DIAN ANGGRAINI
LUH AYUANDARI
Hidup ini memang mengasyikkan, jika aku boleh mengutip kata-kata itu.
Mungkin kalian semua berpikir kalau ceritaku ini seperti dongeng atau
sinetron di televisi, semuanya serba gampang dan mungkin terjadi, tapi
bukan. Kenyataannya selama ini kehidupanku berjalan sesuai rencana yang
aku buat.
Entah bagaimana caranya Dian kembali meyakinkan kedua orangtuanya
meminta ijin untuk berangkat ke Bali bersamaku. Dan sekali lagi Dian
bisa mendapatkan voucher hotel di daerah Seminyak Kuta Bali sana.
Dan disinilah kami akhirnya, sedang memandang bintang di tengah malam
diatas kapal ferry yang membawa kami menuju pulau Bali yang eksotik.
Dian berada dalam dekapanku berdiri menantang angin malam yang berhembus
cukup kencang di atas geladak kapal ini. Di sebelah kami ikut berdiri
Arman, Dimas, Hari dan Ayu yang juga saling berpelukan.
Weits... Tunggu dulu... Kok ada gerombolan kunyuk si Arman, Dimas, Hari dan Ayu segala..? Kenapa mereka bisa ada disana..?
Yup... Ini semua gara-gara Dian yang woro-woro ke mereka saat berkumpul
di kantin dua hari sebelum keberangkatan kami. Sebenarnya sih aku dan
Arman sudah merencanakan perjalanan ini, namun semua rencanaku berubah
saat Dian memaksa ikut. Arman terpaksa mengajak Dimas untuk ikut
menemaninya, karena rencananya mereka tidak menginap di Bali. Awalnya
Triana juga kepingin ikut dengan kami. Kebetulan kakaknya yang paling
besar menetap dan tinggal bersama suaminya di Denpasar, dan Triana
bermaksud sekalian liburan kesana. Namun rencana Triana berubah sehari
sebelum keberangkatan karena Tamjid tidak mengijinkannya ikut pergi.
Akhirnya Hari dan Ayu yang mendengar rencana liburan kami pun ikut
bergabung dengan kami. Dan begitulah ceritanya kenapa dikapal ini
sekarang ada mereka. Selain itu juga ternyata ini termasuk dalam rencana
Dian untuk memuluskan mendapat ijin dari orangtuanya, karena kami
berangkat ramai-ramai bukan berdua denganku saja.
Dan siang itu sepulang sekolah kami langsung menyiapkan semuanya untuk
keberangkatan kami nanti malam. Kami berangkat menggunakan tiga motor,
aku boncengan dengan Dian, sementara Hari dan Ayu sedangkan Arman
bersama Dimas. Kami sengaja memilih berangkat malam hari agar setibanya
di Bali pada pagi harinya aku bisa langsung check in di hotel kemudian
menuju toko sparepart motor untuk mengganti velg.
Tepat pukul sepuluh malam aku yang sudah berkumpul di rumah Arman
bersama Dimas, Hari dan Ayu langung berangkat menjemput Dian. Sesampai
disana Dian sudah menanti kami bersama mamanya.
“Tante titip Dian ya... Baek-baek disana.. Ati-ati di jalan jangan ngebut.” Mamanya Dian berpesan pada kami.
Setelah berpamitan dengan mamanya Dian kami langsung berangkat menuju
pelabuhan. Perjalanan ke pelabuhan memakan waktu sekitar 45 menit karena
lalu lintas tidaklah terlalu ramai jika malam begini.
Setibanya di pelabuhan ternyata kapal yang akan kami tumpangi berangkat
pada pukul 12 malam. Kami pun menunggu selama beberapa jam di pelabuhan
sambil bercanda dan merencanakan liburan kami nanti di Bali.
Dan seperti yang aku ceritakan tadi di awal, disinilah kami berenam...
