Thursday 7 June 2018

Menikmati tubuh kak Diana

Idun pagi itu sedang menonton tv, anak kelas 5 sd itu sedang asyik menonton film kartun kesukaannya. Minggu itu ia memilih di rumah saja. Beberapa menit ia menikmati film kartun, tiba tiba, listrik di rumahnya mati. "Bu, kok mati lampu?", "Iya, lagi di benerin listriknya, kamu nonton di rumah sebelah saja", "yaaah, ya udah deh" Idun lalu keluar dari rumahnya yang sedang di benarkan aliran listriknya itu. Ia menuju rumah tetangganya, yang di huni oleh keluarga Pak Wisman. Sesampai di depan rumah itu, Idun memencet bel. Beberapa kali ia memencet bel, dan tak seorang pun keluar. Karena takut film kartunnya habis, ia masuk saja ke dalam rumah karena memang tidak di kunci. Saat di dalam rumah, tampak tak ada seorang pun. Tak perlu malu Idun yang masih sd itu langsung saja menyalakan tv, dan melanjutkan menonton film kartun kesukaannya.
Beberapa puluh menit berlalu, dan film kartun kesukaan Idun pun usai jam tayangnya. Idun yang masih bingung karena rumah tetangganya itu tak tampak pemiliknya, memilih mengecek rumah itu lebih dalam. Saat sampai di kamar pak Wisman, tampak kosong, sepertinya sedang keluar. Selanjutnya tampak sebuah kamar, dan terdengar suara, saat Idun melihat kedalam kamar lain itu, ternyata tampak seorang perempuan telanjang bulat sedang bermain laptop.
[​IMG]
"Eh, Idun, ko kamu bisa masuk rumah?", Idun baru ingat, pak wisman punya anak perempuan seorang mahasiswi bernama Diana. "Eh, maaf mbak, tadi saya mau nonton kartun, listrik mati di rumah, trus mau ke sini pintunya gak di kunci, trus saya nonton tv di bawah", "ooh, gitu ya", "mbak Diana kok telanjang?", "Hehe, lagi pengen aja, kenapa emangnya?" Idun cukup heran, cewe dewasa kok telanjang, dan tampak tidak malu di lihati oleh anak laki laki. "apa gak di ngin mbak?", "Nggak kok, udah biasa..." Idun sempat tertegun melihat tubuh Diana, tampak payudaranya yang cukup besar dan begitu menarik baginya, juga paha mulus Diana yang menutup selangkangannya. "Mbak, lagi ngerjain apa?", "ini lagi main game aja, kamu mau main ndak?", "Boleh dong mbak", "Ya udah, sini, mbak Diana pangku aja..." Idun sempat malu, namun setelah itu ia sudah ada di pangkuan Diana.
Game dalam laptop itu memang cukup menarik, namun Idun juga bingung saat punggungnya terasa ada yang mendorong, sepertinya suatu benda yang kenyal. "Mainnya yang bener dong dek, sini deh gantian" Diana merebut kemudi permainan game itu, sedang Idun masih berada di pangkuan Diana. Wajah Diana tepat berada di sebelah wajah Idun, anak sd itu sempat tertegun sambil memandangi wajah cantik itu. Diana sempat menoleh, dan melihat Idun yang melongo, "Kok melongo, hmm? Cup" Diana mencium pipi Idun, lalu lanjut bermain game. Anak sd itu masih bingung, entah apa yang membuatnya gelisah. Idun kembali menonton Diana yang bermain game itu, sambil sesekali sibuk memandangi tubuh perempuan yang lebih tua darinya itu.
