Thursday 7 June 2018

The First Blood

Saat mataku terpejam, aku kembali berada di sebuah lapang. Tempat yang sama ketika aku memimpikan seorang wanita cantik yang beberapa kali datang dalam mimpiku. Namun wanita itu tidak ada. Kucoba mencarinya keberbagai penjuru, tapi tak sedikitpun aku menemukannya.

Tiba tiba aku berlari, mengitari bukit kecil itu. Aku terus berlari, aku ingin melihat sosok wanita itu lagi. Aku berharap kali ini aku dapat melihat sosok wajahnya.

Aku kembali berlari, berlari tiada henti. Sudah lama aku berlari hingga tanah yang ditumbuhi beragam jenis Bunga itu sudah jauh aku tinggalkan.

Dalam pencarianku untuk menemukan wanita itu, aku melihat sebuah rumah berwarna putih bersih. Hatiku begitu tertarik untuk masuk kedalamnya. Akhirnya aku melangkah masuk kedalam pintu besar berwarna putih. Ketika aku masuk kedalam rumah tersebut, kulihat semua perabot dan cat didalam rumah ini juga berwarna putih.

Seluruh mataku memandang hanya warna putih yang menyilaukan yang dapat aku lihat.

Kususuri seisi rumah ini. Tapi tidak ada seorangpun yang ada didalam rumah yang berukuran cukup luas ini. Namun ketika aku masuk kedalam sebuah kamar dilantai dua. Kulihat sebuah sosok wanita berambut pendek. Ia mengenakan sebuah gaun putih yang begitu transparan, hingga lekuk tubuhnya yang langsing dapat kulihat begitu jelas.

Perlahan wanita itu membalikan tubuhnya, rambut pendeknya terkibas oleh angin dari jendela yang terbuka.

Wanita dihadapanku ini adalah wanita yang selama ini menemaniku. Wanita yang selalu mengucapkan kata cinta dari bibir mungilnya. Wanita yang selalu membelai lembut rambutku.

Ia berjalan menghampiriku. Kutatap wajahnya yang sedari tadi menatapku. Sesampainya ia dihadapanku, ia meletakan lengannya diatas pundaku. Lalu ia mendorong tubuhku hingga terhempas diatas kasur.

Ia naik katas kasur bersamaku. Perlahan ia membuka gaun tipisnya hingga kini tubuhnya tak terhalang sehelai benangpun.

Ia mulai merangkak diatas tubuhku, memainkan puting susuku, menggesekan punyanya diatas punyaku.

Sungguh nikmat, kupejamkan mataku untuk menikmati kenikmatan yang Ia berikan.

Ahhhhhhhh

Dari bibir mungilnya kudengar desahan kecil yang begitu bergetar digendang telingaku.

Achhhhhh

Achhhhhhhhh

Desahan desahan kecil itu semakin memekakan telinga. Semakin menggema didalam ruangangan serba putih ini.

ACChhhhhhhhh

Achhhhhhhh.....

Achhhhh

Suara desahan itu semakin keras. Aku segera sadar dan membuka mataku begitu mengetahui desahan itu semakin terasa begitu nyata. Lalu kucari arah desahan itu dan aku kaget begitu mengetahui asal dari desahan itu.


Haaaaahhhh....

Melllyyy...




"Kamu lagi ngapain disini....?" Seruku terkejut karena mengetahui Melly ada didalam kamarku.

"Ehhh Kaaak....."

Mendengar seruan dariku Melly langsung salah tingkah ia langsung menutup layar laptopku dengan sebuah kertas. Rupanya suara desahan yang membuatku terbangun berasal dari film porno yang di tonton oleh Melly. Aku begitu terkejut mengetahuinya, pertama aku terkejut mengtahui ia ada dalam kamarku, dan kedua aku tak sangka ia menonton sesuatu yang seharusnya belum boleh ia tonton.

"Kamu ngapain disini, terus kamu tadi nonton apa tadi di Laptopku?" Tanyaku seraya bangkit dari kasur dan segera menghampirinya.

"Ahhhhh, maaaf Kaaa, Melly tadi cuma numpang ngerjain tugas ko ook" jawabnya sedikit panik dan terbata.

"Ngerjain tugas apanya? Lalu ini apa?" Kataku sambil me Maximaze palyer video yang ia gunakan untuk menonton film porno dilaptopku.

"Ehhhhh, maaaf kaaaak" jawabnya sedikit tertunduk.

"Terus kamu kenapa masuk kekamar orang gak pake izin?" Tanyaku dengan nada sedikit tinggi.

"Tadi Melly udah bangunin Kak Bastian, tapi kakak gak bangun bangun, yah jadi Melly pake aja laptopnya. Maaf yaah kak Melly lancang"

"Aduuhh Mel Mell."



Beberapa Saat Sebelumnya


"Jadi gitu, habis Kak Bastian aku bangunin gak bangun bangun sih... Jadi aku pake aja deh Laptop kaka. Lagian tadi kaka juga ngejawab kook..." Kata Melly berusaha menjelaskan.

"Ohh gituuu, huuftttt" jawabku menghela nafas.

"Maaf yaah Kak sekali lagi..." Rajuk Melly.

"Iya iya Kakak maafin, tapi lain kali jangan kaya gini yah. Tadi coba kalau ada yang denger gimana? Kan orang nyangkanya kakak yang ngajarin kamu nonton begituan." Sahutku.

"Iya iyaaa."Jawab Melly sedikit merasa bersalah.

"Terus tugas kamu udah selesai?" Tanyaku.

"Hmmmm... Beluuum... Heeeeee" jawab Melly nyengir.

"Terus dari tadi kamu ngapain?, jangan jangan cuma nonton bokep yah?"

"Heeeeee....."

"Heeeh dasar, tugas belum selesai malah nonton yang enggak enggak." Sahutku lagi.

"Habis tadi Melly penasaran sih pas ngebuka folder film. Hehehe.." Jawabnya membela diri.

