Thursday 7 June 2018

kenangan 2006 bersama Debby

Debby, waktu itu berumur 20 tahun. 3 tahun lebih tua dari aku. Aku mengenalnya dari pacarku, meski ia lebih tua dari aku, namun tubuhnya yang lebih mungil dari aku. Mungkin setinggi 162cm. Pertama kali aku bertemu dengannya, dia termasuk orang yang memiliki berat badan sedikit berlebih, tentunya bila dibandingkan denganku karena aku merupakan anak yang berbadan besar dan sehat. Pertama kali kenal, Debby memiliki berat badan mungkin sekitar 65 kg. ya tergolong besar. Tapi ia juga pernah menjadi kurus ideal (tidak terlalu kurus dan tidak terlalu gemuk) bahkan bodynya yang begitu indah bagaikan lukisan yang diukir sedimikian rupa, hanya saja pantatnya yang menungging kerap membuat beberapa cowok membayangkan memainkannya dari belakang.
Well buat kalian yang minder akan berat badan kalian, mungkin kalian bias mengikuti debby. Di kala ia memiliki bobot berlebih, ia selalu tetap tersenyum dan tetap percaya pada dirinya, bahkan senyumnya selalu mengembang. Benar-benar orang yang ceria sekali. Berbalik terbalik dari aku dan pacarku Nia yang terkesan introvert dan kadang tidak bangga dengan berat badan kami. Meski Nia merupakan cewek yang berbadan kurus, tingginya hampir sama denganku.
Semua bermula ketika aku dan Nia memiliki suatu masalah, sehingga kami tidak bertemu di hari itu, padahal biasanya kami hampir bertemu setiap hari di rumahku, aku memang tinggal sendiri karena orang tuaku memberiku rumah atas slamat bahwa aku itu bukan homo dan akhirnya punya pacar seorang cewek. Aku tidak begitu mengerti jalan pikiran orang tuaku, namun aku senang-senang saja karena aku bias bebas di rumah itu. Suatu siang setelah aku selesai mengikuti tonti dan tengah bersantai di rumah. Kudengar ada yang mengetuk gerbang di depan, aku pun pergi ke depan untuk melihat siapa yang datang. Ketika aku hendak menyambut tamu yang ternyata sudah kukenal. Debby.
“Hi Bun.. Gi apa nih??” Debby mencoba membuka gerbang tapi apa daya tangannya tidak sampai untuk mengaitkan kuncinya. Bukannya menjawab pertanyaannya aku malah menyindirnya “ Eh ada anak-anak mau buka gerbang, kasian amat ga nyampe. Makanya tinggi dikit napa?!” sambil lepas tawaku. “eh sialan lu malah ngejek, bukain napa sih.” Jawabnya dengan muka yang di buat-buat manyun tapi tetap ada singgungan senyum serta lesung pipinya. “iye iya, ku bukain. Napa Deb kesini? Jarang-jarang kamu main kesini klo ga ada Nia?” tanyaku meski dalam hati aku agak curiga karena pertengkaranku dengan Nia sesungguhnya diawali dari kecerobohanku dengan adek kelasku.
“Eh gw duluan yang Tanya, malah balik tanya. Lu lagi apa nih?” tanyanya lagi seraya kami masuk ke dalam rumah dan aku kembali dengan laptopku. “Nah udah liat kan aku lagi ngapain, nge-game. Biasa senengan (kesukaan)ku sih mau nyoba ngejar level 80, ga naik-naik levelku”
“Hemmmm, ngeganggu ya? Gw mau curhat nih, ganggu lu kagak?”
Tentu saja tidak mungkin aku menjawab ntar an ah, ataupun menolaknya. Aku tidak pernah tega menolak jadi tempat sampahnya ketika dia mengeluh tentang ini- itu dan mungkin karena itu juga dia jadi lebih sering curhat padaku, meski sejujuranya kadang lewat sms sering aku tinggal tidur. Hahaha
“Oke, kamu mau curhat soal apa nih?” tanyaku tapi aku enggan menebak meski aku berpikir ini perihal cowok. “Si Hendra tuh, gw ga nyangka dia kaya gitu?” “loh? Kok hendra? Katanya kamu mau ngirim surat buat Denny, kenapa malah Hendra? Emang dia ngapain kamu?”
