Aku ada kenalan om2, tinggal deket aku kos, sering si ngajak aku ngobrol
kalo pas amprokan didepan kosku atau didepan rumahnya. Makin lama makin
akrab sehingga tu om sering ngajak ku jalan, sekedar jajan atau nonton.
Ku iyain aja ajakannya, lumayan kan ditraktir gitu, cuma ya karena dah
makin akrab, kalo becanda si om makin vulgar, walaupun dia blon perna
ngajakin aku bermesum ria. Dia tinggal sendiri dirumahnya, aku gak perna
nanya dia dah kluarga atau belum, bukan urusanku kan, yang penting bisa
hepi2 ma si om lah.
Sampe satu saat, si om ngajakin aku nemenin dia kluar kota. Dia ada
kerjaan ke kota itu, karena deket katanya mo pulang hari, dia bilang
suka bete kalo nyopir ndirian. Wah seneng banget aku diajak kluar kota
berdua aja, cuma aku malu aja mo terus terang pake acara mesum gak, kalo
diajak ya aku gak bakal nolak lah. Dia ngajakin aku ngobrol ja
sepanjang jalan sambil becanda2, aku sering tertawa geli mendengarkan
guyonannya yang makin lama makin vulgar. "Om gak nginep kan", sengaja
aku mancing2. "Kalo nginep kamu mau mangnya". Aku diem tersipu malu.
"Kalo mau ya ayuk, aku juga dah lama banget pengen gelutin kamu Nez",
dia menjawab terus terang. "Kok Inez om, kan banyak abege yang lebi
sexy". "Kamu imut Nez, itu yang lebi napsuin dari yang laen. Mau kan ma
aku". "Ya maulah, om ganteng gini". "Kalo tau dah aku gelutin kamu dari
dulu". "Kita sekarang kemana om". "Ya ketempat yang asik dong". "Katanya
mo ngurus kerjaan, mangnya mo kemana om". "Ini juga soal kerjaan kan,
mo ngerjain kamu kan", jawabnya sambil tertawa. "Kita ke resort air
panas alam ja yuk, deket2 sini kok, bisa berendem di aer panas yang
alami, asik kan". "Cuman mo brendem ja ya om". "brendem dulu, abis itu
baru ..." jawab si om sambil tertawa.
Sesampainya di resort, si om ke front office, cek innya cepet. Mobil
meluncur menuju ke cottage yang ditentukan. Kamarnya besar dengan tempat
tidur besar, ada seperangkat sofa, tv, lemari es, dispenser air panas
dan dingin, serta meja rias dan kaca yang besar. Kamar mandinya juga
besar karena ada kolam kecil untuk berendem air panas alam, hanya
warnanya sudah kusam karena katanya air panas alam mengandung belerang
sehingga memudarkan warna porselen sehingga warnanya kekuning coklatan
gitu, gak bisa ilang walau disikat tiap ari. Di kamar mandi ada juga
shower, wc dan meja rias serta kaca yang juga besar. Ada sepasang kimono
digantung dibalik pintu kamar mandi, aku melepas baju luarku dan
mengenakan kimono tadi. Pakean kotor kumasukkan ke kantong plastik yang
sebenarnya untuk laundry. "wah dah siap neh". "Ngantuk om", memang dah
sore ketika itu. "Ya udah kamu bo2 dulu ja biar seger ya".
Gak lama aku dah terlena diranjang. waktu terbangun hari dah gelap, si
om gak da dikamar tidur, rupanya dia lagi berendem sendirian. Aku
terkejut melihat si om yang buluan gitu, "he he da gorila lagi
berendem". "Dah buka kimononya, ikutan berendem yuk". "Gak ah", aku
keluar dari kamar mandi, duduk disofa sembari ngidupin tv. Si om nyusul
hanya dengan bersarung anduk, dia duduk disebelahku. "Kok malu2 si Nez,
katanya pengen". Dengan cepat kedua tangannya yang penuh dengan bulu
tersebut memelukku dan mendekap ke tubuhnya. Si om memegang kedua
lenganku bagian atas dekat bahu, sambil mendorong badanku hingga
tersandar pada sofa. Tangan kanannya dengan cepat mulai mengurai ikatan
kimono yang kupake. Aku hanya bisa menggeliat-geliat kegelian karena
sembari membuka ikatan kimononya si om ngegelitikin pinggangku. Sebentar
saja kimononya telah terbuka, sehingga kelihatan tokedku yang masi
ditutupi dengan BH yang berwarna putih bergerak naik turun mengikuti
irama nafasku. Perutku yang rata dan mulus itu terlihat sangat mulus dan
merangsang. Tangan kanan si om bergerak ke belakang badanku dan membuka
pengait BH. Kemudian dia menarik lepas BH tersebut dan sekarang
terpampang kedua tokedku yang imut dengan pentilnya yang coklat muda
agak tegang naik turun dengan cepat karena nafasku yang tidak teratur.
