Thursday 7 June 2018

Sisi Lain Rita

Karakter:
Nama : Rita
Usia : 17th
Tinggi/Berat badan : 162cm/44kg
Ukuran Bra : 34A
Status : Singgle, plajar kelas XI SMA
Ilustrasi :

[​IMG]


Jam istirahat, toilet siswi SMA Negeri ** Jakarta.

Di depan salah satu toilet siswi, Rita dan salah satu siswa sebut saja Joni, sedang sibuk melakukan transaksi.

"Yaudah cepet, jadi gak sih?" Tanya Rita kesal

"Jadi.. tapi masa di toilet sih Rit?"

"Yaelah paling bentar juga keluar lo..Udah buruan.. dikit lagi bel masuk"

"Iya.. iya.." jawab Joni


Setelah memastikan keadaan sudah aman, mereka berdua masuk ke dalam salah satu toilet perempuan.


"Kok toilet cewek? Mampus gue kalo ketauan."

"Udah bawel ah, kaya cewek aja.." Ujar Rita sambil sibuk melorotkan celana dalam, di balik rok seragam-nya.

"Galak banget sih lo.." Jawab Joni, juga mulai membuka celana seragam-nya

"Duit-nya ada kan?"

"Ada.. nih.." Jawab Joni, sambil mengeluarkan lipatan uang seratus ribu dari kantong-nya.



Begitulah sisi lain kehidupan Rita. Tuntutan dunia modern membuat-nya harus melakukan hal ter sebut, demi mencukupi biaya pergaulan, yang tidak mungkin dibeli dengan sisa uang jajan-nya. Sudah menjadi rahasia umum di kalangan plajar pria, mengenai kebisyar-an Rita.
Namun tetap saja hanya golongan tertentu yang mampu mengunakan jasa Rita, yang terbilang mahal.



"Rit.. buka dong.." Protes Joni.

"Udah gini aja.. udah cepet mepet nih.."

"Mana bisa ngaceng gue.." Jawab Joni kesal.


Rita pun mulai berjongkok dan mengocok penis Joni, yang masih mengkerut di antara bulu kemaluan-nya.


"Awh...Enak Rit.. tapi kurang.."

"Aduh rewel ah.. gerepe toket gue" Perintah Rita, sambil mengarahkan tangan Joni ke payudara kecil-nya.


Setelah meremas payudara Rita dari luar seragam-nya. Perlahan-lahan penis Joni mulai mengeras di kocokan Rita. Melihat penis Joni yang sudah mengeras, Rita pun bangkit dan menungging di depan Joni.


"Masukin cepet, tinggal 4 menit lagi nih"


Joni pun mulai menggenjot penis-nya di lubang vagina Rita yang sempit dan basah. Kedua tangan Joni pun sibuk meremas payu dara Rita. Sedangkan Rita hanya menerima sodokan penis Joni dengan pasrah, sambil kedua tangan-nya menahan berat tubuh-nya, di bak mandi


"Ah...Rit... Enak banget memek lo.." Ucap Joni penuh nafsu.

"Iya sayang..owh.. Terus sodokin titit kamu...ungh." Balas Rita, agar Joni cepat mencapai orgasmenya.


Rita bukan-lah wanita yang mudah di landa birahi, ucapan-ucapan nakal yang sering ia lontarkan saat melakukan hubungan intim, hanya lah pancingan agar si laki-laki cepat mencapai orgasme-nya.


"Rit... gue mau keluar...."


Dengan cepat Rita menarik pinggulnya, dan mengocok penis Joni hingga sperma joni muncrat membasahi lantai toilet. Setelah melihat Joni masih menikmati orgasmenya, Rita pun membersihkan vagina-nya dan kembali merapihkan seragam sekolah-nya


"Udah sayang?.. Makasih yah.. Muaah"


Rita pun pergi dengan santai, meninggal kan Joni yang masih lemas di dalam toilet. Lalu kembali mengikuti kegiatan belajar mengajar . Karena kebetulan siang itu adalah pelajaran olah raga, maka seluruh murid kelas sedang bersiap mengganti seragam mereka dengan seragam olah raga. Karena kelas sudah dipakai oleh siswa laki-laki maka para siswi perempuan, memilih berganti pakaian di toilet.

