Wednesday 30 May 2018

Naked Diary 2

Lin adalah atlet yang jago, sungguh. dan setelah bergabung dalam klub renang yang sama, tak butuh waktu lama hingga kami berdua menjadi sahabat

Lin pernah sekali menginap di rumah saya, karena sampai sore kami mengerjakan pekerjaan prakarya, ibu saya senang sekali saya memiliki teman baru, beliau dan memasakkan kami cake tape untuk camilan...

kami bermain street fighter 2 di Super Nintendo saya sampai mengantuk, dan kami cuci-cuci dan berangkat tidur, Lin tidur di atas dipan saya, dan saya dengan kasur lipat yang digelar di bawah... permasalahannya saya sudah terbiasa tidur bugil, saya malu sekali kalau harus terus terang, takut dikira orang aneh....

sampai hampir tengah malam saya tidak bisa tidur...

akhirnya saya berpikiran hendak melepas saja baju saya dan bangun lebih pagi untuk mengenakannya kembali, tapi saya harus memastikan Lin sudah tidur terlebih dahulu...

saya berbisik: “Lin... Lin...”

Lin: “apa?”

ternyata Lin belum tidur

saya: “kamu belum tidur?”

Lin: “belum, kamu?”

saya: “sama, saya tidak bisa tidur...”

Lin: “sama...”

hening lama.... sampai akhrnya Lin buka suara

Lin: “aduuh... gimana cara saya bicaranya ya...?”

saya: “apaan?”

Lin: “saya buka baju boleh?..”

wajah Lin sudah mulai bersemu

saya: “wah panas ya? maaf, kamar saya tidak ada AC-nya seperti kamar kamu...”

Lin: “tidak, bukan itu masalahnya. tapi....."

saya: "tapi.... apa?"

Lin: "tapi kamu jangan bilang sama siapa-siapa!"

saya: "iya suer!"

Lin terdiam lama... wajahnya merah padam menahan malu

Lin: " saya tidak bisa tidur kalau masih pakai baju.”

saya: “lho, kamu juga suka tidur telanjang Lin?”

saya keceplosan

Lin: “kamu juga tidur telanjang?”

saya mengangguk dengan wajah bersemu

Lin: “wah, saya kira cuma saya yang aneh! hahaha!”

saya: “ssst....”

wajah saya tersipu-sipu, meski senang sekali bisa menemukan teman yang memiliki kelainan yang sama

Lin: “ya sudah, saya buka baju ya.... kamu kalau mau buka baju buka baju saja sana!”

kata Lin sambil membuka bajunya dan menyisakan celana dalam

saya meyisakan secarik penutup aurat yang sama

malam itu saya sulit sekali tidur, karena telanjang di depan orang lain benar-benar membuat saya merasa benar-benar erotis..... penis saya kembali tegang dan saya tutupi dengan guling agar tidak malu, sebenarnya saya ingin meloco tapi tidak enak karena ada Lin. saya melirik Lin, anak itu juga sepertinya tidak bisa tidur karena terdengar suara terkekeh-kekeh dari sebelah saya....

saya: “kenapa tertawa?”

Lin: “badan kamu... dari belakang mirip betul seperti anak perempuan....”

saya: “ya... hina saja terus! saya sudah sering dikatai seperti itu....”

Lin terkikik-kikik mendengar saya merajuk

pinggul saya memang berlekuk besar dengan pinggang kecil dan punggung putih mulus, tambahkan dengan wajah manis dan rambut saya yang panjang sedagu, maka orang akan salah mengira saya sebagai perempuan

saya menoleh ke arah Lin, dan celana dalamnya sudah turun hingga lutut....

Lin membelai penisnya yang tegang. saya menelan ludah

Lin: “saya ngeloco dulu ya, biar bisa tidur.... ”

saya: “kenapa tanya ke saya?”

Lin: “soalnya saya takut kamu risih,”

lalu Lin membalik badan memunggungi saya, tapi tangannya terlihat bergerak-gerak di antara paha

Lin: kamu gak sekalian?”

dada saya langsung berdesir.... sebenarnya dari tadi saya sudah ingin masturbasi, dan kata-kata Lin membuat di perut saya seperti ada sumbat yang dibuka...