Si om mulai mencium belakang telingaku dan lidahnya bermain-main di
dalam kupingku. Hal ini menimbulkan perasaan yang sangat geli, yang
menyebabkan badanku menggeliat-geliat dan tak terasa aku mulai
terangsang juga oleh permainan si om. Mulut si om berpindah dan melumat
bibirku dengan ganas, lidahnya bergerak-gerak menerobos ke dalam mulutku
dan menggelitik-gelitik lidahku. “aahh…, hmm…, hhmm”, terdengar suara
menggumam dari mulutku yang tersumbat oleh mulut si om. Badanku yang
tadinya tegang mulai agak melemas, mulut si om sekarang berpindah dan
mulai menjilat dari dagu turun ke leher, kepalaku tengadah ke atas dan
badanku melengkung ke depan, ke arah si om, tokedku menantang ke arah si
om. Si om langsung bereaksi, tangan kanannya memegangi bagian bawah
tokedku, menciumi dan mengisap-isap kedua pentilnya secara bergantian.
Mulanya toked kanan menjadi sasaran mulut si om. Tokedku hampir masuk
semuanya ke dalam mulut si om yang mulai mengisap-isapnya dengan lahap.
Lidahnya bermain-main pada pentilku yang segera bereaksi menjadi keras.
Terasa sesak napasku menerima permainan si om yang lihai itu. Badanku
terasa makin lemas dan dari mulutnya terus terdengar erangan, “Sssshh…,
ssssshh…, aahh…, aahh…, ssshh…, sssshh, teeruussiinn om”, mulut si om
terus berpindah-pindah dari toked kiri, ke kanan, mengisap-isap dan
mejilat-jilat kedua pentilku secara bergantian selama kurang lebih lima
menit. Aku benar-benar telah lemas menerima perlakuan ini. Mataku
terpejam dan kedua pentilku telah benar-benar mengeras.
Dalam keadaan terlena itu tiba-tiba badanku tersentak, karena aku
merasakan tangan si om mulai mengelus-elus pahaku yang terbuka. Aku
hanya bisa mengerang, “tteeerruusiin om”. Aktivitas tangan si om makin
ditingkatkan, terus bermain-main di pahaku dan secara perlahan-lahan
merambat ke atas dan, tiba-tiba jarinya menyentuh bibir memekku. Segera
badanku tersentak dan melenguh “aahh…”, mula-mula hanya ujung jari
telunjuk si om yang mengelus-elus bibir memekku yang tertutup CD, akan
tetapi tak lama kemudian tangan kanan si om menarik CDku sehingga lepas.
Sekarang aku dalam posisi duduk di sofa bertelanjang bulat. Mukaku
merah merona dengan mata yang terpejam sayu, aku menggigit bibir bawahku
yang bergetar karena dorongan birahiyang tak terbendung. Melihat
ekspresi mukaku seperti itu, makin membangkitkan nafsu si om.
Aku terkejut melihat kont0l si om nongol dari belahan anduk yang
dikenakannya. Benda tersebut hitam besar kelihatan gemuk dengan urat
yang melingkar, sangat panjang, sampai di atas pusar lelaki tersebut,
dengan besarnya kurang lebih 6 cm dan kepalanya berbentuk bulat lonjong
seperti jamur. Tak terasa dari mulutku terdengar jeritan tertahan,
“Iiihh besarnya”, aku merinding. Aku belum pernah melihat kont0l sebesar
itu, “Bisa jebol memek Inez dimasuki kont0l om”, kataku. "ya enggaklah
Nez, malah nikmat lagi". Aku tak dapat menyembunyikan kekagumanku. Si
om menatap mukaku yang sedang terpesona dengan mata terbelalak dan mulut
setengah terbuka itu, “Kamu cantik sekali Nez…”, gumam si om mengagumi
kecantikanku. "memang bener kata orang abege tu sangat merangsang kalo
dah telanjang". Kemudian dengan lembut si om menarik tubuhku ke
pelukannya. Dia kemudian beranjak dari sofa, langsung kedua tangannya
memegang kedua kakiku, bahkan dengan gemas ia mementangkan kedua belah
pahaku lebar-lebar.
