Minggu kemaren aku jalan-jalan di satu mal dibilangan barat kota. Aku
masuk kesalah satu toko yang merupakan anchor tenant mal itu. Ketika aku
lagi liat-liat sepatu, aku merasa seperti ada yang ngeliatin, aku noleh
dan mataku bertatapan dengan sepasang mata milik seorang lelaki
ganteng. Dia senyum, ya aku bales aja senyumnya. Tidak terjadi
komunikasi ketika itu. Karena tidak nemu sepatu yang cocok dengan
seleraku, dan yang penting lagi dengan isi dompetku, aku keluar dari
toko itu dan duduk di bangku yang tersedia di depan toko itu di depan
toko lingeri. Seksi-seksi banget lingeri yang dipajang dietalase toko
itu. Baru aku mo berdiri untuk liat-liat di toko lingeri itu, lelaki
yang ngeliatain aku di bagian sepatu tadi duduk disebelahku.
“Mo kemana, baru mo ditemenin kok dah mo pergi?” sapanya.“Aku Frans,
dari Bandung”, begitu dia memperkenalkan diri sembari mengulurkan
tangannya ngajakin salaman. Aku menyambut salamannya, aku kaget karena
ternyata dia nekuk telunjuknya dan ngilik-ngilik telapak tanganku. “Ines
om”, jawabku.
“Tangan om nakal deh, masak salaman sembari ngilik-ngilik, memanfaatkan
kesempatan dalam kesempitan ya om”. “Emangnya kamu masih sempit ya,
nikmat dong”, sahutnya sembari tertawa. “Ih si om, genit deh”. “Tadi
jadi beli sepatunya Nes?”. “Enggak jadi om, mahal-mahal”. “Mo dibeliin?”
“Bener nih om mo beliin?” “Buat cewek cantik kaya Ines, apa sih yang
enggak”.
Aku ikut aja ketika digandeng masuk ke toko lagi. Aku disuruh milih
sepatu yang aku inginkan dan dia yang bayarin. Pasti nih om ada maunya,
tapi siapa takut. Aku suka kok ngeliat orangnya, tipeku banget, ganteng
badannya atletis. Cuma yang belum aku tau modal bawahnya gede gak. Tapi
itu urusan nanti deh, yang penting kan aku bisa dibeliin macem-macem. Si
om nawarin aku beli pakean juga, ya gak kutampiklah rejeki ini.
Beberapa potong jins dan baju dibelinya untukku. Keluar dari toko aku
bilang ma si om, “Om, lingerinya seksi-seksi ya”. “Kamu mau, wah pasti
aku tambah napsu kalo ngeliat kamu pake lingeri aja”. Jelas kan maunya
si om apa dengan ngebeliin aku macem-macem. Aku memilih beberapa daleman
yang seksi, minim dan tipis, model bikini. Semua dibayarin.
Dah gitu si om ngajakin makan di foodcourt. Ketika makan aku tanya-tanya
tentang dia. “Om tadi bilangnya dari Bandung ya”. “Iya Nes, aku punya
usaha kecil-kecilan di Bandung, sehingga setiap minggu pasti aku ke sini
untuk nyari barang buat tokoku itu. Semacam FO gitu, tapi aku ngisinya
dengan pakean yang eksklusif sehingga gak murahan kesannya”. “Kok
nyarinya di mal, mahal kan, terus om jualnya berapa?” “Ke mal mah
setelah urusan selesai, ya nyarinya gak disini lah. Ke mal kan buat
ketemu ABG kaya Ines”. “Kalo disini kan ABGnya banyak amoynya om,
emangnya om sukanya amoy ya”. “Aku suka ma perempuan muda yang cantik
dan bahenol kaya kamu Nes, suku mah gak jadi masalah”. “Om sendiri ke
Jakartanya om, emangnya keluarganya dimana?” “Aku dah pisah ma istriku.
Dia punya bisnis sendiri juga di Bandung”. “Om nginep di hotel mana?”
“Karena aku setiap minggu ke sini, aku beli apartment, kecil sih karena
buat aku sendirian. Deket mal ini kok”. “Gak sendirian kan om, pasti
selama om disini ada yang nemenin kan”. “Tau aja kamu. Kamu nemenin aku
ya abis ini”. Aku cuma senyum aja. Kami ngobrol kesana kemari, aku juga
crita mengenai aku kedianya. Dia malah seneng dengernya, “Wah kamu dah
pengalaman ya Nes, sering maen ma om-om. Ntar bisa bikin aku nikmat
dong”. “Beres om, ntar Ines empot deh sampe peju om kering”, kataku to
the point. “Bisa aja kamu”.