Menikmati hembusan kencang angin laut di tengah malam setelah hampir
satu jam yang lalu kapal ini berlayar. Dian sejak awal kapal ini
bergerak hanya bisa terdiam di dalam dekapanku. Tidak seperti biasanya
ia tak banyak bicara, entah sedang mengantuk atau mabuk laut aku tak
tahu.
“Kamu kenapa dari tadi diem terus honey..?” Tanyaku sambil lebih
mengeratkan pelukanku. Dian tak menjawab hanya bisa menyandarkan
kepalanya di dadaku.
“Kamu baru pertama kali ini ya nyebrang ke Bali pake kapal laut..?” Tanya Ayu. Dian hanya mengangguk pelan.
“Berapa lama lagi kita nyampe beib..?” Dian akhirnya membuka mulut bertanya padaku.
“Baru juga berangkat honey... Perjalanan masih lama, sekitar 5-6 jam
lagi kita nyampai.” Sahutku sambil mengelus rambutnya yang dimainkan
angin.
“Aduuhh... Masih lama banget...” Gerutunya sambil cemberut.
“Mungkin dia mabuk laut tuh pet... Sewa kamar aja biar bisa tidur... Tar
biar cewek-cewek ini tidur di kamar... Kita yang cowok disini aja..”
Sahut Arman memberi saran melihat kondisi Dian yang sepertinya mabuk
laut dengan wajah lesu dan bosan.
Akhirnya aku pun menghubungi salah satu ABK yang tadi sempat menawarkan
kamar untuk kami sewa. Kami pun menyewa satu kamar untuk digunakan Dian
dan Ayu beristirahat, sedangkan kami yang cowok tetap berada diatas
geladak kapal untuk ngopi dan merokok.
Aku dan Hari mengantar pasangan kami menuju kamar yang telah di sewa.
Setelah melihat kamar yang kami sewa, Dian sedikit ragu untuk masuk
karena melihat kondisi kamar yang hanya berisi sebuah ranjang tingkat
yang terbuat dari kayu, sebuah meja dan kursi dan karpet. Walaupun
terlihat cukup bersih dan sejuk karena menggunakan AC namun Dian masih
enggan untuk menempatinya.
“Kok gini sih model kamarnya beib... Ini sih kamar orang yang
disewain... Tuh masih ada barang-barang orang yang punya kamar...” Sahut
Dian dengan cemberut.
“Namanya juga kamar ABK kapal honey... Jangan samain dengan kamar hotel
dong... Udah bagus ada tempat buat istirahat, daripada tidur di kursi
selama lima jam yang ada badan pada pegel semua. Udah... Nikmati aja.”
Ujarku meyakinkannya.
“Kasurnya tipis banget... Trus itu bantalnya bekas orang... Bersih ga
sarung bantalnya..” Sahutnya cerewet sambil memeriksa sekitar kamar.
“Udaahh... Anggap aja kamar hotel melati... Yang penting bisa tidur dan ga kena angin.” Sahutku sambil meletakkan tas kami.
Ayu dan Hari hanya bisa tersenyum melihat tingkah Dian yang masih
terlihat jijik melihat kondisi kamar yang kami sewa. Sebenarnya untuk
ukuran kamar dalam kapal ruangan ini cukup bersih. Hanya masih ada
beberapa pakaian seragam yang tergantung di pojok kamar. Mungkin itu
yang membuat Dian sedikit enggan untuk menempati kamar ini.
“Dah.. Kamu di bawah aja... Biar saya diatas... nanti cowok-cowok ini
kalo mau tidur biar di lantai aja.” Sahut Ayu sambil beranjak naik ke
kasur bagian atas.
“Temenin dulu beib... Sampe aku tidur...” Sahut Dian manja
“Mana muat kasurnya buat berdua honey...” Sahutku. Hari dan Ayu hanya
tersenyum mendengar pinta Dian. Namun Dian tetap memaksa dan menarikku
untuk ikut tidur dengannya
“Dah Pet... Temenin bentar aja... gapapa kok... Cuek aja sama kita...
