Sebelumnya saya minta maaf jika cerita saya ini terlalu mengusik rasa
moral para pembaca. Namun saya harus tuangkan apa yang sesungguhnya
pernah terjadi.
Ceritanya berawal dari rumah petak kontrakan saya di dalam gang yang
agak terisolir dan gelap. Saya pilih tempat ini karena selain murah,
juga karena rasanya rada ekslusif karena luput dari perhatian para
tetangga.
Hanya satu kamar tamu, satu kamar tidur, kamar mandi. Tidak terlalu
besar, karena harganya murah. Tapi bagi saya yang merantau ke Jakarta
ini rasanya cukuplah, karena dana kiriman orang tua untuk membiayai
kuliah saya juga tidak terlalu berlebihan.
Saya baru sekitar 3 bulan menempati rumah petak ini, setelah sebelumnya
kost di dekat kampus. Kegiatan kuliah di tahun pertama tidak terlalu
padat. Biasanya sekitar jam 3 sore saya sudah kembali ke rumah.
Fotografi adalah hobi saya. Untunglah saya hidup di masa foto digital
sudah merebak, sehingga hobi saya tidak terlalu membebani biaya rutin
bulanan.
Di samping tumah saya ada sebidang tanah kosong yang sering dijadikan
arena bermain anak-anak yang tinggal di sekitar situ. Mereka adalah
obyek foto saya. Mereka senang difoto ketika sedang bermain dan saya
senang menangkap ekspresi polos anak-anak. Karena itu maka saya banyak
mengenal anak-anak di lingkungan itu.
Salah satu anak yang paling centil dan paling sering saya jadikan model
adalah Ery. Dia cantik dan masih duduk di kelas 5. Dia paling akrab
dengan saya sehingga sering menerobos kamar saya ketika saya sedang
asyik menonton TV. Tidak ada lagi rasa canggung dan dia sering pula
minta diajari menyelesaikan PR nya.
Saya tentu saja tidak punya perasaan apa-apa selain senang mempunyai
teman kecil dan dengan sepenuh hati ingin membantu dia agar nilai
pelajarannya selalu unggul. Itu pulalah akhirnya yang mengakibatkan Ery
sering main ke rumah saya. Ia anak tunggal dan hidup hanya dengan
ibunya. Seharian dia hanya sendirian di rumah, karena ibunya bekerja
dari pagi sampai petang.
Sebagai anak yang masih berumur sekitar 10 tahun, ia tampaknya bongsor
dan genit. Tapi waktu itu saya tidak terpikir sedikit pun untuk tertarik
secara seksual.
Suatu hari ketika dia tersesak buang air, dia langsung masuk kamar
mandi. Rumah saya memang sudah dianggap sebagai rumahnya. Dia memang
biasa begitu. Namun tiba-tiba saya mendengar dia menjerit memanggil
saya. "Mas..... mas.....mas... tolong mas ada cacing"
Saya kaget dan langsung bangun dari tempat duduk, " dimana"
"Ini di sini aku jijik, tapi aku malu," jeritnya sambil menangis dan terhiba-hiba.
"Lantas gimana, apa perlu aku tolong,"
Pintu kamar mandi masih terkunci dan dari dalam masih terdengar Ery menghiba , " mas tolong mass)
Kunci pintu kamar mandi terdengar dibuka dan Ery dengan berpenutup handuk berdiri sambil agak nungging.
Aku menerobos masuk dan mencari di sekitar lantai, " mana " kataku.
"Ini mas di pantat dia nggak mau keluar menggantung.
Ery berbalik dan menungging di depan ku. Ternyata cacing itu menggantung di lubang duburnya.
"Sebentar aku ambil tisu"
Aku keluar dan mulai terpikir, kalau aku cabut dari lubang anusnya pasti
akan terlihat kemaluannya. Akal iseng ku mulai keluar. "Sini nungging,
nggak usah malu kalau takut sama cacing."
Ery tanpa pikir panjang Lalu nungging di depan ku, maka terpaparlah anus
dengan cacing tergantung dan kemaluannya dari belakang. Pelan-pelan aku
cabut cacing dari lubang anusnya dan keluarlah cacing sepanjang hampir
10 cm.
Ery bergidik melihat cacing, karena dia geli pada binatang cacing. "Mas aku takut, nanti ada lagi yang keluar."
" Ya udah mas tunggin di sini kamu terusin buang airnya." Ery kembali
nongkrong menghadap ke arah ku. Maka terpaparlah gundukan kemaluan yang
masih gundul.
Aku pura-pura tidak tertarik melihat kamaluannya, padahal kontol mulai ngaceng.
Ery masih mengeluarkan sisa tinja yang tertahan. Dia rupanya trauma
dengan cacing tadi sehingga tidak berani melihat ke bawah. "Mas Ada lagi
nggak cacing yang keluar?"
Karena kamar mandi sempit maka tidak ada ruang untuk aku melihatnya dari
belakang. Satu-satunya celah hanya memandang dari depan. Aku pun dengan
gaya ditenang-tenangkan jongkok untuk memeriksa apa ada cacing yang
tergantung. Yang aku perhatikan tentu saja bukan cacing, tetapi memeknya
yang merekah. Aku pura-pura memperhatikan kemungkinan ada cacing,
padahal meneliti bentuk memeknya yang merekah merah.
Kontolku mengeras maksimal. "nggak ada lagi kok,' kata ku datar.
"Mas cebokin mas aku takut, nanti msih ada cacingnya."
Astaga, ini anak kenapa jadi begini. Mengambil kesempatan dalam
kesempitan, akhirnya saya mengeliminir rasa jijik. Ery ku suruh jongkok
di depan ku dan dengan gayung aku mencebokinya. Berkali-kali aku usap
tanganku di sekitar anusnya sampai bersih dan tentu saja menyenggol
memeknya. "Mas jangan ke situ mas geli," kata Ery ketika kesenggol
clitorisnya.
Setelah aku sabuni dan bersih, aku pun menyabuni tanganku berkali-kali. " Masih ada cacingnya nggak mas," tanya Ery.
"Nanti mas periksa, jangan pakai celana dulu, mas mau periksa di luar di tempat yang agak terang."
Padahal mana mungkin memeriksa cacing dalam anus, orang ketika diraba sudah tidak terasa apa-apa.
Ery kuminta telentang di tempat tidur, mengangkan selebar mungkin dan
mengangkat kakinya. Memeknya kelihatan jelas dan anusnya juga . Aku
sibak anusnya pura-pura memeriksa padahal mataku menatap lobang memek
yang kecil dan tertutup.
Aku raba lubang anusnya dan sedikit memasukkan jari tengah, tetapi tidak
bisa. Tak kurang akal aku cari cream body lotion dan kulumasi jari
tengah lalu ku tusuk perlahan-lahan ke dalam lubang anusnya. Ery
mendesis, mungkin geli atau mungkin juga keenakan. "Sakit" tanya ku.
"Sedikit tapi juga geli"
Jari tengah ku masuk pelan-pelan sampai akhirnya masuk seluruhnya lalu
aku putar-putar. Ery makin mendesis-desis.
"Ssssshhh.....ssssshhh....sssshhhh"
"Nggak ada lagi kok" kataku menyudahi pemeriksaan jahil.
Lalu Ery ku suruh kembali mengenakan celana dalamnya.
"ini gara-gara mama sih, aku disuruh makan obat cacing jadi keluar deh cacingnya," kata Ery bersungut-sungut.
KOntolku tegang maksimal, tapi aku tidak tau harus berbuat apa. Ery masih 10 tahun, meskipun teteknya mulai tumbuh.
Kubuang pikiran jahat ku dan aku kembali menenangkan diri.
Celakanya Ery sejak saat itu sering minta ...
diceboki. Anak ini makin manja. " Abis enak sih diceboki ama Mas," katanya manja.
Aku selalu mengambil kesempatan meraba itilnya ketika menceboki Ery sampai kadang-kadang dia menggelinjang kegelian.
Dia pun sudah tidak punya rasa malu lagi dan percaya 100 persen bahwa
aku menjaganya. Padahal otakku suntuk setiap kali meraba itilnya,
kontolku ngaceng sekeras-kerasnya. Apa boleh buat.
Suatu saat ide ku muncul untuk mengambil fotonya dalam keadaan bugil.
Dia toh senang difoto, dan tidak lagi ada rasa malu di depan ku. So
tidak ada penghalang. Aku jadi bebas menikmati tubuh telanjangnya, baik
langsung atau dalam file di komputer.
Ery pertama heran atas permintaanku dan dia merasa malu juga kalau harus
beraksi telanjang di depan kamera. Tapi aku beralasan untuk dokumentasi
pribadi.
Dia akhirnya setuju. Segera aku ubah kamar tidurku menjadi studio dan
berbagai pose dari yang artistik sampai yang paling vulgar. Dari berdiri
malu-malu sampai tangannya menguak vaginanya dan kuambil close up.
Selaput daranya sampai bisa tertangkap kamera karena terlalu seringnya
memeknya dipluek.
Aku jadi makin terangsang memperhatikan fotonya di komputer. Hasil
jepretanku tidak kalah dengan foto-foto lolita dari Rusia atau Ukraina.
