Aku adalah seorang karyawan di sebuah Perusahaan yang bergerak di bidang
beverage. Posisiku sudah lumayan tinggi, yaitu sebagai General Manager
sehingga aku mendapatkan fasilitas perumahan dan sebuah mobil sedan. Aku
masih lajang sehingga sehabis pulang kerja hobiku jalan-jalan cari
pengalaman dan refresing.
Cerita ini berawal saat aku pulang kerja sekitar jam 11 malam, mobilku
menabrak seorang anak yang digandeng ibunya sedang menyeberang jalan.
Untung saja aku cepat menginjak rem sehingga anak itu lukanya tidak
parah hanya sedikit saja dibagian pahanya. Ketika aku tawarkan untuk ke
rumah sakit, Ibu itu menolak dan katanya lukanya tidak parah.
"Ya udah bu, sekarang aku antar Ibu pulang, dimana rumah Ibu?"
"Nggak usah den, si Mbok nggak usah diantar".
"Kenapa Mbok, inikan sudah malam, nggak apa-apa Mbok aku antar ya?"
Si mbok ini tidak menjawab pertanyaanku dan hanya menunduk lesu dan
ketika dia mau menjawab, dari arah ujung trotoar mencul anak kecil
sambil membawa bekicot.
"Ini Mbok bekicotnya, biar luka Mbak Tika cepat sembuh".
Ibu itu menerima bekicot dari gadis itu, memecahnya dibagian ujung dan
mengoleskannya diluka gadis yang ternyata namanya Tika. Tapi, Setelah
selesai mengoleskan, simbok itu mengandeng Tika dan adiknya mau pergi.
Sebelum melangkah jauh, aku hadang dan berusaha untuk mengantarnya
pulang.
"Simbok mau pulang.., aku antar ya Mbok, kasihan Tika jalannya pincang".
"Ngaak usah den, simbok..".
"Kenapa Mbok, nggak sungkan-sungkan, ini kan sudah malam, kasihan Tika Mbok..".
"Simbok ini nggak punya rumah den, sombok cuma gelandangan".
Aku sempat benggong mendengar jawaban simbok ini, akhirnya aku putuskan
untuk mengajaknya ke rumahku walaupun hanya untuk malam ini saja. Terus
terang aku kasihan kepada mereka.
"Ya sudah Mbok, kamu dan kedua anakmu itu malam ini boleh tidur dirumahku"
"Tapi ndoroo..".
"Sudahlah Mbok, ini juga kan untuk menebus kesalahanku karena menabrak Tika".
Dari informasi yang aku dapatkan didalam mobil selama perjalanan
pulangp, simbok ini ternyata ditinggak suaminya saat mengandung adiknya
Tika, yang akhirnya aku ketahui namanya Intan. Simbok ini yang ternyata
namanya Inem, usianya sekitar 42 tahun, dan anaknya si Tika umurnya 14
tahun sedangkan Intan baru 11 tahun. Tika sempat lulus SD, sedangkan
Intan hanya sempat menikmati bangku SD kelas 4.
Setelah sampai dirumah, Mbok Inem dan kedua anaknya langsung aku suruh
mandi dan makan malam. Ternyata simbok, Tika dan Intan tidak membawa
baju ganti sehingga setelah mandi baju yang dipakainya ya tetap yang
tadi. Padahal baju yang dipakai ketigany sudah tidak layak untuk dipakai
lagi. Simbok memakai daster yang lusuh dan sobek disana-sini sedangkan
Tika dan Intan sama saja lusuh dan penuh jahitan disana sini. Besok yang
kebetulan hari minggu, aku memang mempunyai rencana membelikan baju
untuk mereka bertiga. Aku memang tipe orang yang nggak bisa melihat ada
orang lain menderita. Kata temen-temen sih, aku termasuk orang yang
memiliki jiwa sosial yang tinggi.
"Tika dan juga kamu Intan makan yang banyak ya.. biar cepet gede..".
"Inggih Ndoro.., boleh nggak kalau Intan habiskan semuanya, karena Intan sudah 2 hari nggak makan".
"Boleh nduuk.., Intan dan Tika boleh makan sepuasnya disini".
*****
Mulai dari sinilah awal dari petualangan seksku. Setelah acara makan
malam selesai, ketiganya aku suruh tidur di kamar belakang. Sekitar jam 1
malam setelah aku selesai nonton acara TV yang membosankan, aku menuju
kekamar belakang untuk meneggok keadaan mereka. Ketika aku masuk kekamar
mereka, jantungku langsung berdeguk cepat dan keras saat aku melihat
daster Mbok Inem yang tersingkap sampai ke pinggang. Ternyata dibalik
daster itu, Mbok inemku ini memiliki paha yang betul-betul mulus dan
dibalik CD nya yang lusuh dan sobek dibagian depannya terlihat dengan
jelas jembutnya yang tebal dan hitam. Pikiranku langsung melayang dan
kontolku yang masih perjaka ini langsung berontak.
Setelah agak tenang, tanganku langsung bergerilnya mengelus paha mulus
Mbok inemku ini. Setelah puas mengelus pahanya, aku mulai menjilati
ujung paha dan berakhir dipangkal pahanya. Aku sempat mau muntah ketika
mulai menjilati klitorisnya. Di depan tadi kan aku sudah bilang kalau CD
Mbok ku ini sobek dibagian depan.., jadi clitnya terlihat dengan jelas.
