Friday 15 June 2018

Reza & Febri: Impregnation Master 3

Chapter 3: History of My Daughter

(Chapter ini terjadi 1 tahun sebelum chapter pertama)

Febri tampak kewalahan menahan kantuknya. Om-om paruh baya berkepala botak itu tampak sama sekali tidak antusias menguti acara sosial di sebuah panti asuhan sederhana. Tapi apa daya, satu-satunya alasan kenapa dia paling tidak harus setor muka karena istrinya yang aktifis amal itu sekarang diangkat menjadi pemimpin yayasan yang menaungi beberapa panti asuhan dan jompo, salah satunya ya panti asuhan di desa terpencil ini.

Istri febrian terkenal dermawan dan memiliki reputasi sebagai ibu penyelamat para anak yatim. Bertahun-tahun menikah namun tidak juga dikaruniai momongan membuat istri sangat menyayangi anak-anak. Dia tidak sadar kalau suaminya sendiri dan Reza sahabat karibnya adalah predator gadis muda, tak terhitung berapa memek sudah dia bobol baik secara suka maupun paksa. Bahkan mungkin ada anak-anak biologis Febri bekeliaran diluar sana tanpa Febri sendiri tahu.

Acara dilanjutkan dengan wisata di lokasi air terjun yg agak jauh dari panti asuhan. Febrian yang sama sekali tidak antusias meminta izin untuk tinggal di panti saja dan tidur di kamar tamu. Satu jam berlalu, kini seisi panti itu terlihat kosong melompong, semua anak, pengasuh, dan pengurus yayasan pergi berwisata. Hanya ada seorang pria renta yang ditugasi menjaga gerbang depan.

Tiba-tiba nada notifikasi terdengar di HPnya. Rupanya Reza mengirimkan pesan.

“MISI TAHAP PERTAMA SUKSES, gw sudah ketemu calon ibu yang tepat.” Tulis Reza

“Serius? Dapat dari mana?”

“ITU si Tejo, ga nyangka gw orang muka pas-pasan gitu punya keponakan bidadari.”

“hah masa sih, yakin lu mau pilih yang itu?”

“Yakin dong, anaknya cantik, bodinya bagus, dan yang paling penting dia itu pintar, anak berprestasi. Klo mau anak gw hebat ya bibitnya harus unggul dua-duanya dong…”

“OK OK, mana sih, mau lihat gw foto gadis malang itu?”

-Reza mengirim foto Dea-

“Widih gile. Ternyata memang beneran High Quality, langsug tancap aja Bro…”

“Sabar, masih perlu banyak perhitungan, anak itu masih kelewat muda sekarang, masih 2 SMP, tunggu 1 tahun deh sampe dia agak matang lagi. Kali ini gw serius mau anak bro. Bukan Buat terusTinggal kaya yang udah-udah. Perlu banyak persiapan.”

“OK deh, Semoga Project Besar lu ini sukses”

“You are Welcome"

Melihat Reza mulai serius menjalankan rencananya membuat Febri iri. Setelah bertahun-tahun menikah dia belum juga memiliki anak (Anak serius maksudnya. Kalo yang Buat terus Tinggal sih udah banyak). Apalagi setelah melihat foto Dea tadi, libidonya mulai naik. Falconnya mulai berkedut-kedut tapi disini ga ada siapa-siapa.

“Dari pada mati kutu disini, jalan-jalan sedikit tidak ada salahnya” ujar Febri dalam hati

Tidak lama berkeliling melihat-lihat sekitar panti, lalu basa-basi sebentar dengan penjaga gerbang panti, mata febri tertuju pada sesorang yang sedang berjalan di koridor asrama putri.

“loh, ada anak yg ga ikut wisata?”

Di kejauhan febri memperhatikan lebih jelas, dia anak perempuan, mungkin,14-15 tahun, menggunakan daster putih polos selutut, rambut tergerai sepunggung. Dia tampak berjalan dengan meraba menyusuri tembok bangunan, apa dia buta?