Semua pose yang ada di situs-situs lolita sudah aku praktekkan pada Ery.
Akhirnya kepala ku jadi ngeres, tetapi aku tidak berani mengingat
berbagai risiko yang bakal muncul jika aku menyetubuhinya. Keadaan jadi
cenggur (ngaceng nanggur) terus. Pelampiasannya hanya onani.
Suatu hari Ery menegurku. " Mas sudah lihat Ery telanjang, tetapi Ery
belum pernah lihat Mas telanjang, nggak adil dong," katanya.
Aku bingung mencari kata-kata dan alasan untuk bertahan.
"Kenapa kok pengin lihat mas telanjang ?" tanya ku sambil mencari ksempatan waktu berpikir untuk bertahan.
"Ery juga pengin motret mas telanjang,' katanya.
"Mati aku," aku jadi makin terpojok.
Akhirnya aku menyerah karena tidak punya alasan dan kata-kata untuk
bertahan. " Ya udah, Ery mau motret mas talanjang sekarang ?"
Ery hanya mengangguk.
Aku malu bukan karena aku harus telanjang, tetapi kontolku ini ngaceng,
kalau aku buka celana tiba-tiba mencuat batang 15 cm, bagaimana aku
menerangkannya.
Muncul akal. "Sebentar Mas mau buang air dulu ya." Aku buru-buru masuk
kamar mandi dan sambil nongkrong aku onani. Setelah ejakulasi aku
pura-pura menyiram kotoran di wc. Dalam keadaan telanjang bulat aku
keluar dan menemui Ery di kamar ku yang sudah siap dengan kamera digital
ku.
Setelah aku ajari mengenai cara pengambilan gambar, Ery mulai beraksi
menyorot diriku dari berbagai posisi. "Sialan aku dikerjai anak kecil nggak sanggup ngelawan," kata ku dalam hati.
Sialnya dia pun ikut-ikutan mengambil foto close up kontol ku. Bukan
hanya mengambil foto dari jarak dekat, dia pun mengubah-ubah posisi
kontolku ketika aku pada posisi duduk setengah berbaring.
Kontolku yang sejak tadi lemes saja, disenggol-senggol jadi bangun. " Lho mas kok kontolmu jadi bengkak.
"YA orang disenggol-senggol ya jadi bengkak," kataku sekenanya.
"Sakit nggak mas, orang cuma disenggol kok bisa bengkak," katanya polos.
"Ya agak sakit," kataku berbohong.
"Gimana ngobatinya, pakai refanol bisa nggak," katanya bersungguh-sungguh.
"Nggak bisa pakai refanol, nantilah kita obati setelah foto-foto selesai.
"Kamu harusnya juga telanjang jadi kita bisa foto berdua sambil
telanjang, kata ku." Otakku jadi kurang kurang sehat kalau lagi sange.
Padahal foto berduaan telanjang ini risikonya besar. Tapi kalau lagi
sange mana berpikir panjang begitu.
Ery setuju dan kami pun berfoto berdua telanjang dalam berbagai gaya.
Rupanya dalam berbagai pose dimana tanganku memegang teteknya yang baru
numbuh dan memeknya yang belum tumbuh bulu membuat dia jadi terangsang
juga. Buktinya memeknya ketika kuraba mulai basah.
Aku baru tahu kalau anak kecil bisa terangsang dan memeknya basah juga.
Aku pun makin gila dan berpose makin mesra, mulai pose mencium bibirnya,
mencium teteknya menjilat pentilnya yang masih kecil. Ketika Mencium
bibirnya aku melumatnya dan tidak memperdulikan timer di kamera lagi.
Ery binggung dan tetapi diapun jadi makin terangsang. Begitu juga ketika
pose aku menjilat pentil susunya, dia geli-geli keenakan.
Aku kemudian mengusulkan posisi gambar aku menjilat memeknya. Dia Protes
karena dianggap itu menjijikkan. Aku bilang aku nggak jijik, cobalah.
Dia memegang kamera dan aku tiarap di antara kangkangan kakinya dan
dengan hati-hati aku menyentuhkan ujung lidahku ke ujung clitorisnyanya.
" Ah geli mas, " katanya sambil menarik menjauhkan memeknya dari
lidahku. Foto tidak sempat diambil karena dia kaget.
"Coba lagi" kataku.
Kini tanganku merangkul pantatnya untuk menahan agar dia tidak menarik lagi pantatnya seperti tadi.
"Ok siap ya" kata ku.
Kini aku tidak lagi menjulurkan lidahku tetapi membenamkan seluruh mulut
ke vaginanya dan lidahku mencari clitoris di ujung atas liptan memeknya
bagian dalam. Dia menggelinjang dan aku terus melakukan serangan dengan
jilatan lembut ke clitorisnya. Setiap kali lidahku mengenai ujung
clitorisnya setiap kali pula dia menggelinjang. Dia bingung dan lupa
harus mengambil foto. Posisinya yang tadi setengah duduk kini jadi rebah
telentang sepenuhnya. Aku pun makin bersemangat menjilati clitorisnya.
Ery mulai mendesah dan makin lama makin panjang. Sssshh.....
sssshhhh..... ssssssshhhhh.
Mungkin sekitar 5 menit tiba-tiba Ery menjerit tertahan dan lubang
vaginanya berdenyut-denyut. Aku menghentikan jilatan dan menekankan
lidahku diitilnya. Tangan Ery juga menarik kepalaku agar menekan
vaginanya. Dia mencapai orgasme mungkin yang pertama seumur hidupnya.
Tubuhnya yang tadi meregang, kini lemas seperti tak bertulang. " Geli
dan enak banget mas, apasih tadi itu," katanya kemudian setelah dia
mulai siuman.
"Itu namanya orgasme, yaitu kepuasan seksual."
Aku tidur telentang di sampingnya, dengan posisi kontolku mengacung tegak ke atas.
Tangannya kuraih dan kubawa ke kontol ku untuk menggenggamnya. " Keras amat mas, kenapa sih," tanyanya penuh keheranan.
"Bisa sembuh nggak," tanynya lagi.
"BIsa tapi kamu harus bantu mengobatinya"
"Caranya gimana"
"Caranya sama seperti tadi mas lakukan .. .pada Ery."
"Ih Ery nggak bisa mas, Ery jijik" protesnya.
" Kalau mas nggak jijik, kenapa Ery jijik, coba dulu, kalau nggak gitu bengkaknya makin besar dan nggak bisa sembuh." ujar ku.
Ery bangkit dan mendekatkan kepalanya ke kontol ku. Tangannya mulai menggenggam batang kontolku yang keras seperti kayu.
"Coba jilat ujungnya" kata ku memberi komando.
Dengan gerakan ragu-ragu dia mulai menjulurkan lidahnya dan menyentuh
kepala kontolku. Setelah beberapa jilatan dia mulai terbiasa.
" Kulum," perintahku.
"Itu mas ada lendirnya dan rasanya agak asin," protesnya.
Aku ambil celana dalam yang tergeletak di samping ku dan aku lap lendir di ujung kontol ku.
Ery dengan gerakan ragu mulai mengulum perlahan-lahan, tetapi giginya menyentuh ujung kepala kontolku.,
"jangan sampai kena gigi Ry"
Setelah beberapa saat dia mulai terbisa dan bisa menyesuaikan agar giginya tidak menggeser kontol ku.
"Manju mundur dan sedot yang kuat," kata ku sambil aku mengambil foto pada moment yang sangat merangsang ini.
Ery dengan cepat mengikuti perintahku dan kini dia sudah mulai mahir.
Rasa enak menjalar ke seluruh tubuhku sampai ke ubun-ubun rasanya.
"Rya bawahnya juga dijilat ," Kata ku sambil memberi petunjuk untuk juga menjilat buah zakarku.
Aku tidak bisa menahan nikmatnya dijilati anak umur 10 tahun yang mulai
pintar ini. Ssshhh ...... sssshhh ..... aduh enak ry terus Ry, Sedot
lagi Ry. Aku tidak bisa bertahan lama dan kuangkat kepalanya menjauh
dari Kontolku dan kubekap kontolku yang segera memuntahkan cairan kental
putih ke atas perutku.
Ery menatap heran. " Apa yang keluar itu mas, kok kental dan lengket gitu," tanyanya.
"itu sperma, sebagai tanda akau mencapai puncak kenikmatan seperti yang kamu rasakan tadi," kataku.
Badan ku lemas dan aku segera melap cairan itu dengan handuk kecil yang memang sudah kusediakan sejak awal di tempat tidurku.
Sekitar 5 menit kami tidur telanjang berdampingan.
Sejak saat itu, Ery jadi ketagihan dan dia sering memintaku untuk memuaskan dirinya dan memuaskan diriku juga.
Berbagai gaya foto vulgar adeganku dengan Ery makin lengkap dalam
koleksi. Aku menyimpan semua foto-foto itu dalam internet yang hanya aku
bisa melihatnya.
Adegan itu terus berlangsung sampai sekitar 3 bulan, sampai suatu saat aku ingin mendapatkan yang lebih dari itu.
Otak ku makin gila dan tidak lagi terpikir risiko-risiko yang bakal muncul.
