Friday 15 June 2018

Ada Cinta di SMA : Bab 10 ~ Akibat dari Sebuah Ulah Nakal

Mendadak gue merasa pusing.

Alasan apa yg akan gue berikan kepadanya.

Kuberanikan mengangkat panggilan tersebut.

“H-haloo??”

Terdengar suara seorang cewek dengan nada seperti emak emak yg sedang khawatir.

“Kamu dimanaa?”

“Kan tadi aku udah bilangg.. aku lagi kumpul sama temen temen dari ekskul basket. Kenapa? Bosen malming di rumah? Hehe”

“Huuhh..dasar. Kapan kamu pulang?”

Nah ini.

“Eh..mungkin nanti agak maleman..lagi asik main nih..”

“Hayo main apaa..” kata Sasa dengan nada curiga.

“Yaampunn..ini lagi main PB, sayang.. kamu sering ‘kan lihat aku mainin game ituu..”

“Iya iyaa.. yaudah ntar buruan pulangg.. kangen nih sama adik kamuu..”

“Masih sempet sempetnya mesum di telepon,nih.. lagi kepengen yaa?”

Wajar aja sih dia lagi horni. Udah agak lama juga semenjak terakhir kali kita saling memuaskan birahi masing masing.

“Enggak, lagi marah. Dah ya,” tiba tiba dia memutuskan panggilan.

Duh. Marah gak, ya.. Sumpah gue takut. Ada keraguan di dalam hati bahwa gue akan berselingkuh malam ini.

Sempat kulihat ada beberapa notifikasi dari Whatsapp. Mungkin dari grup kelas. Kemudian gue letakkan ponsel gue di meja dekat TV, dan gue kembali menikmati ‘hiburan’ yg sempat tertunda tadi.

Saat itu mas Rio sedang melakukan apa yg disebut dengan ‘jilmek’. Kutau istilah itu dari sebuah blog yg ditunjukkan oleh si Roy.

Terdengar suara desahan tertahan dari kak Nata.

“Sshhh..farrel..diajak juga..dongg..” ujarnya dengan terbata bata, mungkin ia mulai sulit berfikir secara normal, ya.. Hahaa..

Mas Rio hanya menengok ke arah gue, kemudian mengerlingkan matanya sambil tersenyum. Gue angap itu sebagai kode persetujuan darinya.

Gue mulai naik ke atas ranjang dan mendekat ke kak Nata. Gue pandangi tubuh mulusnya yg sungguh menggoda iman. Sungguh, tubuhnya terlihat tanpa cacat. Putih mulus seperti ABG seusia gue. Eh, dia emang masih mahasiswa ya. Masih anak kuliahan, hehe..

Puting susunya terlihat mencuat dan berwarna merah muda. Areolanya terlihat sangan proporsional jika dibandingkan dengan ukuran payudaranya. Gue langsung mencaplok barang itu dan menggigit gigit pelan.

“Aww..jangan keras keras dongg.. sakit tauuu”

“Eh, maaf kak..abisnya nggemesin sih. Hehee..”

“Ituu.. yang satunya jangan dianggurin. Diremes jugaa”

Gue pun menuruti keinginannya. Cukup lama gue berkutat dengan payudara itu, hingga gue merasakan kalo tubuh kak Nata bergoncang keras.

“Ahhh.. yang dalem sayang. Lebih keras lagi. Uhhh...”

Gue menoleh ke arah mas Rio, dan ternyata ia sudah mulai menggenjot vagina imut milik kak Nata. Gue tak mau kalah juga. Gue arahkan penis gue yg masih lemas ke mulut kak Nata. Kak Nata yg mengerti keinginan gue, langsung mengelus pelan ujung penis gue, mencoba membangunkan my lil bro. Tapi sepertinya usahanya gagal. Gue juga heran, biasanya hanya dengan rabaan kecil, adik gue udah sedikit bangkit dari tidurnya.

Merasa gagal dengan usahanya, kak Nata langsung menjulurkan lidahnya dan menjilat ujung penis gue, menyapu seluruh kepala dari penis gue, hingga akhirnya secara perlahan penis gue masuk ke dalam mulutnya. Hmm, hangat sekali mulutnya. Penis gue terasa lumer berada di mulutnya.

Secara perlahan kak Nata mulai mengoral penis gue. Tapi dia cukup kesulitan karena dalam posisi MOT seperti ini sehingga badannya bergoncang dengan keras, dan juga terkadang ia mengeluarkan desisan pelan.

Kemudian gue meminta keduanya untuk mengubah posisi. Mas Rio mengubah gayanya menjadi gaya Doggy Style. Sedangkan gue masih memposisikan penis gue di mulut kak Nata. Nah, kali ini terasa lebih nikmat.