Penjaga gerbang sadar febri memandangi gadis itu, dan tanpa diminta menjelaskan pada febri kalau gadis itu anak baru di panti ini, namanya Rini, dia buta karena kecelakaan waktu balita, tapi tidak buta total. Dia ditinggal sebatang kara oleh ibunya yg beberapa tahun terakhir sakit-sakitandan meninggal tidak sampai 2 bulan lalu. Dia tidak punya ayah. Ada bermacam-macam gosip, ada yang bilang ibunya dihamilin sama majikannya dulu di kota, ada yang bilang ibunya memang melacur dulu, bahkan ada yang bilang Rini hasil perkosaan Kolor Ijo. Febri tertawa geli mendengar itu. Rini tidak ikut wisata karena masih sedih dan minder, dia belum terbiasa dengan kehidupan di panti.

“(Cuma anak ndeso, apa enaknya…)” pikir Febri

Sedang asik-asiknya basa-basi, tiba-tiba penjaga ditelpon istrinya. Katanya menantunya akan melahirkan. Penjaga itu tampak panik, ingin pergi tapi masih bertanggung jawab jaga panti. Melihat itu febri menawarkan diri menjaga. Penjaga itu sangat berterima kasih, dia berkata Febri tak perlu khawatir nanti si jono akan datang menggantikan saat ganti Shift jam 8, sekitar 4,5 jam lagi.

Selesai mengunci gerbang depan, kini Febri jadi penguasa. Rasa bosan kembali menyerang. Penjaga selanjutnya masih datang jam 8, sedangkan rombongan wisata baru akan sampai sekitar jam 10, tidak ada siapa-siapa yang bisa diajak ngobrol. Febri berpikir untuk tidur saja di kamar tamu.

Dalam perjanan kembali ke kamar febri melihat rini keluar kamar mandi, kini penampakan rini terlihat lebih jelas. Rini mengenakan Daster putih polos sampai selutut, Rambut dikepang pony tail, kulitnya cukup putih bila dibandingkan dengan penghuni desa ini. Pasti nikmat menikmati tubuh yang sedang mekar itu, rasa ibanya tadi berganti menjadi nafsu binatang, apalagi beberapa bulan ini ga ada sasaran yang memuaskan, hanya Tasha dan seorang mahasiswi bekasan yang dia temui di sebuah tempat karaoke.


“(wih ternyata IGO juga ini anak,kesempatan nih, mumpung ga ada siapa-siapa)”

“bruk” tiba-tiba Rini jatuh, mungkin tersanjung

“Kamu ga apa-apa nak?” tanya Febri

“OH, ga papa kok pak..”

“sini biar bapak bantu jalan, mana kamar mu?”

“nomor 538 pak..”

Febri memapah Rini ke kamar yang dimaksud. Sambil memapah Febri mulai curi-curi kesempatan sepertinya menciumi tengkuk Rini yg ternyata harum juga. Dari jarak sedekat ini Febri bisa meneliti lebih jauh dan berkesimpulan si Rini ini cukup berkembang juga, pas dengan seleranya.

Didalam kamar tampak 2 ranjang susun, ranjang Rini dibagian bawah ranjang ke dua. Rini di dudukkan di pinggir ranjang dan Febri duduk di sebelahnya.

“permisi bapak siapa ya? Suaranya blum pernah Rini denger?”

“nama saya Pak Robi, saya donatur panti ini” kata Febri bohong

Dengan kata-kata lembut dan segala tipu dayanya, hasil pengalaman merenggut kegadisan puluhan wanita selama dua dekade lebih, Si Robi gadungan ini berhasil mendapat beberapa informasi sekaligus mendekatkan diri pada gadis buta bau kencur itu. Rini umurnya baru saja 15 tiga bulan lalu. Rini sering dijahili beberapa anak panti dan sepertinya tidak banyak anak yang mau bergaul dengannya. Febri merasa hal itu mungkin karena si rini satu-satunya yang punya keterbatasan dan umur rini yang lebih tua dari rata-rata anak disini.