Dengan alasan adegan foto aku mulai menempelkan ujung kemaluan ku di
mulut vaginanya. Pertama ya hanya nempel saja dari berbagai angel. Tapi
rasa penasaran mendorongku untuk berbuat jauh.
Aku ingin membenamkan kepala kontolku saja, untuk merasakan kenikmatan
memeknya tanpa merusak sepalut keperawannya. Pada awalnya sulit sekali
menerobos masuk dengan bantuan jely pelicin perlahan-lahan kepala
kontolku mulai bisa menyeruak lipatan vaginanya. Aku berhenti ketika di
dalam vagina ada yang terasa menghalangi. Gerakanku hanya maju mundur
1-2 cm saja. Rasanya juga sudah nikmat sekali sampai aku bisa
menembakkan air maniku. Aku tidak berani melepas maniku di dalam
memeknya.
Ritual ini berlangsung lebih dari 10 kali sampai aku tidak memerlukan jeli pelicin lagi bagi mendorong kepala kontolku.
Rasa penasaran juga lah yang mendorong aku untuk berbuat lebih jauh
lagi. Aku mencoba untuk memasukkan setengah batang kontolku, karena
kalau cuma kepala ketika ditarik sering lepas dan lama-lama jadi kurang
nikmat.
Ketika Kepala kontolku tertahan untuk masuk terus, aku berhenti dan
menarik nafas. Kontolku aku pertegang sehingga ada efek sedikit
mendorong masuk, lalu aku kendurkan lagi ketika Ery mengernyit
kesakitan. Kemudian aku pertegang lagi sambil agak mendorong, berhenti
ketika Ery mulai kesakitan. Gerakan itu bisa membawa batang kontolku
masuk lebih dalam, sekitar 2 inci lalu aku bermain maju mundur pada
jarak 2 inci sampai menjelang aku ejakulasi.
Permainan 2 inci akhirnya lancar setelah kami bermain sekitar 2 minggu dengan frekuensi sekitar 5 kali.
Ery makin ketagihan dengan permainan yang makin meningkat ini. Dia tidak
lagi merasakan kesakitan ketika permainan 2 inci itu berlangsung.
Selanjutnya aku mulai mencoba menerobos lebih dalam lagi. Tekniknya sama
dengan sebelumnya berhenti ditegangkan lalu tekan sedikit. berhenti
lagi lalu tegangkan dan tekan sedikit. Gerakan ini bisa membawa kontolku
terbenam sekitar separuhnya. Aku pun berhenti pada posisi ini dan hanya
bermain setengah tiang.
Seminggu bermain setengah tiang dan tidak ada lagi rasa sakit pada memek
Ery membawa aku penasaran ingin membenamkan seluruh kontolku ke dalam
memeknya.
Dari posisi setengah tiang tidak lagi terlalu sulit dan lama untuk
membenamkan seluruh batang kontolku, meskipun gerakanku tetap hati-hati
dengan menegangkan dan mendorong pelan. Bless masuklah seluruh batang
kontolku ke dalam memek kecil yang masih belum tumbuh bulu. Aku berhenti
untuk sekitar 1 menit pada posisi terbenam itu, menikmati betapa hangat
dan sempitnya memek Ery.
Perlahan-lahan gerakan maju mundur dengan sangat lambat aku coba dan
kontolku terasa seperti terjepit sangat ketat. Aku tidak bisa bertahan
lama di dalam memek yang sempit, sekitar 5 menit pertahananku jebol dan
aku muntahkan di perut cewek imut ini.
Sebelum memulai membenamkan kontolku aku selalu memuaskan Ery dengan
oral sampai dia orgasme minimal 2 kali. Sebab, aku menyadari, aku tidak
bisa membawanya orgasme melalui hubungan normal, karena sempitnya memek
ini tidak mungkin aku bertahan bisa main lama.
Berbagai posisi hubungan badan kuabadikan dari berbagai angel sampai
pada posisi-posisi close up. Ngentot menjadi kegiatan rutin kami sampai
Ery mencapai usia 11 tahun.
Persahabatan ku dengan Ery jadi makin akrab dan berkat bimbinganku pada
pelajaran sekolahnya, dia berhasil meraih rangking 1 di kelasnya. Aku
bangga dan juga puas.
Meski perbedaan usia kami terpaut 9 tahun, tetapi dalam hubungan sex
kesenjangan itu hampir tidak ada artinya. Hampir setahun aku berteman
dengan Ery, tetapi sekalipun aku belum pernah melihat Ibunya, apalagi
mengenalnya.
Aku memang kurang berminat mengenal ibunya dan kalau bisa malah menghindar mengenalnya.
Ternyata Ery juga menutup rapat diriku terhadap ibunya, ia hanya mengaku sering belajar bersama teman sekelasnya.
Sudah hampir setahun aku berhubungan dengan Ery sampai ia berusia 11 ...
.tahun. Dia belum mendapatkan mensturasinya.
Meskipun usianya masih terlalu muda, tetapi nafsu sexnya ternyata cukup
tinggi. Aku seringkali kewalahan menghadapi permintaannya. Hampir setiap
hari dia memintaku untuk menyetubuhinya. Setiap kali hubungan
seringkali aku harus meladeninya sampai 4-5 ronde. Kadang-kadang
pinggang ku rasanya sampai mau patah, karena pada ronde ke dua dan
seterusnya aku baru bisa ejakulasi setelah sekitar 30 menit.
Kecil-kecil sudah hyper, bagaimana besarnya nanti. Suatu kali dia pernah
diminta ibunya untuk menginap di rumah temannya karena ibunya harus
pergi ke luar kota untuk selama 2 hari. Ibunya percaya saja kalau Ery
memang benar menginap di rumah temannya, tanpa dia mengecek. Padahal Ery
mendekam dirumahku. Karena dua hari itu adalah hari Sabtu dan Minggu,
maka Ery seharian di rumah ku. Dalam 24 jam aku melayaninya sampai 10
ronde. Ronde ke 9 ejakulasiku hanya mengeluarkan angin.
Akhir-akhir ini aku agak jarang menyetubuhi Ery karena kegiatan kuliahku
padat, dan kadang-kadang sampai malam. Ery protes karena dia jarang
disetubuhi. namun keadaan yang tidak memungkinkan. Aku menyetubuhinya
paling pada hari Minggu, karena sampai malam minggu aku disibukkan
dengan kuliah.
Sudah sekitar 3 bulan memek Ery hanya aku besut seminggu sekali. Pada
awalnya setiap kesempatan hari minggu Ery menuntutku bermain sampai 6
ronde. Namun karena aku lama-lama kewalahan akhirnya akau hanya penuhi 3
ronde saja. Begitulah berjalan beberapa bulan sampai Ery bercerita
bahwa dia tertarik pada teman laki sebayanya. Aku kenal anaknya bernama
Aryo, karena dia juga dari lingkungan sekitarku juga.
Suatu malam minggu ketika aku pulang kuliah sekitar jam setengah 7, aku
menangkap bayangan di halaman kosong sebelah rumah ku ada seperti orang
mengendap-endap. Aku pun berjalan mengendap untuk memastikan pandangan
apa gerangan gerakan itu, pencurikah, atau hewan. Sampai jarak 5 meter
aku baru bisa melihat agak jelas bahwa disudut tanah kosong itu ada dua
anak sedang bergumul. Aku dekati sampai sekitar 2 meter aku kejutkan
mereka, " Ngapain ini" dengan nada suara membentak.
Mereka terkejut dan tak segera bisa lari, karena kulihat Ery dan Ary
sedang bertindih-tindihan. Celana mereka tidak dilepas hanya diturunkan
sampai sebatas betis, sehingga susah berlari. Keduanya pucat dan malu.
Dengan nada tetap garang saya perintahkan mereka mengenakan kembali pakaiannya. Keduanya aku gelandang masuk ke rumah ku.
Mereka duduk di ruang depan dengan kepala tertunduk, malu takut bercampur baur.
"Kamu masih kecil kenapa sudah bermain seperti orang dewasa," kata ku sok berwibawa dan bersih.
Mereka lalu saling tuduh menuduh mengenai siapa yang memulai dan siapa yang mengajak.
"Sudahlah" kata ku
"Kamu nggak usah takut, tadi saya sudah lihat kamu." kata saya.
"Mas tolong mas saya jangan diadukan ke orang tua saya atau di bawa ke polisi, tolong mas," kata Aryo.
"Baik," kata saya.
"Saya tidak melaporkan perbuatan kalian asal kalian menuruti saya," kata Ku
"Saya kasih kalian kesempatan meneruskan permainan kalian tadi di sini
tetapi saya akan melihatnya, kalau kalian tidak bisa, maka akan saya
laporkan ke orang tua kalian,"
Aryo baru berani mengangkat kepala dan bertanya. "benar boleh di sini".
"Benar, di sini kalian aman tidak ada yang memergoki."
KUperintahkan keduanya membersihkan diri ke kamar mandi dan dari kamar
mandi keluar harus dalam keadaan talanjang masuk ke kamar ku.
Pertama Aryo masuk ke kamar mandi, Dia mandi, mungkin di semak-semak
tadi gatal., Keluar dengan malu-malu menutup burungnya masuk ke kamar
ku. Aryo umurnya 12 tahun. Ery kemudian masuk kamar mandi dan dia
mencuci seluruh badannya dan menyabuninya. Dia keluar dari kamar mandi
dengan tenang jalan sambil telanjang masuk ke kamar ku.
