erotis mengikuti gerakan tangannya yang cepat
ya allah! tangan bambang sedang asyik meremas-remas dan mengocok batang
penisnya yang besar dengan busa sabun... berdiri pada pinggiran sumur,
tangan kirinya berpegangan pada perigi sambil bibirnya mendesah-desah
menikmati perbuatannya itu
tenggorokan saya terasa kering, ini adalah pertama kalinya saya melihat
kemaluan orang dewasa secara langsung! burung si bambang ditumbuhi
dengan bulu-bulu lebat, dengan batangan besar dan kepala bulat berwarna
merah muda seperti topi tentara.... sepasang buah pelernya tampak
bergoyang-goyang seiring gerakan tangannya yang semakin cepat...
menyaksikan pemandangan itu saya terangsang hebat, tangan saya secara
naluriah mengusap penis saya yang tegang dari luar celana, sambil
pelan-pelan mengeluarkan burung saya agar lebih bebas membelai dan
meremas kemaluan saya itu seperti yang dilakukan si bambang...
tak lama kemudian si bambang mulai kejang-kejang diikuti dengan
semprotan cairan putih kental dari lubang kencingnya, bibir si bambang
melengguh tertahan dan mengucapkan nama saya
si bambang: “ maaas... iseph kontholku maaaaas.......”
membayangkan bahwa saya dijadikan objek dalam perbuatan bejat si bambang
membuat saya tidak tahan lagi... saya hanya ingat kalau seluruh tubuh
saya didera rasa nikmat yang membuat seluruh tubuh saya kaku... burung
saya menyemprotkan cairan kental yang sama yang seperti yang
disemprotkan bambang
saya menggelinjang nikmat ketika benih saya menyemprot hingga
dinding.... saya cepat-cepat membersihkan ceceran peju saya
sampai-sampai tak sengaja saya menendang pot bunga sampai jatuh, saat
itulah bambang melirik ke arah saya dan saya langsung cepat-cepat masuk
kamar dengan perasaan takut sekali....
maghribnya bambang mendatangi kamar saya, saya pikir bilang dia mau
memarahi saya, tapi bambang malah mengatakan kalau dia memiliki ‘barang
yang lebih bagus’ dan bertanya apa saya ingin meminjamnya. karena
gengsi saya menolaknya. tapi tentu bambang tahu kalau saya cuma
basa-basi, karena malam harinya pintu kamar saya diketuk sekali lagi...
saya membukanya dengan jantung berdebar
bambang mengangsurkan beberapa buku buku stensil baru, dan satu keping
VCD bajakan yang sudah baret-baret, bambang bilang dia meminjamnya dari
teman, tapi karena di kamarnya tidak ada pemutar VCD dia bilang ingin
menontonnya di kamar saya
saya mengiyakan dan bambang menutup pintu dan menguncinya dari dalam. jantung saya makin berdebar.
bambang memasukkan keping VCD itu pada pemutar video di kamar saya,
gambarnya tampak tersendat-sendat karena baret-baret, tapi saya tahu itu
film tidak benar. jantung saya berdegub semakin kencang, nafas saya
semakin memburu melihat adegan persetubuhan di layar kaca. ini adalah
pertama kalinya saya menyaksikan adegan persetubuhan selain yang saya
lihat di kartu remi saya. duduk saya semakin tidak tenang.
mata bambang melirik pada tonjolan besar di balik celana saya
bambang: “kalau mau ngeloco, ngeloco saja mas...”
saya tidak menjawab, karena bambang sudah mengeluarkan burungnya dan
mengurut-urut batang kontol berwarna hitam besar itu tanpa persetujuan
saya
bambang bilang tidak usah malu, karena di desanya, teman-temannya biasa
saling ngeloco sambil berbagi materi pornografi yang memang susah
didapatkan, dan bambang dengan entengnya mengocok-ngocok batang
kontolnya di depan saya
bambang: “lha... kok malah diem...”