Saat Rita berjalan dengan sahabat sebangkunya, yaitu Fika. Tiba-tiba ia berpapasan dengan Joni yang sepertinya baru bisa terbebas dari toilet.


"Fik... lo duluan aja.. gue ada urusan bentar.." Ujar Rita

"Eh..I..iya Rit" Jawab Fika singkat.

"Semangat dikit kenapa Fik.. Kebanyakan bengong hamil lo lama-lama" Ucap Rita asal.

"Ngaco.." JawabFika sambil berlalu pergi.


Setelah melihat Fika menjauh, Rita pun kembali melancarkan niat usil-nya.


"Woii... lemes banget lo" Tegur Rita sambil menepuk pundak Joni.

"Ah..Tai lo... ninggalin gue gitu aja.." Omel Joni

"Hahahaha... Mampus" Jawab Rita dan kembali menyusul Fika.


Sesampainya di kamar mandi, Rita dan Fika mulai berganti pakaian olah raga bersama di dalam toilet.


"Wuuiihh Fik... toket lo gede banget..." Ledek Rita

"Ah.. Apaan sih lo.." Balas Fika galak

"Ah.. Andai punya gue segede lo yah.. pasti Gilang bisa gue dapetin" Gumam Rita

"Hah...? Gilang?? Siapa??" Tanya Fika bingung.

"Dasar bego.. Itu temen sekelas kita yang duduk di pojok kelas"

"Oh.." Jawab Fika asal

"Parah, Makanya jangan kebanyakan bengong.. Temen sekelas sendiri aja gak kenal" Omel Rita.

"Gitu yah Rit.. Gue gak begitu meratiin.." Jawab Fika polos.
"Aghh.. Cape gue ngomong sama robot.. yaudah geseran Fik gue mau ganti baju"


Kedua sahabat itu pun berganti pakaian, lalu berjalan ke lapangan olah raga. Dari kejauhan mereka dapat melihat Pak Petrus sedang berdiri menunggu para muridnya. Yah, Pak Petrus adalah guru olahraga kelas Rita. Dengan tubuh gempal dan kepala botaknya, mungkin jauh dari kata ideal sebagai guru pelajaran olahraga. Apalagi gossip miring yang sering terdengar akan kegenitan Pak Petrus, terhadap murid-murid wanita.


"Baik, kalian boleh pemanasan dulu. Rita kamu ikut bapak ambil matras di gudang.." Ucap Pak Petrus kepada murid-muridnya.

"Sendiri Pak? Berat... Fik anterin gue dong" Tanya Rita keberatan, dan mencoba mengajak Fika.

"Bo..boleh" Jawab Fika.

"Sudah sendiri aja.. Oh iya Fika kamu kesini sebentar" Perintah Pak Petrus galak


Fika pun berjalan menghampiri Pak Petrus. Tubuh Fika yang sintal sungguh membuat Rita iri, apalagi baju olahraga Fika yang terlihat sempit. Semakin memperlihatkan lekuk tubuh Fika.


"Fika... Kamu sudah bisa gerakan kayang??" Tanya Pak Petrus

"Su..Sudah Pak.. kenapa?" Jawab Fika sedikit takut.

"Bagus, nanti kita mau ambil nilai senam lantai. Kamu pemanasan dulu nanti pundak kamu keram" Ujar Pak Petrus sambil mengelus pundak Fika.

"Dasar cabul..." Gumam Rita sebal, karena mengerti niat bulus Pak Petrus.


Setelah puas bergerilya di tubuh Fika yang polos, Pak Petrus pun mengajak Rita ke gudang sekolah yang tak jauh dari lapangan olah raga, untuk mengambil matras senam lantai. Sesampai-nya di gudang Pak Petrus pun kembali mengunci gudang tersebut dari dalam.