Matanya benar-benar nanar memandang daerah di sekitar selangkanganku
yang telah terbuka itu. Nafas laki-laki itu terdengar mendengus-dengus
memburu. Aku sendiri merasakan badanku amat lemas dan perasaanku mulai
diliputi oleh suatu sensasi yang mengila, apalagi melihat tubuh si om
yang besar berbulu dengan kontolnya yang hitam, besar yang pada ujung
kepalanya membulat mengkilat dengan pangkalnya yang ditumbuhi jembut
hitam lebat terletak diantara kedua paha yang hitam gempal itu.
Sambil memegang kedua pahaku dan merentangkannya lebar-lebar, si om
membenamkan kepalanya di antara kedua pahaku. Mulut dan lidahnya
menjilat-jilat penuh nafsu di sekitar memekku yang yang masih rapat,
tertutup jembut halus itu. Aku hanya bisa memejamkan mata, “Ooohh…,
nikmatnya…, ooohh!”, gumamku, sampai-sampai tubuhku bergerak
menggelinjang-gelinjang kegelian. “Ooooohh…, hhmm!”, terdengar rintihan
halus, memelas keluar dari mulutku. “Om…, Inez tak tahan lagi…”, aku
merengek memelas sambil menggigit bibir. Sungguh aku tidak bisa menahan
lagi, aku telah diliputi nafsu birahi, perasaan nikmat yang melanda di
sekujur tubuhku akibat serangan-serangan mematikan yang dilancarkan si
om. Namun rupanya si om tidak peduli, bahkan amat senang melihat aku
sudah sangat bernapsu itu.
Tangannya yang melingkari pantatku, kini dijulurkan ke atas, menjalar
melalui perut ke arah dada dan mengelus-elus serta meremas-remas kedua
tokedku dengan sangat bernafsu. Menghadapi serangan bertubi-tubi yang
dilancarkan si om, aku benar-benar sangat kewalahan dan memekku telah
sangat basah kuyup. “Om…, aakkhh…, aakkkhh!”, aku mengerang halus, kedua
pahaku yang jenjang mulus menjepit kepala si om, kujambak rambut si om
keras-keras, perasaan dan pikiranku telah diliputi olen nafsu birahi
yang menuntut untuk dituntaskan. Aku benar-benar telah ditaklukan oleh
permainan si om yang sangat membangkitkan gairahku.
Tiba-tiba si om melepaskan diri, kemudian bangkit berdiri di depanku
yang masih terduduk disofa, ditariknya aku ke arah kontolnya. Aku sudah
tahu apa yang diinginkan si om. tangan si om meraih belakang kepalaku
dan dibawa mendekati kontolnya. Segera kepala kontolnya telah terjepit
di antara kedua bibir mungilku, aku membuka mulut selebar-lebarnya, lalu
mulai mengemut kont0l si om hingga membuat si om melek merem keenakan.
Benda itu hanya masuk bagian kepala dan sedikit batangnya saja ke dalam
mulutku yang kecil, itupun sudah terasa penuh benar. Aku hampir sesak
nafas dibuatnya. Aku menghisap, mengulum serta mempermainkan batang itu
keluar masuk ke dalam mulutku. Terasa benar kepala kont0l itu bergetar
hebat setiap kali lidahku menyapunya.
Beberapa saat kemudian si om melepaskan diri, ia berlutut didepan sofa,
menarik badanku selonjor di sofa, kaki kiriku diangkatnya agak melebar
ke samping, di pinggir pinggangnya tersebut. Tangan kanan si om
menggenggam batang kontolnya yang besar itu dan kepala kontolnya yang
membulat itu digesek-gesekkannya pada itil dan bibir memekku sehingga
aku merintih-rintih kenikmatan dan badanku tersentak-sentak. Si om terus
berusaha menekan kontolnya ke dalam memekku yang memang sudah sangat
basah itu, akan tetapi sangat sempit untuk ukuran kont0l si om yang
besar itu. Pelahan-lahan kepala kont0l si om menerobos masuk membelah
bibir memekku. Ketika kepala kont0l si om menempel pada bibir memekku,
aku merasa geli karena si om memainkan kepala kontolnya pada bibir
memekku.
