Thursday 7 June 2018

Namaku Tian. Aku Seorang ABG Ekshibisionis

Aku lupa kapan tepatnya semua ini dimulai, tapi itu terjadi kurang lebih ketika aku berumur 14 tahun. Waktu itu aku masih duduk di bangku SMP. Seperti layaknya ABG, bentuk tubuhku mulai berubah. Payudaraku mulai tumbuh. Meski tidak semenonjol payudara Dina, teman sekelasku, namun payudaraku tetap terlihat menyembul ketika aku memakai kaos putih ketat favoritku. Kadang aku iri dengan Dina, tapi kadang aku justru kasihan dengan Dina. Payudaranya yang besar justru membuatnya tidak pede memakai kaos yang memperlihatkan lekuk tubuhnya. Dina selalu memakai kaos gombrong untuk menutupi bentuk payudaranya. Berbeda denganku yang sangat suka memakai kaos ketat yang memamerkan bentuk tubuhku. Bahkan kalau aku jalan berdua dengan Dina, cowok-cowok lebih sering melirik tubuhku ketimbang tubuh Dina. Tentu saja karena bentuk tubuhku terlihat jelas dibandingkan tubuh Dina di balik baju gombrongnya. Apalagi tubuhku lebih tinggi daripada tubuh Dina. Payudara kecilku nampak proporsional di tubuhku. Jadi meski sama-sama putih karena kami sama-sama keturunan Chinese, cowok-cowok di sekolahku lebih suka menggoda aku daripada menggoda Dina. Dan aku sangat suka kalau digoda.

Suatu kali aku diajak Mamaku jalan-jalan ke Jogja membeli stok untuk toko kami. Aku memakai tanktop hitam dan kaos putih ketat di luarnya. Tanpa beha. Mamaku sudah beberapa kali menyuruhku belajar memakai beha, tapi aku merasa tidak nyaman. Selain rasanya sesak, bentuk payudaraku jadi tidak seperti aslinya. Padahal aku suka kalau teman-teman cowokku mencuri-curi pandang ke arah payudaraku yang kadang putingnya terlihat sedikit menonjol.

Selama di Jogja, tiap kali aku berpapasan dengan cowok-cowok mahasiswa, mereka selalu melirik ke arah payudaraku. Waktu aku mampir di Gramedia, seorang mahasiswa bahkan mencoba curi-curi memfotoku ketika aku sedang berdiri membaca di rak novel. Aku memandang ke arah dadaku, ternyata memang putingku sedikit menonjol. Barangkali karena tanktop yang kupakai terlalu tipis. Seharian itu, aku menikmati tatapan liar para mahasiswa di Jogja, juga beberapa bapak-bapak gendut yang celananya jadi agak menonjol. Meski aku masih perawan, namun aku bisa membayangkan seorang dari mereka menggandeng tanganku menuju ruang tersembunyi, menghempaskanku ke meja lalu memelorotkan celana jeansku. Aku membayangkan vaginaku yang sudah basah perlahan dimasuki oleh penis coklat berkepala besar. Ooough.. membayangkannya saja sudah membuatku basah kuyup. Aku segera mencari kamar mandi lalu mengecek vaginaku. Benar saja, celana dalamku sudah basah oleh lendir. Lalu aku melakukan hal yang sedikit gila. Aku melepas celana dalamku, menyimpannya dalam tas kecilku lalu kembali memakai celana jeansku. Jadi aku sekarang tidak memakai celana dalam. Hal yang beresiko, sebab kalau aku basah kuyup lagi, celana jeansku akan langsung terkena lendir dan basahnya pasti terlihat sampai luar.

Ketika aku keluar toilet, aku berpapasan dengan mas-mas petugas kebersihan di situ. Dia tersenyum lalu tak kuasa menahan matanya untuk tidak melirik ke arah payudaraku. Aku membuka tas kecilku untuk mencari uang seribuan. Ketika mau memasukkan uang itu ke kotak dana kebersihan, aku terpikir sesuatu yang sangat gila. Aku tidak hanya memasukkan uang itu ke kotak, tapi aku juga meletakkan celana dalamku tadi di meja petugas kebersihan itu lalu langsung berlari kecil kembali ke Gramedia. Si mas petugas kebersihan itu baru menyadari bahwa yang kuletakkan di situ adalah celana dalam ketika aku sudah agak jauh. Aku menoleh ke arahnya, ia sedang memegang celana dalamku, menoleh ke kanan kiri lalu memasukkannya ke saku celananya. Ouuch... aku seperti hendak berteriak, "Mas, perkosa aku mas.. perkosa aku..."

Hari itu aku merasa sangat bergairah, hingga aku memutuskan untuk mencoba untuk masturbasi pertama kalinya. Sambil memasuk-masukkan jari tengahku ke liang vaginaku, aku membayangkan mas-mas petugas kebersihan tadi menyeretku ke toilet pria, lalu menelanjangiku dan menghajar vaginaku dengan berbagai posisi. Mulai posisi berdiri bersandar di dinding hingga posisi nungging sambil memegang erat pinggulku. I feel very dirty, very naughty.

Itulah awal kisahku sebagai seorang abege ekshibisionis muda.

No comments:

Post a Comment