Wednesday 30 May 2018

Twin Effect 1

Sepasang kembar Selly dan Selvy (19 tahun) adalah satu bunga di fakultas arsitektur di universitas *******. Dari segi fisik keduanya sama cantiknya, mempunyai tubuh ideal dengan tinggi 165cm, berat 49 kg, dan buah dada 36A, rambut keduanya sepundak dengan wajah imut, kalau jeli mereka bisa dibedakan dari tahi lalat kecil di leher sampingnya, kalau ada berarti itu Selvy, kalau tidak ya sebaliknya, selain itu bentuk wajah Selly juga sedikit lebih panjang dari kembarannya. Dilihat dari sifat, Selvy cenderung lebih terbuka dan periang daripada Selly yang harus dipancing dulu baru bisa akrab, Selly orangnya mandiri, serius dan keibuan, sementara Selvy lebih manja dan gaul. Kalau ke kampus seringkali mereka memakai baju yang sama, sehingga terkadang memancing perhatian orang, apalagi kalau baju mereka seksi, orang yang melihat akan kagum bagaikan melihat malaikat kembar turun ke bumi. Dari laki-laki yang mengejar mereka yang beruntung mendapatkan Selly adalah Fredy, seorang eksekutif muda yang bekerja di bank, sedangkan Selvy juga baru jadian belum lama ini dengan Hendra, teman sekampusnya dari fakultas teknik industri. Fredy dan Hendra memang beruntung, namun ada yang jauh lebih beruntung dari mereka.


Kejadiannya bermula ketika masa UTS, saat itu si kembar mengikuti ujian terpisah karena jadwal ujian mereka yang kebetulan sama bentrok dengan salah satu ujian lainnya. Mereka harus datang pagi-pagi lebih awal sebelum ujian yang bersangkutan berlangsung dan mereka ditempatkan Bu Yeni dari bagian TU di sebuah kelas.
“Baiklah, ibu percaya kalian jujur kalau ibu tinggalkan, kalau sudah selesai nanti kalian ke TU dulu untuk isi daftar hadir, mengerti ?” tanya Bu Yeni setelah membagikan soal ujian dan lembar jawab.
Ketika itu Imron sedang lewat dekat kelas itu sehingga Bu Yeni memanggilnya dan menanyakan apakah sedang tidak ada kerjaan sehingga bisa membantu mengawasi. Imron mengiyakan karena memang dia lagi nganggur, malah merasa senang dia bisa mengawasi si kembar yang termasuk salah satu targetnya. Imron bersandar di pinggir pintu mengawasi kedua gadis itu, dia juga mengamat-amati tubuh keduanya dengan kagum, matanya menatap kagum ke betis keduanya yang tertutup rok hitam selutut dan atasnya memakai kemeja putih lengan pendek, pakaian yang biasa dipakai dimasa-masa ujian. Imron memang sudah lama ingin menikmati tubuh si kembar itu, tapi belum ada kesempatan yang baik sampai saat itu terlintas sebuah akal bulus di benaknya.

Setengah jam kemudian Imron berkata pada mereka:
“Aduh, Bapak kebelet nih mau ke belakang sebentar aja, disini sepi banget lagi ga ada yang bisa gantiin, Non berdua harus jujur yah, kalian bisa pegang kepercayaan kan ?”
Keduanya hanya mengangguk dan Imron pun buru-buru keluar meninggalkan si kembar di ruang itu.
“Ci-ci…susah banget, bisa ngga ?” panggil Selvy dari belakang dengan setengah berbisik.
Selly menggeleng dengan wajah bingung karena memang mata kuliah itu termasuk rumit dan ditakuti.
“Nomer tiga lu udah belum. Liat dong dikit, gua lupa rumus nih !” Selly balik bertanya.
Setelah tengok kiri-kanan dan merasa aman Selvy buru-buru menyerahkan lembar jawabnya pada kembarannya itu dan menyuruhnya bergerak-cepat. Dengan hati berdebar-debar dan terburu-buru Selly menyalin bagian-bagian penting dari jawaban yang diberikan saudaranya. Namun tepat ketika dia hendak mengembalikan lembar jawab pada Selvy, keduanya dikejutkan oleh kehadiran Imron yang mendadak di ambang pintu.
“Astaghfirullah, Non…saya benar-benar nggak nyangka Non berdua bisa melakukan ini !” Imron pura-pura kaget.