tiba-tiba si om menekan pantatnya kuat-kuat ke depan sehingga pinggulnya
menempel ketat pada pinggulku, jembut lebat pada pangkal kont0l si om
tersebut mengesek pada kedua pahaku bagian atas dan bibir memekku yang
makin membuat aku kegelian, sedangkan seluruh batang kontolnya amblas ke
dalam memekku. Dengan tak kuasa menahan diri, dari mulutku terdengar
jeritan halus tertahan, “ooooooohh.., aahh, besar banget om, ampe sesek
memek Inez keiisi kont0l om”, badanku tertekuk ke atas dan kedua
tanganku mencengkeram dengan kuat pinggang si om. Perasaan sensasi luar
biasa menguasai diriku, hingga badanku mengejang beberapa detik. Si om
cukup mengerti keadaanku, ketika dia selesai memasukkan seluruh batang
kontolnya, dia memberi kesempatan memekku untuk bisa menyesuaikan dengan
kontolnya yang besar itu. Aku mulai bisa menguasai diri.
Beberapa saat kemudian si om mulai menggoyangkan pinggulnya, mula-mula
perlahan, kemudian makin lama semakin cepat. Seterusnya pinggul si om
itu bergerak dengan kecepatan tinggi diantara kedua pahaku. Aku berusaha
memegang lengan si om, sementara tubuhku bergetar dan terlonjak dengan
hebat akibat dorongan dan tarikan kont0l si om tersebut pada memekku,
gigiku bergemeletuk dan kepalaku menggeleng-geleng ke kiri kanan. “Om…,
aahh…, ooohh…, ssshh”, sementara si om terus mengentoti aku dengan
ganas. Aku sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiap kali si om
menggerakkan tubuhnya, gesekan demi gesekan di dinding liang memekku,
sungguh membuat aku melayang-layang dalam sensasi kenikmatan yang belum
pernah aku alami. Setiap kali si om menarik kontolnya keluar, aku merasa
seakan-akan sebagian dari badanku turut terbawa keluar dari tubuhku dan
pada gilirannya si om menekan masuk kontolnya ke dalam memekku, maka
itilku terjepit pada batang kont0l si om dan terdorong masuk kemudian
tergesek-gesek dengan batang kont0l si om yang berurat itu. Hal ini
menimbulkan suatu perasaan geli yang dahsyat, yang mengakibatkan seluruh
badanku menggeliat dan terlonjak, sampai badanku tertekuk ke atas
menahan sensasi kenikmatan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.
Si om terus menngentoti aku dengan cara itu.
Sementara tangannya yang lain tidak dibiarkan menganggur, dengan terus
bermain-main pada bagian dadaku dan meremas-remas kedua tokedku secara
bergantian. aku dapat merasakan pentilnya sudah sangat mengeras. Aku
bisa melihat bagaimana batang kont0l yang hitam besar itu keluar masuk
ke dalam liang memekku yang sempit. Aku selalu menahan nafas ketika
benda itu menusuk ke dalam. Memekku hampir tidak dapat menampung ukuran
kont0l si om yang super besar itu.
Aku berusaha menggerakkan pinggul, akan tetapi paha, bokong dan kakiku
mati rasa. tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang aneh di dalam tubuhku.
Saat itu aku tahu dengan pasti, aku akan mengalami orgasme yang luar
biasa dahsyatnya. sampe akhirnya terdengar erangan panjang keluar dari
mulutku, “Ooooh…, ooooooh…, aahhmm…, ssstthh!”. Aku melengkungkan
punggungku, kedua pahaku mengejang serta menjepit dengan kencang,
menekuk ibu jari kakiku, membiarkan bokongku naik-turun berkali-kali,
keseluruhan badanku berkelonjotan, menjerit serak dan akhirnya larut
dalam orgasme total yang dengan dahsyat melandaku, tubuhku merasakan
lemas seakan-akan seluruh tulangku copot berantakan. Aku terkulai lemas
tak berdaya di sofa dengan kedua tanganku terentang dan pahaku
terkangkang lebar-lebar dimana kont0l hitam besar tetap terjepit di
dalam liang memekku Selama proses orgasme yang kualami ini berlangsung,
memberikan suatu kenikmatan yang hebat yang dirasakan oleh si om, dimana
kontolnya yang masih terbenam dan terjepit di dalam liang memekku dan
merasakan suatu sensasi luar biasa, batang kontolnya serasa terbungkus
dengan keras oleh sesuatu yang lembut licin yang terasa mengurut-urut
seluruh kontolnya, terlebih-lebih pada bagian kepala kontolnya setiap
terjadi kontraksi pada dinding memekku, yang diakhiri dengan siraman
cairan panas. Perasaan si om seakan-akan menggila melihat aku tergelatak
pasrah tak berdaya di hadapannya dengan kedua paha yang halus mulus
terkangkang dan bibir memek yang mungil itu menjepit dengan ketat batang
kontolnya yang hitam besar itu.