Dia santai sekali, karena gak diuber-uber waktu. Abis makan, “Kita mo
kemana lagi Nes? Masih terang neh. Nonton aja yuk”. Aku sih jarang
banget nonton, ya aku ikut aja diajak nonton film. “Kamu mo nonton film
apa Nes”, tanyanya setelah kita sampai dibioskop. “Terserah om aja deh,
Ines mah jarang nonton”.
“Seringnya ditonton ya Nes”, katanya menggodaku. Aku hanya senyum-senyum
aja. Dia milih satu film, aku ya ikut aja. Di dalem bioskop, dia milih
tempat yang dipojokkan, berjauhan dengan penonton laennya. Memang
penontonnya gak banyak, keliatannya dia milih film yang animo
penontonnya dikit. “Om, mo nonton film pa mo bikin film”, bisikku. “Kok
mojok amat”. Dia gak jawab, malah merangkulku. Aku menyenderkan kepalaku
dibahunya. “Nes kamu cantik”, bisiknya sambil menengadahkan mukaku, dan
mendadak dia mencium bibirku. Aku menyambut ciumannya dengan hangat.
Lidah kami saling berlilitan di dalam mulutku, setelah terlepas, kuemut
lidahnya yang tertinggal di dalam mulutku. Sementara berciuman,
tangannya mulai memerah toketku, diremas-remasnya dengan penuh napsu
dari luar baju kaosku. “Toket kamu imut tapi kenceng. Kembali kami
berciuman sementara tangannya tidak mau melepaskan toketku. Aku juga gak
mo kalah, segera selangkangannya kugosok-gosok. “Om, dah keras amat.
Kayaknya gede ya om punya. Dah napsu banget ya om”. Iya Nes”. “Kalo dah
napsu, napa dong om ngajak Ines nonton, kok gak ke apartment om aja”.
“Pemanasan Nes, ngapain buru-buru to the point”. “Om gak pulang ke
Bandung”. “Ah santai aja, kan toko ada yang ngurus”. “Yang ngurus pasti
perempuan ya om”. “Tau aja kamu Nes”. “Ya ngurus toko, ya ngurus om
punya ya om”.
Dia diam saja, mulai terengah karena aku mulai meremes kontolnya yang
dah keras banget. “Ines pegang langsung boleh gak om”. “Buka aja Nes”.
Aku melepaskan ikat pinggangnya, kemudian membuka kancing celananya,
kuturunkan ritsluitingnya. Kepala kontolnya nongol dari bagian atas
cdnya yang minim. “Om gede ya kepala kontolnya, gimana batangnya”,
kataku sambil meremas kepala kontolnya yang dah membengkak seperti
cendawan itu. “Ines emut ya om”, kataku sambil mendekatkan mulutku ke
kepala kontolnya.
Dia menurunkan cdnya sedikit sehingga aku lebih bebas menjilati kepala
kontolnya. Lubang kencingnya kujilati, kemudian leher kontolnya kujilati
juga. Dia mulai melenguh pelan, “Nes nikmat banget deh, baru diemut
mulut atas dah segini enaknya. Gimana kalo diemut mulut bawah kamu”. Aku
mulai mengocok batangnya yang ternyata besar juga, gerakan mengocokku
terbatas karena cdnya gak bisa diturunkan banyak. Gantian antara
mengocok dan mengemut, “Om kalo dah mo keluar bilang ya, ntar Ines sedot
abis peju om”. Dia makin terengah karena ulahku terhadap kontolnya.
Rupanya dia tahan lama juga, sampe pegel mulutku mengemut kepala
kontolnya yang besar itu tapi belum ada tanda-tanda dia mo ngecret. “Om,
gak keluar-keluar seh, mulut Ines dah pegel neh, nanti diterusin
diapartment yah”, kataku sambil mengeluarkankan kepala kontolnya dari
mulutku. Dia merapikan cdnya, menaikkan ritsluitingnya dan memasang
kembali ikat pinggangnya.