Si kembar langsung terdiam, matanya memancarkan perasaan bersalah dengan wajah tertunduk lesu.
“Ma-maaf Pak, saya yang salah, saya…saya yang pertama minta contekan !” Selly mengaku salah sambil membela saudaranya.
“Tapi kenapa Non…siapa nih ?” Imron melihat nama di lembar jawaban Selvy “Non Selvy juga ngasih liat jawabannya, kan harusnya ga boleh ya kan !” Imron berkata pelan tapi tegas sehingga membuat wajah keduanya makin pucat.
“Maaf Non, demi tata tertib, saya terpaksa harus melaporkan Non berdua” sambungnya.
“Jangan…jangan Pak !” sergah keduanya bersamaan dengan wajah memelas, mata Selvy bahkan sudah lembab berkaca-kaca.
Mata kuliah itu termasuk penting dan termasuk prasyarat untuk mata kuliah berikutnya sehingga berat bagi mereka untuk tidak lulus apalagi dengan cara seperti itu.
“Wah-wah…ada masalah apa disini Pak Imron kok sepertinya serius nih !” tiba-tiba terdengar suara dari pintu.
“Ini nih, Pak saya juga bingung, cantik-cantik gini kok nyontek loh” kata Imron geleng-geleng kepala “Duh anak jaman sekarang emang susah yah !”
Selly menjelaskan permasalahannya dan mengaku salah, tapi dia tetap minta keringanan, setidaknya jangan sampai saudaranya ikut kena hukuman. Pak Dahlan, kepala jurusan arsitektur yang tak bermoral itu mengangguk-angguk mendengar penjelasan Selly.

“Hmmm…kalau begitu baiklah, kalian habis ini masih ada ujian lagi ?” tanya pria itu yang dijawab mereka dengan anggukan “Nah, sekarang kalian kerjakan saja dulu ujian ini, tapi nanti sebelum pulang temui saya di kantor saya untuk membicarakannya, ok ?”
Untuk sementara si kembar bisa berlega hati, namun mereka sudah tidak konsentrasi lagi mengerjakan ujian itu juga ujian berikutnya karena dalam hati mereka berkecamuk seribu satu pikiran apa yang bakal terjadi nanti dan sanksi apa yang bakal menunggu mereka. Ujian terakhir hari itu pun akhirnya selesai jam dua siang, kini saatnya si kembar menemui kepala jurusan itu di kantornya untuk membicarakan masalah tadi. Selly mengetuk pintu…dua menit…tapi tidak ada jawaban, tirai ruang itu tertutup.
“Ga ada orang kali yah ?” kata Selvy.
“Tau deh…kita tunggu aja…”
Baru saja Selly berkata begitu, tiba-tiba pintu dibuka oleh seorang gadis yang juga mengenakan setelan hitam-putih untuk ujian tapi dengan model yang lebih seksi, roknya lebih pendek daripada rok si kembar sehingga memamerkan sepasang paha jenjangnya, atasannya pun lebih ketat dan mencetak bentuk tubuhnya yang indah, belum lagi branya warna hitam sehingga menerawang jelas. Gadis itu menatap sekilas pada si kembar sambil keluar dari ruangan itu, senyuman misterius muncul di wajah indonya, entah mengartikan apa. Kalau dilihat lebih teliti di daerah antara bibir dan dagu gadis itu nampak sedikit noda cairan putih mirip susu kental yang tidak sempat terlihat oleh si kembar maupun dirinya sendiri. Si kembar hanya tahu gadis ini sebagai mahasiswi angkatan atas mereka yang bernama Fanny.

Di ruang itu telah menunggu Pak Dahlan di balik meja kerjanya, wajah pria itu agak sayu seperti orang habis orgasme dan Imron, si penjaga kampus itu juga telah duduk di sofa sambil mengelap jarinya yang basah entah oleh cairan apa dengan tissue.
“Ya, kalian berdua, ayo masuk, maaf menunggu, tadi ada yang bimbingan dulu, mari duduk disini !” Pak Dahlan keluar dari meja kerjanya dan menyuruh kedua gadis itu duduk di sofa.
Pria itu menjelaskan kondisi mereka, bahwa perbuatan menyontek tadi hukumannya sudah jelas tidak diluluskan mata kuliah tersebut, padahal mata kuliah ini sangat penting
“Saya bisa bantu kalian menutupi rahasia ini, malah kalau perlu saya bisa bantu mengkatrol nilai kalian melalui rekomendasi ke dosen yang bersangkutan, tapi…”
“Tapi apa Pak ?” Selvy buru-buru menyela.
“Hhmm…asal kalian banyak nurut ke Bapak, seperti…” Pak Dahlan meneruskan ucapannya dengan meletakkan tangan di paha Selvy yang duduk di dekatnya dan menggeser roknya.
“Apa !” pekik Selvy terkejut sambil menepis tangan Pak Dahlan dari pahanya
“Pak, ini pelecehan yah namanya, Bapak pikir kita ini perempuan apaan ?” Selly protes dengan suara tercekat karena tidak menyangka kepala jurusannya sebejat itu, hatinya tambah panas dan malu melihat si penjaga kampus itu cengengesan.

