Thursday 7 June 2018

Cerpen Hubungan Antara Ronald dan Roni

Gue terkaget ketika melihat foto yang pernah abang gue, Ronald post di dinding Facebooknya. Seseorang yang sepertinya gue kenal ada di dalam foto tersebut. Gue ga tanya langsung padanya, namun gue tinggalkan comment di fotonya itu, "Bang, itu yang kanan paling ujung kenal ya?".
Ronald jarang pulang ke rumah, pekerjaannya sebagai dokter membuatnya cukup sibuk, hingga waktu untuk berkumpul dengan keluarga pun menjadi jarang. Itulah yang membuatku heran, dia masih sempat berkumpul dengan teman-temannya, bahkan salah satu seperti ku kenal. Ronald sangat baik terhadapku, kuliahku saja dibiayai olehnya, dengan sabar ia menghidupi gue dan nyokap. Bokap sudah lama berpisah dengan nyokap, walaupun belum bercerai, namun kami ga satu rumah, mereka pun ga membangun keluarga baru. Bokap juga seorang dokter, pekerjaannya pun membuat dia jarang pulang sehingga bertengkar dengan nyokap.
Karena itulah Bang Ronald coba pekerjaan seperti bokap agar nyokap bisa mengerti dengan pekerjaan yang cukup mulia itu.
***
Jam 19:30 gue sedang asyik nonton film Fast And Furious 7 terbaru melalui kaset DVD bersama sahabat gue Astrid. Dia lumayan cantik, bukan bokin gw sih, cuma dekat saja, gue cuma memanfaatkannya jika butuh hiburan. Astrid bekerja sebagai cewek panggilan, walaupun di usianya yang masih belia, ia sudah terjun di bidang ini cukup lama. Gue sering mencarikannya pelanggan, hanya sedikit komisi yang gue perlukan, karena gue sudah cukup banyak dapat jatah gratis darinya.
Rumah ini sering kosong, ayah ga tinggal di sini, beliau hanya kadang-kadang saja datang menjenguk kami, abang gue sedang dinas di rumah sakit, sedangkan nyokap jam segini di rumah temannya entah lagi bergosip atau berkumpul dengan ibu-ibu pecinta karaoke. Sehingga gue sering bawa cewek ke rumah dengan bebas.
***
"Loh Ron...", tiba-tiba ada yang memanggil gue ketika gue sedang asyik nonton sambil memeluk Astrid. Sial, Ronald kok ada di rumah, karena suara film yang gue putar sedikit keras sehingga mungkin gue ga sadar Bang Ronald masuk ke rumah. Astrid kaget dan segera melepaskan pelukannya. "Pacarmu bro?", tanya Ronald pada gue. Gue sedikit salah tingkah, "Bukan bro...", jawab gue gelagapan. "Bro bukannya dinas?", tanya gue. "Ah, tadi capek...", jawab Ronald sambil memandang televisi yang tengah memutar film Fast and Farious 7 itu. "Asyik nih, putar dari awal dong..", pinta Ronald lalu masuk ke dalam.
Astrid duduk sedikit menjauh dari gue, ia sedikit malu. Walaupun ia bekerja sampingan sebagai gadis penghibur, namun tidak ada yang tahu, karena tidak gampang untuk bisa boking Astrid.
Ronald keluar sambil membawa beberapa kaleng minuman keras yang berwarna hitam. Bir hitam Guinnesse itu sudah dingin, memang sudah beberapa hari ini gue lihat tersimpan di dalam kulkas. Ronald taruh ke meja, dia ambil satu dari lima kaleng itu langsung diteguknya sambil berkata, "Silahkan kalau mau...", ia menawarkan.
Gue putar film itu dari awal lagi demi Bang Ronald, sepertinya ia sedang ada masalah, karena gue belum pernah tahu dia suka minuman keras, apalagi kali ini sampai bolos kerja.
***
Sebentar saja kami sudah terdiam karena fokus nonton. Astrid mengambil satu kaleng Guinnesse itu untuk diminum.
"Oh ya, bro kenal sama Tono?", tanya Bang Ronald tiba-tiba ketika beberapa saat kami sudah tidak mempunyai materi pembahasan. "Tono?", tanya gue. "Itu, yang kamu komen di facebook..", jawab Bang Ronald. "Oh iya, gua lupa namanya Tono...", jawabku sambil memukul pelan kepalaku.
"Teman ya?", tanya Bang Ronald. "Oh bukan bro... Pernah ketemu saja...", jawab gue. "Loh itukan yang pernah pake gue...", tiba-tiba nyeletuk Astrid ketika dia melihat foto yang diperlihatkan Bang Ronald dari handphonenya. Sial, Astrid sebentar saja sudah mabuk. "Ini nih si brengsek... Bayar ga sesuai janji...", kata Astrid dengan nada sedikit keras. Bang Ronald kebingungan, dan aku tidak tahu apa yang harus gue katakan karena baru gue ingat dahulu Tono pernah menyewa Astrid.
Kala itu Tono yang dengan sendirinya mendekatiku di sebuah cafe, ia tertarik saat gue ga sengaja membuka film bokep dari laptopku. Saat itu dia cari hiburan, dan gue tawarin Astrid kepadanya.