“gw akhirnya milih ngomong langsung, sorry kemarin gw ga bilang sbenernya. Sebenernya gw suka Hendra”
Konstan di waktu itu aku kaget, karena Hendra itu termasuk anak yang memiliki omongan besar tapi tidak bias dipegang. Hampir seluruh anak di sekolah tau gimana wataknya dia.
“tunggu dulu, ini Hendra yang mana nih? Trus kamu jadi ngirimin dia surat itu?” tanyaku sambil masih terheran-heran ga salah sasaran kan? Atau ada Hendra yang lain?
“Ihh, dengerin napa sih. Gw kan udah bilang ‘ngomong langsung’ , lu kan tau hendra suka ngomong sana-sini. Apalagi kalo ada surat, nanti di pajang di sekolah gw kan malu ntar…..” WTF! Hendra si Hendra itu??? Hendra dari sekolahan ku??? Dalam hati ku, ga nyangka. “Yang penting ga ada bukti tertulis klo gw suka ama dia, dia kan sok banget”
“wah isa cerdas juga ya kamu” komentarku lepas begitu saja dan dia sadar bahwa ada unsur sinis dalam nadaku. Tapi meski begitu ia tetap saja melanjutkan ceritanya…
“Hendra nerima gw, Bun. Tapi baru jadian sehari udah putus lagi. Emang brengsek tuh anak!”
“Loh, napa? Bis jadian kok putus lagi? Ada apaan? Katanya suka” aku terheran-heran dengan anak ini, setauku selama kami kenal, dia memiliki pacar yang dapat bertahan hingga 3 bulan setidaknya. Tapi sama si Hendra YoNgepet ini ini malah membuatku penasaran. Ada apa di antara mereka…
“Lu belum denger dari Nia?” tanyanya tapi langsung kujawab dengan mengangkat bahu dan mengelengkan kepalaku.”terus, kenapa malah batal kamu ama dia?”
“Dia tuh ya Bun, Nafsu sekali ternyata. Masa baru jadian dia udah nyoba nyium gw”
“loh ndak masalah to, jadian malah ciuman, aku ama Nia malah ciuman dulu baru jadian…emang kecepetan ya? Nda saying tuh berarti.. hahaha” aku memang tertawa tapi berupaya juga seakan-akan mencoba memahami Debby.
Tapi malah aku dilempar pake tasnya yang entah isinya apa tapi yang jelas sakit di lenganku. “Afu! Apaan tuh sakit oi.” Protesku karena dia mulai main fisik.“Ih parah kamu, mainnya pukul-pukulan jangan-jangan si Hendra putus gara-gara kamu tonjokin lagi”
“Enggalah, seriusan. Emang sebenernya ga masalah ciuman, Cuma tangannya itu udah mau grepe-grepe dada gw. Cowok apaan tuh!? Emang pacaran buat apaan coba? Nge-sex!?” protes Debby lebih jauh.
Memang harus aku akui si Hendra sudah keburu nafsu dan pengen selangkangan. Tapi karena entah datang dari mana aku terkesan ikut membela Hendra.“Lho kenapa putus coba? Nda dikasih kesempatan lagi? Kamu kan emang manis ma seksi… apa lagi da…” sebelum aku selesaikan kalimatku, aku kembali ke pikiran logisku. Wah, aku nekat berkata seperti ini. Seharusnya aku lebih membela Debby bukannya Hendra. Langsung kebayang bahwa Debby akan berpikir aku sama saja dengan Hendra. Tapi waktu kelihat mukanya, ternyata mukanya memerah. Tapi aku tidak berani mengartikan perubahan warna mukanya, takut-takut kalau ternyata dia marah dan dia tau lanjutan perkataanku tadi.
“Kalo lu Bun,…” ada keheningan agak lama yang membuatku keringat dingin, aku takut bahwa pertemanku akan rusak, belum lagi dia akan mengadu pada si Nia tentang percakapan ini. Namun ketika semua kemungkinan terburuk tengah aku putar di kepalaku, Nia melanjutkan perkataannya “a.. a apa Bun pengen ama gw?”