“Kakk...enakk..hhh”

“Hmmpphh..memek kamu rapet bangeet..ssshh..” ujar mas Rio tak mau kalah. Kak Nata semakin bersemangat mendengarnya. Ia lalu mempercepat kulumannya yg menyebabkan gue kelojotan.

“Aww..jangan cepet cepet kak..udah mau..keluar..hhh”

“Sayangg..aku..keluuarrr...” tiba tiba kak Nata melepaskan penis gue dan mengerang dengan keras. Lalu tubuh kak Nata mengejang dan kepalanya mendongak ke atas. Bulir bulir keringat berjatuhan ke seprei di bawahnya.

Hanya beberapa detik berselang, mas Rio mencabut tonggak revolusinya dan kemudian menjepitnya di antara kedua bukit milik kak Nata. Lalu muncratlah cairan putih kental yg cukup banyak. Cairan itu tumpah ruah di dada, wajah, dan leher kak Nata.

“Ihh..banyak banget ya. Perasaan baru kemarin kita main, hehe..”

Mas Rio, dengan nafas yg masih tersengal sengal, mencoba menanggapi pacarnya itu. “Abisnya meki kamu enak banget sih.. jadinya pengen ngecrot mulu..”

Kak Nata tersenyum bahagia mendengarnya. Lalu ia memalingkan wajahnya, dan kini memandangi gue. “Your turn, right?”

“Oh.. of course, madam. I’ll serve you,” jawab gue dengan bahasa inggris yg acak adul.

Gue yg tadi belum sempat muncrat, dengan bangganya memamerkan penis gue yg sudah tegang sekali di depan vagina kak Nata. Awalnya gue usap usap labia mayoranya. Gue cubit cubit kecil klitorisnya. Gue masukkan jari tengah gue. Hingga gue kak Nata mulai merasakan bahwa liang vaginanya sudah basah sekali.

“Aduh rell...udah buruan dimasukinn.. ga kuatt kalo kamu gituin..teruss..ahh”

Kemudian gue memposisikan kaki gue seenak mungkin, dan memposisikan kepala penis gue ke liang vaginanya. Niatnya sih gue ingin menggodanya dulu dengan menggesek gesekkan penis gue ke bibir vaginanya, tetapi gue teringat kalo tadi telah berjanji dengan Sasa kalo ‘urusan’ gue udah selesai, gue akan langsung cabut dan balik ke kosan.

Gue lirik jam di atas meja dekat TV. Pukul 21.47.

Wah, kalo kelamaan disini mungkin Sasa juga curiga, nih.

“Masukkin, dong..” pinta kak Nata dengan penuh menggoda. Mukanya dibuat innocence banget.

Lalu gue kuputuskan untuk langsung penetrasi ke vagina kak Nata. Blesss..

“Ahhh..” desah kak Nata sambil melirik gue. Gerakan pinggang gue masih pelan, mencoba untuk menikmatinya dan menghayatinya, hehe.

Gue pikir, vaginanya dengan mudah akan menerima penis gue. Tapi ternyata, masih cukup seret juga. Gue pikir dia maniak seks. Tetapi sepertinya sejauh ini dia hanya melakukan dengan pacarnya sehingga kerapatan vaginanya masih terjaga.

“Kakk..hhh..masih rapet banget yaa..”

“Hmm..sshh..iyaa..aku jaga terus..aku seringg..uuhhh..minum jamuu..”

Oh, pantesan.. Hahaha

“Enaakk, kakk..” ucap gue, yg menikmati posisi MOT ini. Gue mulai meningkatkan tempo. Dan sepertinya kak Nata juga mulai menggoyangkan pinggulnya, mencoba mempercepat kocokan penis gue.

Tangan gue mulai menggrayangi kedua buah dada yg besar itu. Gue pilin putingnya yg sudah mencuat.

“Aww...enakkk..sshhhh”

Tiba tiba mas Rio berpindah posisi. Sudah bangun rupanya, setelah tadi sempat tertidur setelah orgasme.

Kini, mas Rio sudah mencium lembut bibir pacarnya. Tangannya menggantikan peran gue di payudara kak Nata.

“Ahh..ahhh..hhh..” Kak Nata mulai meracau aneh. Matanya tetap terpejam, sambil menikmati lidahnya yg saling membelit dengan lidah mas Rio.

Goyangan gue semakin lama semakin cepat. Gue yg merasa capek pun meminta kak Nata untuk bertukar posisi. Dan kini, kita sudah dalam posisi WOT, dimana mas Rio masih mencumbu tubuh dari kak Nata.

Lalu kak Nata mulai menggoyangkan pinggulnya lagi. Awalnya ia hanya memajumundurkan pantatnya, tapi lama kelamaan ia mulai memompa penis gue. Temponya semakin lama semakin cepat. Mungkin ia ingin segera meraih orgasme, ya.