saya: “enggak ah, malu....”
bambang: “lha... biasanya ndak malu toh....”
bambang minta maaf dan berkata kalau dia sering memergoki saya ngeloco,
dan bertelanjang bulat di dalam kamar... saya malu sekali, tapi bambang
bilang kalau saya tidak usah malu karena dia suka sekali terhadap tubuh
saya yang indah seperti perempuan... mendengar itu saya malah jadi
makin terangsang
sebenarnya sudah sejak lama saya membayangkan bisa ngeloco di depan mata
bambang, tapi perasaan saya campur aduk antara terangsang, malu, takut,
yang membuat saya tidak bisa berpikir jernih lagi
bambang: “sama mas bambang ini... ngapain malu toh...”
tangan bambang membelai paha saya hingga pangkalnya
saya menjawab lemah: “tapi jangan bilang-bilang ibuk...”
bambang: “suer....”
sayapun menurunkan celana saya hingga lepas, dan karena takut baju saya
kena sperma, saya buka sekalian kaus Jiban saya hingga telanjang bulat
bambang terkekeh-kekeh: “lhaa.... kok wudho...?”
saya beralasan: “takut bajunya kotror”
bambang tertawa: “nek ngunu aku yo wudho sisan...”
bambangpun ikut bertelanjang bulat dan rebahan di samping saya.
otot-ototnya yang kecokelatan bertonjolan dengan indah, dan membuat saya
ingin mengusapnya. tapi saya hanya bisa menelan ludah. dan mata saya
menatap nanar
bambang: “kalau mau pegang pegang saja mas”
bambang berkata sambil membelai-belai paha saya
lalu dengan tangan gemetar sayapun menekan-nekan otot-otot pundak
bambang yang keras, lalu otot-otot dadanya yang bertonjolan, lalu
putingnya, dan otot-otot abdomennya yang membentuk sixpack dan
mengerucut membentuk huruf V pada penisnya yang besar
dengan jemawa, bambang membelai-belai batangnya, saya bilang batang
penis bambang bagus, besar, bambang pun mengarahkan tangan saya untuk
meremas batang penisnya, dan bagai kerbau dicocok hidungnya saya menurut
dan melingkarkan genggaman tangan pada penis bambang yang terasa keras
dan panas dalam tangan saya
bambang melirik penis saya, dan ia berkata bahwa saya memiliki ukuran
yang cukup besar jika dibandingkan dengan anak seumuran saya...
saya: “moshok toh?”
bambang mengangguk dan membelai puting dan penis saya, diciuminya leher
saya dan didorongnya saya rebah di atas lantai kamar saya yang berkarpet
saya: “mas... kamu... mau... apa...?”
bambang: “ssssst....diam saja mas yang ini.... uenak....” bisik bambang
lalu mulai ngeloco penis saya sambil mengulum puting susu saya... enak
sekali, tapi saya berusaha agar tidak mendesah dan membangunkan seisi
rumah... naluriah, tangan saya mendekap kepala bambang yang asyik
menjilati puting saya dan saya balik menciumi keningnya yang berpeluh
bambang pun mengatakan kalau tubuh saya bagus karena rajin berenang dan
iri sekali dengan wajah saya yang cantik dan kulit saya yang putih...
mendengar itu, dada saya berdesir dan membiarkan wajah saya diciumi
bambang sepuas hatinya..... dan ketika sebelah jari bambang membelai
lubang anal saya, saya meledak... sperma saya muncrat banyak sekali dan
saya memeluk bambang erat-erat...
saya: “maas..... mukakmu maaas.... ayu tenan.....”