Kali ini aku berasa terjebak dalam pilar ice wall dan kemudian di serang dengan thunder bolt. Sekian detik aku mencoba memahami maksud perkataanya, apakah ini jebakan atau benar-benar ajakan? Aku tidak tau harus menjawab apa, tapi yang kuingat waktu itu hanya “ kamu terlalu berharga untuk Cuma dipermainin gitu Deb.”
“lalu Bun, yang cukup berharga buat lu lakuin ke gw gimana?” tanyanya sembari mendekat dan aku mengerti itu nada takut untuk menanyakan sesuatu. Aku bias merasakan Boy Jr mulai mengeras, tapi aku merasa bahwa aku tidak boleh gegabah karena aku bisa kehilangan dua orang sekaligus.
“kalau aku sih, well, let’s keep it in our mind lah” jawabku, karena aku benar-benar merasakan bahwa ini adalah sebuah jebakan untukku. Aku takut Nia bersepakat untuk mengetesku.
“Kenapa gam au ngomong?” bisiknya sambil mendekatkan wajahnya.
Aku mulai merasakan hangat napasnya tapi aku tetap takut melangkah. Seharusnya aku bisa saja menciumnya detik itu juga, merangkul dan membiarkan waktu dan insting pergi membawa kami dalam fantasy.Tapi daripada semua itu,logika dan rasa takutku lebih besar, justru sikap Debby yang tidak kukenal seperti ini membuat aku lebih berhati-hati. Boy. Jr ku sudah semakin keras seakan meminta dilepaskan dan siap untuk mencari kepuasan sendiri. Tapi tetap di dalam hatiku bertanya, Apa maksudmu dengan semua ini Deb?
Sedetik, dua detik dan terus berlanjut. Dan aku tidak tau harus mengambil langkah apa. Di tengah semua situasi seperti ini, di rumah berduaan tidak ada yang akan menganggu, tapi kemudian aku sadar. Aku harus kehilangan momen ini, aku benar-benar merasa bahwa ini hanyalah perangkap yang dipasang oleh Nia dan Debby.
“ Sorry Deb,” Aku hanya bisa mengucapkan hal itu sambil kemudian berdiri dan duduk ke kursi. “Bun?” bisiknya lirih dan kemudian dia memalingkan tubuhnya dariku. “Sorry Deb, bisa aja aku nyium kamu, bahkan mungkin kebablasan. Tapi aku bukan si Hendra yang main nyosor ama kamu, apalagi tanpa ijinmu, kalau kamu nda mau. Mending jangan. And jangan jadiin aku pelampiasan Deb. Inget aku itu juga pacarnya Nia, temen baikmu.” Aku memilih kata-kata yang sebaiknya akan membuatku terkesan baik dan tidak berniat menyelingkuhi si Nia, meski seandainya kesempatan itu terulang. Aku mungkin akan langsung menerkamnya. Debby diam tanpa mengucapkan sepatah katapun, namun dia mendekat dan meletakkan kepalanya di pahaku. :Afu!!!! Dalam hatiku aku memaki. Aku meletakkan tanganku di atas kepala Debby sambil mengelus kepalanya. Sekarang aku baru sadar, bahwa semua ini bukan jebakan tetapi bahwa Debby benar-benar ingin melakukannya. Di kala pikiran sedang penuh dengan pikiran malaikat dan iblis yang sedang berperang, Antara lebih baik lakukan atau tetap seperti ini… ternyata iblis akhirnya mendapatkan bantuan dari tangan Debby yang meraba selangkanganku. Boy Jr ku yang sudah kuupayakan untuk kuredam akhirnya memberontak. Tapi sebelum aku sempat menyerang Debby, dia sudah terlebih dahulu menciumku.