“Sekarang giliranku ya Nes”. Dia meraba kepinggangku. Ikat pinggangku
dilepasnya, kaitan jinsku dilepaskannya dan kemudian ritsluiting jinsku
dah melorot kebawah. Dia mengusap-ngusap perutku sebentar sampe aku
menggelinjang kegelian, “Om, geli ah”. Tangannya menyusup kebalik cdku
yang minim. “Jembut kamu alus ya Nes”. Dia berusaha memasukkan tangannya
lebih dalam, maksudnya mo mengakses memekku, tapi terhalang karena
jinsku ketat dan belum diturunkan. “Om penasaran amat sih, katanya gak
mo buru-buru to the point”. “Ini kan bagian dari pemanasan, tadi kamu
manasin aku, sekarang giliranku manasin kamu. Turunin dikit dong jins
kamu”. Aku menurunkan sedikit jinsku, sehingga tangannya bisa menerobos
masuk lebih dalam dan bisa mengakses memekku. Segera jarinya mulai
menelusuri bibir memekku yang sudah basah. “Nes, kamu dah napsu banget
ya, dah basah gini”. “Om, aaah”, lenguhku karena jarinya mulai mengilik
itilku, bagian paling sensitif ditubuhku. “Om, geli om, aaah”, erangku
pelan. “Geli apa nikmat Nes”. “Dua-duanya om, aaah”. “Jangan berisik
dong Nes, ntar kedengaran yang laen”.
“Om sih nakal, Ines dah napsu banget nih om, kalo dah napsu gini Ines
suka lupa segalanya”. “Ya udah deh”, katanya sambil mengeluarkan
tangannya dari dalem cdku. Dia cuma mengelus-ngelus daerah jembutku
saja. Itupun masih mengobarkan napsuku yang sudah memuncak. Dia terus
mengelus-ngelus jembutku sampai film selesai. Segera aku merapikan
celanaku.
“Tadi critanya apa Ines gak tau om, om sih nakal”. “Kan kamu yang mulai
duluan ngemut punyaku Nes”. Sehabis nonton, dia mengajakku beli makanan.
“Nes mo makan disini atawa beli dan dibawa pulang. Kamu dah laper lagi
belon”. “Masih kenyang om”. “Ya udah kita beli aja ya. Di apartment gak
ada makanan, kalo supermi aja sih ada, minuman juga ada”. Kita kembali
ke foodcourt, dia membeli beberapa macam lauk dan nasi putih, semuanya
dibungkus. Selesai itu, barulah kita menuju keparkiran. “Wah om,
mobilnya keren banget, kayak orangnya aja”, kataku memuji mobil
mewahnya. Mobilnya segera meluncur meninggalkan tempat parkir mal, gak
jauh dari mal sampailah kita ke apartmentnya. Dia mengarahkan mobilnya
langsung ke basement. “Om gak pake supir, biar bebas ya om”. “La iya
lah”. “Emangnya gak cape om nyupir dari Bandung pp”. “Dah biasa”.
Dia menggandengku ke arah lift di basement. Satpam menyapanya ramah.
Kulihat dia memberi satpam sebungkus rokok. “Perlu untuk membina
hubungan”, katanya sambil masuk ke lift. Bawaanku ya tas berisi
belanjaanku tadi dan dia menjinjing kantong plastik berisi makanan. Dia
memijit lantai apartmentnya dan lift pun meluncur keatas. Sampai di
lantai yang dipilih, lift berhenti, dan pintunya terbuka. Dia mengajakku
langsung ke apartmentnya. Tiap lantai ada 4 apartment di masing-masing
sudut lantai yang berbentuk bujur sangkar. Terdapat 2 lift,
masing-masing disisi kiri dan kanan lantai. Apartmentnya tipe 2 kamar
tidur, jadi gak terlalu luas. Ada ruang tamu merangkap ruang makan dan
pantri yang juga berfungsi sebagai dapur. Di kamar tamu ada sofa,
credenza, lcd tv ukuran 40 inch kalo gak salah, seperangkat sound
system.
“Om, Ines siapkan makanan di meja ya”. “Iya deh”, katanya sambil masuk
ke kamar. Setelah semuanya siap dimeja makan, termasuk gelas berisi air
minum, aku mengetuk pintu kamarnya yang tertutup. “Om makanannya dah
siap lo, mo makan kapan”. Tapi tak terdengar jawaban, aku membuka pintu
kamarnya. Dia berbaring di ranjang dengan hanya memakai cd. Napsuku
langsung timbul melihat pemandangan indah, tubuh yang kekar hanya
dibalut sepotong cd minim dimana terlihat jelas kontolnya besar dan
panjang tercetak dengan jelas di cdnya. Kayaknya kontolnya dah tegang
berat. Dia tersenyum memandangku yang sedang terkagum-kagum melihat bodi
dan kontolnya. “Kenapa Nes?’, tanyanya sambil senyum-senyum. Dia tau
bahwa aku sedang mengagumi bodi dan juga kontolnya. “Makanan dah siap
om, ntar dingin”, kataku.
