Baru saja beberapa lama aku mengenal Mas Wahyu yang tinggal satu kost di
sini, aku sudah mendapatkan musibah. Awalnya aku bakal berpikir
hubungan kami akan berlanjut ke jenjang yang lebih serius, namun pupus
sudah harapanku, bukan saja aku akan dilamar Mas Wahyu, aku malah
mendapatkan musibah yang lebih besar lagi. Aku rasanya ingin sekali
mengakhiri hidupku ini. Hidupku hancur, aku merasa diriku benar-benar
ternoda, aku galau, aku bingung harus berbuat apa. Inilah sepenggal
kisahku, semoga pembaca dapat mengerti posisiku.
Namaku Kiki, aku mengenal seorang pria yang bernama Wahyu, saking
dekatnya kami, aku sudah menganggapnya sebagai pacarku, bahkan aku sudah
membiarkannya meniduriku. Namun malanh bagiku, Mas Wahyu kini sedikit
acuh padaku, ia sering meninggalkanku, kadang bahkan dia tidak pulang ke
kost karena kesibukannya, padahal aku sudah mengorbankan diriku
deminya.
Semua berawal dari pertama kami melakukan hubungan seks, entah apa yang
dipikiran kami hingga kami tidak sadar ada yang sedang memperhatikan
kami, sepertinya dari celah jendela yang sedikit terbuka. Aku sangat
ingat di hari setelah itu, kemalangan mulai menyelimutiku.
Pulang dari sekolah, aku mendapatkan sms dari Mas Wahyu, katanya ia
sedang sibuk dan tidak bisa pulang ke kost. Kost kami dua lantai, pria
di lantai bawah dan wanita di lantai atas. Biasanya aku main ke kamar
Mas Wahyu jika sedang bete, dan kadang-kadang dia yang naik ke lantai
dua untuk mengunjungiku jika ia merasa ingin bercinta.
Aku masuk ke kamarku seperti biasa, pulang dari sekolah, mandi dan
segera istirahat. Segar rasanya setelah capek bersekolah akhirnya aku
selesai mandi dan ingin segera beristirahat. Baru saja membaringkan
tubuhku ke kasur, tiba-tiba ada sms maauk, penasaran aku pun segera
membukanya, sungguh kaget bercampur bingung, sebuah nomor tidak dikenal
mengirimkan sms dengan isi 'Aku tahu apa yang kamu perbuat dengan Wahyu,
aku ada rekamannya', membaca itu aku tentu saja shock, apa maksud dari
sms nya itu. 'Kamu siapa?', balas smsku. Sangat cepat dia membalas
smsku, 'Turunlah ke bawah, jangan kasih tahu siapa-siapa, atau kusebar
videomu', sontak saja aku kaget, video apa maksudnya? Apakah ia merekam
hubungan seks ku dengan Mas Wahyu?
Tubuhku langsung gemetaran, mungkin wajahku juga pucat. Apa yang
seharusnya aku lakukan? Aku mencoba tenang, lalu ku balas smsnya lagi,
'Mau kamu apa sich?'. 'Saya di kamar nomor 14, cepetan', cuma itu isi
dari smsnya. Sedikit penasaran aku akhirnya memberanikan diri untuk
keluar dari kamar kost ku dan coba turun ke bawah. Dengan langkah yang
sedikit berat karena aku ketakutan, aku memaksakan diri mencari kamar
nomer empat belas tersebut.
'Tok tok tok', aku mengetuk pintu kamar kost nomor empat belas itu, lalu
segera saja dibuka, dan tampak seorang pria berdiri di dalam
mempersilahkanku masuk. Wajahnya aneh, berperawakan kurus kerempeng,
dengan kacamata tebal, kulit putih dan rambutnya yang sedikit kribo,
seperti seorang kutu buku. Aku tidak begitu mengenalnya, namun aku
pernah melihatnya berseragam anak kuliahan. "Masuklah...", katanya
sambil tersenyum, lalu pintu ditutup dan dikuncinya.
"Mau mu apa?", aku bertanya langsung. "Tenang... Santai dulu... Duduk
gih...", katanya sambil menunjuk ke arah kasur. Kamarnya sedikit
berantakan, tidak ada tempat duduk selain berduduk di kasurnya. Aku
pikir kalau dia macam-macam, aku bisa melawannya, apalagi tubuhnya
kerempeng begitu, aku juga bisa saja teriak minta tolong. "Nama gue
Chandra...", dia memperkenalkan diri sambil ingin berjabat tangan
denganku. Aku menghiraukannya, aku berjalan ke arah pintu sambil
berkata, "Kalau ga ada urusan, aku pergi...". "Eits, tunggu dulu...