Udah sama-sama ngerti ini..” Kata Hari sambil tersenyum penuh arti dan
ikut naik menyusul Ayu yang sudah rebahan di atas.
“Jangan berisik ya kalo maen... Pelan-pelan aja... Tar rubuh loh
kasurnya... Bahaya nimpa kita yang di bawah...” Godaku ke Hari dan Ayu.
Dian hanya tersipu memprotesku sambil mencubitku pelan dan mulai
merebahkan badannya dan memelukku.
“Sompret...!! Kalian juga kalo maen jangan berisik...” Balas Ayu.
Mungkin karena sudah tak tahan menahan pusing Dian berusaha memejamkan
matanya sambil tetap memelukku erat. Raut wajah Dian nampak tidak
tenang, walaupun ia memejamkan matanya tapi masih terlihat rautnya yang
cemas seperti ketakutan. Maklum Dian baru pertama kali ini naik kapal
ferry dengan perjalanan cukup lama, ditambah gelombang laut yang lumayan
besar membuatnya tak mau melepaskan pelukannya ke aku.
Sekitar lima belas menit kami berempat berada di dalam kamar. Nampaknya
Ayu sudah terlelap diatas kami, karena aku tidak mendengar lagi
suara-suara gaduh, hanya dengkuran pelan yang keluar dari mulut Ayu.
Kebo juga neh si Ayu... Cakep-cakep tapi ngorok... Ku perhatikan Dian
masih memaksa memejamkan matanya. Tangannya belum lepas memelukku.
Tiba-tiba Hari turun dan memanggilku, mengajakku untuk keluar mencari
Arman dan Dimas. Namun Dian masih tetap menahanku tidak mengijinkanku
untuk meninggalkan kamar ini bahkan lebih erat memelukku.
“Kamu disini aja... Temenin aku... Ga usah keluar. Gelombangnya kenceng loh...” Pinta Dian.
“Kamu ga bisa tidur ya...” Tanyaku
“Gimana bisa tidur kalo gelombangnya kayak gini... Mana kepalaku pusing
banget... Aku takut beib ditinggalin sendirian...” Rajuknya.
“Makanya tidur biar ga ngerasain gelombang sama pusing... Masih lama
juga ini perjalanannya. Ato mau minum antimo aja biar bisa tidur..?”
Sahutku. Dian pun mengangguk.
Aku pun keluar bersama Hari mencari Arman dan Dimas sambil membeli
antimo di kantin kapal. Setelah mendapatkan obat aku kembali ke kamar
meninggalkan Hari yang ikut duduk nongkrong sambil menikmati kopi dan
pop mie bersama Dimas dan Arman di geladak kapal tempat semula.
“Honey... Makan dulu neh... Aku beliin pop mie... Di makan mumpung masih
anget... Mungkin perutmu kosong makanya mabuk laut. Abis itu obatnya
diminum.” Sahutku sambil menyodorkan popmie dan obat ke Dian. Dian pun
bangun dan duduk di tepi ranjang dan mulai menyuap mie instan yang aku
bawa.
“Anak-anak masih di tempat tadi..? Ga tidur mereka..?” Tanya Dian sambil melahap mie instan.
“Mereka sih nyantai aja disana... Paling kalo ngantuk ya tidur disana...
Udah biasa sih kita kayak gini... Malah kalau berangkat ke Bali gini
kita ga pernah nyewa kamar... Eman duitnya, mending dipake beli rokok sama kopi...” Sahutku.
“Kamu jangan kebanyakan ngerokok loh... Mentang-mentang aku bolehin
selama di kapal ini... Trus nanti jangan ikutan tidur disana, kotor...
Tar kalo ngantuk kamu kesini aja...” Nasihatnya.
“Iyaa... Tapi tar aku nongkrong dulu ya sama mereka... Kamu tidur aja
disini, nanti aku kesini lagi kalo ngantuk. Tuh liat Ayu... Anteng
banget tidurnya diatas sana.” Ujarku sambil menunjuk ke atas.