“Hmmphh...rell..hhh..shh..aku mau...keluarr” racau kak Nata tak jelas karena mulutnya disumpal oleh mulut dari mas Rio.

Gue membantunya dengan menggerakkan pinggul gue. Sehingga penis gue bisa meraih bagian vaginanya lebih dalam.

“Uuuhhhhh.... enaakkkk...” erang kak Nata sambil memejamkan matanya. Seluruh tubuhnya mengejang.

Wah, dia keluar udah berapa kali ya. Sedangkan gue masih belum crot juga. Tonggak gue aja masih dengan gagahnya menantang vagina manapun yg ingin ia masuki.

Huhh...

Kak Nata terlihat sempoyongan, kemudian ambruk. Sepertinya dia kecapekan.

Lalu mas Rio berjalan mendekatiku, dimana aku tadi udah pindah duduk di kursi lagi.

“Rel, kayaknya obatmu bekerja optimal banget, ya. Mungkin pada dasarnya kamu tahan lama dalam bercinta, sehingga saat ditambahi dengan obat ini, maka kamu akan semakin lama tahan dalam pertarungan di ranjang..”

“Hmm..iya mas. Daritadi rasanya kebas disekitar selangkanganku..panas juga, sih..”

“Iya.. efeknyaa emang gituu..” kata mas Rio sambil meminum segelas air yg tadi telah ia siapkan. “Kamu masih mau lanjut, kan?” tanyanya.

Hmm.. Gue akan mengucapkan tanda persetujuan, sebelum gue teringat akan janji Sasa. Gue lirik jam lagi. Pukul 23.05.

Waduh, bisa kena semprot nih.

Gue lalu menjelaskan kepada mas Rio, tentang janji gue kepada Sasa yg akan menemaninya. Dan gue masih menggunakan alasan kalo ia sedang sakit. Gue gamau dia curiga dan ia merasa tertipu.

“Hmm..yaudah dehh.. kamu temenin aja pacar kamu. Kasihan juga kalo dia kamu tinggal di kamar, sendirian, menahan sakit, sedangkan kamu enak enakan disini.” Kata mas Rio sambil melirik ke arah kak Nata, yg sedang ‘mengolet’. Sepertinya ia sudah terbangun, siap untuk melanjutkan pertempuran hahaha..

Gue pun ijin ke mas Rio untuk menggunakan kamar mandi di kamar itu. Lalu gue bangkit dari kursi dan berjalan menuju ke kamar mandi. Lalu gue mandi sebersih mungkin, menghilangkan jejak jejak perselingkuhan gue. Tentunya ga lucu kan, pas kita ketemu nanti, dia tanya kenapa kok gue bau sperma gini. Gak lucu juga kan, kalo dia bilang, “kamu habis ngocok, ya?” Hahaha..

Setelah gue selesai mandi dan telah mengeringkan badan, gue mengenakan pakaian gue kembali. Gue lupa bawa baju ganti, sehingga pakaian yg gue kenakan saat datang tadi gue kenakan kembali. Untungnya ga bau pejuh, ya..

Saat melangkah keluar dari kamar mandi, terdengar suara rintihan dan desahan yg cukup keras. Dan benar saja, mereka sudah bergumul di atas ranjang dengan posisi doggy style. Gue hanya tersenyum melihat tingkah laku mereka. Sebinal binalnya Sasa, kayaknya dia ga pernah nuntut ML selama ini, wkwk.

Gue pun mengambil ponsel gue, dan mengerlingkan mata ke mas Rio sebagai tanda bahwa gue akan pulang. Ia hanya mengangguk pelan. Gue pun keluar dari rumah itu dan langsung menuju ke mobil gue yg telah menunggu di depan pintu.

-------------------------------------------------------------

Cahaya lampu jalanan menerangi kosan di depan gue. Tumben sepi banget nih kosan. Biasanya malam minggu gini anak anak masih pada nongkrong di depan kosan para cowok, yg terdapat sebuah taman kecil di depannya. Disitulah terkadang kami menghabiskan waktu bersama. Kadang kita bakar bakaran, kadang kita bercengkrama bersama. Pokoknya asik deh kalo kita lagi ngumpul bareng.

Setelah gue memasukkan mobil gue ke pelataran kosan itu, gue langsung menuju ke kamar gue. Saat akan melangkah masuk ke dalam, tiba tiba pintu kamar sebelah menjeplak terbuka. Dan munculah si Roy, dengan tatapan tajam.

“Elo abis dari mana?” tanyanya dengan nada marah.

“Abis main sama anak anak basket. Kenapa?”