Sedangkan yang bikin aku mau muntah adalah bau CDnya. Ya.. mungkin
sudah berhari-hari tidak dicuci. Setelah sekitar 13 menit aku jilati
clitnya dan ternyata Mbok inemku ini tidak ada reaksi.. ya mungkin
terlalu capek shingga tidurnya pulas banget, aku mulai keluarkan
kontolku dan mulai aku gesek-gesekkan di clitnya. Aku tidak berani
melapas CDnya takut dia bangun. Ya.. aku hanya berani mengocok kontolku
sambil memandangi clit dan juga teteknya. Ternyata Mbok inemku ini tidak
memakai BH sehingga puting payudaranya sempat menonjol di balik
dasternya. Aku tidak berani untuk memeras teteknya karena takut Mbok
Inem akan bangun.
Sedang asyik-asyiknya aku mengocok kontolku, si Tika bangun dan melihat
ke arahku. Tika sempat mau teriak dan untung saja aku cepat menutup
mulutnya dan memimta Tika untuk diam. Setelah Tika diam, berhubung aku
sudah tanggung, terus saja aku kocok kontolku. Tika yang masih terduduk
lemas karena ngantuk, tetap saja melihat tangan kiriku yang mengocok
kontolku dan tangan kananku mengusap-usap paha mulus ibunya. Sambil
melakukan aktivitasku, aku pandangi si Tika, gadis kecil yang
benar-benar polos, dan aku lihat sesekali Tika melihat mataku terus
berpindah ke paha ibunya yang sedang aku elus-elus berulangkali. Setelah
sekitar 8 menit berlalu, aku tidak tahan lagi, dan akhirnya ".. croot..
crrott.. croot.." ada 6 kali aku menembakkan pejuhku ke arah clit Mbok
inemku ini.
Saat aku keluarkan pejuhku, si Tika menutup matanya sambil memeluk kedua
kakinya. Pada saat itulah aku tanpa sengaja melihat pangkal pahanya dan
ternyata.., tikaku ini tidak memakai CD. Saat aku sedang melihat
memeknya Tika, dia bilang..
"Ndoro.. kenapa pipis di memeknya simbok". aku sendiri sempat kaget mendengarnya.
"Nduuk.. itu biar ibumu tidur nyenyak..".
"Ndoroo.. Tika kedingingan.., Tika mau pipis.. tapi Tika takut ke kamar mandi..".
"Ya.. sudah Nduk.. ayo aku antar ke kamar mandi".
Tika kemudian aku ajak pipis ke toilet di kamar tidurku. Aku sendiri
juga pengen pipis, terus Tika aku suruh jongkok didepanku. Tika kemudian
mengangkat roknya dan.. suur.. banyak sekali air seni yang keluar dari
memeknya. Aku sendiri hanya sedikit sekali kencingku. Setelah acara
pipisnya selesai, Tika aku gendong dan aku dudukkan di pinggir
ranjangku. Lalu aku peluk dan aku belai lembut rambut panjangnya yang
sampai ke pinggang.
"Ndoro.. Tika belum cebok.. nanti memeknya Tika bau lho.. Ndoro..".
"Nggak apa-apa Nduk.. biar nanti Ndoro yang bersihin memeknya Tika.. Tika bobok disini ya.. sama ndoromu ini..".
Kemudian Tika aku angkat dan mulai aku baringkan di ranjang empukku ini.
Tangganku mulai aktif membelai rambutnya, pipinya, bibirnya.. dan juga
payudaranya yang lumayan montok. Pada saat tanganku mengelus pahanya..
"Ndoro.. kenapa mengusap-usap kaki Tika yang lecet..".
"Oh iya Nduk.. Ndoro lupa..".
Tahu sendirilah, aku memang benar-benar sudah horny untuk mencicipi
Tika, gadis kecilku ini. Bayangkan pembaca, disebelahku ada gadis 14
tahun yang begitu polos, dan dia diam saja ketika tanganku mengelus-elus
seluruh tubuhnya.
Pembaca.. gimana udah belum ngebayanginya.. udah belum..! udah yaa.. aku terusin ceritanya.
Kemudian aku jongkok diantara kakinya dan mulailah aku singkap rok yang
dipakai Tika sampai ke pinggang. Sekarang terpampanglah dihadapanku
seorang gadis kecil usia 14 tahun denga bibir kemaluan yang masih belum
ditumbuhi bulu. Setelah pahanya aku kangkangkan, terpangpanglah segaris
bibir memek yang dikanan-kirinya agak mengelembung.., eh maksudku
tembem. Dengan jari telunjuk dan Ibu jari aku berusaha untuk menguak isi
didalamnya. Dan ternyata.. isinya merah muda, basah karena ada sisa
pipisnya yang tadi itu lho dan juga agak mengkilap.
Tangankupun mulai mengelus memek keperawanannya, dan sesekali aku pijit,
pelintir dan aku tarik-tarik clitorisnya. Ake sendiri heran clitnya
tikaku ini ukurannya nggak kalah sama ibunya.
"Aduuh.. Ndoro.. memeknya Tika diapain.. Ndoro..".
"Tenang Nduk.. nggak apa-apa.. Ndoro mau nyembuhin luka kamu kok.. Tika diam saja yaa..".
"Inggiih.. Ndoro..".
Setelah Tika tenang, akupun mulai menjilati memeknya dan memang ada rasa dan bau pipisnya Tika.
"Ndoro.. jangaan.. Tika malu ndoroo.. memek Tika kan bau..".
Aku bahkan sempat memasukkan jariku ke liang perawannya dan mulai aku
kocok-kocok dengan pelan. Tikapun mulai menggelinjang dan
mengangkat-angkat pantatnya.
Aku pun mulai menyedot memeknya Tika dengan kuat dan aku lihat Tika
menggigit bibir bawahnya sambil kepalanya digoyang kekanan kiri.
"Ndoroo.. geli Ndoro.. memeknya Tika diapain sih ndoroo..".
Akupun tidak peduli dengan keadaan Tika yang kakinya menendang-nendang
dan tangannya mencengkeram seprei ranjangku sampai sobek disana sini.