Lin hanya tersenyum kecil melihat saya mulai mengocok batang saya di depan matanya....

saya berusaha mati-matian menahan diri agar tidak mengeluarkan desahan agar tidak membangunkan orang, tapi tetap saja lengguhan tertahan keluar dari bibir saya... tubuh telanjang saya menggeliat-geliat keenakan, sengaja saya mengeluarkan gerakan-gerakan saya yang paling erotis karena mata Lin yang menatap nanar ke arah saya. bibirnya terbuka secelah dan mengeluarkan desahan-desahan mengundang. dan tangannya bergerak membelai dan meremas penisnya sendiri sambil menyaksikan saya masturbasi.

dan saya tidak bisa tahan lagi, saya muncrat nikmat sekali sampai saus saya menyemprot hingga dada dan wajah, saya masih mengejang nikmat waktu mendengar suara lengguhan Lin dan sausnya yang menyemprot hingga paha dan perut saya....

kami tersengal-sengal dengan wajah bersemu dan tubuh yang dipenuhi dengan cairan kental... Lin membersihkan ceceran benihnya di tubuh saya dengan tissue dan minta maaf karena dia terlalu bersemangat, saya bilang tidak apa-apa... Lin lalu mengajak saya membersihkan diri bersama di kamar mandi, dan tentu saja saya mau....

suara jangkrik masih terdengar ketika dari dalam kamar mandi teredengar kucuran air keran yang dibuka.... saya dan Lin membasuh diri dari ceceran sperma yang lengket sambil menyabuni satu sama lain... hingga tanpa sadar penis kami kembali ereksi dan kami saling mengocok penis sampai muncrat...

ternyata dikocokin itu enak, saya baru menyadarinya... sensasinya berbeda antara mengocok penis sendiri dengan diremas-remas oleh orang lain... sejak acara menginap di rmah saya itu saya selalu terbayang adegan ketika mandi bersama.... Lin dan saya saling meloco burung hingga muncrat, rasaya tidak bisa saya lupakan...

diam-diam saya ingin diloco lagi oleh Lin, tapi saya takut dikira orang aneh kalau secara terus terang mengatakan hal itu kepadanya meskipun sekarang kami sudah menjadi sahabat karib... jadinya saya hanya bisa masturbasi sambil membayangkan al itu sendirian....

akhirnya kesempatan itu datang di penghujng kelas V, waktu itu kami baru saja selesai berlatih renang.... saat itu kolam renang sedang ramai oleh anak-anak SMA yang melakukan pengambilan nilai penjaskes, kira-kira ada sekitar ratusan anak-anak SMA yang memenuhi kolam renang

karena ruang ganti yang sedang ramai-ramainya kami terpaksa menggunakan satu ruang ganti berdua....

Lin: “kamu sejak kapan suka tidur telanjang?”

saya: “sejak awal kelas lima...”

Lin: “oooh....”

saya: “dan kalau di kamar saya selalu polos...”

saya berkata jujur, kami berbicara pelan, Lin menghanduki pundak saya

Lin: “kalau meloco bareng teman...?”

saya: “ya sama kalian itu....”

Lin tertawa, dan berkata kalau dia dan teman-temannya biasa meloco di ruang ganti seperti ini

Lin mengatakan di klub renang lamanya di Jakarta, hanya berisi anak-anak orang kaya, dari usia SD sampai SMA, dan klub elit itu memiliki kebiasaan yang disebutnya ‘adik-kakak-asuh’. Lin memiliki seorang ‘kakak asuh’, anak kelas II SMA yang menjadi pelatih pribadinya.

tandem ‘kakak-adik asuh’ ini biasanya dipasangkan pelatih dari awal bergabung hingga sang senior lulus, dan sang junior mentas jadi senior dan mendapatkan adik asuh baru. hingga tak jarang kakak dan adik asuh sangat akrab. Lin mengaku sering diminta kakak asuhnya meloco penis sewaktu mandi.....

oh,,,, saya manggut-manggut. pantas Lin tidak risih kami saling meloco waktu itu

Lin bertanya apakah saya juga pernah memiliki ‘kakak asuh’ seperti dirinya? saya menjawab jujur dan menceritakan pengalaman sensual saya dengan bambang.....

Lin berkata: “oooh.... pantas....”

saya hanya bisa terperenyak karena tangan Lin sudah menggenggam penis saya erat-erat dan mulai mengocoknya pelan seperti yang pernah kami lakukan waktu itu. nafas saya langsung tertahan. saya takut benar terpergok oleh anak-anak SMA itu, tapi sensasi tegang-takut ketahuan ini benar-benar membuat saya merasa semakin erotis dan terangsang hebat sampai sampai kepala saya terasa ringan dan saya pasrah saja dikerjai oleh Lin

saya berbisik: “Lin... kamu mau apa...?”