“Duhh.. elo tuh ya, ga cek hp elo? Udah gue whatsapp bolakbalik tapi kagak diread. Gue telpon juga kagak diangkat. Gimana sih..?”

“Yaelah..sebegitu kangennya elo sama gue, ya? Hahaha..”

“Njir nih anak masih sempet sempetnya guyon. Tadi cewe lu kesini.”

Tawa gue perlahan menghilang.

“Hah? Sasa? Ngapain dia kesini?”

“Dia kesini sekitar jam 9 nan. Katanya dia mau mastiin kalo elo beneran lagi ga dikosan. Dan dia tadi diberitahu sama cowoknya Angel, katanya elo mau ke mall. Dan gue tadi denger dari Sasa kalo elo main sama anak basket. Mana nih yang bener?” kata Roy yg terus terusan mengintrogasi gue. Duh, mampus gue.

“Hmm..ya emang tadi gue sama anak anak basket. Trus gue ke mall, mau beliin sesuatu buat Sasa. Bentar lagi anniv kita yg ke 2 bulan.” Gue mencoba menjelaskan kepada Roy.

Dan Roy hanya menghela nafas.

“Rell..rell..sekarang, mendingan elo nyamperin Sasa di rumahnya, jelasin sendiri kronologisnya ke dia. Kasihan dia, daritadi dia nungguin di kamar elo. Trus kayaknya bete, tau tau pulang deh.”

“Yaudah deh, gue kesana dulu. Makasih yaa..”

Gue pun langsung kembali ke kamar dan mengambil kunci mobil gue. Dan semenit kemudian, gue sudah dalam perjalanan menuju ke rumah Sasa. Malam itu tak terlalu ramai, meskipun hari itu adalah malam minggu. Hanya butuh beberapa menit hingga gue tiba di rumah Sasa.

Gue pencet bel rumah yg terletak di samping pintu gerbang utama. Setelah beberapa saat, munculah seorang wanita, yg ternyata adalah ibunya. Sebelumnya gue udah pernah bertemu dan berkenalan dengan kedua orang tua Sasa.

“Eh, nak Farrel..dah pulang ya..”

“Iyaa.. mau nanya, tante. Sasanya ada?”

Ibunya Sasa terlihat kebingungan. Raut wajahnya berubah menjadi cemas.

“Loh..bukannya tadi kalian pergi bareng ya?”

“Hah? Enggak tuh, tante..”

“Tadi habis Isya’, dia pamit ke tante, katanya mau ke kosan kamu. Dia tadi pesan **** buat ke kosan kamu. Tante pikir kalian mau malam mingguan..”

“Waduh, tadi aku sama temen temen sekolah lagi kumpul barengg.. Sasa tadi udah aku kabarin kalo malam ini kita gabisa jalan bareng..”

Wanita itu semakin cemas.

“Duh, gimana ini..mana udah malem bangettt...”

“Duh, saya juga bingung tante..” gue pun ikutan panik. Kemana lagi tuh bocah. Tadi katanya dia mau nungguin gue, kenapa sekarang malah ngilang gini.

“Gini aja, tante. Aku coba cari dulu, ya.. nanti kalo udah ketemu, aku anter kesini.” Kata gue mengusulkan.

“Iya iya, nak.. tolong yaa..”

“Yaudah tante, pamit duluu..” kata gue sambil mencium tangannya. Lalu gue masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan rumah itu.

Duh, kemana lagi Sasa pergi. Gue gak ngira kalo dia bakal semarah ini dan bete saat gak gue ajak malmingan.

Gue coba hubungin ponselnya, namun terdengar suara “Mohon maaf, panggilan yang Anda tuju sedang dialihkan. Silakan ...”

Ah, damn! Hari ini kok kayaknya sial banget ya. Gue gagal ML nikmat dengan kak Nata yg cantik banget itu. Dan juga sekarang, Sasa malah ngilang gak jelas gini. ANJAAYYY....

Apa jangan jangan ini karma buat gue ya..

Gara gara gue selingkuhin Sasa...

Duh, nyesel guee..

Menyia nyiakan kesetiaan Sasa..

Mungkin aja dia akan langsung mutusin gue karena tau kalo gue sebenernya main sama kak Nata dan mas Rio, tanpa mengajaknya.

Duhh..

Shiittt..

Gue harus nyari kemana nihhh..

Udah malem ginii, gue coba cari ke tempat tempat kita biasa nongkrong, tapi ga ada tanda tanda kalo dia ada disana.

Gue udah muter muter kota itu. Gue merasa lelah banget dan ngantuk. Gue lirik jam digital di dashboard mobil gue. Pukul 01.28 AM.

Kalo malem ini dia gak ketemu, bisa bisa besok pagi gue dihajar sama orang tuanya.

No comments:

Post a Comment