Gue terkaget ketika melihat foto yang pernah abang gue, Ronald post di
dinding Facebooknya. Seseorang yang sepertinya gue kenal ada di dalam
foto tersebut. Gue ga tanya langsung padanya, namun gue tinggalkan
comment di fotonya itu, "Bang, itu yang kanan paling ujung kenal ya?".
Ronald jarang pulang ke rumah, pekerjaannya sebagai dokter membuatnya
cukup sibuk, hingga waktu untuk berkumpul dengan keluarga pun menjadi
jarang. Itulah yang membuatku heran, dia masih sempat berkumpul dengan
teman-temannya, bahkan salah satu seperti ku kenal. Ronald sangat baik
terhadapku, kuliahku saja dibiayai olehnya, dengan sabar ia menghidupi
gue dan nyokap. Bokap sudah lama berpisah dengan nyokap, walaupun belum
bercerai, namun kami ga satu rumah, mereka pun ga membangun keluarga
baru. Bokap juga seorang dokter, pekerjaannya pun membuat dia jarang
pulang sehingga bertengkar dengan nyokap.
Karena itulah Bang Ronald coba pekerjaan seperti bokap agar nyokap bisa mengerti dengan pekerjaan yang cukup mulia itu.
***
Jam 19:30 gue sedang asyik nonton film Fast And Furious 7 terbaru
melalui kaset DVD bersama sahabat gue Astrid. Dia lumayan cantik, bukan
bokin gw sih, cuma dekat saja, gue cuma memanfaatkannya jika butuh
hiburan. Astrid bekerja sebagai cewek panggilan, walaupun di usianya
yang masih belia, ia sudah terjun di bidang ini cukup lama. Gue sering
mencarikannya pelanggan, hanya sedikit komisi yang gue perlukan, karena
gue sudah cukup banyak dapat jatah gratis darinya.
Rumah ini sering kosong, ayah ga tinggal di sini, beliau hanya
kadang-kadang saja datang menjenguk kami, abang gue sedang dinas di
rumah sakit, sedangkan nyokap jam segini di rumah temannya entah lagi
bergosip atau berkumpul dengan ibu-ibu pecinta karaoke. Sehingga gue
sering bawa cewek ke rumah dengan bebas.
***
"Loh Ron...", tiba-tiba ada yang memanggil gue ketika gue sedang asyik
nonton sambil memeluk Astrid. Sial, Ronald kok ada di rumah, karena
suara film yang gue putar sedikit keras sehingga mungkin gue ga sadar
Bang Ronald masuk ke rumah. Astrid kaget dan segera melepaskan
pelukannya. "Pacarmu bro?", tanya Ronald pada gue. Gue sedikit salah
tingkah, "Bukan bro...", jawab gue gelagapan. "Bro bukannya dinas?",
tanya gue. "Ah, tadi capek...", jawab Ronald sambil memandang televisi
yang tengah memutar film Fast and Farious 7 itu. "Asyik nih, putar dari
awal dong..", pinta Ronald lalu masuk ke dalam.
Astrid duduk sedikit menjauh dari gue, ia sedikit malu. Walaupun ia
bekerja sampingan sebagai gadis penghibur, namun tidak ada yang tahu,
karena tidak gampang untuk bisa boking Astrid.
Ronald keluar sambil membawa beberapa kaleng minuman keras yang berwarna
hitam. Bir hitam Guinnesse itu sudah dingin, memang sudah beberapa hari
ini gue lihat tersimpan di dalam kulkas. Ronald taruh ke meja, dia
ambil satu dari lima kaleng itu langsung diteguknya sambil berkata,
"Silahkan kalau mau...", ia menawarkan.
Gue putar film itu dari awal lagi demi Bang Ronald, sepertinya ia sedang
ada masalah, karena gue belum pernah tahu dia suka minuman keras,
apalagi kali ini sampai bolos kerja.
***
Sebentar saja kami sudah terdiam karena fokus nonton. Astrid mengambil satu kaleng Guinnesse itu untuk diminum.
"Oh ya, bro kenal sama Tono?", tanya Bang Ronald tiba-tiba ketika
beberapa saat kami sudah tidak mempunyai materi pembahasan. "Tono?",
tanya gue. "Itu, yang kamu komen di facebook..", jawab Bang Ronald. "Oh
iya, gua lupa namanya Tono...", jawabku sambil memukul pelan kepalaku.
"Teman ya?", tanya Bang Ronald. "Oh bukan bro... Pernah ketemu saja...",
jawab gue. "Loh itukan yang pernah pake gue...", tiba-tiba nyeletuk
Astrid ketika dia melihat foto yang diperlihatkan Bang Ronald dari
handphonenya. Sial, Astrid sebentar saja sudah mabuk. "Ini nih si
brengsek... Bayar ga sesuai janji...", kata Astrid dengan nada sedikit
keras. Bang Ronald kebingungan, dan aku tidak tahu apa yang harus gue
katakan karena baru gue ingat dahulu Tono pernah menyewa Astrid.
Kala itu Tono yang dengan sendirinya mendekatiku di sebuah cafe, ia
tertarik saat gue ga sengaja membuka film bokep dari laptopku. Saat itu
dia cari hiburan, dan gue tawarin Astrid kepadanya.