***
"Dia bisa dipakai?", tanya Bang Ronald dengan senyuman. Gue ga bisa menjawab, ga enak juga, masa gue ketahuan membawa cewek bispak ke rumah. "Hahaha, kenapa ga bilang bro...", ketawa Bang Ronald. Astrid nampak sedang mabuk, ia ikut tertawa-tawa ketika Ronald tertawa. "Berapa?", tanya Bang Ronald sambil menyodorkan sekaleng Guinnesse lagi kepada Astrid.
Payah, satu kaleng saja sudah membuatnya mabuk seperti itu. Gue sedikit malu, dengan terpaksa aku pun menjawab, "Pake aja deh bang...", gue tawarkan Astrid secara gratis pada Bang Ronald.
Bang Ronald langsung saja mengambil posisi duduk di samping Astrid. Karena mabuk, Astrid melakukan apa saja yang Bang Ronald minta. Awalnya mereka berciuman saja, namun lama kelamaan Bang Ronald mulai nakal, ia mulai memeluk Astrid lalu meremas-remas buah dadanya. Gue sebenarnya tidak menghiraukannya, gue masih fokus nonton film, namun rintihan mereka cukup mengganggu gue.
"Bawa aja ke kamar abang...", kata gue agar tidak mengganggu kegiatan gue menonton. "Lu jagain ya...", pesan Bang Ronald lalu ia membawa Astrid masuk ke kamarnya.
***
Gue pikir-pikir, pantasan aja Bang Ronald bisa kenal dengan Tono, ternyata sama-sama mesumnya. Ke depan gue bisa lebih terbuka dengan Bang Ronald, siapa tau dia punya cewek yang bisa saling berbagi.
***
Film sudah selesai, tapi Bang Ronald belum keluar dari kamarnya. Gue matikan tv dan DVD player lalu coba gue buka pintu lamar Bang Ronald. Ternyata dia masih sibuk menggenjot Astrid yang bugil dan setengah sadar. "Mantap bro...", kata Bang Ronald sambil meremas-remas buah dada Astrid yang tidak begitu besar. "Jangan lama-lama ya bro, gue mesti anterin dia balik", kata gue.
"Asli galau gue hilang...", kata Bang Ronald. "Susah dapat cewek muda begini...", lanjutnya. Astrid memang masih muda, dia masih sekolah, tubuhnya masih fresh, gue pun tidak pernah bosan-bosannya meminta jatah gratis.
Tak lama kemudian Bang Ronald mulai menarik penisnya dari vagina Astrid yang ditumbuhi jembut halus. Lalu dikocoknya penis tersebut di dekat selangkangan Astrid. Baru kali ini gue liat alat kelamin saudara gue sendiri, cukup besar. Astrid masih di alam bawah sadarnya, nafasnya terengah-engah dengan mata yang meram melek. Sudah hampir dua jam Bang Ronald mengentotnya.
Akhirnya Bang Ronald memuncratkan sperma dari penisnya ke perut Astrid. "Ahhhhh.....", desah Bang Ronald. Dia lalu bangkit dan mengenakan bajunya kembali. "Mantap bro... Sering-sering bawa ke sini ya...", katanya sambil memberikan uang senilai lima ratus Rupiah. "Ga usah bro", kata gue. "Ga apa-apa, tar bagi aja sama nih cewek...", pesannya lalu meminta gue segera memulangkan Astrid.
***
Ga mungkin gue bawa Astrid dengan kondisi begini, gue harus memandikannya sehingga ia segar. Aku lalu membopongnya ke kamar mandi. Kulihat jam sudah mepet, selain harus antar Astrid pulang, aku juga harus keluar sebelum nyokap pulang.
Dengan segera gue buka shower, di bawah guyuran air, gue sabunkan Astrid, ya sekalian gue juga mandi. Sambil meremas-remas buah dadanya, gue sabuni, hingga Astrid sudah mulai lebih tersadar.
Lima belas menit cukup, sambil mandi, Astrid menyepongkan penisku hingga gue berejakulasi. Sedikit lega, paling tidak gue tidak perlu kucing-kucingan lagi bawa cewek ke rumah, Bang Ronald sudah mengetahuinya.
Setelah semua selesai, gue pun memulangkan Astrid sambil memberikan uang pemberian Bang Ronald. Astrid tersenyum, ia senang mendapatkan uang tersebut.
***
Demikianlah sepenggal cerita gue yang mana baru gue ketahui bahwa Bang Ronald ternyata juga pernah hidup di dunia hitam seperti itu. Bang Ronald berteman dengan teman mesumnya dahulu, seperti Tono, walaupun sekarang mereka sudah jarang berkumpul lagi karena usaha temannya telah bangkrut, selain itu Tono juga sudah meninggal karena bunuh diri.
Selanjutnya hidup kami pun berubah, gue menjadi sangat akrab dengan Bang Ronald. Dia bahkan jadi sering bolos karena ingin bercinta dengan Astrid. Bahkan sering jadinya kami main bersama 2VS1.

TAMAT

No comments:

Post a Comment