“Dia sih udah biasa kali beib... Aku kan tumben ini naik kapal.”
Setelah menghabiskan mie instannya dan meminum obat tidur, Dian kemudian
bersiap untuk tidur kembali. Namun sebelum tidur Dian memintaku untuk
mengantarkannya ke toilet. Setelah dari toilet Dian langsung masuk kamar
dan menarikku untuk ikut masuk. Namun aku menolak dengan alasan ingin
ikut nongkrong bersama teman temanku.
“Jangan lama-lama diatas sana beib... Tar langsung masuk kamar aja ya...” Pinta Dian sambil mencium bibirku.
Aku pun meninggalkan Dian yang sudah bersiap untuk tidur mencari
teman-temanku di geladak atas dan ikut nongkrong merokok bareng mereka.
“Udah tidur tuan putri..?” Tanya Arman saat aku baru saja tiba di tempat mereka duduk.
“Udah ane kasi antimo biar dia bisa tidur...” Sahutku sambil mengambil sebatang rokok dan menyeruput kopi di depan Arman.
“Biasa lah... Namanya juga anak orang kaya... Mana pernah jalan-jalan susah kayak gini... Anak manja...” Kata Hari.
“Tumbenan dia naik kapal sampe lima jam gini... Maklumin lah... Beda
sama kita yang udah biasa backpacker dan bertualang.” Kataku membela
Dian.
“Makanya sekali-sekali ente perlu ajakin touring bareng kita, biar
ngerasain gimana capeknya... Biar ga terlalu manja.” Ujar Arman lagi.
“Oya... Tar rencana kita gimana neh..? Jadi langsung ke toko sparepartnya atau gimana..?” Sahut Arman.
“Mending langsung aja lah... Biar kelar semuanya... Abis itu baru kita jalan-jalan puasin seharian.” Ujar Dimas.
“Kayaknya ga bisa gitu deh... Mending kita ke hotel aja dulu taro
barang, trus biarin aja cewek-cewek itu istirahat disana. Nah... kita
yang cowok ke bengkel... Ga lama juga kan ganti velgnya.” Sahutku.
“Wah... Klo gitu ribet pet... Bisa muter-muter kita, ngabisin waktu aja.
Mending sekali jalan aja biar sekalian capeknya. Tar abis itu kan bisa
istirahat. Ente enak masih bisa nginep di hotel. Lah ane sama Arman kan
mesti balik lagi tuh ke Lombok...” Protes Dimas.
“Kalian ikut nginep aja sih... Ngapain juga pake langsung balik. Apa ga capek di jalan..” Sahutku.
“Maunya juga ikut nginep... Tapi mau gimana lagi... Besok lusa ane ada
acara keluarga, trus Dimas juga ada acara di kampungnya. Lagian kalo
kita ikut nginep bisa jadi obat nyamuk liatin kalian berdua pacaran di
hotel... Kalian enak-enakan ah uh ah uh tiap malem... Nah kita... Masa
mau maen pedang sama Dimas... Najis...!!” Ujar Arman.
“Yaa... Paling ga ente nginep semalem lah... Besok balik sama Ane aja.
Ane juga balik hari sabtu kok... Soalnya Ayu Cuma dapet ijin sampe hari
sabtu aja dari kakaknya.” Ujar Hari berusaha merayu Dimas dan Arman.
“Ga bisa Har... Masalahnya kita juga udah punya janji sama keluarga
masing-masing..” Dimas tetap keukeuh dengan pendiriannya untuk pulang
keesokan harinya.
Kami pun masih terus berdebat tentang rencana kepulangan Arman dan Dimas
serta rute perjalanan wisata kami nanti di Bali. Setelah beberapa waktu
ngobrol aku pun mulai merasa mengantuk. Karena mengingat pesan Dian
untuk kembali ke kamar jika mengantuk, aku pun mohon diri kepada teman
temanku.