Justru itu yang mau gue bicarakan denganmu...", katanya coba menahanku.
Aku sedikit bingung, ia bergegas mengambil laptopnya lalu dinyalakan,
"Aku mau upload video, makanya aku mau minta ijin kamu dulu...", katanya
semakin membuatku tambah bingung. "Sini...", pintanya agar aku
mendekatinya, lesehan di lantai samping kasurnya itu, ia mulai
mengutak-ngatik laptopnya itu, kuperhatikan apa yang ingin ia tunjukkan
padaku.
Sangat kaget bagiku, ia membuka sebuah folder yang penuh dengan daftar
video, sekilas kubaca judulnya merupakan video-video porno bertuliskan
nama berbau Jepang. Lalu discrollnya hingga ke bawah dan diklilnya satu
file yang membuatku hampir pingsan melihat itu. "Darimana lu dapat?!",
tanyaku keras. "Boleh ga saya kirim?", tanya Chandra. "Hapus ga lu?!",
perintahku. "Hahaha, enak saja...", jawabnya membuatku sangat-sangat
marah, ingin sekali aku melempar laptopnya itu. Video yang ia tunjukkan
itu adalah video hubungan seks ku bersama Mas Wahyu.
"Gue pengen lu layani gue, atau gue sebarin video ini...", ancam
Chandra. Sial pikirku, apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mungkin
melayani pria cabul ini. Chandra senyum-senyum sambil memainkan alisnya
naik turun sehingga kacamatanya ikut bergerak. "Tapi mas...", aku coba
menjelaskan. Sungguh gawat jika Chandra menyebarkan video itu. "Saya
banyak soft copy nya, kamu tak perlu cari cara buat ngelak deh...",
jelas Chandra semakin membuat aku kebingungan. "Saya beli saja semua
copyan mu itu...", tawarku mencoba membujuk Chandra. "Hehehe, lu mau
bayar berapa duit? Gue cuma butuh kehangatan...", ujarnya.
Aku pun sangat terpaksa. "Di siang bolong gini?", tanyaku. "Tenang aja
cantik, lu cukup nyepongin gue aja kok...", balas Chandra. Aku tidak
punya pilihan lain, aku coba melihat sekitar, kamar Chandra tertutup
rapat. "Tenang aja, rahasia lu bakal gue jaga baik-baik...", kata
Chandra sambil membuka resleting celananya dan mengeluarkan penisnya.
Astaga, luar boasa besar dan panjang, tidak sebanding dengan tubuhnya
yang kurus kerempeng, bahkan penisnya lebih besar dari milik Mas Wahyu
yang bertubuh tegap sedikit kekar.
"Oke, cepetan ya", jawabku resah ingin cepat-cepat pergi dari kamar ini.
Chandra pun segera duduk di ranjang, sedangkan aku berlutut di
depannnya. Lalu perlahan ku kocok penisnya itu dengan tanganku. Besar
sekali dengan dihiasi urat-urat besar di sekelilingnya. "Cantik banget
lu kayak artis saja...", puji Chandra sambil membelai rambutku.
"Eits, apa-apaan ini?", aku terkaget setelah beberapa menit mengocok
penisnya, ternyata sedari tadi Chandra merekam ku dengan menggunakan hp.
"Tenang aja cantik, ini gue simpan buat pribadi...", jawabnya. "Ga!",
jawabku sambil melepaskan tanganku dari penia besarnya. Ia pun tampak
cemberut, ia menjawab dengan nada sedikit mengancam, "Ini buat koleksi
pribadi! Klo video yang tadi itu buat konsumsi umum!!!". Mendengar itu
aku kembali lemah, tidak ada yang bisa kuperbuat kecuali kembali
mengocok penisnya.
"Nah gitu dong...", kata Chandra. "Kalau kamu sudah putus dengan pacarmu
itu, Mas Chandra siap jadi cadanganmu... Hehehehe", lanjutnya sambil
kembali mengambil video saat aku tengah mengocok penisnya dengan tangan.
Aku masih sedikit jijik jika harus menyepongnya. Semoga Chandra bisa
segera berejakulasi sehingga aku tidak perlu menyepongnya.
