Plaakk.. aku menampar pipi Angga.
Aku khan sudah bilang jangan buru-buru!! Kamu tu masih amatir!! makiku kepadanya.
Angga hanya bisa terkejut dan nggak bisa ngomong apa-apa lagi. Segera aku keluar toilet dan kembali ke tolietku semula.
Sial!! BH dan celana dalamku dirobek Angga. Gimana ya? Mana vaginaku masih banyak air mani Angga!! Aku mengumpat dalam hati.
Segera aku bersihkan vaginaku lagi. Kali ini aku tutup pintunya dengan benar. Setelah itu aku kenakan rok-ku.
Aduh pake apa ya.. aku bingung harus pake apa buat dalemannya,
akhirnya aku gunakan celana olahragaku buat pengganti celana dalam,
padahal rok-ku sempit, jadinya dengan tambahan celana olahragaku, rok-ku
jadi tambah sempit.
Tapi BH-nya pake apa ya? Masa nggak pake BH? Mana seragamku tipis.. pikirku.
Akhirnya aku langsung pake seragam tanpa BH. Bisa dibayangkan dengan
ukuran payudara segitu (34B) pake seragam sekolah, tanpa BH, dan puting
yang menonjol, pasti bikin ngeres orang yang liat. Aku berniat masuk
kelas untuk mengambil rompi yang selalu aku bawa, tapi sekarang rompi
itu ada di kelas.
Akhirnya dengan hati-hati aku keluar dan menunggu hingga sepi untuk bisa
masuk kelas dan kemudian mengambil rompiku. Aku berharap tidak ada
orang yang melihatku. Ketika kau keluar dari toilet aku berpapasan
dengan Angga, nampaknya dia masih merasa bersalah, aku hanya tersenyum
kepadanya ketika dia memanggilku.
Nggak ada waktu.. pikirku, dan aku segera melesat ke kelas.
Aku berjalan melewati lorong dengan perasaan khawatir, khawatir kalau
ketemu guru atau teman. Kalau dengan kondisi biasa sih enggak masalah,
tapi dengan kondisi seperti ini? Gile banget deh..
Akhirnya setelah melalui perjuangan panjang, sampai juga aku di kelasku,
rupanya kelas sepi, anak-anak sedang jajan di kantin. Kesempatan!!
pikirku, segera saja aku masuk dan menuju ke tasku dan segera memakai
rompiku.
Vita..!! tegur seseorang..
O.. Oww.. aku kaget setengah mati, rupanya Wulan teman sekelasku.
Wulan cewek cantik di kelasku, menurutku dia seksi, dengan ukuran
payudara yang hampir sama denganku, hanya saja dia lebih gemuk 2 kilo
dariku. Aku 163/45, sedangkan Wulan 162/47. Wulan adalah salah satu
cewek di sekolahan ini yang sering aku jadikan objek fantasiku. Dan aku
rasa Wulan ada perhatian denganku, apakah Wulan lesbian? Entahlah.. Tapi
aku tebak, Wulan sudah nggak virgin lagi.
Kenapa kamu Vit? tanya Wulan kemudian.
Nggak Papa kok Lan.. sembari duduk di kursiku..
Wulan kemudian duduk di sebelahku. Rupanya aku lupa mengancing rompiku, dan aku rasa Wulan melihat aku nggak pakai BH saat itu.
Kamu kok nggak pake BH Vit? tanyanya tiba-tiba..
Kontan aja aku kaget, kok dia tahu..
Ehmm.. Ahh.. Uhhmm.. Gimana ya.. Ehmm.. bingung bow jawabnya.
Tapi Wulan sepertinya mengerti dengan apa yang terjadi denganku.
Sama siapa kamu barusan? Terus celana dalem kamu kemana? Tangan kamu kok ada bekas ikatan? pertanyaannya bikin aku mati kutu.
Karena aku tidak bisa menjawab, Wulan akhirnya tersenyum.
Tenang aja lagi, aku ngerti kok, enggak usah khawatir bisik Wulan
sambil tersenyum, kemudian Wulan mencium pipiku, lalu keluar kelas
menuju kantin. Aku kaget juga dengan yang dia lakuin barusan, Wulan cium
aku? Apa maksudnya nih? Tapi aku sudah ngerasa tenang dan sedikit
senang karena Wulan ada perhatian denganku.
Tepat pukul 10.15 guru English masuk ke kelas, guru ini terkenal on-time
dan agak killer, makanya begitu tahu gurunya datang, anak-anak langsung
pada masuk.
Vit, aku duduk sebelah kamu ya.. Wulan tiba-tiba duduk di sebelahku.
Ha.. Oohh.. Ok.. Silakan aja.. jawabku terbata-bata.