beberapa menit kemudian si om membalik tubuhku yang telah lemas itu
hingga sekarang aku setengah tertelungkup di sofa dengan kaki
mengangkang dan posisi pantatku menungging ke arah si om. Si om ingin
melakukan doggy style rupanya. Tangan si om kini lebih leluasa
meremas-remas kedua tokedku yang kini menggantung. Dengan kedua kaki
setengah tertekuk sambil berdiri, secara perlahan-lahan si om
menggosok-gosok kepala kontolnya yang telah licin oleh cairan pelumas
yang keluar dari memekku pada permukaan lubang pantatku yang menimbulkan
suatu sentakan kejutan, kemudian menempatkan kepala kontolnyanya pada
bibir memekku dari belakang. Dengan sedikit dorongan, kepala kont0l
tersebut membelah dan terjepit dengan kuat oleh bibir memeku lagi. Kedua
tangan si om memegang pinggulku dan mengangkatnya sedikit ke atas dan
mendorong pantatnya ke depan, sehingga disertai keluhan panjang yang
keluar dari mulutku, “Oooooooh!”, kont0l si om kembali menerobos masuk
ke dalam liang memekku. Si om terus menekan pantatnya sehingga perutnya
yang bebulu lebat itu menempel ketat pada pantatku. Selanjutnya dengan
ganasnya si om memainkan pinggulnya maju mundur dengan cepat sambil
mulutnya mendesis-desis keenakan merasakan kontolnya terjepit dan
tergesek-gesek di dalam lubang memekku yang ketat. kini aku kewalahan
menghadapi si om yang ganas dan kuat itu. Laki-laki itu benar-benar luar
biasa tenaganya. Sudah hampir setengah jam ia melakukan aktivitasnya
dengan tempo permainan yang masih tetap tinggi dan semangat tetap
menggebu-gebu.
Kemudian si om merubah posisi permainan, dengan duduk disofa dan aku
ditariknya duduk menghadap sambil mengangkang pada pangkuannya. Si om
menempatkan kontolnya pada bibir memekku dan mendorongnya sehingga
kepala kontolnya masuk terjepit dalam liang memekku, sedangkan tangan
kirinya memeluk pinggulku dan menariknya merapat pada badannya, sehingga
secara perlahan-lahan tapi pasti kont0l si om menerobos masuk ke dalam
memekku. Tangan kanan si om memeluk punggungku dan menekannya
rapat-rapat hingga kini badanku melekat pada badan si om. Kedua tokedku
terjepit pada dada si om yang berbulu lebat itu dan menimbulkan perasaan
geli yang amat sangat pada kedua pentilku setiap kali bergesekan dengan
bulu dada si om. Kepalaku tertengadah ke atas, dengan mataku setengah
terkatup menahan kenikmatan yang melandaku sehingga dengan bebasnya
mulut si om bisa melumat bibirku yang agak basah terbuka itu. Aku mulai
memacu dan terus menggoyang pinggulku, memutar-mutar ke kiri dan ke
kanan serta melingkar, sehingga kont0l yang besar itu seakan
mengaduk-aduk dalam memekku sampai terasa di perut. Tak berselang
kemudian, aku merasakan sesuatu yang sebentar lagi akan kembali
melandanya, "Terus…, terus om", lenguhku. Dan ketika klimaks itu datang
lagi, “Aaduuuh…, eeeehm”, aku memekik lirih sambil menjambak rambut
laki-laki yang memelukku dengan kencang itu. Sekujur tubuhku mengejang,
terhentak-hentak di atas pangkuan si om. Sungguh hebat rasa kenikmatan
orgasme kedua yang melanda diriku.
