Idun pagi itu sedang menonton tv, anak kelas 5 sd itu sedang asyik
menonton film kartun kesukaannya. Minggu itu ia memilih di rumah saja.
Beberapa menit ia menikmati film kartun, tiba tiba, listrik di rumahnya
mati. "Bu, kok mati lampu?", "Iya, lagi di benerin listriknya, kamu
nonton di rumah sebelah saja", "yaaah, ya udah deh" Idun lalu keluar
dari rumahnya yang sedang di benarkan aliran listriknya itu. Ia menuju
rumah tetangganya, yang di huni oleh keluarga Pak Wisman. Sesampai di
depan rumah itu, Idun memencet bel. Beberapa kali ia memencet bel, dan
tak seorang pun keluar. Karena takut film kartunnya habis, ia masuk saja
ke dalam rumah karena memang tidak di kunci. Saat di dalam rumah,
tampak tak ada seorang pun. Tak perlu malu Idun yang masih sd itu
langsung saja menyalakan tv, dan melanjutkan menonton film kartun
kesukaannya.
Beberapa puluh menit berlalu, dan film kartun kesukaan Idun pun usai jam
tayangnya. Idun yang masih bingung karena rumah tetangganya itu tak
tampak pemiliknya, memilih mengecek rumah itu lebih dalam. Saat sampai
di kamar pak Wisman, tampak kosong, sepertinya sedang keluar.
Selanjutnya tampak sebuah kamar, dan terdengar suara, saat Idun melihat
kedalam kamar lain itu, ternyata tampak seorang perempuan telanjang
bulat sedang bermain laptop.
"Eh, Idun, ko kamu bisa masuk rumah?", Idun baru ingat, pak wisman punya
anak perempuan seorang mahasiswi bernama Diana. "Eh, maaf mbak, tadi
saya mau nonton kartun, listrik mati di rumah, trus mau ke sini
pintunya gak di kunci, trus saya nonton tv di bawah", "ooh, gitu ya",
"mbak Diana kok telanjang?", "Hehe, lagi pengen aja, kenapa emangnya?"
Idun cukup heran, cewe dewasa kok telanjang, dan tampak tidak malu di
lihati oleh anak laki laki. "apa gak di ngin mbak?", "Nggak kok, udah
biasa..." Idun sempat tertegun melihat tubuh Diana, tampak payudaranya
yang cukup besar dan begitu menarik baginya, juga paha mulus Diana yang
menutup selangkangannya. "Mbak, lagi ngerjain apa?", "ini lagi main game
aja, kamu mau main ndak?", "Boleh dong mbak", "Ya udah, sini, mbak
Diana pangku aja..." Idun sempat malu, namun setelah itu ia sudah ada di
pangkuan Diana.
Game dalam laptop itu memang cukup menarik, namun Idun juga bingung saat
punggungnya terasa ada yang mendorong, sepertinya suatu benda yang
kenyal. "Mainnya yang bener dong dek, sini deh gantian" Diana merebut
kemudi permainan game itu, sedang Idun masih berada di pangkuan Diana.
Wajah Diana tepat berada di sebelah wajah Idun, anak sd itu sempat
tertegun sambil memandangi wajah cantik itu. Diana sempat menoleh, dan
melihat Idun yang melongo, "Kok melongo, hmm? Cup" Diana mencium pipi
Idun, lalu lanjut bermain game. Anak sd itu masih bingung, entah apa
yang membuatnya gelisah. Idun kembali menonton Diana yang bermain game
itu, sambil sesekali sibuk memandangi tubuh perempuan yang lebih tua
darinya itu.