bambang menciumi wajah saya penuh nafsu sambil mengocok batang penisnya
sendiri, dan memaksa saya untuk menghisap penisnya, karena jijik saya
menolak, tapi bambang mengatakan bahwa sayalah yang pertama kali
menggodanya
bambang menjambak rambut saya dan mengancam akan memberitahu perbuatan saya ke ibu jika saya menolak melakukan permintaannya
saya menangis dan terpaksa mengulum penisnya yang hitam sambil menahan jijik
si bambang: “isep mas!!! ndak usah pura-pura ndak mau! kamu kan toh yang dari dulu menggoda saya....”
bambang mendorongkan pinggulnya hingga batangnya yang besar itu terbenam
setenah di mulut saya yang mungil, rambut saya dijambak dan bambang
hanya merem-melek sambil memperkosa kepala saya, sampai akhirnya cairan
kental hangat di dalam mulut saya... saya menangis dan memuntahkan
sperma bambang....
melihat saya menangis, bambang minta maaf, tapi saya sudah kadung sakit
hati. kenapa dia tega sekali memaksa saya melakukan itu, padahal saya
benar-benar sayang kepadanya...
---------------
saya merasa kotor sekali setelah itu, sehingga saya menjauhi bambang
selama berbulan-bulan, bahkan ketika saya naik kelas dan bambang lulus
SMA dan pamit bekerja sebagai karyawan pabrik di kota S
sebelum berangkat, bambang minta maaf untuk terakhir kalinya. tapi saya
haya diam, dalam hati saya sudah memaafkan bambang, meski saya sendiri
tidak tahu kenapa saya tidak bisa mengucapkan sepatah katapun ketika bus
yang ditumpanginya menjauh
diam-diam saya merasa kesepian. bambang digantikan oleh mbok sum,
ibuk-ibuk gemuk yang sukanya mengomel karena rumah berantakan dan
ngedumel kalau disuruh belanja ke warung.
saya tidak berani bertelanjang bulat terlalu frontal seperti sebelumnya karena saya takut dilaporkan mbok sum pada ibuk
tapi lama-lama masturbasi seorang diri di dalam kamar tanpa adanya orang
yang menonton terlalu membosankan dan tidak bisa membuat saya birahi
seperti saya dulu biasa masturbasi sambil diintip oleh bambang
maka sayapun menunggu semua orang tertidur dan mengendap-endap keluar
dari kamar sambil berharap-harap tidak ada yang meihat saya dalam
keadaan ini... awalnya saya hanya berjalan-jalan di tempat jemuran dan
sumur belakang rumah sambil menikmati sensasi udara malam yang membelai
tubuh telanjang saya, sampai akhirnya saya nekat, dan mulai berjalan
hingga ke halaman depan dan menyelinap keluar pagar dengan jantung
berdebar-debar dan penis saya menegang hebat dan saya masturbasi
telanjang bulat di tengah jalan
perasaan tegang-takut ketahuan ini benar-benar membuat saya terangsang!
sampai akhirnya saya menangkap cahaya mobil yang mendekat dari ujung
gang, cepat-cepat saya melompat ke dalam parit dan mobil tetangga saya
lewat di atas kepala saya dan saya orgasme dengan nikmat sekali
bayangan tindakan apa yang akan saya terima seandainya saya terpergok
bertelanjang di tempat yang tidak semestinya; dari dipermalukan,
dihukum, sampai dilecehkan, justru membuat saya semakin merasa erotis
dan orgasme yang saya dapatkan justru semakin nikmat....
saya kira cuma saya seorang yang memiliki kelainan seperti ini....
sampai saya bertemu dengan Lin
--------------------------
awal bulan juni kami kedatangan murid baru. tumben-tumbennya, padahal
caturwulan kedua akan berakhir sebentar lagi. namanya Lin. berasal dari
Jakarta.
saya baca di surat kabar kalau di ibukota sedang terjadi kerusuhan.
mungkin Lin beserta keluarganya terpaksa pindah ke kota kami.