"Pak kok dikunci?" Protes Rita.

"Nih... Saya lagi pengen.." Jawab Pak Petrus, sambil menyodorkan lipatan uang lima puluh ribuan.

"Aduh Pak... Nanti kalau yang lain curiga gimana?" ujar Rita ragu.

Dengan cepat tangan Pak Petrus yang kasar mencubit bibir vagina Rita, dari luar celana olah raganya.


"Pokonya saya mau sekarang" Bentak Pak Petrus galak.

"Aw... Aw... iya..iya ..aw lepas pak sakit.." Jerit Rita mencoba melepaskan cubitan tangan Pak Petrus dari bibir vaginanya.

"Buka baju kamu.." Perintah Pak Petrus, sambil melepaskan cubitan-nya

"Gak udah buka semua deh yah?? Aduh... Sakit Pak..Aduh.." Mohon Rita memelas, sambil mengusap-usap vaginanya dari luar celana.

"Buka... semua bapak mau liat kamu bugil.." Jawab Pak Petrus tanpa kompromi.

"Iya tapi tambahin jangan segini.." Ujar Rita sambil menghitung uang pemberian Pak Petrus


Melihat Rita yang terus menawar, Pak Petrus pun kesal dan meremas kedua payudara kecil Rita dengan sekuat tenaga. Membuat Rita tertunduk sambil meringis kesakitan.


"Saaa....saaakittt... Pak....iya..iya!" Jerit Rita.

"Iya apa?" Tanya Pak Petrus terus meremas kedua payudara Rita.

"AAawwww... Iya.. Iya...Aaa..ampuunn... Saaakit Pak ! Jerit Rita sambil menggeliat kesakitan


Tubuh langsing Rita terus berguncang-guncang menahan sakit di kedua payudara-nya. Dengan tangan-nya ia berusaha menarik remasan tangan Pak Petrus. Namun percuma tenaga Pak Petrus lebih kuat, Ditambah rasa sakit akibat setiap penolakan-nya membuat payudara-nya malah tertarik oleh tangan Pak Petrus. Tampak mata Rita mulai berkaca-kaca, karena tak kuasa menahan sakit di kedua payudara-nya.


"Iya apa Rita jawab?" Tanya Pak Petrus terus menguatkan remasan tangan-nya.

"Saaaa...sakiiiiiitt... Pak Udah...udah...ampuuunnn!" rengek Rita memohon

"Jawab..."

"Iya...iya saya mau bugil... Aw.. lepas pak..lelapas toket Rita sakiiit..."


Pak Petrus pun melepaskan remasan-nya, membuat tubuh Rita ambruk terduduk di lantai gudang yang penuh debu. Kedua tangan-nya berusaha mengelus payudara-nya, mengharapkan bekas rasa sakit itu cepat lenyap. Wajah angkuh Rita tertunduk sambil tetesan air mata mulai jatuh di pipinya. Rambut panjang-nya kini juga menjadi berantakan akibat rontaan-nya tadi.


"Buka Rita sayang....emmpph" Perintah Pak Petrus


Melihat Rita yang masih meringgkuk kesakitan, membuat Pak Petrus kian bernafsu. Di cengkram-nya rahang Rita, lalu dilumat-nya kasar bibir mungil Rita. Rita Pun menurut, sambil membiarkan Pak Petrus mencumbu bibir-nya. Rita bangkit dan mulai membuka celana beserta celan dalam-nya. Kini vagina Rita dengan bulu yang menggaris tercukur rapih, terpampang bebas.

Setelah bagian bawah tubuh Rita telanjang, Pak Petrus pun melepas bibir Rita untuk membiarkan Rita, melepas kaos seragam olahraga-nya. Perlahan-lahan Rita pun menaikkan seragam-nya. Seolah tidak membiarkan vagina Rita menganggur, dengan cepat tangan kasar Pak Petrus kembali meremas kasar bibir vagina Rita. Membuat Rita kembali meronta-ronta menahan sakit, kaos sergam-nya pun ikut tersangkut di kepalanya.