“Uhm..” ciumanku beradu, dan akhirnya aku merangkul dia dan merasakan lidahnya yang menari-nari mencumbuku. Tangan Debby merangkul dan mengacak-acak rambutku, tapi aku mencoba untuk focus dan tidak terlalu terburu-buru. Tanganku menahan lehernya dan yang satu merangkul pinggangnya. Aku sengaja tidak meraba yang lain dulu. Aku ingin menghargai dia, ingin berlahan dan menikmatinya bersama.
Seraya ciumanku beralih ke pipi, kemudian ke leher dan telinganya, Debby menggelinjang ketika aku mencium dan memainkan lidahku di telinga kirinya.
“Ugh..” desah Debby.
Gerakan tubuh Debby benar-benar khas dan penuh sentakan. Dan aku mengerti ternyata dia termasuk orang yang terlalu peka untuk dirangsang. Terlalu mudah untuk dirangsang. Hampir semua bagian yang aku sentuh membuatnya bergerak kenikmatan, dia liar menarik dan tentunya membuatku ingin meng-explorasi semua bagian tubuhnya. Entah mengapa di dalam hati aku tertawa penuh kemenangan dan merasa senang akan moment yang ada saat ini, “Deb, aku…”
“iya. Akh… gpp…” bahkan sebelum aku menyelesaikan perkataanku dia mengerti. Dengan tangan kananku aku melepas kaitan bra Debby yang mungkin ukurannya 42C, selama ini aku berpikir bahwa dia sudah mencapai D size, tanganku menyusup masuk kedalam kaosnya, dan melepas bra dari tubuhnya. Tentu saja kaosnya masih terpasang. Dengan berlahan aku meletakkan tanganku ke payudaranyadan sengaja putting Debby di tengah telapak tangankku dan mulai kuputar sesekali dengan lembut. Wajah Debby memerah dan mendongak menikmati ciumanku yang mengarah dari leher menuju telinganya kembali. Lidahku kembali bermain di telinga Debby, dan Debby mengerakkan kepalanya reflex menahan geli. Sambil menjilati kupingnya tanganku mulai merayap menyentuh bulu halus di punggung Debby. Wah, benar-benar gadis ini mudah di rangsang. Tiba-tiba Debby memegang mukaku dan bibir kami kembali beradu. Memainkan lidah dan bercumbu sepuasnya, dan ia melenguh keras. Kami berciuman sambil sengaja ku bombing berdiri dan kuarahkan ke dalam kamarku.dengan semangat aku mencium dan mengangkatnya. Selangkangannya mulai mengesek penisku yang masih tersembunyi di dalam celana. Aku mengangkatnya dan membawanya ke kamar, kubaringkan debby di kasurku dan kusetel winamp di laptopku, kini kulihat Debby membuka celananya dan bajunya. Dia telanjang bulat di hadapanku, di atas kasurku. Ugh aku menelan ludah melihat tubuhnya yang indah, dengan payudara 42c yang begitu memukau. Bentuknya yang begitu menonjol dan terlihat seksi cocok dengan tubuhnya yang langsing. Dibandingkan Nia yang hanya ber cup A, ini sungguh jauh dari yang bisa aku bayangkan selama ini.
“Bun, lu curang” kemudian Debby menungging ke arahku dan menarik bajuku, dan melepaskannya kemudian melompat ke arahk dan menciumi ku. Aku melepaskan celana ku dan kami sama-sama telanjang. Ughh gadis ini sungguh liar pikirku, seberapa besar pengalamannya bersama pria lain? Akh persetan pikirku, kami bercumbu lagi dan menyandarkan dirinya di dinding dan mulai menciumi daerah dadanya, sembari aku menciuminya aku mulai meraba-raba daerah vaginanya. Ketika aku hendak menciumnya lagi tiba-tiba Debby mendorongku dan mengoral. “akhhh” aku melenguh menahan nikmat saat Debby mengoralku. Seakan-akan tubuhku dialiri listrik dan kakiku menjadi lemas. Dia menjilati buah zakarku dan seperti men vaccum nya. Tangannya sungguh ahli karena dia memijat batang penisku dan mempermainkan buah zakar dan dengan nakal memancing-mancing. Tangannya yang lembut dan hisapanmulutnya membuatku hanya mampu mendesah Kepala penisku pun semakin membesar dan aku benar-benar merasa nikmat. Aku menarik Debby ke atas dan ku cium dia di bibir. Saat Debby tiba-tiba memegang penisku dan berniat mengarahkan ke dalam vaginanya. “Bentar Deb, jangan dulu..” tapi dia mengatakan
“gpp, gw udah pernah kok dulu” memang aku merasa dengan keahlian seperti itu, tidak mungkin dia perawan.