Aku duduk dikursi dan siap memberi aba-aba. "Aryo apakah kamu sudah pernah onani dan mengeluarkan mani."
"Sudah mas" jawabnya singkat.
"Baik sekarang kamu telentang."
Ery kuperintahkan memegang kemaluan Aryo yang belum berbulu agar bangun
menegang. Dalam beberapa saat saja kemaluan Ery sudah bangun dan tegak
sekitar 12 cm panjangnya. Dia sudah sunat. Ery kuperintahkan untuk
mengulumnya. Aryo kaget dan protes. "Kok diemut mas, kan jijik katanya."
"Udah kamu diam saja dan ikuti perintahku"
Aryo pssrah dan tidur telentang, Ery yang memang sudah lihai dengan
segera mengambil posisi diantara kedua kaki Aryo dan mengulum penis
Aryo.
Aryo mendesis-desis keenakan. " Enak yo," tanyaku.
"Enak banget mas tapi rada geli, tapi enak."
Ery yang sudah piawai mengoral akhirnya menjebol pertahanan Aryo hanya
dalam waktu kurang dari 2 menit. Semua mani Aryo ditelan dan Aryo
kelojotan kegelian ketika ejakulasi penisnya masih diisap oleh Ery.
Sampai penis Ary lemas baru dilepas oleh Ery.
"Enak banget mas, saya belum pernah ngerasakan seperti ini," kata Aryo.
" Kamu juga harus membuat enak Ery, setelah istirahat sebentar, kamu juga harus menjilat memek Ery" kata ku.
Aku perintahkan Ery tidur telentang dan Aryo kubimbing tengkurap
diantara kedua paha Ery. Dia awalnya ragu, menjilat memek Ery. Aku kuak
memek Ery dan kutujukkan itilnya yang harus dijilat dengan gerakan
lembut.
"Kalau kamu tadi dienakkan oleh Ery, sekarang giliran kamu mengenakkan Ery, itu biar adil,"kataku.
Aryo dengan gerakan ragu dan penasaran melihat memek yang merekah merah
itu akhirnya dia mulai menjulurkan lidahnya ke clitoris Ery. Karena
lidahnya terus dijulurkan Aryo mulai lelah. " Bekap mulutmu ke memeknya,
dan jilati terus," perintahku.
Aryo kemudian menurut dan Ery mulai kelojotan itilnya dijilati. Sekitar 5
menit Ery meregang dan Aryo kuperintahkan mengehentikan jilatannnya dan
lidahnya menekan memek Ery. Ery pun menekan kepala Aryo ke memeknya
kuat-kuat. Baru 15 Detik Aryobersikeras mengangkat kepalanya menjauhi
memek Ery, "nggak bisa nafas" katanya. Ery yang lagi tanggung orgasme
akhirnya menekankan tangannya ke memeknya sampai orgasmenya tuntas.
Kontol Aryo sudah berdiri lagi, meski belum penuh. Ery yang baru
menyelesaikan orgasmenya langsung meraih kontol Aryo dan
meremas-remasnya. Mendapat perlakuan itu, kontol Aryo makin mengeras
sampai sempurna.
"Sekarang masukkan kontolmu pelan-pelan ke memek Ery, kamu merangkak diatas Ery, cium bibirnya, lalu cium ... teteknya,"
Aryo yang sudah mulai bangkit nafsunya segera mencium Ery. Mereka
berciuman penuh nafsu dan tidak memperdulikan ada orang lain yang
menonton. Sementara aku kontolku makin tegang.
Aryo kemudian turun menciumi tetek Ery yang baru numbuh sebesar "mouse"
laptop. Sekitar 10 menit cumbuan aku perintahkan Aryo memasukkan
kontolnya ke memek Ery.
"Tadi waktu diluar kamu sudah sempat masukkan kontolmu apa belum " tanya ku.
"Belum, dia nyodoknya selalu didepan, mana bisa masuk," kata Ery.
"Abis aku nggak tau lobangnya ada di bawah," kata Aryo.
Ary membimbing kontolnya menuju memek Ery, tetapi berkali-kali gagal
masuk sampai Ery menuntun ke memeknya dan menarik pantat Aryo agar
kontolnya segera menerjang pintu masuk.
Aryo mulai menggenjeot dengan penuh semangat. Dia pompa sekuat tenaga.
Sekitar 5 menit dia bertahan pada posisi itu. Aku perintahkan untuk
tukar posisi. Ery kini diatas dan Ery dalam posisi duduk bersimpuh
mengangkangi badan Aryo ia melakukan gerakan maju mundur. Aryo
nyengir-nyengir keenakan kontolnya dibesut Ery. Pada posisi ini Ery
sempat mencapai orgasme sempai dia lunglai jatuh memeluk Aryo. Posisi
kuperintahkan berganti lagi, dengan posisi dog style. Ary menyodok
kontolnya dari belakang sambil memegangi pantat Ery. Mungkin posisi itu
menstimulan G Spot Ery, sehingga Ery tak lama kemudian mengerang dengan
keras keenakan. Mendengar erangan itu Aryo makin semangat dan makin
terangsang dia puun mencapai puncaknya dan membenamkan dalam-dalam
kontolnya dan menyemburkan lahar panas ke dalam memek Ery.
"Saya lupa mas menarik kontol saya, dikeluarkan diluar, abis enak banget," kata Aryo meminta maaf pada ku.
" Kalau dia hamil kamu harus bertanggung jawab, " kataku mengingatkannya.
Aryo wajahnya jadi kecut dan seketika itu juga kontolnya menciut.
"Enggaklah mudah-mudah," kata saya.
Aryo pun kembali bersinar mukanya.
Mereka aku perintahkan untuk kembali masuk kamar mandi bersama-sama
untuk membersihkan diri. Hampir setengah jam kutunggu kok nggak
selesai-selesai. Ketika kubuka pintu kamar mandi ternyata keduanya
melanjutkan ronde ketiga dalam posisi berdiri, Ery membungkuk dan Aryo
menyikatnya dari belakang.
"Abis ngaceng lagi mas gara-gara kontolku disabuni Ery," kata Aryo sambil senyum-senyum-senyum.
"Awas jangan dikeluarkan didalam, cabut kalau mau nyembur, kata ku.
Sekitar 10 menit kemudian keduanya keluar dari kamar mandi dalam keadaan
segar dan klimis. Sudah hampir jam setengah 10 kalian segera pulang aku
antar ke dekat rumah kalian. Kami berjalan bertiga dan Aryo lebih dulu
sampai ke rumahnya. Setelah aku dan Ery jalan berdua, Ery minta aku
balik lagi ke rumah. " Ibu Lagi pergi mas." katanya.
Sejak saat itu rumahku dijadikan hotel jam-jaman oleh kedua anak itu.
Ery kini melayani aku juga Aryo. Namun Aryo tidak pernah tahu hubunganku
dengan Ery. Kami sepakat merahasiakan.
Kedua anak itu telah pula membintangi film porno karya ku untuk durasi
sekitar 30 menit. Mereka sudah tidak lagi canggung di depanku. Aku pun
memanfaatkan mereka untuk membersihkan dan merapikan, rumah ku.
Kuperhatikan hubungan Aryo-Ery hanya Just4Fun, karena baik Aryo maupun
Ery tetap bebas berteman akrab dengan yang lain. Hubunganku dengan Ery
juga sama, sehingga tidak ada rasa cemburu diantara kami.
Suatu hari Ery mengajak seorang wanita ke rumah ku, "Kenalkan ini mama saya."
Jantungku berhenti beberapa saat. Rasa khawatir, malu, tajub bercampur
baur menjadi satu. Di sisi lain kagum dan terpana muncul dalam otakku.
"Oh ini mas didit, " ujar ibunya sambil mengulurkan tangan menyalamiku.
Wanita cantik berusia tidak sampai 30, kulit putih dengan body sempurna tinggi sekitar 165 cm dengan berat seimbang.
"Mas didit saya mau berterima kasih selama ini membimbing Ery sehingga dia unggul di sekolah," kata wanita cantik ini.
Serr darah ku yang tadi bergumpal di otak segera mencair dan kepala ku
yang tadinya panas kini menjadi dingin mendadak. Plong dadaku juga ikut
lega.
"Ah nggak usah dipikirkan, saya hanya memanfaatkan waktu luang saja, tidak usah menjadi rasa berhutang," kataku merendah.
Percakapan kami segera menjadi akrab dan akhirnya Ery dan ibunya
mengajakku ke rumahnya. Aku sebetulnya malu, tetapi tidak punya alasan
menolak.
Sebuah rumah yang cukup bagus berpagar tinggi. Interior di dalamnya rapi
dan penataan yang apik. Ery hanya tinggal berdua dengan ibunya. Mereka
jengah merekrut pembantu karena selalu keluar-masuk dan ada saja
barang-barang yang hilang jika pembantu itu berhenti.
Ibunya termasuk wanita yang suka ngobrol, apa saja diceritakan sampai
mengenai ia kawin muda usia 15 tahun dan melahirkan Ery pada usia 16
tahun. Pantas kelihatan masih muda karena usianya sekarang baru 27
tahun.