Dan akhirnya..
"Ndoroo.. sudah Ndoro.. Tika mau pii.. piis dulu Ndoro..".
Dan tidak lama kemudian "Ssuur.. suur.. suur.."
Banyak sekali cairan hangatnya membanjiri mulutku. Aku berusaha sekuat
tenaga untuk menelan semua cairan memeknya yang mungkin baru pertama
kali ini dikeluarkannya.
Setelah kujilati dan kuhisap sampai bersih, akupun tiduran disebelahnya dan kurangkul tikaku ini.
"Ndoro.. maafin Tika ya.. Tika tadi pipis di mulutnya Ndoro.. pipis Tika bau ya Ndoro..".
"Nggak apa-apa Nduk.. tapi Tika harus dihukum.. karena udah pipis dimulut Ndoro.."
"Tika mau dihukum apa saja Ndoro.. asalkan Ndoro nggak marahin Tika..".
"Hukumannya, Tika gantian minum pipisnya Ndoro.. mau nggak..".
"Iya Ndoro..".
Akhirnya aku keluarkan kontolku yang sudah tegang. Begitu kontolku sudah
aku keluarkan dari CDku, Tika yang masih terlalu polos itu menutup
wajahnya dengan kedua tangannya. Aku lihat wajah Tika agak memerah.
Setelah aku lepaskan kedua tangannya, aku sodorkan kontolku kedepan
wajahnya dan aku suruh Tika untuk memegangnya.
"Nduk.. ayo dipegang dan dielus-elus..!
"Inggih Ndoro.. tapi Tika malu Ndoro.. Tika takut Ndoro..".
"Nggak apa-apa Nduk.. ini nggak nggigit kok.. ini namanya kontol Nduk..".
Kemudian gadis kecilku ini mulai memegang, mengurut, meremas dan kadang-kadang diurut.
"Nduk.. kontolnya ndoromu ini diemut ya..".
"Tapi Ndoro.. Tika takut Ndoro.. Tika jijik Ndoro..".
"Nggak apa-apa Nduk.. diemut saja seperti saat Tika ngemut es krim.. ayo nanti Tika Ndoro kasih es krim.. mau ya..".
"Benar Ndoro.. nanti Tika dikasih es krim.."."Iya Nduk..".
Tika pun jongkok diantara pahaku dan mulai memasukkan kontolku ke
mulutnya yang mungil. Agak susah sih, bahkan kadang-kadang kontolku
mengenai giginya.
"Nah gitu nduuk.. diisep ya.. yaa.. ya gituu.. nduuk..".
Sambil Tika mengoral kontolku, kaos lusuhnya Tika pun aku angkat dan aku
lepaskan dari tubuh mungilnya. Aku elus-elus teteknya dan kadang aku
remas dengan keras.
"Aku gemes banget sih sama payudaranya yang bentuknya agak meruncing itu".
Sekitar 12 menit kemudian, aku rasakan kontolku sudah berdenyut-denyut.
Aku tarik kepala Tika dan aku kocok kontolku dimulut mungilnya.. dan..
aku tekan sampai menyentuh kerongkongannya dan akhirnya ".. croot..
croot.. croot.. cruut..!"
Cairan pejuhku sebagian besar tertelan oleh Tika dan hanya sedikit yang menetes keluar dari mulutnya.
"Ndoroo.. pipisnya banyak banget.. Tika sampai mau muntah..".
"He.. eh.. nduuk.. tapi enak kan.. pipisnya Ndoro..".
"Inggih Ndoro.. pipis Ndoro kental banget.. Tika sampai nggak bisa telan.. agak amis Ndoro..".
Aku memang termasuk laki-laki yang suka merawat tubuhku. Hampir setiap
hari aku fitnes. Menuku setiap hari: susu khusus lelaki, madu, 6 butir
telur mentah, dan juga suplemen protein produk Amerika. Jadi ya wajar
kalau spermaku kental dan agak amis.
Kemudian aku peluk bidadariku kecilku ini dan sesuai janjiku dia aku
kasih es krim rasa vanilla. Setelah habis Tika memakan es krimnya, dia
aku telentangkan lagi diranjangku. Terus aku kangkangkan lagi pahanya
dan aku mulai lagi menjilati memek tembemnya. terus terang saja aku
penasaran sebelum membobol selaput daranya.
"Ndoro.. mau ngapain lagi.. nanti Tika pipis lagi lho Ndoro..".
"Nggak apa-apa Nduk.. pipis lagi aja Nduk.. Tika mau lagi khan es krim.."
"Mau Ndoro..".
Setelah aku siap, pahanya aku kangkangkan lagi lebih lebar, dan aku
mulai memasukkan kepala kontolku ke lubang surgawinya. Baru masuk
sedikit, tikaku meringgis.
"Ndoro.. memek Tika diapain.. kok sakit.."
Aku sempat tarik ulur kontolku di liang memeknya. Dan setelah kurasa
mantap, aku tekan dengan keras. Aku rasakan ujung kontolku merobek
selaput tipis, yang aku yakin itu adalah selaput daranya.
"Ndoorroo.. sakiit.." Langsung aku peluk Tika, kuciumi wajah dan bibir mungilnya.
"Nggak apa-apa Nduk.. nanti enak kok.. Tika tenang saja ya..".
Setelah kudiamkan beberapa saat, aku mulai lagi memompa memeknya dan aku lihat masih meringis sambil menggigit bibir bawahnya.
"Oohh.. ahh.. auuhh.. geli Ndoro.. ahh.." itulah yang keluar dari mulutnya Tika.
"Auuhh.. oohh.., Ndoro.., periih.., aahh.. gelii Ndoro.. aahh..,".