Sekitar lima belas menit, Chandra belum juga berejakulasi. Dan tampak
dia sudah tidak tahan, ia kemudian menjambak rambutku dan menarik
kepalaku hingga mengentuhkan wajahku ke penisnya. Aku memang sudah tahu
apa yang dia inginkan. Aku pun terpaksa membuka mulutku, dan membiarkan
penis besar itu masuk ke dalam mulutku.
"Ahhh....", desah Chandra merasakan nikmat. Aku perlahan menyepongkan
penisnya itu. Penisnya besar sehingga memenuhi semua rongga mulutku.
Chandra sangat menikmatinya, tampak matanya merem merasakan hangat dan
nikmat di penisnya. Sesekali ia mengecek hp nya agar tidak salah
menyorot ke arah penisnya.
Sungguh membosankan, aku harus menyepong penis seseorang yang tidak ku
kenal, apajadinya jika Mas Wahyu tahu dengan keadaanku. Sudah masuk ke
menit tiga puluh, tampaknya Chandra sudah mulai masuk ke klimaks, ia
tampak menggigit bibir atasnya, tangan satunya tetap memegang hp untuk
menyorotiku namun satu tangannya sudah mencengkram kepalaku, ia kemudian
mengejang, dan akhirnya ia berejakulasi dengan posisi penianya masih
tertancap di mulutku. Aku tidak bisa melepasnya, tangannya mencengkram
kuat kepalaku, hingga seluruh spermanya memenuhi mulutku, amis, aku
sangat jijik, terasa mual ketika Chandra memaksaku untuk menelan semua
sperma yang ia semprotkan itu.
Perlahan ku rasakan penisnya mulai melemah. Mengecil, lalu Chandra
menariknya lepas dari mulutku, cairan putih meler dari samping bibirku.
Aku segera melapnya, ingin sekali cepat-cepat pergi dari sini. Chandra
bangkit sambil merapikan celananya kembali, ia berjalan ke arah pintu
dan membukanya, tugasku selesai, Chandra mempersilahkanku keluar,
"Terima kasih", katanya ketika aku menuju pintu itu. Sungguh rendah
rasanya, aku merasa ternoda, apalagi Chandra berpesan, "Lain kali ke
sini lagi ya kalau gue minta...".
Hari itu aku sangat lelah, lelah pikiran dan perasaan. Aku putuskan
untuk beristirahat, ketika Mas Wahyu pulang, entah apa harus aku
menceritakannya atau merahasiakannya. Aku tidak berani, aku sempat
berpikir harus pindah kost, namun ku pikir ulang mungkin Chandra akan
mendapatkan alasan untuk mengirim videoku di dunia maya ke aeluruh jagat
raya ini.
Ku coba tenangkan diri dan tidur di sore itu. Hingga malam aku
terbangun, baru saja jam 19:45, aku mendengar suara sms, entah itu dari
Mas Wahyu atau Chandra. Aku sedikit ogah untuk membukanya, namun kembali
terbesit ancaman Chandra yang akan mengupload videoku, aku pun terpaksa
melihat sms itu. Benar, itu sms dari Chandra. 'Sini donk', isi sms itu.
Aku kembali bingung, apa yang harus aku lakukan, dengan perasaan penuh
dengan keterpakaaan aku pun turun ke lantai bawah.
Kost kami sedikit bebas dikarenakan pemiliknya jarang ke sini. Pikirku
daripada Candra nekad mengupload video itu, lebih baik aku menurutinya
saja. Aku pun sampai di depan pintu kamar Candra. Dan ku ketok, Candra
sudah menantikan kedatanganku. Pintu terbuka, hanya Candra sendiri saja
di dalam sana, ia sudah siap dengan hanya mengenakan sehelai handuk,
tubuh kurusnya yang masih basah menunjukkan sepertinya ia baru selesai
mandi.
"Kiki cantik banget malam ini...", katanya. Aku sebenarnya risih sekali,
"Cepatlah, Kiki mau istirahat..", balasku. Candra langsung saja
mengunci pintu kamar. "Ayo lepas semua!", perintahnya memintaku membuka
pakaianku. "Loh, Kiki ga bisa! Cukup sepong saja!", aku menolaknya. "Ya
sudah...", balas Candra lalu membuka kunci pintunya kembali, "Silahkan
kembali ke kamarmu...", dengan nada sedikit mengancam membuatku
ketakutan.