Lin tidak menjawab dan memasang senyum berandal di wajahnya yang jantan

puting saya digelitikinya dan pundak saya yang basah diciuminya. saya mengerang pelan, dan tanpa sadar tangan saya melingkar di pinggangnya, hingga penisnya yang mengeras terasa menempel di paha saya

Lin berbisik di telinga saya: “kamu suka?”

saya mengangguk tersengal, dan Lin mulai menciumi leher saya dan turun mengulum puting saya. enak sekali. dan saya mulai menikmati perlakuan anak ini sehingga tanpa sadar saya mendekapnya erat-erat, mengusap kepalanya yang terbenam di dada saya sambil menciumi keningnya yang lembap

saya mendengar suara terbahak-bahak anak-anak SMA yang bergabung ramai-ramai dalam satu bilik di samping kami, sementara di depan kami terdengar umpatan-umpatan dalam bahasa setempat ketika anak-anak itu saling tempeleng dan berebut memasuki bilik sempit...

saya membayangkan kalau kami dipergoki dan dicabuli beramai-ramai seperti yang saya saksikan dalam film biru... dan saya jadi semakin terangsang dan muncrat nikmat sekali.... saya sampai memeluk Lin erat-erat agar tidak rubuh ketika benih saya menyemprot di dalam genggaman tangannya....

saya menatap nanar ke arahnya, berharap kalau Lin bakal meminta saya melakukan hal yang sama terhadapnya, tapi Lin hanya tersenyum cuek dan memakai pakaiannya kembali seperti tak mempedulikan saya yang masih dilanda birahi...
 
waktu saya kelas VI, teman-teman saya sudah saling pacar-pacaran, meski hanya saling berkirim surat cinta yang ditulis di atas kertas loose leaf bergambar westlife atau winnie the pooh yang dijual di depan sekolah.

“tapi kita tidak berpacaran,” tegas Lin. “karena kalau cowok-cowok berpacaran itu namanya tidak normal”

saya tidak tahu kenapa itu disebut tidak normal, tapi saya senang sekali karena setiap akhir saya senang sekali karena setiap akhir pekan, saya selalu menginap di rumah Lin, atau dia yang menginap di rumah saya.... dan karena tahu kebiasaan aneh masing-masing yakni tidur telanjang, kami jadi tidak sabar menunggu orang-orang rumah sedang tidur untuk melepas pakaian hingga polos lalu saling masturbasi...

biasanya kami tidur bersisian dan saling berciuman sambil meraba-raba tubuh masing-masing, dan Lin yang lebih agresif akan langsung merangkak di atas tubuh saya dan menjilati puting dan menggesek-gesekkan penisnya di paha saya.... saya yang tidak memiliki pengalaman cuma bisa mengeluarkan erangan-erangan seksi sambil memeluknya erat-erat.... rasanya seperti film porno yang saya tonton, tapi bedanya kami sama-sama laki-laki... dan kami sama-sama bau kencur.... (waktu itu saya belum tahu apa itu homo)....... tapi saya benar-benar sayang kepada Lin....saya hanya memeluk Lin yang menindih saya dan meremas-remas pantatnya, sementara penis saya mengesek-gesek di perutnya dan penis Lin menggesek-gesek di atas paha saya...

dan kepala Lin semakin bergerak turun menciumi perut saya sehingga ia berlutut di antara paha saya, dan saya merasakan penis saya masuk ke dalam lubang mulutnya seperti yang saya lihat di film porno. saya mengerang lemah. dan kaki saya dinaikkan ke atas pundaknya sehingga Lin bisa leluasa mengemut buah peler saya, bahkan menjilati lubang anus saya. saya menggeleng-geleng kegelian dan menjambaki rambutnya antara memohon berhenti dan memohon agar Lin terus menyiksa saya dengan siksaan nikmat ini..

Lin tersenyum dan menciumi wajah saya sambil mengocok penis saya, karena sudah benar-benar bernafsu saya menciumi wajahnya sambil meremas-remas penisnya.... Lin berbisik agar saya mau melakukan hal yang sama... sebenarnya saya merasa jijik, tapi karena benar-benar sayang kepadanya saya pun menurut ketika disuruh mejilati penisnya.... awalnya saya merasa jijik karena itu lubang kencing, tapi karena benar-benar sudah terangsang saya sudah tidak bisa berpikir apa-apa lagi...