SAmbil aku terus meusuk-nusuk memeknya, aku selalu perhatikan wajah
imutnya Tika. Sungguh pemandangan yang luar biasa. Wajahnya memerah,
bibirnyapun kadang-kadang menggigit bibir bawahnya dan kalau aku
lihatnya matanya terkadang hanya terlihat putihnya saja. Kedua kaki Tika
pun sudah tidak beraturan menendang kesana-kesini dan juga kedua
tangannya menarik-narik seprei kasurku hingga terlepas dari kaitannya.
"Auuhh.. oohh.., ndoroo.., aahh.. ooh.. aahh, ndoroo..".
Aku mulai rasakan ada denyutan-denyutan vaginanya di kontolku, pertanda
tikaku sebentar lagi orgasme. Kepala Tika pun mulai menengadah ke atas
dan kadang-kadang badannya melengkung. Sungguh pemandangan yang
sensasional, gadis 14 tahun yang masih begitu polos, tubuhnya
mengelinjang dengan desahan-desahan yang betul-betul erotis. Aku yakin
para pembaca setuju dengan pendapatku, tapi tangannya pembaca kok
megang-megang "itu" nya sendiri, hayo udah terangsang ya. Aku tahu kok,
nggak usah malu-malu, terusin aja sambil membaca ceritaku ini.
"Oohh.. ahh.. auuhh.. geli ndoroo.. ahh.."
"Ndoroo.. Tika mau pipiiss.. ndoroo.."
"Seerr.. suurr.. suurr.., kontolku seperti disiram air hangat..".
Aku peluk sebentar tikaku untuk memberikan kesempatan gadis kecilku
menuntaskan orgamesme. Setelah agak reda, aku lumat-lumat bibir
mungilnya.
"Maapin Tika ya Ndoro.. Tika pipis dikasurnya Ndoro..".
"Tika malu Ndoro.. udah gede masih ngompol di kasur..".
"Nggak apa-apa Nduk.. (lugu sekali gadisku ini).. Ndoro juga mau pipis di kasur kok..".
Aku sendiri sudah nggak tahan. Kakinya aku angkat, lalu kuletakkan di
pundakku. Dengan posisi ini kurasakan kontolku menyentuh dinding
rahimnya. Memeknya jadi becek banget, dan aku mulai mempercepat sodokan
kontolku.
"Ndooro.. Tika capek.. Tika mau bobok.. ndooroo..".
"Iya nduuk.. Tika bobok saja yaa..".
"Memeek Tika periih.. ndooroo..".
Kutekan keras-keras kontolku ke liang kenikmatannya dan kutarik
pantatnya dan "croot.. cruut.. croot.. croot.. cruut.. croot..!". Aku
muntahkan pejuhku kedalam rahimnya.
Aku cabut kontolku dari memek tembemnya, terlihat lendir putih bercampur
dengan darah segar mengalir keluar dari liang kemaluannya.
"Ndoro.., kenapa Ndoro pipis diperutnya Tika.., perut Tika jadi hangat Ndoro..".
"Iya nduuk.., biar kamu nggak kedinginan.., ayo sekarang Tika bobok ya.., sini Ndoro kelonin..".
"Inggih Ndoro.., sekarang Tika capek.., Tika pengen bobok..".
Aku perhatikan memeknya sudah mulai melebar dan agak membelah
dibandingkan sebelum aku perawanin. Aku peluk dia dan aku cium dengan
mesra Tika, si gadis kecilku. Aku dan tikapun akhirnya tertidur dengan
pulas. Nikmaat.
Para pembaca yang setia, aku mau menyambung ceritaku yang dulu, dimana
akhirnya keperjakaanku, aku serahkan ke gadis kecilku Tika. Setelah
mengalami ML yang benar-benar berkesan itu, aku dan tikaku akhirnya
tertidur pulas sampai pagi. Walaupun pada malam harinya, aku sempat
terbangun dan ingin mengulanginya lagi, namun setelah aku lihat tikaku
tidur dengan nyenyaknya, aku jadi kasihan untuk membangunkannya.
Pagi nan cerah di hari itu, aku bangun dan langsung ke kamar mandi untuk
buang hajat. Sambil menikmati sebatang rokok putih kesukaanku, aku
nikmati tubuh polos tikaku yang masih tergolek di ranjangku. Tikaku
masih tertidur pulas, terkadang dia menguap dan mengeliat. Disaat aku
sudah selesai dan mau berdiri, tiba-tiba saja tikaku bangun dari
tidurnya dan lari ke arahku.
"Ndoro.., Tika mau pipiis..".
Kemudian tikaku yang telanjang itu langsung jongkok dan "Suur..".
Eh.. baru sedikit keluar pipisnya, Tika ini memelukku dan akhirnya menangis.
"Kenapa menangis nduk.., dan pipisnya kok nggak jadi..!
"Tika nggak mau pipis.., memek Tika perih Ndoro..".
Aku sempat berpikir, mungkin rasa perih di memeknya itu disebabkan luka
ataupun lecet di selaput daranya yang semalem baru saja aku perawanin.
"Ayo nduk pipis lagi.., nanti perut Tika bisa sakit lho kalau nahan pipis..".
"Pokoknya Tika nggak mau pipis lagi.., Tika takuut..".
Aku sendiri bingung, kalau terlalu lama pipisnya ditahan, pasti perut
tikaku akan sakit. Karena aku lihat wajah tikaku gelisah menahan
pipisnya dan juga kedua tanganya memegangi memeknya agar pipisnya nggak
menerobos keluar. Kadang-kadang Tika jongkok, terkadang berdiri, dan aku
pikir air seninya pasti sudah di ambang saluran vaginanya sehingga
tikaku gelisah sekali. Sesekali badannya mengeliat dan wajahnya
meringis.