Dia bercerai dengan suaminya sudah lebih dari 5 tahun dan dia terus
terang mengakui bahwa penyebab perceraian itu, karena dirinya lesbi.
"Mas didit sering-sering kemari nemani Ery dan mengajarinya, saya tidak
bisa terlalu banyak membimbing karena waktu saya habis menurusi bisnis
yang kini memerlukan perhatian lebih serius.
Sejak saat itu, aku jadi sering main ke rumah Ery, dan jika aku libur
kuliah aku bisa seharian di rumah Ery. Kami bertelajang bulat saja
berkeliaran di rumah itu sepanjang hari.
Dari Ery kuketahui ibunya mempunyai pasangan lesbi yang sering juga
datang ke rumah kalau ibunya sedang berada di rumah. Bahkan sering
menginap. Ibunya terang-terangan kalau bercumbu dengan pasangannya dan
tidak pernah merasa canggung meski di depan anaknya. Belakangan ku
ketahui Ery bahkan sering dilibatkan. Ery pun mengaku dia kerap diminta
ibunya jika sedang sange sementara pasangan lesbinya tidak datang.
Akhirnya aku hampir mati mendadak terkejut, ketika Ery mengungkapkan
bahwa hubugan dengan ku juga sudah diketahui semua ibunya. Jadi pengin
malu tapi udah terlambat.
Setelah 3 bulan aku mengetahui semua kehidupan dalam rumah itu. aku pun
sudah kenal dengan pasangan lesbi ibunya. Kami berempat sering ngrumpi
kadang-kadang bergadang main remi, sampai kami akhirnya telanjang bulat
berempat, karena memang taruhannya membuka baju. Tidak ada rasa canggung
lagi dan rahasia diantara kami berempat. Ibunya santai saja melakukan
cumbuan berat dengan bertelanjang bulat dengan pasangannya di depan ku
dan Ery. Aku pun santai saja ngentot Ery di depan ibunya dan pasangan
lesbinya.
Mbak Vina ... begitu aku menyebut ibunya Ery dan Mbak Dian pasagan
lesbinya yang berperan sebagai pria, tidak pernah sedikitpun tertarik
pada diri ku. Mereka berdua memang pernah memegang-megang kontol ku yang
menegang, tapi mereka melanjutkan bercumbu berdua.
Aku pun tak berani berusaha mengubah orientasi seks mereka, karena
mereka tetap dingin menghadapi laki-laki meski sudah telanjang di depan
mereka.
Aku baru menyadari kenapa keluarga ini tidak tertarik mempunyai
pembantu. Sebab kehidupan bebas mereka jadi terrganggu jia ada orang
lain yang pemahaman sexnya tidak sebebas mereka. Aku pun diperkenankan
masuk ke lingkungan ini karena ibunya tahu aku telah ngewek anaknya
berkali-kali.
Suatu hari aku terbangun dari tidur lelahku setelah main 3 ronde dengan
Ery dikamarnya. Kulihat jam didinding menunjukkan jam 7 malam.
Samar-sama kudengar suara ramai di ruang keluarga. Perutku lapar. Dengan
santi bertelanjang bulat aku keluar menuju dapur yang tentunya melewati
ruang keluarga. Kami biasa berlalu laang telanjang di rumah ini. Ada
rasa yang berbeda memang jika hidup di komunitas telanjang. Paling tidak
kita jadi bersikap lebih terbuka dan jarang berbohong.
Aku berhenti sebentar mengamati area pertarungan. Ternyata Mbak Dian
sedang dijilati Ery dan Mbak vina sedang menjilati anak perempuan usia
sekitar 15 tahun. Oh ini Didit, kenalkan ini adiknya mbak Dian, "mirna"
katanya menyalami ku dan aku balas "didit" Kami dalam keadaan telanjang
bulat. Aku lalu pamit dari arena karena mau bikin mi isntan di dapur, "
lapar " kata ku.
Mereka segera melanjutkan pertarungan dan aku santai saja duduk di sofa
dekat mereka sambil makan mi. Antara lapar dan terangsang akibatnya aku
tetap makan tetapi pelan-pelan kontol juga bangun. Apa boleh buat ketika
aku berjalan kembali mengantar mangkok kosong ke dapur, aku berjalan
sambil dalam keadaan kontol ngacung ke depan. Itulah dunia telanjang,
sulit menutupi keadaan yang sebenarnya.
Aturan di rumah itu, setiap habis makan harus sikat gigi sampai bersih.
Sikat gigi di wastafel dekat dapur tersedia beberapa dan tidak ada yang
khusus dimiliki seseorang. kami bergantian semaunya menggunakannya. Aku
pun lalu membersihkan mulut dan mulut kembali segar.
Sambil menenteng segelas air dingin aku kembali ke arena duduk disofa
memperhatikan pertarungan 4 wanita berbeda-beda usia. Mbak dian meski
tomboy tetapi fisiknya sesungguhnya sexy. teteknya besar, mungkin ukuran
36 B, pinggangnya ramping dan pantatnya bulat kulitnya agak gelap. Mbak
Vina teteknya tidak terlalu besar tapi bulat dan pantatnya juga lebar
dan tonggeng.
Nah Mirna kuperhatikan badannya pendek tapi semok dan kulitnya agak
gelap, rambutnya sebahu lurus. Jembutnya masih jarang kelihatannya baru
tumbuh sekitar 25 lembar.
Mereka semua santai saja meski aku menonton, hanya Mirna yang
kelihatannya rada kurang kosentrasi. Pendatang baru memang maklumlah
begitu.
"Dit ini ajari anggota baru kita," kata Mbak Vina.
Mbak Vina lalu membimbing Mirna merangkak lalu bersimpuh di depan
kontolku yang ngaceng. "Coba kamu pegang dan kamu isap kontol Didit
ini." Mirna sejenak menatapku, aku pun mengangguk.
Dengan gerakan agak ragu Mirna mencekam kontolku lalu didekatkannya
kemulutnya tapi dia berhenti ketika jarak mulut ke kontol tinggal 5 cm.
Dia diam sebentar. Aku pun diam memperhatikannya. Aku mencoba pasif dan
menikmati apa pun yang akan dilakukan Mirna.
Dengan gerakan ragu dia mulai menjulurkan lidahnya ke ujung penisku. Di
sapunya dengan jilatan seluruh kepala penis, itu. Aku memberi respon
dengan mendesis dan mengerang pela. Ini menambah semangat Mirna untuk
bertindak agresif sehingga semua batang penis dijilati termasuk ke
kantong zakarku yang jadi sensitif. Kali ini mendesis dan mengerang
sesungguhnya karena memang makin nikmat. " MIr isap mir" pintaku
diselingi desis dan erangan pelan. Mirna mengetahui tindakkannya benar
dan membakar birahiku dia pun makin bersemangat. Di sedotnya kuat-kuat
sampai rasanya ubun-ubunku ikut kesedot. Aku jadi mengerang keras
melampiaskan rasa nikmat. Mirna mulai mengerti cara mengulum tanpa
diberi petunjuk, dia maju mundurkan batang penisku sampai hampir masuk
semua ke mulutnya.
Sekitar 15 menit adegan ini berlangsung, mulutnya mungkin mulai pegal
sehingga dia bangun dan menubruk tubuhku memelukku erat. Mulutnya ku
sosor dan dengan ciuman erat aku cium sampai dia hampir kehabisan nafas.
Kubalikkan posisi sehingga kini gantian dia duduk bersandar di sofa dan
aku menindih badannya. Ciuman ku lanjutkan ke puting susunya yang masih
belum tumbuh sempurnna tapi sudah mengeras karena terangsang.
Kuhisap, kugigit pelan lalu dijilat. Mirna mulai mengeluarkan desisan
ulah. Dia rupanya sangat ekspresif. Desisannya makin keras kadang-kadang
malah mengerang seperti orang kesakitan. Aku jadi makin full voltase
endapat respon begitu. Memeknya ku raba, ternyata sudah basah kuyup.
Aku pun perlahan-lahan turun mencium perut, selangkangan, paha bagian
dalam. Mirna menggeelinjang kegelian dan keenakan juga. Ku lebarkan
bentangan kakinya dan ku kuak memek yang bentuknya montok kayak "mouse"
Itilnya ternyata sangat menonjol sehingga tidak susah aku menemukannya.
Merah muda mengkilat keluar dari lipatan di atas lipatan bibir dalamnya.
Kubekapkan mulutku ke wilayah sekitar itil yang menonjol itu dan dengan
sapuan lembut kujilat sekeliling itil yang terasa mengeras.
Mirna mengerang makin keras dia tidak peduli ada beberapa orang di
sekitarnya. Ketika itilnya mulai bisa menyesuaikan jilatanku aku pun
mulai menuju ke ujung itilnya. Dia menggelinjang kaget sambil berteriak.
Pelan-pelan kusapu ujung itilnya dengan lidahku ku bagian bawah. Dia
makin mengerang dan bergerak liar sehingga aku terpaksa menahan kedua
pahanya dengan tanganku. Kini ujung lidahku yang mulai menyapu ujung
itilnya dengan gerakan yang konstan dan beritme 1/1.