“Hahaha…ayolah, kalian butuh nilai kan, ini dan itu tentu ada harganya dong, Bapak nggak memaksa, pilihannya terserah kalian aja” Pak Dahlan berkata dengan tenang.
“Nggak Pak, kita lebih baik tidak lulus daripada dengan cara serendah itu, ayo Ci, kita pergi !” kata Selvy dengan kesal sambil meraih lengan saudaranya.
“Oooh, sebentar-sebentar, sabar dulu dong” Pak Dahlan berusaha menahan mereka “sebenarnya apa yang kalian takutkan ? takut nggak perawan kan ? begini saja, Bapak nggak akan mengajak kalian berbuat itu deh, cukup kalian telanjang saja disini, bapak cuma mau liat tubuh kalian, ya setidaknya pegang-pegang dikit toh tidak ada pengaruhnya dengan keperawanan kan, lalu setelah itu Bapak jamin kalian pasti lulus, gimana, sama-sama untung kan ?”
Si kembar tertegun mendengar tawaran itu, kalau hanya telanjang saja mungkin masih bersedia walaupun dengan amat terpaksa, dengan begitu skandal menyontek tadi dapat ditutupi tanpa harus mengorbankan keperawanan, dan seterusnya mereka kapok tidak akan menyontek lagi sehingga terjebak dalam posisi sulit seperti ini. Mereka saling tatap dengan penuh pertimbangan.
“Baiklah Pak, tapi tolong saudara saya jangan, biar saya sendiri saja yang buka baju gimana ?” ucap Selly lirih.
“Jangan saya saja !” Selvy menyela.
“Diam ! ini salah gua tau, gua yang minta lembar jawab dari lu dan gua yang harus tanggung jawab !” Selly membentak adiknya sambil mengguncang bahunya.

Mereka berdebat, masing-masing ingin berkorban demi melindungi saudaranya sampai Pak Dahlan menghentikan mereka.
“Ok, ok sudah diam, mau kedengeran di luar apa ?” katanya agak keras “ya sudah satu dari kalian juga boleh, ya Selly kamu saja sebagai kakak yang maju !” perintahnya.
“Jangan, jangan Ci, sudah kita relakan saja nggak lulus !” Selvy menahan lengan Selly dengan mata menitikkan air mata.
Selly menyentak tangannya lalu memeluk adiknya serta mengelusi punggungnya.
“Sudahlah, semua akan baik-baik saja, tenang-tenang” hiburnya.
“Ayo udah dong main sinetronnya, kalau saya dah hilang minat tawarannya batal nih !” Pak Dahlan sepertinya sudah tidak sabar lagi.
“Baik Pak, jadi Bapak jamin setelah puas melihat tubuh saya kita pasti lulus dan Bapak ga akan minta lebih ?” Selly memastikan dan bangkit berdiri.
“Iya, Bapak jamin kalian akan lulus kalau perlu dengan nilai A sekalian dan kalau Bapak lepas kontrol kamu tinggal teriak aja, di bawah sana masih banyak orang yang bakal mendengar jeritan kamu kan ?” tegas pria tambun itu.
“Eerr…disini Pak ? sekarang ?” tanyanya risih sambil melirikkan mata ke arah Imron.
“Lha iya toh Sel, ga apa-apa kan Pak Imron disini, dia kan sebagai saksi tadi, jadi berhak menikmati juga kan, ayolah lagian kan hanya liat body kamu aja kan ?”