Sementara itu napsuku makin berkobar melihat kontolnya yang besar dan
panjang itu yang masih tersembunyi dibalik cdnya. Ketika di bioskop aku
tidak bisa melihat dengan jelas kontolnya karena ruangannya hampir
gelap, jadi aku “melihat” dengan rabaan tanganku saja. Dia sengaja
mengelus-ngelus kontolnya yang sudah tegang sekali itu. Dia pelan-pelan
menurunkan cdnya sehingga nongollah kontolnya yang besar mengacung
dengan gagahnya. Aku terbelalak ngeliat kontol segede itu. “Kamu pengen
ngerasain kontolku ya Nes”, katanya terus terang. “Belum pernah ya
ngerasain kontol segede aku punya”.
Dia bangun dalam keadaan telanjang bulat menuju ke tempat aku berdiri.
Kontolnya yang tegang berat berayun-ayun seirama jalannya. Dia segera
memelukku dan menarikku ke ranjang. Pakeanku segera dipretelinya, aku
mengangkat tanganku keatas untuk mempermudah dia melepaskan blusku.
Begitu juga jins dan cdku dipelorotin sekaligus. Braku pun segera
menyusul jatuh keubin. Ahli sekali dia mengupas pakeanku. Dah biasa
rupanya dia menelanjangi perempuan. Dia meneguk liur memandangi tubuh
telanjangku yang mulus, toket imut dengan pentil yang dah mengeras dan
jembut alusku yang menutupi memekku dibawah sana.
Kemudian dia mencium serta mengulum bibirku. Aku balas memeluknya.
Bibirku digigitnya pelan-pelan, bibirnya turun terus menciumi seluruh
lekuk tubuhku mulai dari leher terus kebawah ke pentilku, dikulumnya
pentilku yang sudah mengeras, aku merintih-rintih karena nikmat. Aku
menekan kepalanya ke toketku sehingga wajahnya terbenam di toketku. Dia
terus menjelajahi tubuhku, dijilatinya pelan dari bagian bawah toketku
sampe ke puser. Aku makin mendesis-desis, apalagi ketika jilatannya
sampe ke memekku. Dia menjilati jembutku dulu sampe jembutku menjadi
basah kuyup, pelan-pelan jilatannya mulai menyusuri bibir memekku terus
ke itilku. Ketika lidahnya menyentuh itilku, aku terlonjak kegelian. Dia
menahan kakiku dan pelan-pelan dikuakkannya pahaku sehingga kepalanya
tepat berada diantara pahaku. Lidahnya menyusupi memekku dan menjilati
itilku yang makin membengkak. Memekku berlendir, dia menjilati lendir
yang keluar. Aku gak tahan lagi, aku mengejan dengan suara serak,
tanganku mencengkeram seprei dan kakiku menjepit kepalanya yang ada
diselangkanganku. Aku nyampe. “Om, nikmat banget deh, padahal belum
dientot ya”, kataku mendesah.
Dia diam saja, dan berbaring telentang. “Kamu diatas ya Nes, biar
masuknya dalem”, ajaknya. Aku mulai mengambil posisi berjongkok tepat
diatas kontolnya yang sudah tegang berat. “Aku masukkin kontolku ke
memek kamu ya Nes”, katanya sambil mengarahkan kontolnya menyentuh bibir
memekku.
Dia tidak menekankan kontolnya masuk ke memekku tapi digesek-gesekkan di
bibir memekku yang berlendir sehingga kepalanya yang besar itu basah
dan mengkilap. Aku terbuai, dengan mata terpejam aku mendesah-desah
saking napsunya, “Om, masukin ya.” Aku mulai menekan kepala kontolnya
yang sudah pas berada di mulut memekku. Pelan-pelan kontolnya menyusup
kedalam memekku, “Akh om, gede banget”, erangku. “Apanya yang besar
Nes”, dia memancing reaksiku. “Punyanya om..!!” “Apa namanya..?” dia
memancing lagi, aku langsung aja menjawab, “Kontol om, besar sekali”.
Dengan sekali hentakan keatas kontolnya menyeruak masuk memekku. “Ooh
om, pelan-pelan om”, aku mendesah lirih. Mataku terbeliak, mulutku
terbuka, tanganku mencengkeram seprei kuat-kuat. Bibir memekku sampe
terkuak lebar seakan tidak muat untuk menelan kontol besarnya. “Memek
kamu sempit sekali Nes”, jawabnya.