Lin mendesah-desah keenakan... dia bilang kalau dia suka sekali dihisap penisnya oleh saya... dan saya terlihat cantik sekali ketika sedang menghisap penisnya.... senang sekali saya mendengarnya, sehingga saya sudah tidak merasa jijik lagi....

karena Lin hampir mucrat, ia meminta saya mencium bibirnya... dan sayapun naik ke atas tubuh Lin dan mulai menggerakkan pinggul saya sehingga penis kami saling bergesekan... kami berciuman dengan panas dan tubuh kami sudah dipenuhi dengan keringat.... saya yang orgasme lebih dulu, tubuh saya yang belum berbulu kejang-kejang dalam pelukan Lin, diikuti dengan lengguhan nikmat Lin ketika cairan cintanya ikut menyemprot di atas paha saya......

------------------------------

besok paginya, kami mandi berdua di dalam kamar mandi dalam di kamar Lin.... setelah puas berendam dalam bath tub sambil berciuman.... Lin menyabuni tubuh saya dari belakang, sambil memainkan puting saya. saya merasakan bibirnya yang terbenam di pundak saya dan penisnya yang tegang menggesek-gesek belahan pantat saya. saya menoleh dan Lin langsung melumat habis bibir saya, memepet saya ke dinding dengan tangan kanannya yang menyabuni penis saya dan penisnya yang digesek-gesek di antara belahan pantat saya.... enak sekali rasanya, sehingga lutut saya terasa lemas dan saya hanya menurut saja ketika direbahkan di atas lantai kamar mandi yang dingin....

Lin merangkak di atas tubuh saya, menggesek-gesekan penisnya yang berselemak buih licin di atas tubuh saya sambil menjilati puting saya, saya sudah benar-benar terangsang sehingga tidak bisa berpikir lagi ketika Lin berlutut antara paha saya yang terbuka dan kembali mengocok penis saya dengan tangan kanannya... tapi kali ini tangan kirinya memijat-mijat selangkangan saya.... dilumurinya selangakngan saya sampai lubang anus dengan buih sabun licin seperti menceboki saya... amboi... nikmatnya luar biasa ketika jari-jari mungil Lin membelai-belai lubang anus saya sambil tangan kanannya mengocok-ngocok penis saya, apalagi ketika jarinya masuk dan memijat satu titik di dalam lubang anus saya (kelak saya tahu itu namanya kelenjar prostat)... saya sampai megap-megap dan mengeluarkan air mata saking enaknya....

Lin bilang, seniornya di klub dulu biasa memaksanya melakukan ini, dan Lin pernah dibeginikan, dan rasanya enak sekali....

saya hanya bisa menjawab dengan erangan-erangan seksi, kocokan Lin di penis saya, dan pijatan jarinya di anus saya membuat saya sudah tidak bisa berpikir apa-apa lagi.... saya hanya merasakan, Lin mengangkat kedua paha saya dan diletakkan di atas pahanya, dan tubuh saya seperti dipenuhi oleh benda asing.... saya mengap-megap, kejang-kejang hebat, ketika saya mengalami orgasme saya yang paling mengagumkan, sehingga sperma saya muncrat memenuhi dada dan paha saya....

melihat saya orgasme, Lin pun melengguh panjang, dan saya merasakan lubang anus saya dipenuhi dengan cairan hangat.... Lin terenggah-enggah dan mencabut penisnya dari lubang anus saya...

kami mengatur nafas, dan saya memeluk Lin yang terenggah-enggah di atas tubuh saya..... Lin menciumi bibir saya, dan kemudian kami berendam dan membersihkan diri di dalam bath tub....

-------------------------------

setelah itu saya dan Lin sempat mengulangi hal ini, kadang saya yang jadi perempuan, kadang Lin yang meminta lubang anusnya saya masuki... meski saya lebih senang menjadi pihak yang lebih feminim dan membiarkan Lin melumat habis setiap relung-relung tubuh saya...

sayangnya kebersaman saya dan Lin tidak lama, Lin bilang dia akan pindah menyusul orang tuanya yang sudah lebih dahulu berada di singapura, mendengar itu tentu saya sedih, tapi Lin bilang nanti pindahnya setelah kenaikan kelas, dan di tempat itu orang-orang tionghoa tidak diperlakukan seperti di Jakarta.

ketika saya mengantar Lin ke bandara, ia bilang saya tidak usah sedih, karena dia akan berkirim surat.

beberapa bulan berikutnya kami masih rajin berkirim surat, sampai akhirnya balasan Lin datang semakin jarang, dan akhirnya Lin berhenti membalas surat saya sama sekali

dan saat itulah saya mengalami patah hati saya yang pertama.

No comments:

Post a Comment