Sial, aku tidak bisa berbuat apa-apa, hatiku bergejolak kuat, ingin
rasanya aku menangis. "Tapi...", kataku. "Terserah maunya gimana...",
kata Candra. Air mataku mulai mengalir, sungguh hina diriku, barusan
tadi siang aku sudah merendahkan diriku untuk menyepongkan penisnya,
kali ini dia meminta lebih.
Takut video ku disebarkannya di internet, aku pun dengan sangat-sangat
terpaksa memohon, "Tapi jangan apa-apai aku ya...", kataku. "Gue kan
suruh lu buka pakaian!", jawab ketus Candra, sepertinya dia jengkel
denganku. "Baiklah...", jawabku, lalu Candra kembali mengunci pintu
kamarnya diikuti diriku yang mulai melucuti pakaianku sendiri.
Wajah Candra terlihat kegirangan, dengan senyum cabulnya ia berkata,
"Semuanya...", aku pun terpaksa membuka bra beserta celana dalamku.
Candra berjalan mendekat, kulihat handuknya sudah sedikit terangkat
karena penisnya yang mengeraa. Ia menelan ludah sambil melihat tubuhku
secara mengeliling. Aku sedikit menutupi tubuhku dengan tanganku, Candra
mencoleknya, dari pinggang, punggung, paha hingga dada
dicolek-coleknya. "Hehehe", ia cengesan sambil memperhatikan tubuhku.
Saking sibuknya ia berkeliling memperhatikan tubuhku, handuknya
terjatuh, dan terpampang jelas lah penis besarnya itu.
"Dadamu masih segar ya...", dicuil-cuilnya seperti mencolek puding,
Candra sangat tertarik dengan susuku yang putih dan masih cukup kecil
ini, dengan puting yang masih sedikit kemerahmudaan, Candra semakin
tertarik hingga berkali-kali menelan ludah. Lalu ia juga mencolek-colek
selangkanganku, jembutku yang masih aedikit jarang itu pun
dibelai-belainya.
Aku sudah mulai terbiasa menerima perlakuan ini, aku sudah tak mungkin
berbuat apa-apa lagi, hanya membiarkan Candra menikmati tubuhku ini.
Semakin dekat ia memandang, akhirnya dia pun memberanikan diri menjamah
susuku, "Wuuih kenyal banget...", kata Candra dengan perlahan. Hingga
kedua tangannya ku biarkan meremas-remas kedua belah payudaraku itu.
Beberapa menit meremas dadaku sepertinya Candra sudah mulai bosan, ia
pun kemudian memelukku, dadanya mengenai susuku, dan penisnya pun
mengeras dekat selangkanganku. Candra lalu menciumi bibirku, aku sedikit
jijik, namun apa boleh buat, aku harus merelakan bibirku disentuh
bibirnya daripada aku harus merelakan tubuhku dilihat semua orang di
dunia maya. Apalagi aku tahu, Mas Wahyu seorang polisi, itu akan menjadi
aib baginya jika video kami tersebar.
Candra melahap bibirku seperti orang yang kerasukan, kurasakan ludahnya
sudah banyak masuk ke dalam mulutku. Ia memelukku erat, hingga ia
benar-benar tidak tahan lagi. Ia kemudian mendorongku jatuh ke kasur,
Candra segera menindihku, lalu kembali menciumi bibirku hingga beberapa
saat hingga kemudian ia melahap susuku.
***
Aku mulai takut ketika Candra mulai membuka kakiku, ia mulai menjelajahi
liang vaginaku dengan jarinya. Aku mulai menangis karena aku ketakutan,
sesuatu yang harus kujaga kini menjadi mainan Candra, jarinya mulai
menusuk hingga ke lubang vaginaku. Aku merasa kotor, walaupun aku sudah
memberikan tubuhku pada Mas Wahyu, namun aku tidak terima harus
diperlakukan secara begini.
***
"Jangan...", aku mencoba mendorong Candra, karena ia sudah bosan
mengoral vaginaku dengan jarinya setelah beberapa menit. Candra sudah
mulai mengarahkan penisnya ke vaginaku, tentu saja aku ketakutan, aku
mencoba melawan. Air mataku mulai menetes karena aku tidak mampu melawan
Candra, walau pun tubuhnya kurus, namun tindihannya kuat, aku tidak
bisa bergerak. "Tolong jangan....", aku memohon dengan terisak-isak. Air
mataku terus mengalir. "Hmm, pakai kondom aja deh klo Kiki takut...",
katanya lalu ia bangkit dan mencari kondom di laci mejanya.