Lin keturunan tionghoa, rambut belah tengah, badannya tinggi dan putih
seperti saya, tapi berbeda dengan saya yang pemalu, Lin supel dan pandai
bergaul, sehingga dalam sekejap ia menjadi populer di kalangan
teman-teman....
agus teman sebangku saya bertanya: “kamu mau ikut?”
saya: “tumben saya diajak. kemana?”
agus: “ke rumahnya Lin, main playstation”
Lin yang duduk di belakang saya tersenyum ramah
Lin: “ayo, kamu ikut juga, saya tidak punya banyak teman di kota ini. mau ya! mau ya? mau ya?”
saya: “baiklah, tapi saya pinjam telepon untuk menelepon orang rumah.”
-------------------
hari itu hari terakhir ulangan umum, saya dan teman-teman bersepeda ke
tempat Lin. Lin tinggal di rumah pamannya, di daerah perumahan orang
kaya, rumahnya besar dan memiliki kolam renang di halaman belakang....
tantenya senang sekali teman-teman baru Lin datang dan memesankan dua
loyang pizza dan satu basket ayam kentucky yang merupakan makanan mewah
saat itu. kami bermain Playstation yang baru keluar tahun lalu, dan
setelah lelah bermain FIFA 98 Lin mengajak kami berenang
saya: “tapi saya tidak membawa celana renang...
Lin: “pakai cawat saja, tidak apa-apa!”
agus dan teman-temannya sehari-hari cuma mandi di empang langsung melompat norak dan mencebur masuk hanya dengan celana dalam
Lin: “ayoh!”
Lin mengompori, dan saya dengan malas melepas seragam saya hingga bersisa celana dalam putih saya
dan mata Lin tidak bisa lepas dari tubuh saya
Lin: “kamu atlet renang juga?”
saya mengangguk
Lin: “atlet sekolah atau klub?”
saya: “klub. sekolah kita sekolah negeri. tidak punya eskul renang.”
nada suaranya berubah antusias. Lin bercerita kalau sejak kelas I ia
bergabung di klub renang di Jakarta bahkan, dan benaran saja, badan Lin
benar-benar bagus.
Lin: “nanti ajak saya bergabung yah!”
saya: “boleh-boleh”
karena habis makan kami mengurungkan untuk tanding renang, hanya
berendam saja sampai tangan kami berubah keriput, dan kami membilas di
kamar mandi di rumah Lin bersama-sama, agus sudah pasti yang menjadi
paling norak dan bugil paling pertama dan diikuti oleh teman-teman saya
yang lain.
Lin menyusul melepas cawatnya diikuti saya dan berebut memenuhi bathtub
yang diisi air panas lalu saling membandingkan ukuran penis
masing-masing. saya yang sebenarnya sudah hampir ereksi tentu saja yang
paling besar, sehingga penis saya mulai membengkak eski belum sampai
berdiri tegak
(huft! gara-gara bambang sekarang saya jadi terangsang setiap kali dilihat orang lain dalam kondisi telanjang bulat!)
lagi-lagi agus yang punya ide konyol untuk lomba ngeloco yang disambut
serempak oleh teman-teman termasuk Lin, kami pun berbaris berjejer
sambil mengocok penis masing-masing, yang paling cepat yang menang (iya
aneh sekali memang)
berada dalam kondisi telanjang bulat di depan orang lain terang saja
membuat saya terangsang, apalagi teman-teman tak henti-henti memuji
tubuh saya dan Lin, terang saja saya yang sampai paling pertama
saya tersengal-sengal melihat ekspresi wajah teman-teman saya yang masih
bau kencur merem melek mencoba meraih puncak kenikmatan masing-masing.
Lin orgasme sambil meremas-remas buah pelernya sendiri. tubuhnya
mengejang dan membuat otot-ototnya yang indah tertarik dan menampakkan
guratan-guratan tendon yang luar biasa seksi. Lin melengguh erotis. dan
benihnya menyemprot hingga mengenai kaki saya
No comments:
Post a Comment