Aku memang duduk sendiri, karena jumlah murid di kelasku ganjil, maka
aku nggak dapet teman sebangku sendiri. Kasian ya gue? Selama pelajaran
berlangsung Wulan mengamati aku, aku jadi salah tingkah dibuatnya,
makanya aku pura-pura tidur saja.
Vita, are you ok? Tanya guru English-ku.
Shes sick sir, Ill take Vita to UKS.. Wulan langsung menjawab pertanyaan guruku.
Oohh.. Ok, please Wulan.. Guruku mengizinkan.
Ayo Vit, kita ke UKS ajak Wulan sambil menggandeng tanganku.
Apa-apaan nih? batinku dalam hati.
Wulan membawaku ke ruang UKS, padahal aku nggak sakit. Selama perjalanan
Wulan menggandeng mesra tanganku, sembari memepetkan tubuhnya ke
tubuhku. Aku hanya bisa diam dan mengikuti apa maunya.
Akhirnya kami tiba di ruang UKS, ruangan ini terdiri dari beberapa kamar
yang tertutup, sehingga orang tidak mengetahui apa yang terjadi di
dalam. Wulan membawaku ke kamar yang paling ujung. Di dalam kamar itu
terdiri dari 3 tempat tidur. Tiba-tiba Wulan mengunci pintunya.
Lan, maksud kamu apa s.. belum selesai aku ngomong tiba-tiba Wulan
mencium bibirku dengan lembut. Sambil tangannya meraba-raba tubuhku. Mau
tak mau aku terangsang juga, tapi aku berusaha untuk mengendalikan
diri.
Kamu cantik Vit, aku suka kamu.. bisiknya kepadaku.
Rupanya Wulan benar-benar ada rasa denganku. Aku kaget juga, soalnya
setahuku dia juga punya pacar. Tapi apakah dia seperti aku juga? Aku
juga sering berfantasi dengannya, dan sekarang aku malah sudah
berhadapan dengannya.
Aku tersenyum ketika dia akan mencium bibirku, aku balas ciumannya,
akhirnya kita berciuman dengan agak liar, sampai akhirnya Wulan
mendorongku ke tempat tidur. Wulan menindihku, payudara kami saling
bertemu. Kemudian dia menciumku lagi, aku merasakan tubuh Wulan
menggesek-gesek tubuhku, aku cukup terangsang saat ini, aku merasa
vaginaku basah, aku lebih mudah terangsang bila dengan cewek. Aku peluk
tubuh Wulan dan mencoba untuk membuka resluiting rok Wulan. Sedangkan
Wulan masih menciumiku sambil mengelus-elus rambutku, rupanya dia sudah
menantikan saat ini, ini dilihat dari nafsunya yang sangat tinggi.
Wulan kemudian melepaskan rok-nya yang sudah longgar, rupanya Wulan
sudah tidak pakai celana dalam, kemudian aku lepaskan pelukanku. Dengan
posisi Wulan berada di atasku, Wulan membuka satu-persatu kancing
seragamku. Akhirnya seragamku lepas dan payudaraku menyembul keluar.
Wulan kemudian melepaskan rok-ku, dan celana olahragaku, akhirnya aku
telanjang bulat, dan benar vaginaku sudah basah oleh cairanku.
Wulan kemudian melepaskan seragamnya dan BH-nya, sehingga jadilah kami
telanjang bulat. Wulan kembali menindihku sehingga payudara kami saling
bertemu lagi tanpa halangan. Karena payudara kami sama-sama sudah
tegang, maka Wulan agak kesulitan untuk menciumku, tapi akhirnya bisa
juga. Wulan menggesek-gesekkan vaginanya ke vaginaku, sehingga aku
merasakan kenikmatan, Wulan pun merasakan hal yang sama.
Aku hanya diam dan menikmati semua yang dilakukan Wulan. Wulan kemudian
menciumi leherku, dan payudaraku. Dia menghisap puting susuku dengan
lembut, kadang-kadang dia menggigitnya. Aku merasakan kenikmatan yang
luar biasa saat itu. Kedua payudaraku dijilatinya secara rata dan di
usapnya hingga putingku berdiri tegak.
Ahh.. Ah.. Ahh.. aku mendesah karena nikmat yang aku rasakan.
Wulan kemudian turun lagi, dia menciumi perutku yang rata, menjilati
pusarku, dan kemudian dia menjilati vaginaku. Wulan memasukkan jarinya
ke dalam vaginaku dan mencari klitorisku, setelah itu dia menjilatinya.
Aku merasakan sensasi yang luar biasa saat lidah Wulan menyentuh
klitorisku, aku serasa melayang.