“klo ga mau di jahilin lagi kamu jangan cengeng dong, harus kelihatan dewasa biar mereka sungkan jahilin”

“gitu ya pak” Febri mulai sadar rini ini anaknya kelewat polos

“Iya. Biar bapak bantu deh. Sebagai hadiah ultah kamu sebentar lagi, Om bakal buat kamu jadi lebih Dewasa, ada triknya, kamu mau?”

“mau mau pak, kaya gimana?”

“Kamu tau apa itu ngentot?”

“Ga tau pak. Pernah beberapa kali denger tapi ga tau maksudnya.”

Febri makin yakin pengetahun sex Rini benar-benar nihil. Kesempatan emas yang tak boleh disiasiakan.

“Cewek harus ngentot dulu kalau mau disebut dewasa. Ngentot harus dilakukan bareng laki-laki. Nah sekarang, biar bapak aja yang ngentot Rini. Boleh kan?” jawab Febri ngawur

“Iya Pak boleh…”

Dalam hari Febri bersorak penuh kemenangan.

Dengan segera Febri duduk di lantai dan membuka paha Rini, tampak CD hitam disitu. Dasternya dinaikan sampe pinggang. Ketika akan melepas Cdnya, Rini kaget.

“EH... bapak mau apa?” wajah rini tampak memerah

“sebelum ngentot, bapak harus persiapin memek rini dulu, CDnya dilepas dulu ya manis” kata febri lembut, sambil melolosi CD hitam rini.

Tampaklah segaris memek sempit rini. Segera dihajarnya memek tembem itu.

“Aduh… geli pak, memek ku kok dijilati kan jorok”

Febri diam saja dan terus mengolah memek Dini.

“(YES masih sempit!! Akhirnya dapat perawan juga! Makin jarang barang kaya gini!)” batin Febri berteriak. Lidahnya masuk makin dalam ke liang kawin Rini.

“uuhhhh.... ah aha.... ah.... memek rini diapain pak?”

“Coba tahan dulu Rin)”

Rini reflek merapatkan pahanya menjepit kepala febri, bagi reza itu seperti permintaan untuk mengerjai memeknya lebih dalam lagi.

“(OK Non.....)” lidah semakin dalam menembus memek rini, terutama clitnya menjadi fokus serangan

“hah....ah....ah..... Udah dulu pak, Rini mau pipis dulu, AAAKKKHHHHH......” rini orgasme untuk pertama kalinya

Lendir bening memenuhi memek Rini. Febri merasakan kekentalan dan baunya. Febri segera bertanya..

“Kamu dapet kapan?”

“Hampir 2 minggu lalu pak”

“(wah… bisa-bisa lagi subur nih)” kontol Febri makin berontak dibawah sana. Kini memek Rini sudah basah kuyup, tanda telah siap untuk disetubuhi.

“Sekarang bapak mau lepasin semua baju kamu, kamu nurut aja ya, percaya sama bapak..” Febri melepas Daster dan BH hitam rini. Tampak buah dada yang baru tumbuh seukuran bola tenis, tidak besar memang, tapi pas digenggaman tangan. Febri meremas-remasnya dengan lembut, puting kanan-kirinya diemut bergantian hingga menegang.

Kontol Febri semakin berontak dan terasa sakit di celana. Segera dikularkan dan diarahkan di depan muka Rini. Febri meraih tangan kanan rini dam memerintahkan untuk meremasi kontolnya.

“Ini namanya Kontol, Cuma laki-laki yang punya. Nanti waktu ngentot om masukin kontol om dengan memek mu ini”

“Gede banget pak, apa muat?”

“tenang, bapak dah pengalaman”

Rini ditelantang, kakinya dikangkangkan lebar, sprei disekitar pantat rini dialasi handuk, misionary style favorit Febri, sangat cocok untuk membobol paksa perawan.