Dengan berat hati, Selly pun akhirnya mulai melepaskan satu-satu kancing kemejanya, branya warna putih dengan aksen garis-garis pink pun terlihat. Selvy menunduk lesu menutup wajahnya sambil menangis, dia tidak sanggup menyaksikan saudaranya dipecundangi seperti itu.Rok hitamnya meluncur jatuh begitu dia melepaskan sabuk dan resletingnya.
“Ayo belum selesai, terusin dong !” kata Pak Dahlan melihat Selly yang ragu-ragu melepas pakaian dalamnya.
Tangan Selly gemetaran melepaskan kait branya serta menanggalkannya, mata kedua pria bejat itu melotot seperti mau copot melihat keindahan payudara Selly yang membusung tegak dengan puting kemerahan yang menggemaskan. Tentu saja Selly merasa risih dengan tatapan mata mereka sehingga tangannya otomatis menutupi kedua payudaranya.
“Satu lagi, ayo Non, jangan tanggung-tanggung mau lulus ga ?” kata Imron dengan wajah mesum yang menjijikkan seolah dia hendak menelannya.
Akhirnya Selly pun berhasil membuka penutup tubuh terakhirnya itu, celana dalam itu dia turunkan hingga lutut, lalu buru-buru berdiri tegak dan menggunakan tangan menutupi bagian-bagian terlarangnya.
“Ck-ck-ck…benar-benar body yang sempurna, putih mulus tanpa cacat” Pak Dahlan bangkit berdiri dan menghampiri gadis itu “turunin tangannya dong, jangan malu-malu gitu yah” katanya sambil menyingkirkan tangan Selly yang melindungi bagian terlarangnya.
Semakin pria itu mendekat semakin kencang pula jantung Selly berdebar, wajahnya memerah menahan malu sambil menggigit bibir bawah.
"Bapak pegang dikit yah" pintanya sambil menaruh tangannya di payudaranya
"Sshhh.." desisnya merasakan perasaan aneh karena belaian pada payudaranya, jari-jari gemuk pria itu juga memencet putingnya sehingga seperti bulu kuduknya berdiri semua.
"Eengghh..!" desisnya lebih keras karena tangan Imron mendarat di pantatnya lalu merabanya.
Tangan Pak Dahlan meraba semakin ke bawah hingga akhirnya menyentuh kemaluannya yang rapat dan dilapisi bulu-bulu tipis. Wajah pria itu juga makin mendekati wajahnya, baru saja bibirnya bersentuhan sedikit dengan bibir Selly, gadis itu memalingkan wajah dan menepis tangan kedua pria itu.
"Sudah cukup ! saya tidak akan memberi lebih, sekarang bagaimana janji Bapak !" kata Selly sengit.
Dia buru-buru menaikkan kembali celana dalamnya lalu roknya, secepat kilat bra yang di meja itu dia sambar dan kenakan kembali disusul kemeja putihnya. Pakaiannya masih tampak acak-acakan karena dia memakainya dengan terburu-buru, branya saja belum sempat dia kaitkan kembali. Kemudian dia menghampiri dan mendekap kembarannya yang meringuk di sofa dan menangis itu.
"Tenang Vy, sudah beres, sudah beres !" katanya sambil mengelap air mata Selvy.

"Selly, Selly" Pak Dahlan menepuk pundaknya sehingga membuatnya menoleh dengan tatapan kesal "kalian lulus, bapak janji itu hehehe"
"Terima kasih Pak !" kata Selly dengan ketus.
"Ga apa-apa, Bapak yang harusnya terima kasih karena sudah diberi kesempatan emas bersama kamu, dan juga...mengabadikannya !" ucapnya dengan nada datar.
Kata terakhir itulah yang membuat si kembar yang sudah merasa lega terkejut bagai disambar petir.
"Apa ?? diabadikan ? maksud Bapak..." suara Selly bergetar seperti melihat hantu.
"Iya betul, kamu lihat deh webcam diatas komputer Bapak ini emang sudah sengaja diarahkan ke tempat kamu berdiri tadi dan komputer sudah merekam sejak kalian masuk" Pak Dahlan menjelaskan sambil berjalan ke balik meja kerjanya menyalakan tombol monitornya.
Dia menyalakan ulang rekaman barusan dan memutar monitornya agar si kembar bisa melihat. Jantung mereka seakan berhenti berdetak, terutama Selly ketika melihat dirinya membuka bajunya hingga bugil lalu dipegang-pegang kedua pria tak bermoral itu, dia benar-benar tidak pernah berpikir akan jadi begini.
"Bapak ngejebak kita, dasar biadab !" jerit Selly sangat marah padanya.
"Gimana Sel, lihat tuh kamu berdiri di tempat yang tepat, wah-wah kalau ini tersebar gimana nih ?"
"Hehehe, dijamin Non berdua bakal jadi selebritis deh !" timpal Imron yang daritadi cuma diam dan cengar-cengir.