Kemudian kembali laki-laki itu menggendong dan meletakkan aku di pinggir
ranjang dan kedua kakinya terjulur ke lantai. Si om mengambil posisi
diantara kedua pahaku yang ditariknya mengangkang, dan dengan tangan
kanannya menuntun kontolnya ke dalam lubang memekku yang telah siap di
depannya. Laki-laki itu mendorong kontolnya masuk ke dalam dan menekan
badannya setengah menindih tubuhkug yang telah pasrah oleh
kenikmatan-kenikmatan yang diberikan oleh lelaki tersebut. Si om memacu
keras untuk mencapai klimaks. Desah nafasnya mendengus-dengus sementara
goyangan pinggulnya pun semakin cepat dan kasar. Peluhnya sudah penuh
membasahi sekujur tubuhnya dan tubuhku yang terkapar lemas. Si om itu
terus berpacu diantara kedua pahaku, badanku terlonjak-lonjak mengikuti
tekanan dan tarikan kon tol lelaki tersebut. Aku benar-benar telah KO
oleh permainan si om yang perkasa, hanya erangan-erangan halus yang
keluar dari mulutku , kedua tanganku mencengkeram tepi ranjang.
telah 1 jam 40 menit si om menggarap aku dan sekarang dia merasa sesuatu
dorongan yang keras mendesak dari dalam kontolnya yang menimbulkan
perasaan geli pada ujung kontolnya. Lelaki tersebut mengeram panjang
dengan suara tertahan, “Agh…,” dan disertai dengan suatu dorongan kuat,
pinggulnya menekan habis pada pinggulku sehingga biji pelirnya menempel
ketat pada lubang pantatku dan batang kontolnya yang besar dan panjang
itu terbenam seluruhnya di dalam liang memekku. Dengan suatu lenguhan
panjang, “Sssh…, ooooh!”, sambil membuat gerakan-gerakan memutar
pantatnya, si om merasakan denyutan-denyutan kenikmatan yang diakibatkan
oleh semprotan pejunya ke dalam memekku.
Ada kurang lebih lima detik si om tertelungkup di atas badanku, dengan
seluruh tubuhnya bergetar hebat dilanda kenikmatan orgasme yang dahsyat
itu. Dan pada saat yang bersamaan aku yang telah terkapar lemas tak
berdaya itu merasakan suatu semprotan hangat dari pancaran cairan kental
hangat lelaki tersebut yang menyiram ke seluruh rongga memekku. Tubuh
si om bergetar hebat di atas tubuhku. Setelah kurang lebih 3 menit kami
memasuki masa tenang dengan posisi tersebut, secara perlahan-lahan si om
mencabut kontolnya yang telah melemas dan menggeletak disebelahku. "Om,
kuat banget ya, Inez sampe lemes banget". "Gimana, enakan gak". "Banget
om, bisnya kont0l om gede panjang gitu sih, sampe penuh deh rasanya
kalo masuk semuanya ke memek Inez". "Ni baru ronde pertama lo Nez,
skarang kita mandi dan cari makan yuk". "Lemes om". "Ya udah kamu
istirahat dulu deh, aku mandi dulu ya, abis itu baru mandiin kamu, trus
kita makan". Si om bangun menuju kekamar mandi.
Terdengar guyuran shower, tak lama si om keluar dari kamar mandi. Dia
menarik aku bangun dan menggandengnya ke kamar mandi. Dibawah guyuran
shower si om dengan mesra menyabuni badanku sampe bersih kemudian
membilasnya dengan air hangat. "Romantis banget si om", kataku, si om
lalu memagut bibirku dan menciumku dengan sangat mesra. "Inez seneng deh
kalo om romantis gini". "Nikmat banget deh ngentotin kamu Nez, memang
bener abege memang nikmat banget dientotnya". "Mangnya om biasanya
ngentotin siapa". "Ya ttm akulah, gak da yang abege si". Kami memakai
pakean kembali, baeknya aku bawa baju ganti. si om menggandeng aku
menuju ke cafe hotel, karena dah malem gak banyak yang makan di cafe. Si
om mengambil tempat yang dipojokan, terpisah dari tamu yang laen. Dia
minta waitressnya memadamkan sebagian lampu disekitar meja sehingga
suasana temaram dan minta dibawakan lilin. "Om, romantis amir si, candle
light dinner ni ye, Inez seneng banget deh". Kami kemudian santap
bersama sembari bercanda2 seperti honeymooners.
No comments:
Post a Comment