"Ayo nduuk.., pipisnya dikeluarin lagi ya..".
"Nggak mau.., Tika nggak mau pipis lagi..!' Setelah itu tikaku nangis
lagi sambil kedua tangannya masih berusaha memegangi memeknya agar
pipisnya nggak keluar.
Kemudian Tika aku suruh duduk bersandar di klosetku.
"Ya sudah.., sini nduuk.., Tika duduk disini yaa..".
"Iya Ndoro.., tapi Tika nggak mau pipis lagi lho Ndoro..".
"Nggak nduk.., coba tangannya dibuka jangan nutupin memeknya Tika..".
Setelah memeknya terbuka, aku jongkok diantara kakinya dan aku lihat
disekitar pahanya masih ada bekas darah keperawanannya yang sudah mulai
kering. Akupun mulai menjilati bibir memeknya. Sesekali aku masukkan
lidahku dan juga jari tengahku ke lubang memeknya.
"Ndoro.., memeknya Tika geli.. ndooroo..".
Aku senang sekali akhirnya tikaku bisa melupakan rasa perih di memeknya
dan sekarang sudah berubah menjadi rasa geli-geli nikmat. Untuk menambah
sensasinya, kedua tanganku meremas-remas kedua payudara mungilnya.
Dalam hitungan menit saja, Tika sudah mulai mengeliat dan agak sedikit
kejang-kejang. Badannya bersandar di sandaran klosetku dan kepalanya
menengadah keatas.
"Ndoro.., tii.. kaa.. mau pii.. piis..".
Tikaku akhirnya berkelejotan, badannya kedepan dan kebelakang bergantian, dan "Suur.. suur..".
Aku sendiri masih sibuk menjilati dan sesekali aku sedot air seninya.
Setelah agak reda, badan Tika melemah dan kepalanya jatuh di punggungku.
"Gimana nduk.., tadi pipisnya sakit nggak..".
"Nggak kok Ndoro.., tadi diapain sih Ndoro.., kok memek Tika nggak sakit lagi..".
"Nggak diapa-apain kok nduk.., sekarang Tika mandi yaa..".
"Eh.. Ndoro tadi kok minum pipisnya Tika.., apa biar memeknya Tika nggak sakit ya Ndoro..".
Aku sendiri binggung mau jawab apa, trus akhirnya aku jawab saja kalau
aku haus. Dan nggak disangka-sangka tikaku mau minum pipisku.
"Ndoro.., Tika juga haus.., Tika mau minum pipisnya Ndoro..".
"Jangan nduuk.. nanti Tika bisa muntah lho.. Ndoro ambilkan air putih di kulkas yaa..".
"Nggak mau..! Ndoro curang.. Tika nggak boleh gantian minum pipisnya Ndoro..". Sambil bicara begitu, tikaku mulai menangis.
Dasar tikaku ini memang masih kekanak kanakan dan sedikit manja.
Akhirnya Tika aku suruh jongkok dan membuka mulutnya lebar-lebar. Aku
sendiri tidak tega mengencingi mulutnya, apalagi kalau sampai air seniku
tertelan olehnya. Makanya hanya sebagian kecil saja air kencingku yang
aku arahkan ke mulutnya dan sebagian besar aku arahkan ke lehernya agar
tidak tertelan oleh Tika.
"Gimana.., udah nggak haus lagi khan nduuk..".
"Tika nggak haus lagi Ndoro.., pipisnya Ndoro agak panas.., Tika suka banget..".
Pembaca yang setia..
Jadi aku harapkan kepada semua pembaca laki-laki, setelah pasangan anda
baru saja melepaskan keperawanannya, pada saat mau pipis, berusahalah
untuk menemaninya. Kasihan pasangan kita, disaat pertama kali selaput
daranya sobek dia pasti kesakitan, dan disaat pipis inilah dia akan
merasakan lagi perih di memeknya. Untuk itu, lakukan seperti yang aku
lakukan terhadap tikaku.
Karena saat dijilati, rasa sakitnya akan berubah menjadi geli. Dan
disaat gadis (istri) anda keluar pipisnya, disaat itu juga dia akan
mengalami orgasme yang luar biasa. Oleh karena itu, untuk semua
laki-laki (suami) berusahalah untuk membahagiakan gadis (istri) anda
seperti caraku ini.
Aku lanjutin ceritanya yaa..
"Ayo nduk.., sekarang Tika mandi bareng Ndoro ya..".
Akhirnya aku sabuni seluruh badan Tika dan aku keramasi juga rambut
panjangnya. Tikaku sendiri juga tidak mau ketinggalan ikut menyabuni
dada, perut dan juga burungku.
"Ndoro.., kontolnya kok keras banget sih..".
Sebenarnya penisku sendiri sudah tegang sekali saat aku menjilati
memeknya Tika tadi. Hanya saja untuk menyetubuhi tikaku ini, aku nggak
sampai hati, takut tikaku akan kesakitan lagi. Tetapi Tikaku ini memang
agak manja, sambil menyabuni kontolku, terkadang dikocok-kocok. Dan yang
bikin aku gemas adalah saat burungku digoyang kekanan-kekiri, seperti
mainan saja.
"Iiih.. lucu banget kontol Ndoro.. seperti ayunan..".
Aku sendiri hanya bisa senyum-senyum dan berusaha untuk tidak
menggaulinya. Diberi angin begitu, tikaku semakin membuat aku tambah
gemas. Ujung jarinya diusapkan di kepala penisku, dan di atasnya ditaruh
busa sabun, habis itu terus ditiup lagi.
Terus penisku diguyur air, setelah bersih terus kepala penisku diliatin
lamaa sekali. Bahkan kadang-kadang kepala penisku ditekan dengan Ibu
jari dan jari telunjuknya sehingga lubang kontolku agak terbuka.