Tidak sampai 5 menit Mirna berteriak keras dan menarik kepala erat
kepalaku ke memeknya. Mulutku jadi belepotan cairan vagina Mirna, aku
pun sulit bernafas. Memeknya berdenyut menandakan ia mencapai orgasme.
Tampaknya semua kaget ketika Mirna berteriak saat awal orgasme sampai
semua aktifitas di ruang itu berhenti memperhatikan "Whats wrong". "
Gila lu mir tereak sekenceng-kencengnya kata Mbak Dian.
Habis enak banget sih aku jadi nggak tahan dan lupa. Dalam keadaan
bersandar lunglai aku tetap seperti bersujud di depan Mirna. Ku colok
jariku ke dalam memek Mirna. Agak sulit masuk sampai Mirnya meringis.
Aku mencari lokasi G Spot di bagian dalam ... memeknya.
Jaringan empuk bulan sebedsar uang logam Rp 50 yang baru kutemukan
dibelakang saluran pipisnya. Dengan gerakan lembut kugesek pelan dengan
ritme yang tetap. Kini Mirna kembali mengerang dan mendesis bergantian .
Suaranya makin lama makin keras. Ledekan Mbak Dian dan Mbak Vina tidak
diperdulikan Mirna. Dia makin seru dan akhirnya belum 2 menit dia
berteriak sekuat-kuatnya lalu sadar dan menutup mulutnya sendiri. Itupun
dia tetap berteriak didalam dekapan tangannya. Jariku tetap di dalam
memeknya terasa dijepit jepit dengan ritme yang hampir sama dengan
denyut kontolku ketika sedang ejakulasi. Cairan memeknya meleleh makin
banyak. Mirna baru mendapatkan orgasme G Spot, suatu orgasme yang jarang
dialami cewek.
Kini Mirna terkulai lemas, sementara aku makin horni dan makin keras.
Kami ternyata jadi tontonan "life Show" ini mulai mereka nikmati ketika
Mirna mengerang dengan suara yang cukup keras.
Kontolku yang mencung keras ke depan pelan-pelan ku tempelkan ke depan
bukan memek Mirna. Ujung penisku ku else-oleskan dengan carian yang
banjir di mulut memeknya, lalu pelan-pelan kusodokkan mmenyeruak ke
dalam memek Mirna. Agak sulit meskipun pelumasan sudah cukup. dengan
gerakan hati-hati ku dorong pelan-pelan k menerjang masuk makin dalam ke
dalam memek Mirna. Sampai pada titik tertentu kontolku tertahan tidak
bisa maju. Rasanya seperti buntu, padahal kontolku baru masuk setengah
jalan. Aku menduga ini adalah selaput dar Mirna. Kalau kiupaksa dengan
dorongan kuat, Mirna pasti keskitan luar biasa. Maka gerakan menegang
untuk maju kembali kupraktekkan. lalu diselinigni dengan gerakan maju
mundur untuk meleluasakan lobang yang telah berhasil diterobos. Setelah
gerakan setengah tiang lancar. Aku kembali berhenti di titik buntu dan
dengan sedikit menekan dan menegangkan penisku aku akhirnya berhasil
masuk lebih dalam. Mirna meringis dan di ujugn matanya meleleh air mata.
" Sakit Mir" Dia mengangguk. Aku majukan penisku pelan-pelan sampai
seluruhnya terbenam. Stay sekitar 2 menit dalam keadaan terendam penuh,
aku mulai mencoba menarik perlahan-lahan. Gerakan ini juga akag seret
rasanya sampai kulit penisku ikut tertarik seperti kesedot memeknya
mirna. Kutarik sedikit- kumajukan secara bertahap akhirnya gerakan tarik
maju makin panjang. Mirna pun mulai melupakan kepedihan memekmeknya
karena selain pantannya mulai bergoyang dia juga mulai mengerang dan
mendesis lagi. Makin lama makin keras suaranya. Aku pun menikmati memek
sempit ini rasanya legit amat. Mungkin selain memek perawan, juga karena
cairan memeknya kental dan agak lengket. Mungkin kalau diibaratkan oli
mesin dia punya SAE 120, kental sekali. Benar juga dalam hatiku ,cewek
berkulit hitam, memeknya lebih enak dari yang berkulit putih. Sekitar 15
menit aku pompa Mirna dan dia sudah menjerit 2 kali tanda orgasmenya,
tetapi tetap kugenjot sambil mencari posisi G SPotnya dengan sodokan
penisku. Kutemukan ketika dia bereaksi menerima sodokankan dengan
erangan-erangan seirama sodokkanku. Tiba-tiba dia seperti orang bersin
dan lalu menjerit kembali sekuat-kuatnya ttanpa ingat harus menutup
mulutnya sehingga serulah isi rumah ini dipenuhi teriakan mirna. Dia
mencapai orgasemnya yang tertinggi. Menddapat respon itu akau jadi makin
terangsang dan terasa lahar mulai akan menyembur. Kutarik kontolku dan
kukocok sebentar lalu ku keluarkan di atas perut Mirna. Mirna sudah
pasrah saja . Dia lemas abis, terkulai seperti tidak bertulang.
Kuambil handuk kecil basah lalu ku lapkan ke bekas ceceran maniku di perut Mirna, Dia tertidur pulas di kursi itu.
Sejak itu kami setiap malam minggu melakukan sex party. Aku hanya
satu-satunya pejantan. Dua wanita yang harus aku layani sementara yang
dua lagi nggak tertarik ama kontol. " aku heran kok bisa begitu ya,
padahal mereka juga menggunakan dildo."
Aku nggak ambil pusing lah, kalau mereka normal, akau nanti yang
kewalahan, punya 4 babon. Dengan 2 babon saja dengkulku rasanya hampir
copot.
Secara sembunyi aku menempatkan kamera dan handphone dengan kapasitas
besar pada posisi yang strategis. Tiga kamera masing-masing video
kamera. handpone, stil kamera digital yang bisa berfungsi sebagai video
kamera dan web cam yang aku hubungkan dengan laptop aku arahkan ke arena
"sex party" 4 kali sex party aku memiliki banyak sekali file di dalam
komputerku tinggal mengedit dan menyatukannya dalam satu video berdurasi
sekitar 1 jam. Hasil candid camera ternyat tidak terlalu mengecewakan,
cukup detil dan lumayan bikin orang terangsang menontonnya. Tidak ada
yang tahu kecuali aku sendiri.
Aku sering kali tidak percaya dengan pengalaman yang kualami, andapun
berpikir mungkin begitu juga. Wajarlah, tapi kita nikmati saja cerita ku
tanpa harus banyak mempersoalkan. Yang penting sange lah. Aku terpaku
hampir 10 jam menuangkan ceritaku ini.
Suasana di rumah Mbak Vina tiba-tiba berubah ketika 2 anak kembar laki
perempuan masuk kerumah itu sebagai anggota keluarga. Pada usia sekitar 9
tahun mereka ditinggal mati kedua orang tuanya akibat kecelakaan. Mbak
Vina adalah satu-satunya kerabat dekatnya sehingga dengan terpaksa dia
harus menampung kedua anak yang manis dan cakep ini. Mereka polos
berasal dari kota jauh dari Jakarta.
Anak kembar laki-perempuan umumnya harus hidup dipisahkan, karena mereka
cenderung akan intim seperti sepasang pacar dan merasa kembarannya
adalah jodohnya.
Sampai saat terakhir hidup dengan orang tuanya mereka tidak tinggal
terpisah, bahkan jika mereka dipisah tidur di kamar berbedapun akan
resah dan saling tidak bisa tidur. Mereka memang akhirnya disatukan
dalam satu kamar dengan ranjang terpisah ketika tinggal bersama orang
tuanya.
Ketika di rumah mbak Vina mereka pun tetap rapat dan tinggal disatu
kamar, bahkan di satu tempat tidur. Mereka nyata sekali saling
menyayangi satu sama lain.
Tetapi kamilah yang tidak bisa saling menyayangi, karena terhalang
kehadiran mereka. Kegiatanku dengan Ery dan Mirna akhirnya pindah ke
rumah ku dan MMbak Vina dan Mbak Dian menutup diri di kamarnya.
Kehidupan munafik ini berlangsung sampai 3 bulan, membuat seisi rumah
ini jadi makin frustasi, sampai aku memergoki keduanya saling berciuman
di tempat tidur seperti layaknya orang pacaran.
Vicky dan Dicky begitu mereka diberi nama terkejut melihat kehadiranku
yang tiba-tiba menyelinap ke dalam kamar mereka. Terkejut, malu dan ada
rasa bersalah, Vicky si kembar cewek berkilah, "Aku menyayangi Dicky
mas.".
"Nggak apa-apa kok, mas mengerti, kamu nggak usah malu"
Untuk lebih meyakinkan ...
mereka aku mengajari trik-trik berciuman. Meski agak ragu mereka akhirnya bisa menerima kahadiranku.
Dari interaksiku mereka sudah terbiasa berciuman sejak mungkin setahun terakhir ini. Hanya itu saja.
Aku ajari berciuman akan makin asyik kalau satu sama lain saling meraba.