"Mel Mel, kalau Mama Papa kamu tahu gimana coba? Lagian kamu masih kecil kok yo dah berani nonton kaya gituan." Kataku.

"Yaelah Kaak, Melly dah sering kali nonton gituan kalau disekolah bareng temen - temen." Jawab dia.

"Yah Ampuuun, kamu tuh yaaah kecil kecil kok yoo dah Nakaaallll......." Sahutku sambil mengusek rambutnya.

"Yah dah Mana tugas kamu sini kakak lihat." Tanyaku sambil menaruh kursi di sebelah Melly.

"Nihh Kak tugas Sosiologi, disuruh bikin tulisan tentang kamu miskun kota, Melly dah nyoba bikin tapi malah pusing... Bantuiin dong kaaak." Pintanya.

"Hmmm Sosiologi tugasnya, itu mah kecil buat kakak, ya dah sini biar kakak Bantuin"


Akhirnya aku mencoba menyelesaikan tugas si Melly. Kucoba membaca tulisan anak ini dan aku cukup heran. Ini memang kurikulumnya seperti ini apa memang gurunya sedeng, masa materi seperti ini diberikan buat anak SMP sih. Hmmmm. Aku saja mungkin butuh waktu semalaman untuk membuat esay semacam ini. Tapi untung aku masih memiliki sebuah artikel dengan tema serupa. Aku copy paste saja kedalam tulisan Melly yang baru setengah jadi.

Sembari merapikan tugas si Melly aku menyuruhnya untuk meminta tolong kepada Mba Habibah agar membuatkan Es Jeruk. Iapun keluar dari kamarku dan turun untuk mencari Mba Habibah. Sementara aku fokus dengan artikel artikel tentang Kaum Miskin Kota. Kalau cuma Copy Paste sih, 10 menit juga rampung.

Melly kembali lagi dan duduk disebelahku memperhatikanku merapikan tugas miliknya. Ia sedikit menggelendot diatas pundakku. Memang sejak kecil ia sering melakukanya, hingga sampai saat inipun ia tak canggung melakukannya lagi, walau sebenarnya aku sedikit risih karena dadanya yang belum tumbuh itu berkali kali menyenggol punggungku. Lalu tak lama Mba Habibah datang membawa dua gelas Es Jeruk beserta makanan ringan. Kulihat ia tengah berpakian rapi, nampaknya ia akan keluar.


"Wuiih rapi banget Mba, mau kemana?" Tanyaku sambil menerima Gelas darinya.

"Iya nih Mas, saya sekalian mau Izin, saya ada perlu sebentar, paling nanti habis Maghrib saya sudah pulang kok Mas.." Jelas Mba Habibah.

"Ohh iya Mba gak apa - apa, silahkan." Jawabku mengizinkannya.

"Itu di meja sudah saya siapkan makanan kalau Mas Bastian mau makan." Katanya sambil menaruh Baki didepan dadanya.

"Iya Mba Makasih yaah." Jawabku sambil melanjutkan editanku yang hampir selesai.

"Ya sudah saya pamit dulu yah Mas, mari Mba Melly" sahut Mba Habibah berpamitan.

"Oh iya Mba monggoh ati - ati Mba..." Jawabku.

Mba Habibahpun keluar dari kamarku dan sekaligus menutup pintu kamarku. Sementara aku kembali tertuju pada layar Laptopku. Dan tak lama Tugas milik Melly sudah selesai. Aku yakin si Melly pasti mendapat nilai bagus kalau tulisannya macam ini.

"Ahhh selesai juga, sekarang tinggal diprint, nih kamu yang ngeprint yah, tuh pake Printer kakak aja sekalian." Kataku sambil mencolok kabel USB penghubung Printer.

Lalu aku berdiri dari atas kursi putarku. Ku ambil es Jeruk yang sudah dibuatkan Mba Habibah dan mulai menyeruputnya. Kumelangkah menuju jendela lalu kubuka agar udara luar masuk kedalam. Kududuk dipinggiran Jendela sambil menikmati sebatang rokok. Aku memperhatikan Melly yang tengah menyiapkan hasil akhir tugasnya yang telah aku sempurnakan. Dalam hati kuberkata, sial betul nih anak. Dari kemarin bikin aku gedeg ajaa. Heeeh, pengen benget aku jutak kepalanya.

"Mell, nanti kalau kamu ditanyai guru kamu, bilang aja kamu bikin sendiri tugasnya, terus bilang kamu dikasih buku sama kakak kamu. Pasti guru kamu percaya."

"Iyaa Kaaak Makasih yah bantuanya." Sahutnya sambil mengklik tombol Print.

"Ahhh selesai juga, Melly jadi legaaa deh, Melly pikir gak bakal selesai." Gumamnya sambil menunggu kertas hasil Printer keluar satu persatu dari dalam mesin Print.

"Yah selesai lah, kalau ngerjain tugasnya sambil nonton yang enggak enggak yah gak bakal selesai." Sahutku sedikit menyindirnya.

"Heheheheh..... Biarin sihh kaaak" Jawabnya.

Buuuhhhhh.

Kuhembuskan asap tembakau melalui bibirku. Lalu kudengar ada suara motor berhenti didepan rumah. Kucoba melongok untuk melihat siapa yang datang. Rupanya benar ada seseorang laki laki menggunakan motor berhenti didepan rumah. Dan nampaknya ia tengah menelpon seseorang. Tak lama Mba Habibah keluar dan menghampiri lelaki tersebut, lalu Ia dan Lelaki tersebut segera berjalan entah kemana. Aku tak peduli.

Lalu aku turun dari atas jendela dan menghampiri Melly.

"Nahh dah selesai kan tugasnya." Tanyaku.

"Udah kaaak" Jababnya sambil merapihkan kertas kertas tugasnya.

"Nahhh kalau udah selesai, yah udah sana pulaaaang, kakak mau lanjut tidur lagi, gara gara kamu Kakak kebangun tadi." Pintaku.