"Iiih.. lucu banget deh.. kontol Ndoro..".
Aku sebenarnya gemas dan juga agak marah, kontolku dijadikan mainan
seperti itu. Sedangkan Tika, aku perhatikan sangat senang sekali dengan
mainan barunya itu.
"Ndoro.. pipisnya Ndoro.. keluarnya dari sini ya..". sambil tangan tikaku menunjuk lubang penisku.
Aku yang akhirnya tidak tahan lagi langsung melumat dan mengunyah bibir
Tika sambil kedua tanganku meremasi payudaranya. Sedangkan tikaku
sendiri kaget sekali, disaat dia lagi asyik-asyiknya mainin kontolku,
aku dengan gemas langsung mencumbuinya.
"Ndoro.. Tika kan mau mandi.. kok bibir Tika diciumin seperti semalem itu..".
"Iya nduk.. Ndoro sayang sama Tika.. sekarang Tika nungging yaa..".
"Memangnya.. Tika mau diapain ndoroo..".
"Sudahlah.. nungging aja nduuk.. enak kok..".
Karena aku sudah benar-benar horny, langsung saja aku tusukkan kontoku
ke lubang memeknya. Aku lihat tikaku memang agak meringis, tetapi tetap
saja aku pompakan kontolku keluar masuk vaginanya. Nggak sampai 15
menit, aku lihat tikaku sudah kejang-kejang sambil kepalanya
digoyang-goyang sehingga rambut panjangnya berantakan nggak karuan dan
aku rasakan kontolku dibasahi air mani hangatnya. Aku juga nggak lama
kemudian "Croot.. croout.. cruut..!". Aku masukkan lagi pejuhku ke liang
vaginanya.
Terus aku peluk dan kulumat lagi bibir mungilnya. Setelah aku mandiin
Tika, terus aku gendong ke kamarku. Aku sendiri terus berpakaian dan aku
pakaikan juga rok dan kaus lusuhnya. Setelah kelihatan rapi, aku masih
sempat sekali melumat bibirnya sebelum aku gandeng tanganya untuk
sarapan bareng Intan dan Mbok Inemku.
Setelah selesai mandi, Tika aku gandeng ke meja makan dan ternyata Intan
sudah mulai mencicipi sarapan paginya. Aku lihat di meja makan sudah
ada makanan lengkap dan aku pikir pasti Mbok Inemku yang masak dari
bahan-bahan yang ada di kulkas.
"Selamat pagi.., Intan..".
"Pagi om..". Oh iya, Intan ini memang agak lain, dia memanggilku dengan
sebutan om dan kalau aku perhatikan, Intan ini sedikit lebih dewasa
dibandingkan Tika. Tika memang sifatnya agak sedikit manja.
"Intan.., mana Ibu kamu, kok nggak kelihatan..".
"Ibu lagi mandi om.., Mbak Tika makan yuk bareng Intan..".
"Iya dik.., Mbak Tika juga udah lapar banget..".
Aku dengar memang di kamar mandi belakang ada suara orang yang lagi
mandi. Aku ke kamarku untuk ambil handuk buat Mbok Inemku. Terus aku
menuju ke belakang dan kuketuk pintunya. Mbok Inemku mungkin mengira
yang mengetuk pintu adalah Tika sehingga pintunya dibuka lebar-lebar.
"Aaa.. deen..".
Mbok Inemku berteriak keras banget sampai aku kaget. Dan yang bikin aku
lebih kaget lagi adalah tubuh polosnya. Kepala Mbok Inem hanya bisa
menunduk dengan wajah kemerahan menunjukkan rasa malu yang luar biasa.
Tangan kanannya berusaha menutupi kedua payudara namun tidak bisa
menampung semua kedua gundukan daging yang ada didadanya. Sedangkan
tangan kirinya berusaha menutupi kemaluannya yang dipenuhi jembut yang
luar biasa lebatnya.
Aku sendiri tidak beranjak dari pintu dan terus saja kuperhatikan Mbok
Inemku ini. Adegan ini berlansung agak lama, sampai Mbok Inemku sendiri
nggak tahan aku liatin terus.
"Aaa.. deen..".
Sambil berkata itu, Mbok Inemku membalikkan badan berusaha menutupi
bagian tubuh depannya. Aku sendiri tambah terpana setelah melihat
bongkahan pantat Mbok Inemku. Aku terus berusaha untuk tidak meremas
pantatnya dan memang aku berhasil.
Aku yakin kalau pembaca yang berada diposisiku, pasti sudah nggak tahan untuk menjamah tubuh montok Mbok Inemku.
Pembaca: "Uh.. dasar penulis sombong..".
Eh.. bukannya aku sombong, memang aku sudah lama BERUSAHA latihan
mengendalikan emosiku dengan meditasi. Kalau pembaca berusaha latihan
terus, aku yakin pasti juga bisa seperti aku.
Tetapi pembaca sedikit benar kok tentang aku. Aku akhirnya melakukannya juga. Tetapi tidak sampai yang macem-macem lho.
Aku hanya mencubit pantatnya saja, nggak lebih dari itu.
"Aaa.. deenn..". Mbok Inemku kaget sekali, tetapi dia tidak bergerak dan tetap dalam posisi membelakangiku.
Aku akhirnya punya ide yang sangat cemerlang. Aku yakin pembaca tidak akan mampu menciptakan ide sehebat ideku.
Pembaca: "Uuh.. dasar penulis sombong.. sok pinter..".