"Idun, pindah yuk, main laptopnya di kasur aja" Diana lalu berpindah
kekasur sambil membawa laptopnya. Perempuan yang telanjang itu
merebahkan tubuhnya di kasur, dan menaruh laptopnya di atas buah dada
yang indah itu. Idun masih bingung, entah kenapa ia masih berada di
rumah itu meski film kartun kesukaannya sudah selesai. "Idun, kok
bengong, sini, nonton aku main aja" Idun lalu mendekat, dan merebahkan
tubuhnya di sebelah Diana. Idun melihat laptop itu bergoyang goyang,
karena berada di atas buah dada kenyal milik Diana. "mbak, laptopnya
goyang terus, mana enak mainnya", "iya, pegangin dong dek, kamu naik di
perut aku situ" Idun menurut, ia naik keatas perut Diana yang mulus itu,
lalu meraih laptop itu. Tangannya memegang bagian atas laptop itu
menahan gerakannya. Entah kenapa Idun merasa burung kecilnya itu tegak
di dalam celananya. "Aduh, masih goyang, pegang bawahnya aja dek" Idun
lalu memindahkan tangannya, dan sekarang tangannya memegang bagian kanan
dan kiri laptop itu. Idun merasakan tangannya yang di bawah menyentuh
buah dada kenyal milik Diana. Diana tampak tersenyum sambil bermain
game, Idun makin bingung.
"Yee, udah menang banyak nih", "iya kah? Wah hebat mbak Diana", "Hehe,
laptopnya taruh sana dong, Idun" Idun memindahkan laptop itu, kini Diana
yang telanjang bulat itu telentang di atas kasur dengan begitu
menggoda. "Sini dek, main yang lebih asyik", "Main apa nih mbak?",
"Sini, kamu ke atas perutku lagi" Idun menurut, kembali ia mengambil
posisi yang sama. "Terus ngapain mbak?", "Pegang ini yach" Tangan Idun
segera dipandu oleh Diana, dan mendarat di buah dada sintal milik Diana.
"Terus di apain mbak?", "Tangan kamu diputer-puter di atas situ ya,
coba deh" Idun menurut lagi, kedua tangannya yang menempel di buah dada
Diana itu kini berputar putar, menggoyangkan benda kenyal nan montok
itu. "Pantes laptopnya goyang mbak, ini kenyal begini, kayak jeli",
"mmmmf...iya... tuh tau...uuuh" Idun bingung, kenapa Diana mendesah.
Terus saja Idun memutar mutar buah dada Diana, karena penasaran, Idun
menepuk nepuk buah dada itu. "Lucu mbak bunyinya,hehe" Diana makin
mendesah, kakinya bergerak gerak. Idun penasaran kenapa ada benda yang
mencuat dan mengeras di buah dada Diana. "mbak, ini kok keras begini?"
Idun memencet dan memutar mutar puting coklat Diana. "Aaaahn....mmmf...
iya, gak papa itu...oooh... puter aja...mmmf" Idun dengan asyik memencet
dan memutar mutar puting Diana, lalu ia teringat kalau itu puting ASI.
"Ooh, ini yang bisa keluar air susunya itu ya mbak? Idun coba ya...
mmmf" Diana mendesah keras, perempuan itu sepertinya keenakan setelah
buah dadanya dimainkan oleh Idun. Mulut Idun sekarang sudah menyedot
nyedot puting Diana.
"Kok gak keluar susunya ya mbak? Kurang keras ya? Mmmf" Idun menggigit
kecil puting coklat Diana. "Aaaahn! Uuuhf....sssh...ooooh" Idun seperti
orang bingung, bergantian ia kenyot puting kanan dan puting kiri di
payudara Diana itu, anak sd itu juga meremas payudara montok itu. Penis
mungil Idun tampak tegak dalam celana itu juga berdenyut menempel ke
perut Diana. "Aduh mbak, Idun mau pipis", "Pipis di sini aja dek, buka
aja, oooh" Idun menurut, ia membuka celananya, croot, cairan putih
menetes di buah dada Diana. Idun masih bingung karena yang keluar bukan
air kencing. "Kok yang keluar putih ya mbak?" Diana lalu mengangkat
Idun, dan merebahkan tubuh anak sd itu di kasur, langsung saja penis
mungil itu di lahap masuk dalam mulutnya. "mbak, kok burung Idun
diemut?" Tanpa menjawab, Diana menjilati burung kecil dalam mulutnya itu
dengan hebat, Idun tampak merem melek. Penis Idun kembali tegak, dan
terasa begitu nikmat di dalam mulut Diana.
"mmm...mmm...slruup...mmm...Lucu ya burung kamu dek..mmm", "geli mbak,
uuuh, mmmf". Setelah puas menikmati burung mungil milik Idun, Diana
duduk dan membuka selangkangannya..