"Kalian-kalian mau apa sebenarnya bajingan !" Selvy memekik dengan wajah berurai air mata.
"Simple saja, Bapak nggak minta banyak untuk menutupi skandal ini" kata Pak Dahlan tenang.
"Dan Non ga usah nawarin duit deh, karena bukan itu yang kita mau" Imron menimpali.
"Baiklah, biar saya saja..." Selly bangkit menawarkan diri.
"Wah, maaf untuk yang satu ini saya khawatir bayarannya tidak cukup hanya kamu seorang Sel, sepertinya saudara kamu juga harus ikut" kata dosen bejat itu.
"Tega-teganya Bapak begitu, Bapak memang bukan manusia !" maki Selvy yang hanya ditanggapi kedua pria itu dengan tertawa sinis.
"Yah terima kasih atas 'pujian'nya, sekarang pilihannya tergantung kalian berdua" pria itu menghampiri mereka setelah mematikan dulu komputernya.
"Kalau kalian mau, ayo ke rumah saya sekarang, kebetulan saya sudah selesai kerja, kalau tidak mungkin kelulusan kalian saya akan pertimbangkan kembali dan yang paling penting rekaman tadi itu loh" kata Pak Dahlan sambil meletakkan tangannya di pundak Selly.
Sungguh si kembar bagaikan makan buah simalakama hingga mereka tidak berdaya ketika digiring kedua hidung belang itu ke mobil Pak Dahlan yang diparkir di bawah gedung itu.

"Ting !" lift yang membawa si kembar pun sampai di basement.
Dengan langkah berat dan jantung berdebar mereka menuju ke Honda Civic hitam yang mengedipkan lampu dimnya. Mereka sengaja datang terpisah agar tidak menimbulkan kecurigaan berhubung hari masih siang. Pak Dahlan menyuruh Selly duduk di jok depan bersamanya, sedangkan Selvy di belakang bersama Imron. Selly membanting pantatnya ke jok dan menutup pintunya dengan keras, wajahnya tidak bisa menyembunyikan ekspresi marah, takut dan penyesalan yang bercampur baur.
"Wah-wah, jangan galak-galak gitu dong Sel, kita kan mau senang-senang nih" kata Pak Dahlan menggerakkan tangan hendak membelai pipinya.
"Eiit...jadi ga jadi nih ?" katanya ketika Selly menahan tangan itu.
Akhirnya Selly pun pasrah membiarkan pria itu membelai pipi mulusnya. Dia hanya bisa mengumpat dalam hati dan menatap jijik pria tambun yang makin kelihatan perutnya yang besar itu dalam balutan seatbelt.
"Ternyata kalian masih bisa menentukan pilihan yang bijak yah, kita kirain kalian bakal kabur hehehe" celoteh Imron.
Setelah mobil keluar dari areal kampus, Imron menggeser posisi duduknya sehingga lebih merapat dengan Selvy, tangan kirinya merangkul pundak gadis itu, tangan satunya mulai mengelusi lengannya. Selvy terdiam dan gemetar namun tak bisa berbuat apa-apa selain menangis.

"Jangan nangis terus dong Non, Bapak janji bakal muasin Non, malah mungkin Non yang ntar ketagihan" katanya setengah berbisik, hembusan nafasnya terasa di telinganya.
Imron menyeka air mata yang membasahi pipi Selvy lalu mengalihkan wajah cantik itu berhadapan dengan wajah buruknya, dilumatnya bibirnya yang mungil itu dengan kasar, sementara tangan kanannya meremas-remas payudaranya. Selvy memejamkan mata dan meronta berusaha melepaskan diri, namun tenaganya tentu kalah dengan Imron, malah rontaan itu membuat Imron makin bernafsu mengerjainya. Ketika tangan Imron mulai merogoh masuk ke dalam roknya dan menyentuh bagian kewanitaannya, dia tersentak dan mulutnya sedikit membuka, saat itulah lidah Imron menerobos masuk ke mulutnya dan melumatnya habis-habisan, lidah Imron menyapu telak rongga mulutnya. Selvy merapatkan pahanya untuk mencegah tangan Imron masuk lebih jauh, namun dengan begitu Imron malah senang bisa sekalian membelai paha mulusnya sambil tangannya makin menuju ke selangkangan. Sekali lagi tubuhnya tersentak seperti kesetrum karena jari Imron telah berhasil mengelus belahan vaginanya dari luar celana dalamnya. Desahan tertahan terdengar dari mulutnya, hembusan AC mobil mulai terasa membelai pahanya karena roknya sudah terangkat. Kini tangan Imron menyusup lewat bagian atas celana dalamnya dan menyentuh permukaan kemaluan Selvy yang ditumbuhi bulu-bulu halus.