Yang diraba adalah masing-masing kemaluan mereka. Awalnya aku ajari
meraba dari luar pakaian masing-masing genital sambil berciuman. Setelah
mereka praktekkan dan mereka rupanya jadi terangsang. Kubimbing tangan
Dicky masuk ke dalam celana dalam Vicky sampai menemukan memeknya dan
Vicky pun aku bimbing tangannya memasuki celana Dicky untuk menggenggam
batang milik Dicky.
Hampir 15 menit mereka saling meraba dari dalam sampai Dicky tiba-tiba protes, " Mas Vicky pipis nih tangan saya jadi basah."
Vicky protes. "enggak kok, vicky enggak pipis."
Mereka berhenti beraktifitas gara-gara Vicky terangsang dan memeknya mulai basah.
Aku menjelaskan bahwa Vicky memang benar tidak pipis. Bawuknya basah
karena dipegang-pegang Dicky. " Itu normal, dan tandanya Vickya senang
dan menikmati. " Ya kan Vick)" Vicky mengangguk malu.
Akhirnya mereka kuarahkan untuk membuka semua baju dan celana dan
bertelanjang bulat. Vicky keberatan dan agak protes, mereka malu kalau
harus saling telanjang mereka belum pernah melakukannya apalagi di depan
diriku.
Aku matikan lampu kamar sehingga suasana jadi agak temaram, dan akhirnya
setelah aku yakinkan bahwa aku mengajari mereka agar bisa menikmati
rasa yang lebih enak, akhirnya mereka melpas semua pakaiannya. Kambali
mereka kusuruh pelukan, ciuman dan meraba genital masing-masing lawan.
Mereka mengulangi adegan tadi dan tangan Vicky kuarahkan agar melakukan
gerakan mengocok penis Dicky dan tangan dicky kuarahkan agar jari
tengahnya menyelip ke dalam belahan memek vicky.
Keduanya makin tgerangsang sehingga tidak peduli lagi ada aku disampingnya .
Dicky aku arahkan agar mencium kedua puting Vicky yang belum tumbuh
karena dadanya masih rata. Dia menuruti dan rupanya Vicky makin
terangsang meski belum tumbuh teteknya. Dia mulai mengerang meski
tertahan dan pelan. Sedang dDicky pun makin agresif mengisap pentil
Vicky yang rupanya juga mulai mengeras.
Dicky kuarahkan agar tidur telentang dan Vicky duduk disampingnya.
Vickya kuarahkan menintensifkan kocokan ke batang Dicky yang telah
tegang sempurna dengan panjang sekitar 10 cm. Dicky penisnya telah
disunat. Kocokan Vicky makin kencang sampai akhirnya Dicky mengerang.
Dia mencapai orgasme tetapi belum ada spermanya. Vicky kuminta
menghentikan aktifitasnya karena penis Dicky jadi terasa ngilu. " Enak
oom," terimakasih ya. Dicky tersenyum puas.
"sekarang giliran kamu memuaskan Vicky" perintahku.
"Gimana mas caranya,".
Kuarahkan jari tengahnya untuk menggosok perlahan-lahan itil Vicky.
Begitu jari tengah Dicky menyentuh clitoris Vicky, dia menggelinjang dan
terkejut. Dicky pun bingung, "Kenapa Vick," tanya Dicky.
"Geli," katanya.
Kuarahkan agar d
Dicky memperlakukan clitoris Vicky secara halus dan jangan ditekan
kuat-kuat. Dicky dengan sabar menuruti perintah ku, tetapi dia selalu
kehilangan arah mencari clit Vick. Nggak kelihatan sih katanya.
Aku menyalakan lampu dan Dicky tidak protes malah dia senang. Aku
tunjukkan dimana letak clit Vicky dan bagaimana memperlakukannya.
Dicky akhirnya mulai mahir memainkan clit Vicky sampai sekitar 10 menit
Vicky meregang dan aku perintahkan tangan Dicky mendekap memek Vicky. "
Mas memek Vicky kok berkedut-kedut," ujar Dicky.
"Yah memang begitu sama seperti kamu tadi juga berkedut-kedut," jeasku.
Pelajaran hari ini sampai disini saja, mereka kuasarankan untuk membersihkan diri.
Dicky dan Vicky makin akrab dengan ku mereka makin banyak bertanya dan
makin terbuka. Nanti aku ajari yang lebih asyik lagi, aku menjanjikan
mereka. "Emang ada yang lebih enak lagi mas," tanya Vicky.
"Ada dong,"
Ajari lagi dong, sekarang dong mas," kata Dicky.
Kusarnakan mereka membersihakan kemaluannya dan menyabuninya sampai
terasa wangi. Tanpa tunggu lama mereka segera menyerbu kamar mandi dan
tidak sampai 5 menit mereka sudah menemuiku di kamarnya.
"Buka baju dan lakukan seperti yang kalian biasa lakukan," perintahku.
Keduanya langsung berpagutan dan mulai saling meraba, Dicky mulai pintar
menciumi bagian-bagian tubuh Vicky. Demikian juga Vicky mulai pandai
merangsang genital Dicky. Sampai titik rangsangan tertentu mereka
kuminta berhenti. Kuperintahkan Dicky tidur telentang dan batangnya
sudah menegang keras sekali, Vicky kuminta mencium batang penis Dicky. "
Ih buat pipis kok dicium, jijikan mas," protes Vicky.
"Tadi kan sudah dibersihin dan pakai sabun, coba cium wangi nggak," ujar ku.
Vicky mencoba mencium dan memang dia mengirup aroma wangi sabun. "Jilat ujungnya ujung penisnya," perintahku.
Vicky agak ragu dan mulai menjilat seperti dia sedang mencoba merasakan sesuatu. " Nggak ada rasanya mas," ujarnya.
"Memang ngga ada rasanya, tetapi Dicky merasakan enak, benar gak Dick,"
Dicky hanya mengangguk.
Vicky mulai terbiasa menjilat, ujung penis Dicky lalu aku menunjuk bagian-bagian yang harus dia jilat. sampai ke kantong zakar.
Dicky keenakan, sambil menggelinjang. Setelah lancara acara penjilatan,
aku minta Vicky mengulum batang Dicky. Vicky yang sudah terangsang tidak
protes jijik lagi dia mulai memasukkan batang Dicky ke dalam mulutnya .
" Jangan sampai kena gigi," titahku pada vicky.
Isap dan maju mundur , ujarku pada Vicky.
Belum sampai 5 menit Dicky sudah kelojotan keenakan. Kuperintahkan Vicky untuk menghentikan aktifitasnya.
"Lebih enak mas, top deh" puji dicky.
Kini giliran kamu Dick memuaskan Vicky.
"Tapi Vicky kan nggak punya batang apanya yang mesti diemut," protes Dicky.
Vicky ku suruh berbaring dan merengganggkan kedua kakinya dan menekuk ke
atas. Kubuka lobang memek Vicky dan menunjukkan pada Dicky bagian mana
yang harus di jilat.
"Tapi memek Vicky basah mas, kalau batangku kan kering," protes Dicky.
"Coba cium wangi nggak," ujar ku.
Dicky membaui memek Vicky dan dia setuju memek Vicky memang masih wangi bau sabun.
Dicky kuarahkan tidur telungkup diantara kedua kaki Vicky dan mulai
menjilat clitnya. Bagitu tersentuh lidah Vicky kaget. " Kenapa Vick,
sakit, tanya Dicky.
"Enggak kok tapi geli dan agak ngilu."
Kuarahkan agar jilatan dicky janan langsung ke ujung clit tetapi
seputarannya saja ... dulu sampai Vicky terbiasa dan beradaptasi dengan
jilatan Dicky. Dicky kusarankan untuk membekapkan mulutnya ke sekitar
itil Vicky.
Vicky mulai terangsang hebat dan bergerak-gerak ketika itilnya tersentuh lidah Dicky.
Sekitar 10 menit, Vicky mulai kelojotan dan merintih keenakan. Dia
mencapai orgasme. Dicky kusuruh menghentikan aktifitasnya dan kembali
mencium mulut Vicky yang masih sange berat pasca orgasem. Vicky memeluk
erat saudara kembar laki-laginya.
Setelah dua minggu aku biarkan pengetahuan cumbu mereka dsampai disitu
akhirnya, Dicky menarik tanganku." Mas katanya kalau batangku dimasukkan
ke memek Vicky rasanya bakal lebih enak lagi. ADa temen di sekolah yang
cerita-cerita soal ngentot. Saya sudah coba tapi nggak bisa masuk,"
kata Dicky.
"Sebetulnya belum waktunya kamu melakukan itu, jadi ya belum bisa," ujarku enteng.
"Yah mas tapi Dicky kepengin," Vcky yang kemudian merapat juga mengatakan hal s=yang sama.
"Ya sudah sana cuci-cuci dulu," perintahku
Aku lalu menyusul masuk ke kamar mereka.
Aku duduk di kursi dan mengamti dari kejauhah. Kuperintahkan mereka
melakukan ritual seperti biasa , cium, raba dan oral. Mereka protes dan
mengatakan ingin langsung. Aku yakinkan itu tidakbisa, harus ada proses
tidak bisa langsung apalagi ini baru pertama, jadi harus melalui proses
dari pelajaran sebalumnya.