"Yah elah Kakk nanti aja sih kenapa,..." Protesnya.

"Lah terus kamu mau ngapain lagi? Wong tugasnya dah selesai kan? Ya udah mau apa lagi coba?" Tanyaku dengan tegas.

"Yahhh mau nonton yang tadi lagi, boleh yaaahhh, tadi tanggung kaaakk nontonnya baru separooo."Bujuknya.

"Eeeeet, mau nonton gituan lagi, enak aja gak boleh." Larangku.

"Yaaaaahhh, pelit bangett sihhh. Ayolah Kaaaaak, sekali ini ajaaaa. Yaah"
"Pleeeeeeaaaseeeeee....."
"Pleeeaseeeeeee

"Pleeeaaaseeeeee........"
Rengeknya memekakkan telingaku.

"Iya iya, tapi gak usah lama lama. Nanti mama kamu nyariin gimana?"

"Ahhh mama paling lagi tiduran kalau jam segini.... ... Berarti Melly boleh nonton lagi kaaan.?" Tanya dia memastikan.

"Hmmmmm, yah udah setel aja, kamu dah tahu kan ada dimana."

"Udaaah dooongg heeeheeee." Cengirnya sambil bergegas membuka folder dimana aku menyimpan koleksi film *******.

Akhirnya kubiarkan saja ia menonton film bokep dengan catatatn dengan melirihkan suara atau menggunakan headphone. Namun ia memilih melirihkan suara. Baru lima menit ia menyaksikan film panas itu, tapi kulihat tubuhnya sudah sedikit menggeliat ketika melihat adegan adegan seronok yang tak sepatutnya disaksiakan anak seumuran Melly. Luar biasa memang pergaulan anak jaman sekarang, aku saja menonton film itu untuk pertama kalinya ketika aku menginjak bangku kuliah. Namun Melly, kulihat ia memang seperti terbiasa menyaksikan film film panas itu.

Setelah cukup lama aku perhatikan tangan si Melly mulai berada didepan area sensitifnya. Mungkin secara naluriah ia melakukan hal itu. Lalu tiba - tiba terlontar pernyataan yang cukup mencengangkan dari gadis berumur 15 tahun itu.

"Kaak, rasanya ML itu gimana sih?" Tanya Melly dengan polosnya.

Aku yang tengah menikmati rokokku yang ketiga sekitika terkejut atas apa yang ditanyakan oleh Melly. Aku tak sangka ia sampai menayakan hal itu. Aku coba pura - pura tidak mendengarnya.

"Kaaaak, ditanyaain diem ajaa sihhhh..hhhhhh" Tanya dia lagi dengan nafas sedikit berat.

"Apaa lagi seihh Mel Emeeell..." Tanggapku seadanya.

"Yaah itu, rasanya kalau ML ituu gimana sich....?" Tanya dia lagi dengan pertanyaan yang sama.

"Haaaah, Ya ML yaa enak laaah." Jawabku tak sadar.

Tunggu kenapa aku mengatakan itu. Aduh pasti ni anak akan semain penasaran. Bego begooo. Bakal makin panjang nihhhh.....

"Oh yaaah? Berarti Kakak pernah ML dong?" Tanya dia melihat kearahku.

Tuhkan bener apa yang kuduga. Pasti ia akn bertanya semakin jauh. Gawat aku tadi tak sengaja mengatakan aku pernah ML. Lalu apa yanh harus kukatakan untuk mengalihkan obrolan ini. Aduhhh... Gimana ini.

"Kaka ML sama siapa kaaak?"

"Kamu ini tanya apa sihhh, udah ah itu filmnya dimatiin aja deh, daah daahh kamu pulang sanaaah..." Seruku menyuruhnya untuk pulang.

"Ahhh Kakakk gak asyiiik nihhh." Rengeknya.

"Ahhh biarin" Sahutku sambil berjalan kearah meja belajarku dan bergegas meraih mouse untuk mematikan film yang sedari ditonton oleh Melly.

"Ahhhh dimatiiin sihhh Kaaaak. Payaah nih Kak Bastian.... Nanti aku bilang kemama ama tante ah kalau Kak Bastian ngajarin aku nonton bokep..." Keluar pernyataan ancaman dari bocah ini.

"Eeiiittt eiittt.... Enak aja kamu bilang, kamu yang nonton - nonton sendiri kok mau bilang Kakak yang ngajarin siihhh."

"Yah makanya kasih tahu rasanya ML itu gimana.... Aku penasaran kaaaak...."

"Oke oke kakak kasih tahu, tapi awas sampe kamu bilang macem - macem kaya tadi" sahutku balik mengancam.

"Iya iya Janji..."

Dari pada anak ini terus merengek kupenuhi saja permintaan anak inti untuk mengetahui bagaimana rasanya bercinta. Tapi bagaimana aku menceritakannya? Itu sama saja menceritakan pengalamanku dong? Tapi akhirnya aku ceiritakan juga, aku bilang kalau aku pernah ML tapi tidak mengatakan dengan siapa aku melakukannya. Aku tak mau ia sampai membocorkannya keorang lain. Bisa gawat.


"Ohhh jadi gitu yah Kakk." Sahutnya sedikit lega atas jawabanku.

"Yah gituu, udah kan gak ada yang mau kamu tanya lagi." Tanyaku.

"Hmmmm.... Melly jadi penasaran Kak...."

"Penasaran apa? Kan kakak tadi dah ceiritain?" Tanyaku sedikit hati hati atas pernyataanku

"Yah Melly penasaran, denger cerita Kakak Melly jadi kepengen ngerasain ML deeehhhh...."

Mampus, apa lagi iniii. Permintaan si Melly semakin aneh dan mengkhawatirkan.

"Kaaaak..."

"Iyaaaaa......" Jawabku berhati - hati.

"Kakak Mau ajarin Melly ML gaak?...."
Pintanya sambil mengeluarkan senyum manisnya.