Kontol Febri sudah ditempatkan tepat disasaran, dengan perlahan pinggulnya diturunkan, kontol Febri mulai membelah masuk liang nikmat itu, begitu kencang dan sempit, perawan emang ga ada duanya, ketika Febri merem melek keenakan Rini mulai mendesah lirih kesakitan tidak benar-benar mengerti apa yang terjadi. Setelah masuk sepertiganya kepala kontol febri membentur sesuatu,

“Halo, kita ketemu lagi selaput dara, hehehe.... ku bobol gapapa ya?..”

Kontol Febri dimundurkan sedikit, lalu dihentak keras menjebol lambang kegadisan Rini .

“OOOOOHHHH............ Sakit pak, PEEERRRIIIIIHHHHHH..........”

Teriakan Rini malah meningkatkan birahi Febri, Kontolnya langsung dipompa dengan kecepatan tinggi. Tidak menghiraukan teriakan Rini, tak masalah hanya ada mereka berdua di panti ini.

“AHHH aduh PAK, udah, udah, memek ku perih pak.... sakit... Rini ga mau ngentot lagi...”

Febri tidak menghiraukan teriakan-teriakan protes Rini, yag ada dikepalanya hanyalah mengejar kenikmatannya sendiri.

“Mhhh… mh… uh…. Pak…Perih…Perrih… SSAKKIITT….”

“HEH… HEH… HEH… HEH…”

“UH…. UH…. Mmhh ..Pak….hih…. ih….ih…”

“HEH… HEH… HEH… “

“UUUHHHH…. Pak, berhenti dulu pak…. Memek Rini ngilu….”

“Sudah terlambat Rin sayang...begitu kita mulai ngentot, harus selesai tuntas, sampe laki-lakinya puas, jadi tahan aja ya rin.... yang rileks... nanti kamu juga enak sendiri...” kata Febri sambil mencium bibir Rini sekilas

“Tapi memek ku sakit.... pak... uh... uh....” perlahan perasaan nikmat mulai muncul

Benar saja, Sekitar 10 menit kemudian Rini mulai mendesah-desah pelan...

“gimana sudah enakan? Udah ga terlalu sakit lagi kan?

“hah....Masih perih dikit tapi mulai geli ... hah.... uh.. uh.. uh.. uh.. uh..”

Mendengar jawaban itu febri semakin nafsu untuk menyetubuhi gadis desa itu. Penetrasinya semakin dalam dan dalam, mencari rahim hangat dan subur Rini.

“Krek.. Krek.. Krek.. Krek..” decit ranjang Rini ikut meramaikan erangan erotis persetubuhan mereka berdua.

“AHHH pak…. GEli….enak…. MMMHHH….kayaknya mau pipis ini pak..”

“HEH… HEH… ga papa, keluarin aja…. Gaperlu ditahan…..”

“AAHHHH…..” memek Rini makin hangat dan licin.

Febri benar-benar ketiban rejeki nomplok hari ini, ketemu gadis yang bisa dia entot di desa terpencil ini tanpa dia duga-duga. Sekarang Rini hanya ber”uh-uh-uh” saja digenjot Febri. Tidak terasa sudah 1 jam mereka bergumul.

“oh... Udah lama om ga ngerasain memek sempit gini. Terima kasih ya sayang udah boleh ngerasain memek kamu.. HEH… HEH… perawan emang ga ada duanya"

"Akh.... Hah.. Ah.. Ah... Ah..." Rini tidak bisa menjawab, dia tenggelam dalam kenikmatan yg blum pernah dirasakannya sebelumnya

"Malang sekali kamu rin, ditinggal pergi bapakmu, lalu ibumu, sekarang sebatang kara tinggal disini... “

“UUUHHH….. UHHH….AKH….MMHH….” Rini mulai tegang dan badannya menekuk ke atas.

“Ah... Ha... Ha... Sebagai rasa terima kasih, bapak akan kasih anggota keluarga baru buat kamu. Biar ga kesepian lagi" ujar Febri menambah dalam genjotannnya hingga membentur mulut rahim rini

“Aduh... Duh......MAKSUD BAPAK? RINI GA NGERTI? ”

“Masih belum ngerti juga? Ngentot itu dilakukan pria-wanita untuk buat bayi. Sebentar lagi om akan keluarkan benih om, kalau benih om ketemu telur kamu, nanti bakal tumbuh bayi kecil dalam perut kamu, kamu bakal bunting anaknya bapak, Rini...”