Mereka pun akhirnya menuruti kata-kataku dan hampir 1 jam mereka menyelelsaikan masing-masing orgasmenya.
Batang Dicky sudah tegak kembalisetelah hampir 10 menit mengoral Vicky.
Vicky kuarahkan tidur dengan mengangkangkan kakinya dan menekuk ke atas.
Dicky merangkak di atasnya dan dengan tanganku ku bimbing batang
penisnya menemukan sasaran. Sebelumnya batang Dicky aku lumasi dengan KY
Jelly agar lebih licin. Kepala penis Dicky mengkilat karena sudah
mencapai ketagangan yang sempurna aku kuakkan belahan memek Vicky dan
Dicky dengan memegangi penisnya di mendorong masuk ke dalam memek Vicky.
Berkali kali kepelset ke atas dan ke bawah. sampai akhirnya kepala penis
dicky masuk. " Pelan-pelan dick, jangan dipaksa karena ini dirasakan
sakit oleh Visky," kata ku.
Vicky membenarkan dengan mengatakan "pelan-pelan Dick, sakit".
Aku minta dicky menarik sedikit dan kembali mendorong sedikit. " TArik sedikit dan dorong lebih banyak,"
Gerakan itu berhasil membawa batang Dicky masuk hampir separo smpai dia
merasakan buntu. Sementara Vicky sudah berlinangan air mata menahan rasa
sakit.
Aku minta keduanya bersabar, karena memang pada usia kalian hal ini belum waktunya jadi agak sakit.
Dalam hatiku berkata bagus penisnya masih kecil kalau penisku yang menerobos, bisa pingsan si Vicky ini.
Gerakan maju mundur setengah batang sudah mulai lancar dan Vickya sudah mulai kurang merasa sakitnya.
Dicky kusuruh bertahan di dalam liang vagina Vicky dan kuminta untuk
agak menekan sedikit , kalau Vicky sakit, harus berhenti, kalau sudah
tidak sakit lagi diteruskan kembali. Dicky memang murid yang cerdas dia
melakukan apa yang aku perintahkan sampai akhirnya semua batang penis
dicky tenggelam di memek Vicky. Dicky kuminta untuk tidak melakukan
gerakan kasar, karena Vicky masti merasakan sakit ada sedikit noda darah
di sprei menandakan selaput dara Vicky sudah jebol.
Mungkin karena sempit dan demikian lama proses penerobosan itu. Dicky akhirnya mencapai orgasme di dalam memek Vicky.
Vicky tidak mendapatkan orgasme karena dia lebih merasa sakit dari pada enak
Keduanya terkulai lemas. Aku tinggalkan mereka dalam keadaan terlelap tidur.
Di luar aku ketemu Ery.
"Abis ngapain mas,"tanya Ery.
"Ngajari Dicky dan Vicky,"
Ery lalu faham dan segera menarikku ke kamarnya.
Suatu hari aku tanya Ery, "Mau gak ngajar praktek Dicky dan Vicky,"
Ery menyambut gembira tawaran ku itu.
Ketika tawaran yang sama ku sampaikan Dicky dan Vicky mereka juga setuju.
Pada hari yang sudah kami sepakati dimulailah pelajaran dengan guru Ery dan aku sebagai pengawas.
Untuk menghilangkan rasa canggung kami sepakati semua dalam keadaan telanjang di dalam kamar dan semua sudah dicuci bersih.
Bagitu kubuka celanaku maka kontolku langsung ngacung ke depan, Dicky juga begitu. Ah normal.
Ery teteknya sudah lebih besar karena dia kini sudah mencapai usia 12 tahun.
Pelajaran pertama adalah terhadap Dicky dan Ery akan melakukan praktek
kepada Dicky. Vicky agak cemas tapi dia terpaksa menerima karena sudah
kesepakatan.
Dengan kelihaian Ery dia mulai merangsang Dicky dengan mulai menghisap
penis dicky diseleingi menjilan dan sampai menjilati lubang dubur Dicky.
Mendapat serangan piawai dan tidak duduga, Ery jadi kelojotan keenakan
dan mengerang tanpa sadar.
Belum sampai 5 menit Dicky sudah kejang mencapai orgasme. di mulut Ery.
Ery puas karena sergapannya segera membuahkan hasil. Vicky ternganga saja sambil duduk bersila disamping Dicky.
Ery lalu melepaskan saran. Kalau Dicky yang diajari, Vicky juga harus
diajari secara praktek dan yang melakukannya adalah Mas Didit. Vicky
Terperangah dan dia tidak bisa menangkis ketika Ery membujuk Vicky agar
mau menerima pelajaranpraktek dari ku. Aku juga tak menduga bakal
terlibat sejauh ini.
"Ayo mas ajarin Vicky tu biar lebih mahir," ujar Ery.
Vicky aku bimbing untuk rebah dan perlahan-lahan kucium keningknya,
pipinya, lehernya , telinganya sampai dia mulai on. Bibirnya kusergap
dengan gerakan yang menambah nafsu. Vicky jadi lupa dia sedang
berhadapan dengan siapa . Tangannya segera merangkul leherku dan
memeluknya erat. Aku semakin ganas menyerang Vicky. mulai kuciumi
kebawah, sampai bagian susunya yang rupnya sudah agak mengelembung
sedikit terutama bagian sekitar putingnya. Vicky menggeliat dan merintih
keenakan.
JIlatanku makin ke bawah dan akhirnya mendarat sampai di sekitar
memeknya. Tidak langsung menuju sasaran itil, tetapi diseputar memek dan
lubang anusnya. Vicky makin kelojotan dan mulai mendesis.
Memek kecil itu mulai basah dan mulai mengalir keluar dari celahnya.
Melihat aksku, Dicky rupanya mulai terangsang dan pensinya
perlahan-lahan bangun. Kesempatan itu tidak disia-siakan ErY lalu dia
segera mendorong Dicky untuk tidur telentang dan Ery lalu menduduki
penis Dicky yang dengan mudahnya masuk ke memek Ery. Ery melakukan
gerakan maju mundur.
Aku pun mulai melakukan serangan ke itil Vicky dan mulailah dial
bergelinjang-gelinjang smapia akhirnya dpada menit ke 10 dia meregang
orgasme. Setelah pulih dari ritem orgasmenya aku mengarahkan kontolku
untuk mencob menerobos masuk ke memek gadis 9 tahun. Dengan hati hati ku
...
sorongkan kepala Penisku yang tampaknya terlalu besar bagi lobang vagina
Vicky. Pelan-pelan kudorogn sampai semua bagian kepala masu. Vicky
hanya menggelengkan kepala ketika kutanya apakah sakit. Aku maju
mundurkan sedikit untuk melumasi batang penisku sebelum ku dorong lebih
dalam.
Perlahan-lahan penisku mulai memenuhi rongga memek Vicky. Bibir Vagina
Vicky terlihat terbuka lebar melahap batang penisku. Ternya bisa juga
seluuh batang ku ambles ke dalam memk kcil ini. Aku melakukan gerakan
hati-hati. "Penuh bagnet mas rasanya" ujar Vicky.
Pelan pelan aku goyang sampai gerakan keluar masuk makin lancar. Sekitar
15 menit pada posisi misionaris aku balikkan badan Vicky sehingga di
sekarang berada diatas ku dia duduk persimpuh dan kuperintahkan
melakukan gerakan maju mundur jangan naik turun, karena dia tidak bisa
mengontrol gerakan naik turun. Khawatir nanti batangku copot dari
memeknya.
Vicky mulai terangsang karena dia mendapatkan posisi yang tepat dia
makin bersemangat menggerakkan pinggulnya sampai dia sendiri mengerang
dan rebah ke badan ku. Vicky mencapai Orgasme.
Kuminta Vicky Nugging dan kuterobos lobang memeknya dari belakang
gerakan keluar masuk makin merangsang dan hampir 10 menit Vicky
berteriak . Rupanya dia mencapai orgase G-SPot. Akupun jadi makin
terangsang dan Segera kutarik batangku lalu kusemprotkan seprma di
pungkung Vicky.
Ery dan Dicky masih bergumul,. Mungkin sizenya tidak tepat jadi keduanya
jadi mendapat rangsangan minimal. Hampir setengah jam kemudian Dickyy
mengejang , sementara Ery belum mendapatkan orgasme.
Ery lalu menyambar kontolku dan diisapnya dengan penuh nafsu. setelah
berdiri tegak dia segera duduk di atas penisku sambil terus melakukan
gerakan ganas dan brutal sammpai dia menjerit keenakan mendadapat
orgasme.
Kami berempat kelelahan.
Sejak sat itu kami berempat jadi bebas melakukan hubungan sex sampai akhirnya Mbak Vina mengetahuinya.
Komunita telanjagn kembli bersemi dan kami berenam lebih memilih
telanjang dirumah dari pada mengenakan pakaian. Party sex pun kembali
diselenggarakan.
Aku sempat mendokumentasikan pemecahan perawan Vicky oleh Dicky dan tentu saja pelajaran praktek dengan pembimbing aku dan Ery.
Dokumentasiku makin lengkap dan makin bervariasi aktor dan aktresnya.
No comments:
Post a Comment