Bagaikan tersambar listrik berjuta - juta volt setelah aku mendengar kata - kata yang keluar dari gadis belia ini. Aku tak tahu ia sadar atau tidak mengatakan itu. Tapi memang pernyataannya benar - benar membuat tubuhku lemas seketika. Aku tak tahu harus menanggapi apa. Salah salah ia akan mengartikan berbeda jawabanku. Kudiam sejenak, begitu juga Melly. Setelah itu ia kembali menanyakan hal yang sama. Bukan menanyakan tetapi meminta hal yang sama.

"Gimana Kak? Mau gak ajarin Melly ML?"
"Melly penasaran kak... Soalnya kata temen sekelas Melly yang udah pernah ML katanya memang enak..." Jelasnya semakin membuatku pusing.

"ayoo Kaaaakk, Pleaseee..."
"PLeaseeeee..."
" Pleaseee..." Semakin keras ia merengek.


Kembali Melly membuatku membisu. Tak tahu harus berkata apa. Akupun tak tahu apa yang ada diotak anak belasan tahun ini. Aku juga tak tahu kenapa dan siapa yang telah mempengaruhinya hingga ia melontarkan pertanyaan semacam itu. Aku bingung menanggapinya. Aku menolak pasti suatu saat ia akan merengek dan menanyakan hal yang sama, karena itu sifat Melly dari dulu. Tetapi bila sampai aku menerima, itu sama saja aku menghancurkan masa depannya.

Lalu apa yang harus aku lakukan. Aku tak mau terjadi sesuatu hal yang buruk kedepannya. Terlebih Melly adalah anak tetanggaku, Tetangga yang sudah dianggap sebagai saudara oleh keluargaku.

"Ehhh... Kakak mau tanya. Melly tadi tanya seperti itu sadar?" Tanyaku pelan.

"Yah sadar Kak, Melly memang sudah lama sih kepengen ngerasain ML. Tapi yah memang sebenarnya Melly juga takut. Makanya sebelumnya Melly tanya ke kakak dulu."

"Terus apa yang mendasari kamu sampai kepikiran kepengen kaya gitu."

"Ehhh, gak tahu Kak, Melly cuma kepengen ajaaa."
"Yaah Kaaaaakkk, please kaaaak, soalnya kayaknya cuma kakak deh yang bisa Bantu. Habis gak mungkin kan Melly minta sama Bobby, kan kita baru jadian, terus Bobby orangnya kaya gitu diajak ciuman aja gak mau." Jelasnya.

Huufttttt..

Sejenak kuhelakan nafas dan berfikir apa yang akan aku ucapkan dan kulakukan selanjutnya.

"Hmmm. Melly kamu tahu kan resiko dari ini apa?" Tanyaku

"Ehhh, keperawanan Melly hilang." Jawab dia mengerti.

"Nah itu kamu tahu, lalu kenapa kamu ingin melepas keperawanan kamu dengan cara seperti ini. Bukannya kakak muna yah Mell, tapi kakak tahu, kalau Keperawanan bagi seorang wanita itu hal yang penting dan harus dijaga. Karena itu akan diberikan kepada laki laki yang tepat buat melly dikemudian hari kelak." Jelasku sedikit menasihatinya sejauh yang aku mengerti.

"Melly juga paham kak, mama juga pernah bilang kaya gitu. Tapi saat ini memang Melly udah kepengen banget kak ngerasaainya, jadi ayoolahh Kaaak, sebentar ajaa deh, Melly janji gak akan ngasih tahu siapa - siapa." Katanya berjanji.



"Melly serius?"
"Melly yakin?" Kataku mencoba meyakinkan dan mencoba untuk mencegahnya.

"Melly... Yakin kak." Jawabnya pasti sembari mengangguk.

"Oke Kakak akan penuhi permintaan Melly. Tapi kakak mau kamu Janji satu Hal."

"Apaa kaak? Melly janji akan penuhi dehhh."

"Beneran?"

"Beneraaan Kaaaak."

"Pokoknya setelah ini, kakak harap Melly bisa melupakan angan angan Melly tentang hubungan seks. Dan Melly harus janji kedepan Melly gak akan ngelakuin hal ini sama siapapun sampai nanti Melly udah cukup umur dan hati untuk melakukannya lagi."

"Maksudnya kak" Jawab dia tidak mengerti.

"Hmmm. Kakak dah panjang lebar kamu gak mudengg, haduuuhhh. Dah pokoknya, ini pertama dan terakhir.. Ehhh gimana yaaah.... Pokoknya Melly janji melly gak akan ML sama pacar Melly sebelum nanti Melly gedee.. Aduh gimanaa yaaahhh..... Jadii..." Aku mencoba menjelaskan maksud perkataanku namun aku juga bingung menggunakan kata yang pas agar Melly mengerti.

"Iya iya, Melly ngerti kok maksud kak Bastian, gini gini Melly juga bisa jaga diri kook, Kak Bastian tenang ajaaa dehhh." Jawab dia membuatku lega.

"Yah sukur deh kalau kamu ngerti."

"Berarti sekarang nih kak mulainya."

"Ehhhh, yah udah sekarang mumpung dirumah gak ada orang. Tapi kamu tunggu disini dulu Kakak mau turun kebawah."

Akupun segera turun kebawah untuk mengunci pintu depan. Aku tak mau ada orang tiba tiba masuk atau bahkan Mba Melani datang mencari Melly dan mengetahui anaknya sedang. Alah sudahlah. Ketika aku hendak mengunci pintu depan kulihat Mba Melanie dan Bryan hendak berjalan - jalan sore. Oke berarti situasi sudah cukup aman. Setelah itu aku kembali kekamarku.

Aku masuk kekamar sembari membawa sebotol besar air mineral. Ketika aku masuk kulihat Melly sudah menanggalkan kaos tanpa lengan yang ia kenakan dan hanya menyisakan BH dan Rok sekolahnya.Kulihat tubuhnya putih dan sangat bersih. Wajarlah karena ia memiliki darah tionghoa dari kedua orang tuanya.