Aku mulai berirama menaik turunkan pantatku, kontolnya masuk merojok
memekku tahap demi tahap sehingga akhirnya ambles semuanya. Pelan-pelan
dia ikut bergoyang menarik ulur kontol besarnya. Aku mulai merasa
sensasi yang luar biasa nikmatnya. Memekku yang sudah licin terasa penuh
sesak kemasukan kontolnya yang besar, kontolnya terasa banget menggesek
memekku yang sudah basah berlendir itu. “Om, enak banget om, terus om”,
erangku. “Terus diapain Nes”, jawabnya menggoda aku lagi. “Terus
entotin memek Ines om”, jawabku to the point. “Entotin pake kontol gede
om”. Enjotannya dari bawah makin menggebu sehingga aku makin
menggeliat-geliat.
Aku memeluknya dan mencium bibirnya dengan agresif, dia menyambut
ciumanku. Nafasku memburu kencang, lidahku saling mengait dengan
lidahnya, saling menyedot. Kemudian dia menggulingkan aku sehingga aku
dibawah, dia mulai mengenjotkan kontolnya keluar masuk dengan cepat. Aku
mengangkangkan pahaku lebar-lebar, supaya dia lebih mudah menyodokan
kontolnya keluar masuk. Keluar masuknya kontolnya sampe menimbulkan
suara berdecak-decak yang seirama dengan keluar masuknya kontolnya,
karena basahnya memekku. “Om, enak sekali kontol om, entotin memek Ines
yang cepet om, nikmat banget”, desahku. “Ooh memek kamu sempit banget
Nes, terasa banget sedotannya. Nikmat banget deh”, jawabnya sambil terus
mengenjotkan kontolnya keluar masuk memekku.
Enjotannya makin ganas, pentilku diemut-emutnya. Aku menggelinjang
kenikmatan, toket kubusungkan dan kugerak-gerakkan ke kiri ke kanan
supaya 2 pentilku mendapat giliran diemut. “Ssh, om, nikmat banget
ngentot ama om, pentil Ines dikenyot terus om”, erangku lagi. “Ines bisa
ketagihan dientot ama om. Ooh om, Ines gak tahan lagi om, mau
nyampeee”. Aku mengejang sambil memeluk tubuhnya erat-erat, sambil
menikmati kenikmatan yang melanda tubuhku, luar biasa rasanya. “Nes,
aku masih pengen ngentotin memek kamu yang lama. Kamu bisa nyampe lagi
berkali-kali”, katanya sambil terus mengenjotkan kontolnya.
Dia minta ganti posisi, aku disuruhnya nungging dan memekku dientot dari
belakang, memekku terasa berdenyut menyambut masuknya kontolnya. Aku
memutar-mutar pantatku mengiringi enjotan kontolnya, kalo dia
mengenjotkan kontolnya masuk aku menyambutnya dengan mendorong pantatku
dengan keras ke belakang sehingga kontol besarnya masuk dalem sekali ke
memekku. “Ooh nikmatnya om, dientot dari belakang. Kerasa banget geseken
kontol om di memek Ines”. Jarinya mengilik-ngilik itilku sambil terus
mengenjotkan kontolnya keluar masuk. “Uuh om, nikmat banget om, terus
mainin itil Ines om sambil ngenjot memek Ines”, erangku saking
nikmatnya. Jarinya terus menekan itilku sambil diputar-putar, aku
mencengkeram seprei erat sekali. Pantat makin kutunggingkan keatas
supaya enjotannya makin terasa. Dia memegangi pinggangku sambil
mengenjotkan kontolnya keluar masuk dengan cepat dan keras. “Om, nikmat
banget om, Ines udah gak tahan neh, mau nyampe lagiii”, aku menjadi
histeris ketika nyampe untuk kedua kalinya, lebih nikmat dari yang
pertama.
Diapun mencabut kontolnya dari memekku dan berbaring disebelahku. “Oom.
belum ngecret kok dicabut kontolnya”, tanyaku. “Ines masih mau kok om
dientot lagi, biar bisa nyampe lagi”. Dia setengah bangun dan membelai
rambutku. “Kamu masih bisa nyampe lagi kok Nes”. “Ines mau kok dientot
om seharian, kan Ines bisa nyampe terus-terusan, nikmat banget deh om”.
Istirahat sebentar, dia kembali menaiki aku lagi, secara perlahan tapi
pasti dia pun memasukkan kontolnya ke dalam memekku. Aku mendesah dan
merintih, ketika dia mengenjotkan kontolnya sampe ambles semua aku
kembali menjerit. “Aaaaaaahhhh , ooommm..”. Kontolnya dinaikturunkan
dengan cepat, akupun mengimbanginya dengan gerakan pantatku yang
sebaliknya. Bibirnya bermain di pentilku, sesekali dia menciumi ketekku,
bau keringatnya merangsang katanya. Aku memeluknya dan mengelus-ngelus
punggungnya sambil menjerit dan mendesah karena nikmat banget rasanya.