Sungguh tidak berdaya Selvy saat itu, ancaman akan tidak lulus ditambah lagi terjatuhnya kakaknya ke dalam jebakan membuatnya terpaksa pasrah. Dia berusaha tidak menangis terlalu keras dan memilukan karena dia tahu itu akan membuat beban pikiran kakak kembarnya semakin berat. Rontaan Selvy semakin lemah selain karena sudah pasrah, juga karena sentuhan-sentuhan erotis Imron pada kemaluannya dan percumbuannya. Nafas gadis itu semakin memburu dan wajahnya yang putih merona merah karena rangsangan-rangsangan gencar itu. Nasib Selly, kembarannya, di depan sana juga tidak beda jauh, sejak keluar dari kampus dan mobil berhenti di lampu merah pertama Pak Dahlan langsung menaruh tangannya di pahanya, perlahan-lahan tangannya naik menyingkap roknya, paha mulus itu dielus dan dipijatnya, tangan itu merambat terus hingga menyentuh pangkal pahanya. Selly menggigit bibir dan menarik nafas panjang merasakan jari-jari Pak Dahlan dari luar celana dalamnya.
"Jangan cemberut gitu dong Sel, nikmatin aja, kan ga enak kalo sambil marah-marah" kata pria tambun itu karena Selly menatapnya dengan tajam.
"Saya benar-benar ga nyangka yang seperti Bapak ini bisa jadi ketua jurusan, dunia memang sudah gila !" ucap Selly ketus.
"Hehehe...ya itu sih hak kamu berkata begitu Sel, kan demokrasi namanya, tapi yang pasti mahasiswi lain yang pernah 'bimbingan' sama saya enjoy aja kok dan saya yakin kamu juga akan merasakan yang sama kok" jawab Pak Dahlan kalem, dia menyetir sambil tangan satunya tetap mengelus paha gadis itu, sesekali merayap ke atas memencet payudaranya.
Terhenyak juga Selly mendengar kata-kata pria itu, berarti selain dia dan kembarannya pria ini juga pernah memangsa entah berapa banyak gadis-gadis lainnya.

Selly bukannya tidak mendengar desahan tertahan di belakang sana, namun dia tidak sanggup menoleh ke belakang menyaksikan kembarannya sendiri dipecundangi, setiap desahan itu bagaikan irisan demi irisan yang melukai hatinya, namun dia tidak sanggup berbuat apapun untuk saudaranya itu, bahkan untuk dirinya sendiripun tidak bisa. Sebutir air mata tanpa sadar menetes di pipinya, padahal dia termasuk gadis yang tegar dan berhati baja.
"Maafin gua Vy, gua ga bisa nolong lu kali ini" katanya dalam hati dengan hati terluka.
Di lain pihak, elusan-elusan Pak Dahlan pun mau tidak mau mulai merangsangnya, jari yang bergerak nakal di bagian tengah celana dalamnya itu membuatnya basah di bawah sana tanpa bisa ditahannya, bagian tengah celana dalam itu sudah memperlihatkan noda basah karena sentuhan-sentuhan erotis si dosen bejat itu. Tubuhnya menggeliat menahan rasa geli di bawah sana, sesekali dia mengeluarkan suara mendesis tertahan.
"Oohh...udah dong Pak, ntar keliatan orang !" katanya ketika mobil mereka tepat di sebuah bis kota ketika menunggu lampu merah.
"Ga apa-apa kan kaca mobilnya ga bisa liat ke dalam" kata Pak Dahlan menyingkap kembali rok yang sempat diturunkan Selly.
"Serigala tua bajingan !" maki Selly dalam hati, dia tetap merasa gelisah karena memang walaupun kedua sisi kaca mobil itu berlapis gelap, namun kaca depannya tidak sehingga masih mungkin orang dari bis itu melihat ke dalamnya. 

No comments:

Post a Comment