Melly memiliki postur tubuh yang tinggi, kurus dan langsing. Aku nilai postur tubuhnya tidak mencerminkan tubuh gadis seumurannya. Ia memang terlihat layaknya wanita berumur 19 tahunan. Aku hanya melihatnya dari belakang, dan ia tengah asyik memotret dirinya dalam keadaan setengah telanjang. Wait ia berani melakukan itu.


"Kamu ngapain foto foto gitu." Tegurku.

"Yeee biarin, lagian Melly dah sering kok Foto - foto kaya gini, bahkan Melly punya dong Foto pas Melly telanjang, Kakak mau lihaat." Timpalnya sambil membalikan tubuhnya kearahku.

" Enggaaak, makasihh dehhh." Jawabku menolak.

"Eh Kak Minta airnya Melly aus" sahutnya mengulurkan tangan kearahku.

Kuberikan botol air kepadanya. Lalu aku menuju lemari. Kucari kondom yang aku simpan didalam Tasku. Setelah itu aku duduk dipinggiran tempat tidur dan aku memanggil Melly untuk duduk disampingku.

"Heeei Memel, sini duduk poto poto terus, kaya mau jadi artis ajaaa..." Ledeku.

"Yeee Melly emang mau jadi artis, kan mau ikut audisi JKT48." Jawabnya meyakinkanku. Lalu ia memenuhi permintaanku untuk duduk disampingku.

"Yakin betul bakal keterima." Sahutku.

"Yang penting kan niat duluu kak. Hmmm dah bisa dimulai nih Kak?"Tanya dia sambil menatap kearahku.

"Aahh, iyaaa."

"Terus Melly harus ngapain nihh" tanya dia.

"Hmmm... Kamu baringan aja diatas kasur, terus kamu tekuk kaki kamu, katanya dah sering nonton bokep? Kok masih tanya sihhh..." Sahutku.

"Oh iya iya, Melly ngerti." Jawabnya sambil tersenyum.

Lalu Mellypun berbaring diatas tempat tidurku. Ia namapaknya mengerti apa yang harus ia perbuat. Lalu kupandang lagi wajah Melly walau dibayangi sedikit ketakutan, namun dapat kurasakan keinginan yang begitu besar dari dalam nanar matanya. Sepintas aku ragu untuk melanjutkannya. Karena selama ini aku selalu berhubungan dengan wanita yang berumur, wanita yang sudah paham betul seluk beluk bercinta. Wanita yang tak perlu lagi dibimbing.

Namun dihadapanku ini, ada seorang wanita belia, berusia belasan tahun yang ingin merasakan kenikmatan bercinta. Aku tahu ini terlalu dini untuknya. Namun ia bersikukuh untuk segera merasakannya. Kuhelakan nafasku, kuberanikan diri. Aku sudah tidak mungkin untuk mundur. Ini sudah kepalang tanggung.

Akupun naik keatas tempat tidur dan berlutut diatara dua kaki Melly. Kakinya begitu jenjang, tiba tiba aku teringat akan Kaki Mba Icha. Dari sini dapat aku lihat pangkal paha milih Melly. Masih tertutup kain berwarna merah muda, warna yang sama dengan BH yang ia kenakan. Kuletakan kedua lenganku diatas lututnya. Lalu kupandangi lagi wajah gadis ini.

"Melly dah siap?" Tanyaku meyakinkannya sekali lagi.

"Hmmm. Udah Kaaak, mulai aja..." Jawabnya lirih.

Aku tahu ia pasti takut karena ini adalah pertama baginya. Ia pasti tahu setelah ini ia akan merasakan sakit yang luar biasa. Sakit yang selama ini belum pernah ia rasakan sebelumnya. Namun aku mencoba meyakinkan lagi hatinya, mau lanjut atau tidak. Tetapi ia selalu berkata agar segera melanjutkannya.

"Boleh kakak buka CDnya?" Tanyaku.

Melly hanya tersenyum dan mengangguk mengiyakan permintaanku.

Lalu perlahan kumasukan kedua tanganku kedalam Rok sekolah Melu. Kugapai pinggiran CD yang ia kenakan dan perlahan kutarik keluar. Melly sedikit mengangkat pinggulnya agar mempermudahkanku. Lalu ketika CD merah jambu ini sudah mencapai telapak kakinya yang terakhir. Aku dapat melihat pangkal paha Melly dengan begitu jelasnya.

Yang kulihat hanyalah sebuah garis yang sedikit membelah. Putih bersih tanpa sedikitpun bulu tumbuh disana. Ia benar benar masih belia. Aku benar - benar tidak bisa melihat celah didalamnya. Hanya klitorisnya saja yang sedikit terlihat. Seluruh permukaan Vagina milik Melly sudah terlihat basah oleh cairanya. Pasti ini diakibatkan sejak ia menonton film biru di Laptopku tadi.

Kusingsingkan roknya sedikit kebawah agar Melly nyaman dengan posisinya. Setelah itu aku meminta Melly untuk melepas Bra yang ia kenakan. Rupanya, gundukan yang aku lihat sebelumnya hanyalah efek dari Bra yang Melly kenakan. Setelah ia melepasnya, kulihat dadanya begitu datar, hanya sedikit tonjolan membumbung. Bahkan puting susunya belum tumbuh dengan sempurna.

Kini Melly sudah hampir sepenuhnya telanjang. Hanya menyisakan Rok yang masih melingkar dipinggulnya. Namun ketika aku melihat Melly dalam posisi seperti ini, tidak sedikitpun membangkitkan gairahku. Bahkan penisku tak sedikitpun menggeliat melihat tubuh telanjang Melly. Mungkin karena selama ini aku selalu mendambakan tubuh wanita berumur. Begitu melihat tubuh wanita dibawah Umur, nafsuku tidak kunjung datang.

Penisku masih saja meringkuk didalam celana yang masih aku kenakan. Walau sesekali aku remas dari luar celana tetap saja tidak membuatnya bergejolak. Akhirnya kuajak ngobrol saja Melly sembari menunggu nafsuku datang.