Begini nih ideku. Tapi pembaca jangan nyontek ideku ya, sebab sudah aku
hak patenkan, ya walaupun belum masuk MURI. Disaat dia masih terus
membelakangiku, baju dan CDnya yang sudah lusuh aku ambil dari gantungan
tanpa sepengetahuannya dan aku bawa kekamarku. Dikamar, ketika aku cium
CDnya yang sudah tidak berbentuk itu, aduuh bau kewanitaannya sangat
menyengat dan lagi-lagi aku mau muntah. Mungkin sudah berhari-hari tidak
dicuci, ya karena hanya itu baju dan CDnya sehingga tidak ada gantinya.
Aku langsung ke meja makan ikut menikmati sarapanku bersama Tika dan
Intan. Sambil menyantap hidangan di meja, aku arahkan pandangan mataku
ke kamar mandi belakang dan aku masih bisa mendengar suara Mbok Inemku
yang melanjutkan acara mandinya. Selang beberapa saat aku lihat kamar
mandi sedikit terbuka dan aku perhatikan Mbok Inemku kelihatan binggung
mencari bajunya. Disaat Mbok Inem menuju ke kamarnya, aku berdiri menuju
ke arahnya dan dia kaget sekali, terus dialari ke arah garasi dalam
keadaan telanjang bulat, bugiil.. giil.. giil.. giil! Bener lho
pembaca..!
Pembaca: "Iya.. iya.. aku tahu.. bikin aku ikut horny saja..".
Terus aku ikuti dia dan aku lihat Mbok Inemku binggung mau sembunyi
dimana. Aku terus mendekat dan Mbok Inemku semakin tambah nervous dan
tanpa pikir panjang lagi langsung masuk ke mobilku. Aku tanpa basa-basi
lagi langsung membuka pintu belakang dan aku lihat Mbok Inemku duduk di
jok belakang sambil memeluk kedua kakinya untuk menyembunyikan bagian
sensitifnya.
Disaat aku ikut masuk dan duduk disebelahnya, Mbok Inemku mau lari
keluar. Langsung saja aku tarik tangannya dan aku peluk Mbok Inemku dan
aku belai lembut rambut panjangnya yang masih basah.
"Adeen.. si Mbok mau diapain Den.., si Mbok takuut..".
"Kenapa musti takut Mbok.., aku nggak akan menyakitimu kok Mbok..". Aku lihat Mbok Inemku mulai menangis.
"Si Mbok malu Den.., si Mbok kan nggak pakai baju..".
Kemudian aku pegangi wajahnya dan aku mulai hapus air mata yang terus
saja menetes. Setelah mulai agak reda tangisnya, aku angkat dagunya,
terus aku lumat bibirnya yang terlihat masih sangat seksi. Mbok Inemku
berontak lagi sehingga aku harus memeluknya lagi dan aku jelaskan kalau
aku tidak akan menyakitinya. Setelah agak tenang, aku mulai lagi
mengulum bibirnya dan tangan kananku mulai meremas bongkahan
payudaranya. Mbok Inemku hanya bisa mendesah dalam kuluman mulutku dan
ketika tanganku mulai mengusap-usap vaginanya, Mbok Inemku berontak lagi
dan bisa lari ke kursi depan dan berusaha membuka pintu. Usahanya
sia-sia, karena pintunya sudah aku central lock.
Aku ikut ke depan dan sandaran kursi yang diduduki Mbok Inem aku tarik
kebelakang sehingga Mbok Inemku jatuh telentang dikursinya. Aku lansung
menindih tubuh Mbok Inemku dan berusaha melepas celana pendek dan CDku.
"Deen.., jangan Den.., si Mbok takut Den..".
"Nggak apa-apa kok Mbok.., jangan nangis gitu dong mbook..".
"Jangan perkosa si Mbok deenn.., si Mbok khan sudah tua deen..".
"Kamu masih cantik kok Nem..".
Aku sendiri sudah mulai kurang ajar dengan hanya memanggil namanya saja.
Terus kuregangkan kedua kakinya, penisku yang sudah semakin keras,
secara pelan pelan aku dorong menembus bibir vaginanya. Lalu kutekan
lagi memeknya sampai kedua kakinya bergetar ketika penisku masuk
semuanya kedalam lobang kelaminnya.
"Aduuh deen.., memek si Mbok sakiit deen..". Ya mungkin sudah lama sekali bibir memeknya tidak dimasuki penis lelaki.
Setelah agak lama aku memompa memeknya, tiba-tiba ada suatu kekuatan
besar yang hendak keluar dari penisku. Dan beberapa saat kemudian,
tubuhku meregang, dan.. "croott.. croott.. creep.. cruuoott.." Spermaku
muncrat kedalam rahim Mbok Inemku. Tubuhnya pun iku mengejang ngejang
pertanda dia juga sudah orgasme. Aku terus perhatikan wajahnya yang
masih menikmati gelombang orgasmenya. Setelah agak tenang, barulah Mbok
Inemku tersadar dari orgasmenya. Mbok Inem langsung menutup wajahnya
menyembunyikan rasa malunya.
"Mbook.., teteknya kok nggak ditutupin..". Aku memang sengaja menggodanya.
Dan secara reflek, dia berusaha menutupi payudaranya dengan kedua
tangannya. Sehingga aku dengan leluasa menikmati wajah cantiknya. Merasa
aku perhatikan terus, wajahnya mulai memerah menahan malu. Aku sendiri
yang masih menindih tubuhnya, merasa kasihan dan aku cabut kontolku yang
masih betah menancap di memeknya. Lalu aku keluar dari mobil untuk
mengambilkan bajunya. Dan aku masih sempat melihat ada air mata yang
membasahi pipinya.
Setelah Mbok Inem mamakai baju dan ikut duduk di sofa tengah, aku pamit
kepadanya untuk mengajak Tika dan Intan belanja baju di mall. Hampir 1
jam aku belanja di mall untuk membelikan baju Intan, Tika dan Mbok
Inemku. Masing-masing aku belikan 4 stel baju. Tika dan Intan aku
belikan juga CD, dan bra-nya tidak, karena aku pikir nanti hanya akan
menghambat pertumbuhan payudaranya. Sedangkan Mbok Inemku tidak aku
belikan CD dan bra karena aku belum tahu ukurannya.