"Idun, pindah yuk, main laptopnya di kasur aja" Diana lalu berpindah kekasur sambil membawa laptopnya. Perempuan yang telanjang itu merebahkan tubuhnya di kasur, dan menaruh laptopnya di atas buah dada yang indah itu. Idun masih bingung, entah kenapa ia masih berada di rumah itu meski film kartun kesukaannya sudah selesai. "Idun, kok bengong, sini, nonton aku main aja" Idun lalu mendekat, dan merebahkan tubuhnya di sebelah Diana. Idun melihat laptop itu bergoyang goyang, karena berada di atas buah dada kenyal milik Diana. "mbak, laptopnya goyang terus, mana enak mainnya", "iya, pegangin dong dek, kamu naik di perut aku situ" Idun menurut, ia naik keatas perut Diana yang mulus itu, lalu meraih laptop itu. Tangannya memegang bagian atas laptop itu menahan gerakannya. Entah kenapa Idun merasa burung kecilnya itu tegak di dalam celananya. "Aduh, masih goyang, pegang bawahnya aja dek" Idun lalu memindahkan tangannya, dan sekarang tangannya memegang bagian kanan dan kiri laptop itu. Idun merasakan tangannya yang di bawah menyentuh buah dada kenyal milik Diana. Diana tampak tersenyum sambil bermain game, Idun makin bingung.
"Yee, udah menang banyak nih", "iya kah? Wah hebat mbak Diana", "Hehe, laptopnya taruh sana dong, Idun" Idun memindahkan laptop itu, kini Diana yang telanjang bulat itu telentang di atas kasur dengan begitu menggoda. "Sini dek, main yang lebih asyik", "Main apa nih mbak?", "Sini, kamu ke atas perutku lagi" Idun menurut, kembali ia mengambil posisi yang sama. "Terus ngapain mbak?", "Pegang ini yach" Tangan Idun segera dipandu oleh Diana, dan mendarat di buah dada sintal milik Diana. "Terus di apain mbak?", "Tangan kamu diputer-puter di atas situ ya, coba deh" Idun menurut lagi, kedua tangannya yang menempel di buah dada Diana itu kini berputar putar, menggoyangkan benda kenyal nan montok itu. "Pantes laptopnya goyang mbak, ini kenyal begini, kayak jeli", "mmmmf...iya... tuh tau...uuuh" Idun bingung, kenapa Diana mendesah. Terus saja Idun memutar mutar buah dada Diana, karena penasaran, Idun menepuk nepuk buah dada itu. "Lucu mbak bunyinya,hehe" Diana makin mendesah, kakinya bergerak gerak. Idun penasaran kenapa ada benda yang mencuat dan mengeras di buah dada Diana. "mbak, ini kok keras begini?" Idun memencet dan memutar mutar puting coklat Diana. "Aaaahn....mmmf... iya, gak papa itu...oooh... puter aja...mmmf" Idun dengan asyik memencet dan memutar mutar puting Diana, lalu ia teringat kalau itu puting ASI. "Ooh, ini yang bisa keluar air susunya itu ya mbak? Idun coba ya... mmmf" Diana mendesah keras, perempuan itu sepertinya keenakan setelah buah dadanya dimainkan oleh Idun. Mulut Idun sekarang sudah menyedot nyedot puting Diana.
"Kok gak keluar susunya ya mbak? Kurang keras ya? Mmmf" Idun menggigit kecil puting coklat Diana. "Aaaahn! Uuuhf....sssh...ooooh" Idun seperti orang bingung, bergantian ia kenyot puting kanan dan puting kiri di payudara Diana itu, anak sd itu juga meremas payudara montok itu. Penis mungil Idun tampak tegak dalam celana itu juga berdenyut menempel ke perut Diana. "Aduh mbak, Idun mau pipis", "Pipis di sini aja dek, buka aja, oooh" Idun menurut, ia membuka celananya, croot, cairan putih menetes di buah dada Diana. Idun masih bingung karena yang keluar bukan air kencing. "Kok yang keluar putih ya mbak?" Diana lalu mengangkat Idun, dan merebahkan tubuh anak sd itu di kasur, langsung saja penis mungil itu di lahap masuk dalam mulutnya. "mbak, kok burung Idun diemut?" Tanpa menjawab, Diana menjilati burung kecil dalam mulutnya itu dengan hebat, Idun tampak merem melek. Penis Idun kembali tegak, dan terasa begitu nikmat di dalam mulut Diana. "mmm...mmm...slruup...mmm...Lucu ya burung kamu dek..mmm", "geli mbak, uuuh, mmmf". Setelah puas menikmati burung mungil milik Idun, Diana duduk dan membuka selangkangannya..