“Aah om, nikmatnya. Terus om, tekan yang keras, aah”. Dia meremas-remas
toketku dengan gemas menambah nikmat buatku. Dia terus mengocok memekku
dengan kontolnya, aku menjadi makin histeris dan berteriak-teriak
kenikmatan. Tiba-tiba dia mencabut kontolnya dari memekku, aku protes.
“Kok dicabut lagi om, Ines belum nyampe om, dimasukin lagi dong
kontolnya”. Tapi dia segera menelungkup diatas memekku dan mulai
menjilati bagian dalam pahaku, kemudian memekku dan terakhir itilku.
“Om, diapa-apain sama om nikmat ya om, terus isep itil Ines om, aah”,
erangku. Dia memutar badannya dan menyodorkan kontolnya ke mulutku.
Kontolnya kujilati dan kukenyot-kenyot, dia mengerang tapi tidak
melepaskan menjilati memekku yang dipenuhi lendir itu.
“Nes, aku dah mau ngecret neh”, katanya sambil mencabut kontolnya dari
mulutku dan segera dimasukkan kembali ke memekku. Dia mulai mengenjot
memekku dengan cepat dan keras, aku rasanya juga sudah mau nyampe lagi,
goyangan pantatku menjadi makin liar sambil mendesah-desah kenikmatan.
Akhirnya dia mengenjotkan kontolnya dalam-dalam di memekku dan terasa
semburan pejunya yang hangat didalam memekku, banyak sekali ngecretnya,
bersamaan dengan ngecretnya akupun nyampe lagi. Aku memeluk tubuhnya
erat-erat, demikian pula dia. “Oom, nikmat banget deh om”, erangku. Aku
terkulai lemes dan bermandikan keringat. Dia kemudian mencabut kontolnya
dan berbaring disebelahku.
Tak lama kemudian, kita bangun dan membersihkan badan di kamar mandi.
Tidak ada aktivitas lanjutan di kamar mandi karena perut dah terasa
laper. Aku menghangatkan lauk yang tersedia di microwave oven. Kemudian
kita berdua makan dengan lahap. Setelah makan aku bersantai sambil
nonton tv sampai kantuk datang menyerang lagi. “Dah ngantuk lagi Nes?
Kamu masih cape ya” “Iya om, abis om seru banget sih ngerjain Inesnya”.
“Emangnya dah mo tidur lagi atau aku tidurin lagi?” “Tidur setelah om
tidurin lagi, yuk om ke kamar”, aku mengajak dia masuk kamar.
Di ranjang segera toketku diremas-remas. Kami sejak mandi sudah
bertelanjang bulat. Kontol besarnya sudah ngaceng sempurna, kuat banget
deh dia, kayanya gak ada matinya, bisa ngaceng terus-terusan. Bibirku
diciuminya sambil meremas-remas toketku yang sudah mulai mengeras,
pentilku di pilin-pilinnya, aku hanya bisa ber… ah… uh… karena
rangsangan yang luar biasa itu. Aku malah mengimbangi ciuman ganasnya.
Pentilku langsung diserbunya, diemut-emutnya dengan rakusnya sehingga
pentilku langsung mengeras, sementara itu toketku terus saja
diremas-remasnya. Puas mengemut pentilku, jilatan lidahnya turun ke arah
perutku, terus ke bawah lagi dan mampir dimemekku. Lidahnya segera
membelah bibir memekku dan menjilati itilku, aku mengangkangkan pahaku
sehingga mempermudah dia menggarap itilku.
Aku mulai mengerang-ngerang saking nikmatnya yang melanda tubuhku.
“Aasshhg.. hngghh.. ssshhhg..” badanku melintir, bergelat-geliat oleh
kilikan jilatan di itilku. Dia makin bersemangat karena eranganku.
Tiba-tiba dia melepaskan jilatannya, segera menaiki tubuhku yang sudah
telentang pasrah, siap untuk dienjot, dia membasahi kepala kontolnya
dengan ludahnya kemudian ditempelkan ke bibir memekku dan langsung
ditusuk masuk. “Hhgghh..” sekali lagi aku mengejang kali ini oleh
sodokan kontolnya.
Tapi karena sudah cukup siap, dengan mudahnya dia menancapkan kontolnya
ke dalam memekku. Aku menggelepar ketika menyambut masuknya kontolnya
yang cepat amblas ke dalam memekku. Begitu tertanam didalam, kontolnya
dienjotkan keluar masuk pelan-pelan. Terasa banget kontolnya yang besar
menyeruak masuk mengisi lobang memekku yang terdalam. “Hhsssh, dalemm
bangett om”, spontan keluar eranganku. “Nikmat banget rasanya”.