Ahh.. Iya.. Disitu.. Aahh.. aku mendesah saat Wulan menggigit
klitorisku. Tak lama kemudian aku orgasme, aku merasakan orgasme kali
ini sungguh spesial, karena aku orgasme karena cewek. Rasanya sungguh
nikmat dibandingkan dengan cowok.
Wulan kemudian bangun dan mengambil thermometer yang ada di ruangan UKS ini, Wulan memasukkan thermometer itu ke dalam vaginaku.
Apa yang kamu lakuin? protesku.
Tapi Wulan hanya tersenyum saja sembari tetap memasukkan thermometer ke dalam vaginaku.
320 Celcius.. gumannya saat Wulan melihat penunjuk di thermometer,
rupanya Wulan memasukkan thermometer ke dalam vaginaku hanya untuk
mengukur suhunya, sialan batinku.
Kemudian Wulan membuka lemari UKS, rupanya Wulan sudah merencanakan hal
ini, buktinya dari dalama lemari itu, Wulan mengambil beberapa alat yang
pernah aku lihat di film-film porno. Seperti penis buatan (dildo),
vibrator, masker, hingga sabuk penis. Wulan memakai sabuk penis hingga
dia seperti seorang cowok berpenis besar dan panjang, namun juga berdada
besar.
Wulan mendekatiku yang masih terbaring di tempat tidur, Wulan kemudian
memasukkan penis itu ke dalam vaginaku, kemudian mulai menggoyangnya,
aku yang baru saja orgasme, langsung timbul lagi gairahku, segera saja
aku imbangi goyangannya sehingga kami dapat menimbulkan goyangan yang
seirama. Sudah lama aku tidak merasakan seperti ini lagi semenjak putus
dengan pacarku dulu.
Aku kadang-kadang meremas-remas payudara Wulan, nampaknya Wulan suka
ketika aku pelintir puting susunya, Wulan semakin bersemangat
menggoyangnya setiap aku sentuh payudaranya. Sesekali aku meraba
pantatnya, kemudian memasukkan jariku ke dalam anusnya, Wulan sepertinya
juga merasakan hal yang sama denganku, karena aku lihat dari raut
mukanya, dia menunjukkan kenikmatan. Tak lama kemudian, karena goyangan
penis yang konstan dan terus menerus, akhirnya aku mencapai orgasme.
Saat aku orgasme Wulan terus menggoyang pinggulnya, nampaknya Wulan
tidak tahu aku sudah orgasme.
Aduuhh.. Ahh.. Sudahh.. Aku keluaarr.. rintihku ketika Wulan masih
tetap menggoyang pinggulnya. Namun Wulan bukannya berhenti malah
mencabut penisnya dan kemudian memasukkan ke dalam anusku. Sakit sekali
rasanya saat itu.
Aduuhh.. Jangaann.. Please.. Sakiitt.. aku setengah berteriak. Namun
nampaknya Wulan tidak peduli, dia terus saja menggoyangnya. Beberapa
saat kemudian karena anusku tidak licin lagi, Wulan kembali mencabut
penisnya dan memasukkan penisnya ke dalam vaginaku. Kontan saja aku
kaget, karena selama ini aku belum pernah merasakan hal semacam ini.
Karena kalau cowok pasti nggak bakalan bisa kayak gini. Wulan terus
menggoyang pinggulnya hingga aku hampir orgasme lagi. Gilee.. Akhirnya
aku orgasme lagi. Wulan kemudian mencabut penisnya, lalu bangun dan
melepaskan penisnya. Sementara aku masih terbaring kelelahan.
Kamu juga harus coba Vit.. katanya sambil memberikan sabuk penisnya kepadaku.
Aku mengambilnya dan mencoba memasangnya, cara memakainya rupanya
seperti memakai sabuk pengaman para wall climber. Aku tersenyum sendiri
ketika sabuk penis itu sudah terpasang, rasanya aneh, karena sekarang
aku serasa punya sesuatu yang baru di tubuhku. Aku melihat Wulan sudah
terlentang di tempat tidur sambil menekuk kakinya, hingga vaginanya
terlihat.
Masukkan sini Vit.. pintanya lembut.
Aku segera mendekatinya dan mencoba memasukkan penisku ke dalam
vaginanya. Agak kikuk, karena biasanya aku dimasuki, kini aku harus
memasuki. Aku pegang penisku, dan pelan-pelan aku tempelkan di bibir
vagina Wulan, kemudian dengan dibantu tanganku, penisku aku dorong masuk
ke dalam vagina Wulan, sulit juga, pantesan tadi Angga susah. Akhirnya
dengan mata kepalaku sendiri aku melihat penisku masuk ke dalam vagina
Wulan sedikit demi sedikit. Aku sempat melihat Wulan, dia membuka
mulutnya sambil mendesah setiap aku mendorong penisku masuk.