Dengan susah payah akhirnya Rita dapat membuka kaos olahraganya. Dengan kasar Pak Petrus pun membalikan tibu langsing Rita, Dan mulai menusukan penis gemuk-nya di vagina Rita yang masih kering. Hingga Rita harus menggigit bibir bawah-nya untuk menahan sakit, saat penis gemuk Pak Petrus bergesekan dengan vagina-nya yang masih kering..


"AW... Pak.. pelan pelan Aw... Sakiit" Jerit Rita

"Udah gak usah bawel, Saya kan sudah bayar." Jawab Pak Petrus


Melihat Rita yang terus meronta-ronta, kedua tangan Pak Petrus mulai menyibak BH Rita. Dengan gemas, tangan kasar Pak Petrus mulai memilin putting Rita dengan gemas. Cairan vagina Rita mulai membasahi penis Pak Petrus yang terus menyodok lubang sempit tersebut.

Setelah bosan dengan posisi tersebut, dengan kasar-nya Pak Petrus mendudukan Rita di sebuah meja kayu yang penuh dengan debu. Bongkahab pantat Rita yang membulat diantara pahanya yang kurus, kini telah dikotori debu-debu yang menempel.


"Rit... biar badan kamu kurus tapi memek kamu nikmat banget.." Ujar Pak Petrus penuh nafsu.

"Ayo... Pak cepet... awh.. Nanti yang lain curiga... uungghh" Desah Rita.


Merasakan penis gemuknya terus di jepit oleh vagina Rita yang sempit dan basah, Pak Petrus pun semakin bernafsu. Genjotan-nya semakin kasar dan cepat, membuat tubuh langsung Rita terhentak-hentak mengikuti irama sodokan Pak Petrus.

Kini bibir berkumis Pak Petrus mulai menghisap putting kecoklatan Rita. Membuat Rita semakin menggeliat, dan menatap dengan pasrah ke arah kepala botak Pak Petrus. Putting Rita yang mencuat, membuat Pak Petrus menjadi gemas. Sesekali Pak Petrus gigi berantakan Pak Petrus menggigit gemas, putting Rita. Membuat kepala Rita terdengak menahan nyeri di puttingnya.


"Awwwh.. Sa...sakit pak..pentil Rita...Aw.. jangan di gigit gitu..Aww" Jerit Rita mengiba.


Tak lama penis gemuk Pak Petrus, mulai berkedut di dalam vagina Rita. Dengan cepat Pak Petrus menarik penisnya dan menarik Rita agar berjongkok, di hadapan-nya. Dengan kasar Pak Petrus memaksa mulut mungil Rita untuk mengulum penis berbau apek tersebut. Dan "cerooott....croott.." Seperma Pak Petrus menyembur di mulut Rita.


"Telan... peju bapak.. " Bentak Pak Petrus


Rita pun mencoba bertahan, namun Pak Petrus enggan mencabut penisnya dari mulut Rita, yang dipenuhi cairan seperma Pak Petrus. Kesal dengan tingkah Rita yang enggan menelan sepermanya, tangan kasar Pak Petrus langsung mencubit puttinga Rita dengan kasar.


"Awh...gluk...gluuk.." Rita pun meneguk habis sepetma di mulutnya.


Setelah memastikan Rita telah membersihkan sisia seperma di penisnya, Pak Petrus pun mencabut penisnya dari mulut Rita dan langsung menaikan lagi posisi celananya. Diikuti Rita yang juga sibuk memungut uang bayaran dan pakaian-nya yang tergeletak di lantai. Pantat sekal Rita terlihat berguncang, saat Rita berusaha membersihkan debu yang menempel di pantatnya.


"Pak.. Boleh saya minta rokok?... Gak enak banget nih masih kerasa pejunya" Ujar Rita sambil menjulurkan lidah mungilnya.

"Hahaha... nih.. Keretek tapi.." Jawab Pak Petrus, menyodorkan sebungkus rokok kretek beserta koreknya.