“maksudku bukan itu Deb… tapi ini…” aku memutar badannya dan mengarahkan kepalaku ke arah selangkangannya. Ku buka selangkangannya dan kujilati, Selangkangan Debby benar-benar berbeda dari Nia. Aku merasa lebih enjoy meng-oral Debby karena bulu-bulu di selangkangannya di cukur habis, tidak seperti Nia yang bagaikan hutan rimba. Aku menyibak Labia Mayora dan menyedot sekitarnya.
“arghhh…” Debby melenguh
Lidahku menari-nari dengan bebas, membentuk semua abjad a-z.menghisap lubang kencingnya dan memainkan dengan lidahku sampai dia meloncak. “Bun, geli, akghhh lu itu… aghhh” Suara debby tidak begitu jelas. Aku hanya melanjutkan dengan hisapan dan jilatan yang begitu leluasa. Aku benar-benar mengoralnya sepuasnya. Sampai tiba-tiba kepalaku dijepit dan rambutku di jambak. Dia meraung dan menggelinjang. Setelah beberapa menit, mulutku mulai terasa capek. Aku kemudian hendak menggunakan jariku untuk mencari G-spot, tapi ketika aku hendak memasukkan jariku, aku kaget. Karena ternyata hymen milik Debby masih ada. Bahkan seperti belum pernah di tembus apapun.
“Bun, kok lu berhenti sih, masukin please. Gw mau ngerasain lu” ricaunya, Gila, Debby masih perawan? Tapi aku yakin tadi dia bilang bahwa dia udah pernah. Aku naik ke atas debby dan mencium perut kemudian ke dadanya dan bibirnya.
“Kamu yakin kamu mau ngelanjutin ini?” tanyaku pada Debby untuk lebih memastikan, karena aku tidak mau merasa bersalah. Tanpa jawaban lisan Debby menarik penisku dan diarahkan ke dalam vaginannya. Aku mencoba memasukkannya tapi selalu meleset. Benar-benar, padahal kepalanya sudah di atur di Antara labia nya, setelah mengesek-gesekan penisku. Debby terus mendesah, dan akhirnya aku coba sekali lagi dan jleb…. Aku merasa telah merobek sesuatu. “Ugh Bun,” mukanya sambil menahan sakit. Aku membiarkan kepala penisku diam didalam vaginanya. Ketika aku mulai bergerak sedikit “Ughh pelan Bun, sakit” sekali lagi aku diam dan mencoba mengeluarkannya “Akh Pelan-pelan Bun, tempatmu kebesaran” ricaunya. Aku dalam hati merasa itu pujian karena sebenarnya penisku tergolong biasa atau sedikit pendek tertutup leak, hanya saja memang diameternya yang terbalut lemak itu kadang memang membuat siapapun kesakitan. Sudah kepalang tanggung, akhirnya aku menciumi Debby lagi agar dia bisa lebih rilex dan aku dapat memompanya. Pertama-tama aku mempompa dengan berlahan dan menikmati setiap gesekan bahkan sengaja kuarah-arahkan, dan sengaja kadang-kadang kupercepat dan kuperlambat. Debby hanya mendesah, dan merangkulkan tangannya di atas pundakku dan melingkarkan kakinya di pinggangku. Kulihat mukanya memerah dan tubuhnya berbalut kringat. Matanya membuka dan menutup, dan bibirnya merapat. Aku terus memompa penisku keluar masuk vaginanya, bahkan sengaja nyaris kukeluarkan hingga kepala dan Debby tanpa sadar menarik nya masuk lagi dengan kakinya. Sesekalipun aku memutar-mutar penisku dan ketika aku merasa akan orgasme, sengaja aku hentikan untuk mengambil napas dan memainkannya dengan jari.