Ketika aku serahkan bajunya, Mbok Inemku kelihatan bahagia sekali dan
aku minta untuk mencobanya. Mbok Inemku langsung lari kekamarnya,
sedangkan Tika dan Intan tanpa malu-malu mencoba satu-persatu bajunya di
depanku. Aku sempat perhatikan bibir memek Tika sudah agak membelah
sedangkan memeknya Intan hanya membentuk garis vertikal. Tetapi untuk
kemulusan kulitnya,
si Intan sedikit lebih putih dibandingkan Tika.
Aku sendiri merasa ikut senang bisa membahagiakannya. Disaat aku sedang
memperhatikan Tika dan Intan, dari arah kamar belakang muncul Mbok
Inemku dengan daster barunya. Aku sempat terpana, melihat lekuk-lekuk
tubuhnya dibalik dasternya yang agak diatas dengkul dan pas banget
dibadannya. Bongkahan bokongnya sangat sekal dan kedua tonjolan
payudaranya sangat menantang untuk diremas.
Aku juga sempat melihat Mbok Inemku menangis bahagia melihat kedua anaknya senang.
"Matur nuwun deen.., si Mbok sudah dibelikan baju..".
"Iya Mbok.., sini duduk di sofa dekat aku..".
Sedangkan Tika dan Intan sendiri sudah sibuk menonton film kartun dari vCD yang aku belikan tadi.
"Mbook.., maaf ya aku belum sempat membelikan CD dan bra buat kamu.., aku khan belum tahu ukurannya..".
"Nggak apa-apa Den.., CD si Mbok yang lama mana Den.., si Mbok mau pakai lagi..".
"Ada di kamarku Mbok.., ambil saja sendiri..".
Aku ikuti dia dari belakang, dan Mbok Inem menemukan CDnya diranjangku
dan mulai memakainya. Baru sampai dipahanya, aku masuk dan dia kaget
sekali.
"Deen..".
"Mbok CDnya kan sudah bau.., jangan dipakai lagi yaa.., nanti aku belikan yang baru..".
Kemudian aku dudukkan dia di tepi ranjangku.
"Aku lepasin lagi ya Mbok CDnya..".
Tanpa seijinnya, aku singkap dasternya dan CD yang baru sampai dipahanya itu mulai aku tarik kebawah sampai terlepas.
Kemudian aku duduk disebelahnya dan mulai memeluk dia.
"Deen.., jangan Den.., si Mbok sudah tua deen..".
Mbok Inemku ini usianya memang sudah 42 tahun, tetapi dibandingkan
teman-teman kerjaku ataupun mahasiswi-mahasiswi kenalanku, mereka semua
nggak ada apa-apanya.
"Siapa bilang Mbok.., kamu masih cantik kok.., dan juga badan Mbok masih seksi kok..".
Akupun mulai membelai rambut dan wajahnya dan aku lihat dia hanya
memejamkan matanya. Aku angkat dagunya dan aku mulai melumat bibirnya
dengan rakus. Mbok Inemku sempat berontak dan setelah aku beri
pengertian, dia mulai pasrah. Ini membuat saya sedikit lebih berani
untuk meremas tonjolan payudaranya. Saya mencoba untuk melakukannya
lebih jauh lagi. Kali ini tangan saya perlahan-lahan saya arahkan ke
bagian selangkangannya. Dia masih tidak menolak, jadi saya bisa
merasakan lembutnya bibir kemaluannya.
Kepasrahannya semakin melambungkan kekurangajaran saya. Tangan saya
mulai menyelinap ke balik pakaiannya. Saya kembali meremas-remas
payudaranya secara langsung. Kali ini langsung menyentuh permukaan
kulitnya. Saya lakukan sambil mencium lehernya dengan lembut. Suara
desahan lembut mulai terdengar dari bibirnya. Disaat saya mulai meremas
belahan memeknya,
agak sulit memang mencari lubang vaginanya karena jembutnya sangat
lebat. Jari tengahku, saya tekan sedikit demi sedikit dan perlahan ke
belahan kemaluannya. Saat itulah dia tersentak dan berusaha menahan
tangan saya. Dia menatap mata saya.
"Deen.., si Mbok malu deenn..".
"Tenang saja Mbok.., Mbok boleh aku panggil namamu saja..". Dia cuma diam saja.
"Oh.. iya nem.., aku cukur ya jembut kamu biar bersih..". Dia juga cuma diam saja.
Memang Inemku ini sifatnya agak pemalu. Aku ambil silet cukur dan
menyuruhnya untuk tiduran. Kemudian aku jongkok diantara kakinya dan
mulailah aku singkap daster yang dipakainya sampai ke pinggang. Setelah
pahanya aku kangkangkan, dibalik jembut lebatnya itu terdapat bongkahan
daging merah dengan celah yang sempit dan dari situ tersembul seonggok
daging kecil seperti kacang merah merekah yang mencuat keluar.
Aku pun mulai mencukur habis jembut Inemku sampai bersih dan aku cuci memeknya sampai bersih.
"Nem.., dasternya dibuka ya.., aku mau cukur sekalian bulu ketek kamu..".
"Nggak usah deen.., si Mbok malu..".
"Nggak usah malu nem.., ayo berdiri sini..".
Terus aku angkat dia dan dasternya mulai aku lucuti sampai terlepas.
Inemku langsung menutupi payudara dan vaginanya. Dengan sedikit paksa,
akhirnya aku berhasil mencukur habis bulu keteknya.
No comments:
Post a Comment