"Idun, sini, liat nih, lubang aku..", "Lubang apa nih mbak? Kok basah
dan terbuka?", "Sini deketan, kamu pegang aja..." Idun menempelkan jari
jarinya ke atas bibir vagina Diana, terasa ada bulu bulu halus di
sekitar lubang itu. " lucu ya mbak, wah, itu ada apa yang kayak
kelereng?" Idun mencubit klitoris Diana. "Aaaah! Nakal Idun, tau aja sih
kamu", "Maaf mbak, itu nggemesin soalnya", "Hehe, jilatin sekalian deh
lubang aku dek", "Emang enak ya mbak?", "Enak, airnya minum sekalian,
enak itu" Idun menurut lagi, Kepalanya melesat ke selangkangan Diana.
Mulutnya sudah menempel di lubang itu, dan lidahnya masuk kedalam. Idun
langsung menyedot nyedot lubang itu, dan memang ia merasakan air dalam
lubang itu cukup berbeda. "mmm...mmm...slruup..mmm... Airnya asem asem
gimana gitu...", "Aaahn, iya terusin dek, kayaknya kamu haus..ooooh"
Idun memang tampak haus sekali, segera saja lidahnya bergerak menjilati
dinding vagina Diana, sambil menikmati cairan berlendir dalam lubang
itu. Diana merem melek sambil memegangi kakinya, saat Idun sibuk
menggerakkan kepalanya dan menikmati vagina basah Diana.
"Idun, udah ya, kamu lepas pakaian kamu semua", "Ngapain mbak?" ,"Udaah,
biar cepet selesai permainannya" Idun melepas pakaiannya. Diana lalu
kembali tidur di atas kasur, sambil membuka selangkangannya. "Idun,
burung kamu masih berdiri kan?", "Iya ini mbak", "Masukin ke lubangku
yach", "Bisa ya mbak?", "BIsa dong, enak loh ntar" Idun menurut, dan
cepat saja penis mungil Idun tenggelam dalam memek basah Diana, walau
tidak mengisi penuh memek sempit itu. "Aaahn! Geli deh sama burung kecil
kamu", "hangat ya lubangnya mbak Diana", "Kamu gerakin maju mundur dong
dek, uuuh" Idun menggerakkan penisnya maju mundur dalam lubang itu,
tentu adegan persetubuhan antara seorang wanita dengan anak kecil ini
jarang terjadi. Idun mempercepat gerakan penisnya menusuk memek basah
Diana, karena ia merasa burungnya tak begitu sulit untuk bergerak keluar
masuk. "Aaaahn...mmmf...uuuh...oooh... terus dek...sssh...ooouuh" Idun
memeluk erat tubuh Diana, kepalanya menempel di atas buah dada montok
yang bergoyang itu. Penisnya masih bergerak terus, diiringi suara
desahan indah Diana dan suara tabrakan tubuh mereka berdua. Idun tidak
sadar sudah menyetubuhi perempuan yang lebih tua darinya, dan tentu saja
ia senang senang saja. Beberapa menit tak berhenti penis Idun mengobok
obok vagina Diana.
"Mbak Diana, Aku mau kencing lagi, aah!" Croot croot croot, Idun mengisi
lubang vagina Diana. Setelah itu Idun tergeletak kelelahan di sebelah
Diana. Diana lalu berdiri, dan mani Idun menetes keluar dari lubang
vagina itu tanpa ada bercak merah, sepertinya keperawanan Diana tidak
hilang. "Makasih ya dek, udah mau maen sama mbak Diana", "Iya mbak, aduh
sampe lemes", "Aduh kaciaan, Sini sini aku peluk..." Diana lalu memeluk
erat tubuh Idun di atas kasur itu. "Seru permainannya mbak, hehe", "Iya
dong, hehe, puting aku emut lagi aja dek, biar kamu cepet tidur juga".
Puting Diana kembali dikenyot Idun, sambil tampak dalam pelukan anak sd
yang lelah itu mulai tertidur. Diana tersenyum karena hari itu ia
mengalami sesuatu yang tak terlupakan sepanjang hidupnya..
No comments:
Post a Comment