"Ehhh Mel, Kakak boleh tanya?" Sahutku.

"Apaan Ka?" Jawabnya sambil menutupi dadanya dengan kedua tangannya.

"Selama kamu pacaran, Melly pernah ngapain aja?" Tanyaku.

"Hmmm, banyak sih, Dulu pernah Ciuman, terus kadang Mantan Melly suka pegang - pegang susu, pernah juga anunya Melly dipegang pegang terus sampe basaah kaaa."
"Yaa gituu - gitcu deh kaaa." Tambahnya.

"Hmmm nakal yaaahh anaknya Mba Melani yang satu ini..." Sahutku sambil mencubit hidungnya.

"Nah itu pas kamu pacaran sama temen sekolahmu atau gimana?" Tanyaku lagi.

"Bukan Kak, itu dulu pas aku pacaran sama anak SMA." Jawabnya lugas.

"Pantesan, pacaranya sama anak SMA sih...., dulu mah Kakak tuh yah pas SMA boro - boro deh kepikiran kaya gitu." Kataku sedikit membandingkan.

Melly hanya tersenyum saja, mukanya sedikit tersipu malu.

"Kaak, kaka curang..." Protes Melly.

"Loh kok curang sih?" Jawabku

"Iya masa cuma Melly yang buka baju, kok Kakak enggak sih...?" Imbuhnya lagi.

"Iya deh Iya" jawabku sambil menarik kaos yang kukenakan.

Setelah melepas kaos dan bertelanjang dada. Kulihat Melly sedikit memperhatikan bagian dadaku yang sedikit bidang. Mata belianya terus memperhatikan lekuk - lekuk dari seluruh tubuhku.

"Kak Bastian badannya keker juga ya ternyata." Sahutnya masih menutup dadanya dengan tangannya.

"Iya dong, kan kakak Fitnes." Jawabku.

Setelah itu aku turun dari tempat tidur dan perlahan kutanggalkan celana pendek yang kukenakan. sesungguhnya aku begitu sungkan melakukannya, karena ada Melly disini. Namun mau bagaimana lagi. Terakhir kubuka celana dalamku, kulirik Melly sedikit rikuh melihat batang kemaluanku. Atau mungkin ini pertama kali ia melihat kemaluan lelaki dewasa?.

"Ihh kok Titit kakak kecil sih gak kaya di film - film." Tanggapnya ketika melihat batang kemaluanku yang sudah mulai nampak.

"Enak aja, ini tuh masih bobo punya kakak. Lagian yang difilm kan punya orang Barat yah jelas aja lah lebih besar gimana kamu ini. Udah dehh diem aja, kalau enggak gak usah dilanjutin nihh." Jawabku.

"Iya iya dehh, Melly diem deh."

Kemudian aku kembali duduk dihadapan Melly. Kucoba membangkitkan batang kejantananku dengan berusaha mengelusnya. Tapi cukup lama Penisku bereaksi. Padahal aku sudah memperhatikan seluruh lekuk tubuh Melly yang sudah tak berbenang itu. Tapi tidak sedikitpun aku bernafsu. Aku harus segera menegangkan batangku. Kalau tidak pasti akan sulit untuk masuk kedalam liang yang masih tersegel itu.

Dari pada menunggu lama, kubergegas menuju laptopku lalu kubuka foto - foto Tante Ocha yang minggu lalu aku abadikan. Baru sebentar saja aku melihat tubuh telanjang Tante melalui layar laptopku. Penisku langsung menjadi tegang sempurna. Haah, akhirnya. Lalu kukocok sebentar penisku agar semakin membakar gairahku. Cukup lama aku memupuk gairah, kuhampiri lagi Melly. Ia terlihat bertanya - tanya apa yang kulakukan barusan. Namun aku hanya diam saja.

Kupasang kondom pada penisku dan mulai kusentuh permukaan Vagina milik Melly. Ia terlihat sedikit bergetar ketika aku menyentuhnya. Raut muka ketakutan juga terpampang dari wajah polosnya. Begitu juga denganku. Jantungku berdebar begitu kencangnya. Ini kali pertama bagiku. Aku takut nanti akan mencederai Melly.

Setelah mengumpulkan sedikit keberanian. Aku mulai menempelkan kepala penisku dibibir Vagina Melly yang masih tertutup rapat itu.

"Mell... Kamu siap?" Tanyaku sekali lagi.

"Hee eh Siaap kaaaak" jawabnya sambil memejamkan rapat matanya.

"Kalau nanti sakit bilang aja yah Mel" sahutku lagi.

Melly hanya menggangguk. Ia semakin rapat menutup matanya. Ia akan merasakan ini pertama kalinya.

Lalu dengan sangat perlahan aku mulai menekan batang penisku. Namun hal itu sungguh sulit. Semakin kuat aku menekan, tetap saja Batangku tak kunjung melesak.

Rinrihan kecil mulai kudengar dari mulut Melly. Nampaknya ia mulai sedikit kesakitan. Kuhentikan aksiku sejenak dan menanyakan keadaan Melly. Namun ia menjawab untuk tetap melanjutkan. Akhirnya aku mencoba mendorong penisku lagi. Kali ini dengan sedikit tekanan dari pinggul belakangku.

"Ehhhh"
"Ssttttttt"

Melly terus merintih menahan nyilu dibagian selangkangannya. Kulihat sudut matanya mulai sedikit berair. Tak lama kepala penisku mulai sedikit melesak dibagian rongga depan mulut Vaginanya. Dan setelah sedikit kudorong. Aku merasakan ada sesuatu yang robek diujung kepala penisku.

"Achhhhhhh"
"AduuuhhHh.. Kaaaaakkkk"

Melly kembali merintih kesakitan. Kakinya terus mengejang. Lalu kulihat dari sela sela bibir Vagina Melly yang begitu rapat, darah segar sedikit mengalir dari dalam sana. Ini menandakan selaput dara miliknya sudah mulai robek.