Rita pun mulai menyulut rokok tersebut, dikumurnya asap rokok kretak tersebut untuk menghilangkan aroma seperma yang pekat. Sementara itu, Pak Petrus sibuk mengangkat gulungan matras biru dan berjalan kearah pintu gudang.


"Jangan lama-lama, Bapak duluan.. Oh iya hati-hati nanti ketauan ngerokok bisa abis kamu" Ujar Pak Petrus, dan kemudian menghilang di balik pintu gudang.

"Iya jing.. Aduh sakit toket gua.. dasar Bangsat" Gumam Rita, sepeninggal Pak Petrus


Sambil menikmati rokok kretek di tangannya, Rita mengintip dari celah kerah kaos olahraganya, untuk melihat payudara kecilnya yang memerah dibalik BH. Kantong celana olahraganya pun terlihat penuh dengan uang bayaran Pak Petrus.

Setelah merasa tubuhnya pulih, Rita pun kembali menyusul teman-temannya ke lapangan olahraga. Seperti biasa pelajaran olah raga kali ini dipenuhi aksi mesum Pak Petrus. Setelah mengambil nilai siswa laki-laki, Pak Petrus betah berlama-lama mengajarkan senam lantai kepada para siswi.

Sepanjang pelajaran mata Pak Petrus terus jelalatan, menelanjangi rubuh setiap siswi dengan balutan seragam olahraga yang terbilang tipis. Tentu saja yang menjadi bulan-bulanan utamanya adalah Fika, yang memiliki badan paling sintal dan menggairahkan.

Berkali-kali Fika mencoba beberapa gerakan senam lantai yang terbilang sulit, sambil tangan Pak Petrus terus menggerayangi tubuh sintal tersebut, dengan berpura-pura membenarkan gerakan-nya. Begitupun dengan Rita, Pak Petrus dengan berani mencuri-curi untuk mencolek bagian selangkangan, dada, dan bahkan pantat Rita.

Setelah dua jam pelajaran penuh aksi mesum tersebut berlalu. Rita kembali mengganti pakaiannya dengan seragam sekolah. Dilihatnya beberapa notification adanya pesan yang masuk.

Bobby. Today, 12:10 PM
+620888******

Rit gw tunggu di gerbang sekolah, sorry yah gue lagi pengen banget nih.. bokin gw lagi sibuk ngurusin padus sama Kak Sinta. Okeh?


Dengan murung, Rita pun berjalan menghampiri Bobby yang sudah cengar-cengir menunggunya, di samping mobil Honda Civic Genio milik Bobby. Bobby yang merupakan sahabatnya sejak SMP belakangan ini, ikut-ikut memakai jasa tubuh Rita. Membuat Rita yang dulu pernah menaruh perasaan terhadap Bobby, menjadi merasa canggung untuk melayani nafsu bejat Bobby. Bobby adalah wakil ketua eskul basket SMA Rita, tentu saja perawakan Bobby tinggi dan besar, ditambah rambutnya yang selalu dicukur satu senti. Membuat Bobby terlihat menyeramkan dengan kulitnya yang kecoklatan. Walaupun begitu Bobby memiliki wajah yang cukup tampan dan terlihat bersih terawatt khas orang kaya.

"hay.. Rit.. Lemes banget lo?" Tanya Bobby

"Capek gue abis pelajaran si botak Petrus" Jawab Rita sambil masuk ke mobil Bobby.

"Waduh, tapi gak apa-apa kan gue minta temenin lo sekarang?" Yanya Bobby merasa tidak enak dengan sahabat lamanya tersebut.

"Lo megang duitnya kan?.." Tanya Rita datar

"Ada, nanti kita mampir ATM..." Jawab Bobby, sambil menyalakan mobilnya

"Yaudah.. jalan mau dimana?"

"Dirumah gue aja yah... bonyok kan kerja" Jawab Bobby bersemangat.

"Yaudah jalan deh.." Perintah Rita sewot.


Mobil Civic Genio berwarna hitam tersebut-pun mulai meluncur keluar gerbang sekolah.

No comments:

Post a Comment