Antara ketakutan dan sedikit lega, paling tidak Candra tidak bisa
menghamiliku jika ia menyemprotkan spermanya di dalam liang vaginaku.
Setelah memakai kondom tersebut, Candra langsung saja kembali menidihku,
aku hanya terdiam, kututup mataku, aku tidak bisa berpikir apalagi yang
harus aku lakukan, kecuali pasrah membiarkan Candra menyetubuhiku
hingga ia puas.
***
Candra mulai memasukkan penisnya yang terbalut kondom le dalam vaginaku,
sedikit sakit, sepertinya ukuran penis miliknya sedikit merobek dinding
vaginaku. "Aaaargggggghhhh....", rintihku kesakitan. Candra pun
terlihat menikmatinya, dengan senyum cabulnya ia mulai menggerakkan
bokongnya hingga penisnya terasa memompa di dalan liang vaginaku.
Air mataku tidak berhenti menetes, sakit terasa hatiku bagai disiram air
comberan, aku resah, aku malu, aku merasa jijik. Aku membiarkan tubuhku
bergerak mengiringi gerakan genjotan Candra.
"Tubuhmu nyaman sekali say...", puji Candra sambil mendesah di
telingaku. Aku tidak bisa sabar lagi menunggu waktu, sudah cukup lama
dia menggenjotku. Mungkin sudah satu jam lebih aku berada dalam kamar
kost ini. Tubuh ku lelah terus-terusan digenjot Candra yang sedari tadi
belum berejakulasi. Mungkin dia telah meminum obat kuat sebelum
memaksaku ke sini.
Pikiranku sedikit berkunang-kunang. Aku akhirnya terlelap sebentar tak
merasakan lagi sakitnya dinding vaginaku yang ditusuk penis besar
Candra. Mungkin hanya terlelap sekitar tiga puluh menit, aku terkaget
karena Candra masih belum selesai menyetbuhiku, dan saking kagetnya ada
sosok seorang pria yang berdiri di samping sambil menonton.
"Apa-apaan ini?", tanya ke Candra. Dia hanya tersenyum, lalu ku
perhatikan wajah pria itu, ternyata dia adalah Dwi, pria yang kost di
samping kamar Candra. "Dia sudah bangun Can", kata pria itu kepada
Candra sambil menonton Candra menyetubuhiku. Hatiku benar-benar hancur,
kini ada seorang pria lagi yang sudah melihat tubuhku ini. "Baguskan,
masih fresh...", kata Candra. Aku pun mulai kembali berlinang air mata,
entah apa dosa ku hingga diperlakukan seperti ini. Candra juga entah
telah menggunakan obat apa yang membuatnya bisa setangguh ini.
"Lu mau cobain ga bro?", tanya Candra kepada Dwi. Aku segera menutupi
kedua buah susu ku yang kecil dengan tanganku, sambil menangis aku
menggeleng-geleng, berharap Dwi tidak termakan ajakan Candra. Sambil
menepuk pundak Candra, Dwi pun berkata, "Lain kali bro, gue capek hari
ini, tadi kerjaan banyak...", lalu ia keluar dari kamar kost.
Syukurlah, aku sudah tidak kuat sekarang, hanya bisa menunggu Candra
menyelesaikan kemauannya. Aku kembali mengistirahatkan badanku kembali
membiarkan Candra melanjutkan genjotannya hingga beberapa menit, dan
Candra pun berhasil berejakulasi dengan menyemprotkan spermanya dalam
kantong kondom yang ia kenakan.
"Hehehe, jangab kapok ya layani gue...", kata Candra lalu menarik lepas
penisnya dari vaginaku. Aku ketakutan, badanku gemetaran, tanpa banyak
bicara aku segera mengambil pakaianku dan mengenakan kembali. Dengan
tergesa-gesa aku pun meninggalkan kamar itu, kamar laknat, aku takut
penghuni kost mengetahui kejadian ini, sudah cukup Candra mengerjaiku,
aku takut Dwi juga meminta bagian.
Candra tersenyum melihatku gelagapan pergi meninggalkan kamar kostnya.
Aku segera balik ke kamar dan mandi. Aku jijik dengan diriku ini. Besok
mungkin aku harus menyiapkan rencana untuk pindah dari kost ini, bahkan
kalau bisa harus pergi dari kota ini sebelum Candra kembali mengerjaiku.
TAMAT
No comments:
Post a Comment