Dia terus mengenjotkan kontolnya keluar masuk, aku merangkul lehernya
dan kedua kakiku membelit pahanya. Dia makin gencar mengenjotkan
kontolnya keluar masuk sehingga aku makin menggeliat saking nikmatnya.
“Oom, ennakk. Duhh dalem bangett masuknya om. Aaa.. dikorek-korek gitu
Ines pengenn keluarr. Ayyo om.. adduuh”, erangku gak karuan. “Iyya ayyo
aaahhgh.. ssshgh.. hghrf.. ennaak memekmu Nes, aku juga mo ngecret..
sshmmmh..” “Hhsss.. aduuhh tobatt om.. hahgh ooghh.. kontolnya masuk
dalem sekali om, gedee sekalli, aduuh.. om. Lebih nikmat dari tadi deh.”
Kontolnya makin dipompa keras-keras, nikmat banget rasanya. “Heg..
yaang kerass om.. shh, iya gittu.. aduh.. ssshgh.. heehh.. ayyo.. ayoo
om..aaahgh.. sshgh. Ines udah mo nyampe.. aduhh.. hghshh.. hrrgh..” Dia
meremas-remas toketku, sampai akhirnya akupun nyampe. Dadaku membusung,
seolah-olah tubuhku terangkat-angkat oleh tarikannya yang meremasi kedua
toketku. Tapi menjelang tiba di saat dia ngecret, dia mencabut
kontolnya dan langsung tegak berlutut sambil menarik kedua lenganku
sehingga aku ikut bangun terduduk. Dia menekan kepalaku ke arah kontolku
yang tegang mengangguk-ngangguk berlumuran cairan memekku. ‘”Ayo Nes
isepin sampe ngecret.”
Tanpa ragu-ragu aku langsung mencaplok dan mengocok kontolnya dengan
mulutku. Tidak bisa semua, hanya tertampung kepalanya saja dimulutku,
tapi ini sudah cukup membuat dia ngecret di mulutku. Aku agak tersedak
karena semprotan pejunya yang tiba-tiba, dia terus menekan kepalaku
supaya tidak melepaskan kulumanku sehingga pejunya tertelan olehku.
Setelah keluar semua, aku melepas mulutku, langsung meringis. “Kenapa
Nes, nggak enak ya rasanya?” tanyanya geli. “Asin rasanya om..” jawabku
ikut geli. “Emang enak sih dikeluarin pake mulut?” kataku sambil
bergerak bangun untuk ke kamar mandi mencuci bekas-bekas permainan ini.
“Oo.. sama kamu sih pasti enak aja.” jawabnya sambil ikut bangun
menyusulku.
Di kamar mandi, dia memelukku dari belakang, aku belum sempet bebersih
ketika tangannya mulai meremas toketku, pentilnya diplintir-plintir
sambil menciumi kudukku. Aku menggelinjang kegelian. Aku mencari
kontolnya, astaga, sudah mulai ngaceng lagi rupanya. Kuat banget dia,
baru aja ngecret di mulutku sudah mulai ngaceng lagi. “Kuat banget sih
om, baru Ines emut sampe ngecret udah ngaceng lagi”, kataku. “Iya tadi
kan ngecret dimulut kamu, sekarang pengen ngecret lagi di memek kamu”,
jawabnya sambil terus meremesi toketku. Leherku terus saja diciumi,
dijilati dengan penuh napsu. Akupun tidak tinggal diam, kontolnya yang
makin keras aku remes dan kocok-kocok biar sempurna ngacengnya. “Oom,
Ines isep lagi ya”, kataku sambil jongkok di depannya. Ujung kontolnya
kujilati dan kemudian giliran kepala kontolnya, terus ke pangkalnya,
kemudian ke biji pelernya. Dia mengangkat kaki kanannya supaya aku mudah
menjilati kontolnya. Kemudian jilatanku naik lagi keatas, dan kepalanya
langsung kukulum. Kepalaku mengangguk-ngangguk seiring keluar masuknya
kontolnya dimulutku, sambil ngisep, biji pelernya aku elus-elus. “Aaah
Nes, nikmat banget deh”, erangnya. Dia memegang rambutku dan mendorong
kontolnya keluar masuk mulutku dengan pelan.