Melly menangis membuatku tak kuasan untuk melanjutkannya. Lalu kucabut penisku yang hampir setengah masuk. Kulihat ujung penisku sudah berwarnah Merah. Darah keperawanan Melly perlahan mulai mengalir dan meninggalkan jejak diatas sprei tempat tidurku.

"Melll Sakit yaaa?" Tanyaku sambil mendekat kearah wajahnya.

"Iyaaa kaaak... Sakittt....." Rintihnya, air mata perlahan membasahi pipinya.

"Yah udah kalau sakit udahan aja yaaah, kakak gak tega lihat kamu kaya gini" sahutku memastikan.

"Tapiii."

"Tapi kenapa Mell?" Tanyaku.

"Kalau dilanjut gak apa apa kok Kaak, Melly tahan dehhh." Jawab dia sambil terus menahan perih. Mata sipitnya semakin terlihat berair.

Kuambil kotak tisu dan kutari beberapa lembar. Kusapih air mata Melly. Lalu kuambil lagi beberapa lembar untuk membersihkan darah yang keluar dari dalam Vaginanya. Darahnya memang tidak banyak dan sekarang sudah berhentti mengalir.

Kutanyakan sekali lagi kepada Melly

"Ini Mau dilanjut atau udah?" Tanyaku.

"Lanjut ajaa deh kaaak, udah gak kerasa perih siihh.."

"Yakiin?" Tanyaku memastikan

Sekali lagi ia menganggukan kepalanya tanda menyetujui. Wajahnya mulai bercucuran keringat. Kulihat dadanya mulai naik turun. Aku bergegas mengambil air minum dan memberikan kepada Melly untuk menenangkannya. Setelah itu aku kembali duduk dihadapan selangkangan Melly. Kulihat Bibir Vaginanya ada sedikit ruam merah. Begitu merah karena kulit selangkangannya begitu putih dan bersih.

kini aku dapat sedikit melihat bagian dalam bibir Vagina Melly dan sungguh luar biasa. Warnanya benar benar pink sama seperti warna putingnya. Kulepas Kondom yang yang tadi kugunakan, dan memakai lagi yang baru. Lalu kembali aku tempelkan ujung Penisku dihadapan lubangnya. Kini kurasakan Vagina Melly sudah sedikit basah. Darah yang sudah tak mengalir kini berganti dengan cairan licin yang secara alami keluar dari dalam Vaginanya.

Perlahan kembali kudorong batang penisku. Masih tetap aku kesulitan untuk melakukannya. Namun cairan alami yang kini sudah membanjiri dinding Vagina Melly semakin mempermudah jalan masuk penisku menuju liangnya. Melly masih sedikit merintih. Mungkin masih sedikit terasa perih ketika batang Penisku menggesek selaput dara yang beberapa saat lalu robek.

Wajah Melly memperlihatkan ekspersi kesakitan. Namun perlahan demi perlahan ekspresi itu hilang. Dan kini terlihat seperti ia merasakan sesuatu yang selama ini belum pernah ia rasakan. Aku yakin rasa sakit itu sudah berubah menjadi sebuah kenikmatan. Kulihat dengan jelas, bibir Melly sudah semakin menganga. Aku yakin ia menikmati setiap gesekan penisku yang kupompa dengan sangat perlahan.


Wajah merintih itu sudah tidak ada lagi, kini sudah berubah menjadi wajah penuh kenikmatan.


Melly memang sangat cantik, aku akui itu. Diumurnya yang belia wajahnya sudah begitu matang. Ia mendapat wajah cantik itu dari Mamanya yang berdarah Tionghoa - Semarang. Sedangkan hidung mancungnya ia peroleh dari garis ayahnya yang berdarah Tionghoa-Kalimantan-Jerman. Kini Matanya yang sedari tadi ia pejamkan begitu rapat mulai perlahan ia buka. Ia menatapku begitu tajamnya. Kemudian ia tersenyum.

"Kaaakk." Sahutnya dengan nada lirih dan begitu menggoda.

"Iya De..." Jawabku.

"Udah gak sakit lagii. Malah sekarang jadi enak kaak, Meki Melly jadi kerasa geli tapi enaak kaaak" Lanjutnya.

"Jadi ini yah Kak rasanya."

"Jadi sekarang udah gak sakit lagi?" Tanyaku.

"Iya kaaak."

Akupun tersenyum.

"Kalau gitu, Melly tahan yah, Kakak bakalin kasih tunjuk kamu sesuatu." Lanjutku.

Ia hanya berdiam diri tanpa menanggapi pernyataanku. Lalu kuregangkan lagi kedua kakinya yang jenjang. Kemudian aku kembali memompa pinggulku secara perlahan namun pasti. Kubungkukan tubuhku menghadap tubuhnya. Kuraih Tangan Melly dengan jari - jarinya yang lentik. Lalu kuletakan tanganya diatas payudaranya yang belum tumbuh itu. Perlahan aku tuntun ia untuk meremas payudaranya sendiri.

Kemudian dengan satu tanganya ia meremas sendiri Payudaranya. Sedangkan lenagn lainya ia lingkarkan dipunggungku. Kubelai lembut rambutnya. Kutatap ia dan kuberikan senyum. Ia terus saja merintih menikmati kenikmatan yang telah aku berikan.

"Achhhhh"
"Sttttt...."
"Hhhhhhhhh"

Walau tadi tubuh bugilnya tidak mampu membuatku terangsang namun kuakui. Dinding Vaginanya begitu rapat, begitu sempit. Jujur penisku juga terasa nyilu dihimpit oleh Vagina dari gadis yang baru saja kurenggut keperawanannya. Sensasi ini membuatku tidak bisa berlama lama. Karena aku rasakan aku hampir sampai. Namun beberapa menit sebelum aku merasakan puncaku. Melly yang terlebih dahulu merasakannya.