"Idun, sini, liat nih, lubang aku..", "Lubang apa nih mbak? Kok basah dan terbuka?", "Sini deketan, kamu pegang aja..." Idun menempelkan jari jarinya ke atas bibir vagina Diana, terasa ada bulu bulu halus di sekitar lubang itu. " lucu ya mbak, wah, itu ada apa yang kayak kelereng?" Idun mencubit klitoris Diana. "Aaaah! Nakal Idun, tau aja sih kamu", "Maaf mbak, itu nggemesin soalnya", "Hehe, jilatin sekalian deh lubang aku dek", "Emang enak ya mbak?", "Enak, airnya minum sekalian, enak itu" Idun menurut lagi, Kepalanya melesat ke selangkangan Diana. Mulutnya sudah menempel di lubang itu, dan lidahnya masuk kedalam. Idun langsung menyedot nyedot lubang itu, dan memang ia merasakan air dalam lubang itu cukup berbeda. "mmm...mmm...slruup..mmm... Airnya asem asem gimana gitu...", "Aaahn, iya terusin dek, kayaknya kamu haus..ooooh" Idun memang tampak haus sekali, segera saja lidahnya bergerak menjilati dinding vagina Diana, sambil menikmati cairan berlendir dalam lubang itu. Diana merem melek sambil memegangi kakinya, saat Idun sibuk menggerakkan kepalanya dan menikmati vagina basah Diana.
"Idun, udah ya, kamu lepas pakaian kamu semua", "Ngapain mbak?" ,"Udaah, biar cepet selesai permainannya" Idun melepas pakaiannya. Diana lalu kembali tidur di atas kasur, sambil membuka selangkangannya. "Idun, burung kamu masih berdiri kan?", "Iya ini mbak", "Masukin ke lubangku yach", "Bisa ya mbak?", "BIsa dong, enak loh ntar" Idun menurut, dan cepat saja penis mungil Idun tenggelam dalam memek basah Diana, walau tidak mengisi penuh memek sempit itu. "Aaahn! Geli deh sama burung kecil kamu", "hangat ya lubangnya mbak Diana", "Kamu gerakin maju mundur dong dek, uuuh" Idun menggerakkan penisnya maju mundur dalam lubang itu, tentu adegan persetubuhan antara seorang wanita dengan anak kecil ini jarang terjadi. Idun mempercepat gerakan penisnya menusuk memek basah Diana, karena ia merasa burungnya tak begitu sulit untuk bergerak keluar masuk. "Aaaahn...mmmf...uuuh...oooh... terus dek...sssh...ooouuh" Idun memeluk erat tubuh Diana, kepalanya menempel di atas buah dada montok yang bergoyang itu. Penisnya masih bergerak terus, diiringi suara desahan indah Diana dan suara tabrakan tubuh mereka berdua. Idun tidak sadar sudah menyetubuhi perempuan yang lebih tua darinya, dan tentu saja ia senang senang saja. Beberapa menit tak berhenti penis Idun mengobok obok vagina Diana.
"Mbak Diana, Aku mau kencing lagi, aah!" Croot croot croot, Idun mengisi lubang vagina Diana. Setelah itu Idun tergeletak kelelahan di sebelah Diana. Diana lalu berdiri, dan mani Idun menetes keluar dari lubang vagina itu tanpa ada bercak merah, sepertinya keperawanan Diana tidak hilang. "Makasih ya dek, udah mau maen sama mbak Diana", "Iya mbak, aduh sampe lemes", "Aduh kaciaan, Sini sini aku peluk..." Diana lalu memeluk erat tubuh Idun di atas kasur itu. "Seru permainannya mbak, hehe", "Iya dong, hehe, puting aku emut lagi aja dek, biar kamu cepet tidur juga". Puting Diana kembali dikenyot Idun, sambil tampak dalam pelukan anak sd yang lelah itu mulai tertidur. Diana tersenyum karena hari itu ia mengalami sesuatu yang tak terlupakan sepanjang hidupnya..

No comments:

Post a Comment