Sepertinya dia udah tidak tahan lagi, aku diseretnya keluar kamar mandi
dan ditelentangkan di ranjang. Pentilku menjadi sasaran jilatannya,
jilatan berubah menjadi emutan, bergantian pentil kiri dan kanan.
kemudian jilatannya turun ke perut, kemudian ke pusar sampe akhirnya ke
jembutku. Jarinya mulai mengelus bibir memekku, kemudian jilatannya
mulai menjelajahi memekku yang sudah basah kembali. Jilatannya tidak
langsung ke itilku tapi berputar-putar sekitar memekku. Ke daerah paha,
terus ke daerah pantat dan naik lagi. “Oom, nakal ih”, desahku, napsu
sudah kembali menguasaiku. Jilatannya diarahkan ke itilku sambil
memasukkan jarinya ke memekku. Dia menggerakkan jarinya keluar masuk
memekku. “Oom”, desahku saking napsunya. Pinggulku menggeliat kekiri
kekanan.
Akhirnya sampailah saat yang kutunggu-tunggu, dia menaiki badanku,
ditindihnya aku, kontolnya diarahkan ke memekku yang sudah basah banget.
Kepalanya diusap-usapkan dibibir memekku. Aku mengangkat pantatku ke
atas sehingga bless masuklah kepala kontolnya membelah memekku. Dia
mulai mengeluar masukkan kontolnya ke memekku, pelan-pelan, makin lama
makin cepat, sampe akhirnya dengan satu enjotan yang keras, seluruh
kontolnya nancep dalem sekali di memekku. “Oom, nikmat sekali”, jeritku.
Aku menggelinjang makin gak beraturan seiring dengan enjotan kontolnya
keluar masuk memekku dengan cepat dan keras. Kakiku menjepit pinggulnya,
kemudian diletakkan di pundaknya, dia pada posisi berlutut, makin
terasa gesekan kontolnya ke dinding memekku, nikmat banget. Memekku
mulai berdenyut-denyut meremes-remes kontolnya yang terus bergerak
lincah keluar masuk. “Oom, Ines udah mau nyampe nih, terus enjot yang
keras om, aah”, erangku lagi. Dia makin semangat mengenjot memekku.
Tiba-tiba dia berhenti dan mencabut kontolnya. “Ooomm”, protesku.
Ternyata dia pengen ganti posisi. Aku disuruhnya nungging dan kembali
kontolnya melesak masuk memekku dari belakang, doggie style. Pantatku
dipeganginya sementara dia mengenjotkan kontolnya keluar masuk. Toketku
yang berguncang-guncang seirama dengan enjotan kontolnya diraihnya,
diremes-remesnya, pentilnya diplintir-plintir, menambah kenikmatan yang
sedang mendera tubuhku. “Terus om”, erangku lagi, aku mencengkeram
seprei dengan kuat saking nikmatnya. Aku memaju mundurkan badanku
supaya kontolnya nancep dalem sekali di memekku, sampe akhirnya. “Terus
om, Ines nyampe lagiii”.
Dinding memekku berdenyut-denyut mengiringi sampenya aku, dia terus saja
mengenjot memekku dengan cepat. Aku nelungkup, capai banget rasanya
meladeni napsunya. Dia membaringkan dirinya, kontolnya masih tegak
berdiri berlumuran cairan memekku. “Nes, kamu yang diatas ya, aku belum
keluar neh”, pintanya. Aku menempatkan diriku diatasnya, kontolnya
kupegang dan langsung kutancapkan ke memekku, badan kutekan kebawah
sehingga langsung aja kontolnya ambles semua di memekku. Aku mulai
menggoyang pinggulku, kekiri kekanan, maju mundur, berputar-putar. Biar
cape, tapi nikmat banget rasanya gesekan kontolnya ke memekku. Toketku
diremes-remesnya sambil memlintir-mlintir pentilnya. Aku merubah
gerakanku menjadi keatas kebawah mengocok kontolnya dengan memekku. “Om,
nikmat banget deh”, erangku.
Akhirnya aku tidak bisa menahan diriku lebih lama lagi, aku ambruk
didadanya karena nyampe untuk kesekian kalinya. “Om, belum mau ngecret
ya, Ines lemes om”, desahku. “Tapi nikmat kan”, jawabnya. “Nikmat banget
om”. Dia berguling tanpa mencabut kontolnya dari memekku sehingga
sekarang dia ada diatasku. Dia mulai lagi mengenjotkan kontolnya keluar
masuk memekku. “Nes, aku udah mau ngecret, erangnya sambil mempercepat
enjotannya. Dia terus mengenjotkan kontolnya keluar masuk memekku, sampe
akhirnya, “Nes”, erangnya. Terasa sekali semburan pejunya membanjiri
memekku. Kami berdua terkulai lemas.
No comments:
Post a Comment