Sshh.. Yaahh.. Sshh.. desahnya setengah berbisik.
Aku dorong penisku terus, namun rupanya penis ini terlalu panjang,
karena belum sampai penuh, aku merasakan ujung penisnya sudah menyentuh
rahim Wulan. Kemudian pelan-pelan aku goyangkan pinggulku, sementara
Wulan juga melakukan hal yang sama. Jadilah aku seperti cowok sekarang,
sementar itu Wulan masih tetap mendesah dan sekali-kali meraba-raba
payudaraku dan memegangi pinggangku. Cukup lama kami bergoyang hingga
akhirnya Wulan mencapai orgasme, aku sendiri tidak tahu karena aku tidak
merasakan apa-apa ketika menyetubuhi Wulan tadi, namun aku tetap merasa
terangsang, karena memandang wajah Wulan yang cukup cantik. Pada saat
Wulan orgasme, penisku aku cabut, dan aku arahkan ke mulut Wulan.
Aku duduk di payudara Wulan, sedangkan aku arahkan penisku yang masih
berlumuran cairan vagina kami ke mulutnya. Wulan rupanya tahu dengan
maksudku dan segera menghisapnya hingga bersih. Setelah itu, aku bangun
dan melepaskan sabuk penis itu. Aku mengantinya dengan vibrator. Aku
setel dengan speed yang medium, kemudian sebagian aku masukkan di
vaginaku, sementara ujung yang satunya, aku masukkan ke vagina Wulan.
Aku berbaring di sebelah Wulan sambil memeluknya, Wulan pun menyambut
pelukanku. Kami saling berpelukan, berciuman, sementara kami terus
mendesah karena sensasi yang ditimbulkan vibrator di vagina kami.
Beberapa menit kemudian kami orgasme bersamaan, dan cairan kami berdua
membasahi vibrator dan sprei. Selang beberapa saat aku bangun, kemudian
mulai menjilati vagina Wulan, vagina Wulan cukup rapat, dengan klitoris
yang cukup besar sehingga mudah untuk kujilat dan kugigit. Wulan
mengerang ketika aku gigit klitorisnya.
Ahh.. Yaa.. Teruuss.. Wulan mengerang setengah berteriak.
Aku khawatir ada orang yang mendengar, maka aku putar tubuhku, hingga
sekarang kami berposisi 69. Aku di atas, sedanngkan Wulan di bawah. Kami
saling menjilati, menggigit klitoris, dan memasukkan jari ke dalam
vagina. Entah berapa lama hingga kami mencapai orgasme yang bersamaan.
Setiap orgasme, kami tukar tempat. Wulan di atas, aku di bawah. Kadang
aku masukkan beberapa thermometer ke dalam anus Wulan, Wulan pun
demikian, dia memasukkan vibrator yang dia bawa ke dalam anusku, kami
mencoba semua alat yang dibawa Wulan hingga kami kelelahan.
Hingga akhirnya, kami tertidur sambil berpelukan dengan kondisi
telanjang, dan hampir semua barang Wulan menancap di vagina dan anus
kami. Di anusku sabuk penis menancap, dan vibrator menancap di vaginaku
dalam kondisi masih bergetar, aku sangat menikmatinya sehingga aku tidak
berniat untuk mematikannya. Sedangkan kondisi Wulan tidak jauh berbeda
denganku. Di vaginanya tertancap 2 buah dildo dan di anusnya tertancap 3
buah thermometer. Payudara kami saling bertemu dan terasa lengket,
sedangkan tubuh kami bermandikan keringat. Kasur dan sprei acak-acakan,
namun kami tetep cuek saja, dan tetap tidur.
Aku terbangun karena aku merasakan hampir orgasme, rupanya vibrator yang
masih bergetar itu sudah membuatku orgasme beberapa kali tanpa aku
sadar. Itu terlihat dari cukup banyak cairan yang keluar dari sela-sela
vibrator yang menancap vaginaku. Aku kemudian mencabut semua yang
menancap di tubuhku, kemudian membersihkan badanku dengan handuk yang
ada di ruangan itu. Kemudian aku berpakaian seperti biasa. Aku melihat
jam, sudah jam 2 sore. Cukup lama kami bercinta tadi. Wulan masih
tertidur pulas, dengan barang-barang yang menancap di vagina dan
anusnya.
Aku mendekati Wulan dan mencium bibirnya dengan lembut, kemudian aku
cabut dildo dan menukarnya dengan vibrator, dan aku setel dengan speed
yang low. Wulan tampak mendesah ketika aku masukkan vibrator itu ke
dalam vaginanya. Aku cium sekali lagi bibirnya kemudian melangkah keluar
dan pulang menuju rumah. Hari yang melelahkan dan tidak terlupakan.
No comments:
Post a Comment