***
"Dia bisa dipakai?", tanya Bang Ronald dengan senyuman. Gue ga bisa
menjawab, ga enak juga, masa gue ketahuan membawa cewek bispak ke rumah.
"Hahaha, kenapa ga bilang bro...", ketawa Bang Ronald. Astrid nampak
sedang mabuk, ia ikut tertawa-tawa ketika Ronald tertawa. "Berapa?",
tanya Bang Ronald sambil menyodorkan sekaleng Guinnesse lagi kepada
Astrid.
Payah, satu kaleng saja sudah membuatnya mabuk seperti itu. Gue sedikit
malu, dengan terpaksa aku pun menjawab, "Pake aja deh bang...", gue
tawarkan Astrid secara gratis pada Bang Ronald.
Bang Ronald langsung saja mengambil posisi duduk di samping Astrid.
Karena mabuk, Astrid melakukan apa saja yang Bang Ronald minta. Awalnya
mereka berciuman saja, namun lama kelamaan Bang Ronald mulai nakal, ia
mulai memeluk Astrid lalu meremas-remas buah dadanya. Gue sebenarnya
tidak menghiraukannya, gue masih fokus nonton film, namun rintihan
mereka cukup mengganggu gue.
"Bawa aja ke kamar abang...", kata gue agar tidak mengganggu kegiatan
gue menonton. "Lu jagain ya...", pesan Bang Ronald lalu ia membawa
Astrid masuk ke kamarnya.
***
Gue pikir-pikir, pantasan aja Bang Ronald bisa kenal dengan Tono,
ternyata sama-sama mesumnya. Ke depan gue bisa lebih terbuka dengan Bang
Ronald, siapa tau dia punya cewek yang bisa saling berbagi.
***
Film sudah selesai, tapi Bang Ronald belum keluar dari kamarnya. Gue
matikan tv dan DVD player lalu coba gue buka pintu lamar Bang Ronald.
Ternyata dia masih sibuk menggenjot Astrid yang bugil dan setengah
sadar. "Mantap bro...", kata Bang Ronald sambil meremas-remas buah dada
Astrid yang tidak begitu besar. "Jangan lama-lama ya bro, gue mesti
anterin dia balik", kata gue.
"Asli galau gue hilang...", kata Bang Ronald. "Susah dapat cewek muda
begini...", lanjutnya. Astrid memang masih muda, dia masih sekolah,
tubuhnya masih fresh, gue pun tidak pernah bosan-bosannya meminta jatah
gratis.
Tak lama kemudian Bang Ronald mulai menarik penisnya dari vagina Astrid
yang ditumbuhi jembut halus. Lalu dikocoknya penis tersebut di dekat
selangkangan Astrid. Baru kali ini gue liat alat kelamin saudara gue
sendiri, cukup besar. Astrid masih di alam bawah sadarnya, nafasnya
terengah-engah dengan mata yang meram melek. Sudah hampir dua jam Bang
Ronald mengentotnya.
Akhirnya Bang Ronald memuncratkan sperma dari penisnya ke perut Astrid.
"Ahhhhh.....", desah Bang Ronald. Dia lalu bangkit dan mengenakan
bajunya kembali. "Mantap bro... Sering-sering bawa ke sini ya...",
katanya sambil memberikan uang senilai lima ratus Rupiah. "Ga usah bro",
kata gue. "Ga apa-apa, tar bagi aja sama nih cewek...", pesannya lalu
meminta gue segera memulangkan Astrid.
***
Ga mungkin gue bawa Astrid dengan kondisi begini, gue harus
memandikannya sehingga ia segar. Aku lalu membopongnya ke kamar mandi.
Kulihat jam sudah mepet, selain harus antar Astrid pulang, aku juga
harus keluar sebelum nyokap pulang.
Dengan segera gue buka shower, di bawah guyuran air, gue sabunkan
Astrid, ya sekalian gue juga mandi. Sambil meremas-remas buah dadanya,
gue sabuni, hingga Astrid sudah mulai lebih tersadar.
Lima belas menit cukup, sambil mandi, Astrid menyepongkan penisku hingga
gue berejakulasi. Sedikit lega, paling tidak gue tidak perlu
kucing-kucingan lagi bawa cewek ke rumah, Bang Ronald sudah
mengetahuinya.
Setelah semua selesai, gue pun memulangkan Astrid sambil memberikan uang
pemberian Bang Ronald. Astrid tersenyum, ia senang mendapatkan uang
tersebut.
***
Demikianlah sepenggal cerita gue yang mana baru gue ketahui bahwa Bang
Ronald ternyata juga pernah hidup di dunia hitam seperti itu. Bang
Ronald berteman dengan teman mesumnya dahulu, seperti Tono, walaupun
sekarang mereka sudah jarang berkumpul lagi karena usaha temannya telah
bangkrut, selain itu Tono juga sudah meninggal karena bunuh diri.
Selanjutnya hidup kami pun berubah, gue menjadi sangat akrab dengan Bang
Ronald. Dia bahkan jadi sering bolos karena ingin bercinta dengan
Astrid. Bahkan sering jadinya kami main bersama 2VS1.
TAMAT
No comments:
Post a Comment