“Bayi? Dalam perut Rini?”

“Iya, tapi dia bakal ga punya ayah, bapak udah nikah jadi ga bakal tanggung jawab. Jadi kamu urus sendiri baik-baik ya?”

Rini mulai sadar perangai buruk Pak Robi gadungan itu.

“nggak, lepasin aku!! Ah.. Ah.. Ah.. Aku ga mau punya anak dari orang macam bapak! Ah.. Ah.. Ah.. Ah.. U...uh... uh...”

"kenapa rini sayang, kamu ga suka anak kecil?"

"Rini suka, tapi engga gini caranya!" berontak Rini tapi bersamaan dengan itu orgasmenya sudah dekat.

Febri memeluk erat-erat dan menggigit leher Rini.

“lepas.... lepasin....ADUH... UH... Mau pipis.... AH... AH... AH...AAAHHHKKKKK.....” memek Rini menegang dan meyiram kontol Febri dengan cairan hangat. Tidak tahan dengan dengan memek Rini yang menyempit Febri pun ejakulasi juga...

“AHK.... NIKMAT BANGET PERAWANMU RIN... NIH GUE BUNTINGIN LU....NIH.. NIH.. NIH.. NIH.. NIH. AYO BUNTING”

CCCRRROOOOTTTTT CROOOOTTTT........... kontolnya mendobrak masuk, dan memuntahkan pejunya yang begitu kental hingga berwarna kekuningan tepat ke rahim rini, febri berimajinasi spermanya membuahi telur Rini didalam sana. Mereka tetap bertahan di posisi itu selama beberapa menit sampai kontol Febri mengecil dan copot sendiri.

"bapak kejam, jahat udah nipu rini. Sekarang gimana ini?!" Rini terus terisak-isak menyadari telah dipaksa hamil anak yg tidak dia inginkan.

Febri bagkit dan duduk di pinggir kasur. Ditekan-tekannya perut rini dengan jari telunjuknya,

“(wah penuh juga gue ngisinya, sampe tembem gini)”

“heh rin, bapak ga bakal ada waktu kamu hamil dan ngelahirin nanti, suruh aja panti ngambil alih anak kamu”

“Ingat, jangan bilang siapa-siapa kalo itu gara-gara bapak, kalo sampe bocor, bapak hentiin donasinya, klo sampe itu terjadi mereka pada akhirnya bakal marah dan usir kamu. Mau kamu dan anakmu jadi gelandangan?”

Febri lalu membantu rini merapikan pakaian dan kasurnya. Rini tampak terisak-isak tidur di ranjangnya. Febri tanpa perasaan meninggalkannya begitu saja, beristirahat di kamar tamu. Kelelahan setelah pertempuran nikmat itu.

----------

(10 bulan kemudian)

"mas feb, menurut kamu gimana klo kita adopsi anak aja?" tanya zaskia pada suamimya

"yah, kamu kok tiba-tiba sekali?"

"ga papa kan. Nih Anaknya, Irin, baru 2 minggu. Lihat cakep kan? Kecil-kecil udah kelihatan bakal cantiknya..."


"hhhmmmm......." wajah bayi itu tampak familiar buat febri

"dia dari panti yg mas datangi dulu itu, Ibunya masih bawah umur dan cacat penglihatan jadi ga sanggup ngurus, panti juga penuh”

"Ya kalau kamu ngurus sungguh2 ya boleh aja sih..."

Tidak salah lagi, itu pasti anaknya rini, anak itu tampak seperti fotocopy dari dia saja. Peju ku emang manjur, sekali gasak langsung jadi. Yang jelas bertambah satu lagi daftar gadis yg ku jadikan Mama. istriku juga kayaknya seneng, ga papa deh toh anak ku juga.

"beruntung sekali si Irin bisa benar2 jadi anak ku. Klo yg lain sih bodo amat"

No comments:

Post a Comment