“Ganti posisi Bun, gentian lu dibawah” kata Debby
Aku kemudian telentang dan Debby menaikiku dari atas. Dia mengarahkan penisku ke dalam lubang vaginanya. Baru bertama kali ini aku di tunggangi sperti ini, Debby tiba-tiba menghentakkan tubuhnya dan memutar-mutar pinggulnya, dan aku merasakan sedikit kesakitan karena kegilaan Debby dan mengoyangkan pinggulnya. Tapi lebih banyak perasaan nikmat, bahkan yang tidak pernah aku rasakan ketika sedang bercinta bersama Nia. Debby memutar-mutar pantatnya dan menaik-turunkan sambil mempermainkan penisku. Jepitan vaginanya sungguh luar biasa, aku tidak percaya bahwa Debby masih perawan karena dia jauh lebih ahli dari Nia yang sudah memiliki pengalaman dengan beberapa pria sebelum aku.
“aghhh aghhh saying… aghhhh” suara desahan kami saling beradu menikmati percumbuan kami.
Tak lama kemudian kurasakantubuh Debby bergetar dan gerakannya semakin cepat dan semakin hebat bahkan denyutan dalam vaginanya makin erat. Hampir saja aku tidak tahan. Tiba-tiba aku mendengar suara suara angina.
“Kamu kentut??!!!!” spontan aku berkata
“Bukan, gw ga kentut. Itu dari depan,, Jangan ngeledek ah lu itu…” dengan muka merah padam Debby menjawab… setelah itu baru aku ketahui ternyata ketika Debby mengalami orgasme, selalu mengeluarkan suara seperti bunyi kentut.
Posisipun berganti lagi, aku memilih gaya doggy style, tapi Debby sepertinya sudah lelah.
“Lu masih belum Bun? Gw capek nih” katanya manja. Akhirnya kembali dengan gaya misionaris, aku kembali memompanya, aku ingin menikmati melihat wajahnya yang memerah dan menikmati ketika aku memompa vaginanya.
“Bun, lu kok belum keluar-keluar sih? Capek… Lu bener-bener aghhh aghhh” akku tak membiarkan dia melanjutkan kata-katanya maka kupompa dengan lebih kencang lagi, aku menciumi leher dan payudaranya dan mempermainkan kupingnya.
Aku terus memompanya hingga ketika aku mulai merasakan akan orgasme, aku berniat menarik penisku keluar. Tapi ketika aku menarik penisku, kaki Debby menahanku dan seperti mengantung padaku. Aku tetap memompanya dan akhirnya ber ejakulasi di dalam vaginanya. Aku lega telah menyemburkan spermaku, dan karena kelelahan aku berbaring di samping Debby. Tapu beberapa menit kemudian aku sadar bahwa aku telah mengeluarkan spermaku di dalam vagina Debby, Cilaka 9 bulan pikirku, kemudian Debby menciumku dan berkata
“Gpp kok, gw abis mens 2 hari yang lalu, ini masa aman gw, tapi bener ya lu hebat. Sekarang gw percaya kata-kata Nia, kagak nyesel gw ngasih keperawanan gw ke lu.”
Kemudian aku menyadari kata-kata Debby ini, ya aku telah merengut keperawananmu sebagai alih ternyata membalas atas perlakuan Nia sekaligus rasa bahwa Debby sesungguhnya sayang padaku. Tapi setelah kejadian ini aku putus dengan Nia , tentu saja alasan aku putus dengannya bukan karena aku telah bercinta dengan Debby tapi dikarenakan dia tidak percaya padaku, dan meminta tolong teman sekolahnya untuk menggodakan (mencium Rena di depan kostnya) dan Nia melihat dari kejauhan dan setelah kejadian ini kami bertengkar dan putus dan tidak menghubungi Debby juga. Jujur aku agak takut pada Debby karena bila aku jadian sama Debby, mungkin sekarang aku sudah menjadi ayah. Terima kasih karena sudah memberiku kenangan indah dan tak terlupakan.

No comments:

Post a Comment