Tubuhnya mengejang dan keluar desahan panjang dari mulutnya. Ia memeluku, merangkulku. Akhirnya aku memutuskan mencabut batang penisku, karena nampaknya Vagina Melly sudah semakin memerah. Aku tak mau lebih jauh membuat bibir Vaginanya semakin bengkak.

"Udaahan yah dee..."Tanyaku.

"Iya Kaaaak,"
" enaak kaaak, enaak banget, tadi Melly ngerasa kaya pipis, tapi beda enaak bangeeet kaaaak" racaunya dengan nafasnya yang begitu terpingkal.

"Kaaak, Melly boleh megan Tititnya kakak gak?" Tanya dia sedikit manja.

"Huuuhhh... Iya iya boleh sebentar."
Jawabku sambil melepas kondom dari Penisku.

Aku memang belum sempat mendapat Orgasme. Tak apalah aku bisa menuntaskannya sendiri. Karena tadi aku merasa cukup memberikan Melly sesuatu yang baru baginya. Aku tak mau mengeluarkannya didalam Vaginanya tadi, karena aku tak mau berakibat buruk baginya. Karena yang aku tahu, wanita manapun yang merasakan sensasi kehangatan dari semburan Sperma seorang laki laki, akan membuat wanita tersebut menjadi ketagihan untuk merasakannya lagi. Makanya aku tadi memutuskan langsung mencabut penisku begitu Melly mendapat Orgasmenya.

Setelah aku melepas Kondom yang kupakai, Aku duduk dipinggir kasur. Lalu Melly yang nampak energinya sudah pulih lagi ikut duduk disampingku. Ia mengatakan begitu penasaran dengan Penisku. Ia sangat ingin menyentuhnya. Lalu aku biarkan saja Ia menyentuh penisku sampai ia puas. Tapi aku tak sedikitpun berharap ia akan mengocok penisku apalagi mengulumnya. Aku tak mau memperkenalkan Melly kepada hal itu. Biarlah suatu hari ia mengenalnya dengan seseorang yang tepat dikemudian hari.

"Keras yaaah Kaaak"

"Yaaah iyaa laah, kalau tadi kan memang belum berdiri jadi kelihatan kecil. Udah puas meganganya udah gak penasaran kan." Sahutku.

"Iyaa kaaak" jawab dia sambil melepas tanganya dari penisku.

"Yah udah kamu bersihin Memek kamu gih dikamar mandi, terus cepetan kamu pake baju lagi, nanti Mba Melanie mikir yang enggak enggak kan gawat" Pintaku.

Mellypun melakukan permintaanku. Ia memunguti Kaos dan baju dalamnya lalu ia menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu aku juga memunguti bekas kondom yang aku gunakan dan membuangnya ketempat sampah. Kutari Sprei kasurku yang terdapat noda darah keperawanan Melly. Aku pisahkan di sudut kamarku untuk kubersihkan nanti.

Kupakai Kaos dan celanaku namun penisku masih tegang. akhirnya aku putuskan untuk onani saja. Kuambil Tisu dan kuletakan diatas meja belajarku. Setelah itu aku buka Foto - Foto Tante Ocha dan Mba Icha. Sungguh Indah, nafasku kembali berburu ketika aku mulai mengocok dengan cepat penisku. Tak lama akupun Orgasme. Langsung kubersihkan sisa sisa Spermaku dengan Tisu.

Beberapa menit setelahnya Mellypun keluar dari kamar mandi ia tersenyum kepadaku seolah sebagai ucapan terimakasih darinya. aku mengajaknya keluar karena hari suda sudah semakin sore. Aku dan Melly berjalan keluar kamarku. Aku mengantarnya pulang kerumah. Sambil membawa buku dan Kertas tugasnya, kulihat Melly agak kesusaha dalam berjalan. Ia sedikit meninggikan pantatnya yang tepos. Aku tak tahu ia merasakan apa. Tapi aku yakin masih ada sedikit nyilu yang ia rasakan namun ia tak mau mengatakanya.

Didepan rumah, Mba Melani dan Bryan sedang asik bermain. Kami menghampiri mereka aku sebisa mungkin berlaku seolah tak terjadi apa apa dengan anaknya. Aku sempat berbincang seadanya dengan Mba Melanie.

"Gimana udah selesai tugasnya?" Tanya Mba Melanie kepada Melly.

"Udaah mah, untung ada Kak Bastian kalau gak gak tahu deh bakal selesai apa, soalnya tugasnya susah sih Maaah.." Jawab Melly.

"Iya Mba, nah wong pas aku lihat tugasnya dia tuh kaya bukan tugas buat anak SMP. Kayaknya gurunya ngawur deh pas ngasih tugas. Untung aku masih nyimpen materi yang sama ya jadi bisa sedikit ngebantu dehh." Sambungku.

"Ya Makasih loh Bas si Melly udah dibantuin. Kamu udah bilang makasih belum sama Kak Bastian?" Tanya Mba Melanie lagi.

"Oh iya Maah aku lupa,... Makasih Yah Kak tadi udah di Bantuiiiinn...."Kata Melly dengan nada sedikit nakal khas anak abg.

Aku yakin itu bukan ucapan terimakasih karena aku telah membantu mengerjakan tugasnya. Namun Ucapan itu memiliki arti yang lain. Aku hanya tersenyum membalas ucapan terima kasihnya. Lalu Mba Melanie dan kedua anaknya masuk kedalam rumah. Sebelum masuk, Melly sempat memberi senyuman kepadaku.

Setelah meraka masuk dan pintu tertutup, aku juga kembali masuk kedalam rumah. Kuhelakan nafas karena semua hal ini telah berakhir.

Hufftt.

Tetapi didalam hatiku ini ada sesuatu yang sedikit mengganjal.

Tiba tiba saja aku merasa bahwa diriku ini adalah laki laki Brengsek.

Entah kenapa aku tiba - tiba menyesal telah merenggut keperawanan milik Melly.


Maaf Mba Melanie, aku gak bermaksud merusak masa depan anakmu.

No comments:

Post a Comment