“Nanggung mau tidur, tinggal berapa jam lagi nyampe... Ente kayak
perawan aja pake tidur di kamar... Udah tidur disini aja bareng kita...”
Protes Arman saat aku hendak beranjak kembali ke kamar.
“Ga enak sama Dian... Kasian dia ditinggalin sendiri di kamar. Apa kita
tidur di kamar aja bareng... Masih muat kok.” Sahutku beralasan.
“Halah... Bilang aja ente pengen secelup dua celup dulu... Pake alesan ngantuk segala.” Dimas menambahi.
Namun aku tak menggubris ejekan teman-temanku dan tetap berkeras untuk kembali ke kamar menemani Dian tidur.
“Kalo gitu ane titip Ayu hep... Tar kalo dia tanya bilang aja ane masih disini. Tar ane balik ke kamar.” Ujar Hari.
Aku pun pergi meninggalkan mereka yang masih asyik menikmati kopi dan
rokoknya sambil mengobrol di tengah malam diatas kapal yang masih tetap
berjalan dengan pelan menuju pelabuhan Padang Bai Bali.
Sesampainya di depan kamar aku membuka pintu kamar dengan perlahan.
Kulihat lampu kamar sudah dimatikan. Kamar ini sedikit remang tidak
menggunakan lampu, hanya ada sedikit cahaya bulan dan lampu dari luar
yang masuk melalui celah jendela. Ku lihat Dian sepertinya sudah
terlelap tidur terbungkus selimut. Sedangkan Ayu yang berada di ranjang
atas juga sepertinya sudah sangat pulas.
Aku pun langsung melepas jaket dan sepatu kemudian beranjak mendekati
ranjang tempat Dian tidur dan dengan perlahan merebahkan badan sambil
memeluk Dian yang posisi tidurnya menghadap tembok membelakangiku. Dian
sedikit menggeliat saat aku memeluknya dari belakang. Akupun mencium
kepalanya sambil meraba-raba ke arah dadanya. Dian pun kembali
menggeliat merasakan rabaanku.
Berhubung suasana kamar sudah sepi dan gelap aku memberanikan diri
menyusupkan tanganku ke balik baju yang di kenakan Dian dan langsung
meraba payudaranya serta mencumbu lehernya.
Dian sedikit mengerang tanpa membalikkan badannya. Dia pun memegang
tanganku seakan menyuruhku untuk meremas payudaranya lebih keras lagi.
Sambil tetap terpejam aku tetap mencumbu leher Dian.
Mungkin karena sudah merasa terangsang Dian pun membalikkan badannya
merubah posisi tidurnya menghadapku. Sambil masih tetap terpejam kami
pun berciuman dengan penuh nafsu. Tanganku masih tetap memainkan puting
Dian dari balik bajunya tanpa berusaha melepaskan bajunya.
“Ssssshhhh.... Aaahhhh... Jangan berisik... Ga enak kedengeran yang
atas.... Mmpphhhh...” Bisik Dian sambil terus melenguh menciumiku.
“Masukin bentar ya honey...” Bisikku sambil berusaha membuka celananya.
Dian pun tanpa merubah posisi kami yang masih tetap berciuman berusaha
melepas celana panjangnya dan menutup tubuhnya dengan selimut. Akupun
mengikuti aksi Dian dengan menurunkan sedikit celanaku sambil tetap
meremas payudaranya.
“Hmmmm.... Nenenmu kok terasa lebih lonjong ya... Ga bulet, Tapi lebih
gantung...” Bisikku lagi. Dian hanya bisa mendesah menerima
rangsanganku.
“Ssshhh... Mmmpphhhfff.. Masukin aja langsung... Keburu ada yang masuk
nanti...Oooohhh...” Desahnya sambil menaikkan sebelah kakinya ke
pinggangku dan meraih kemaluanku dan berusaha memasukkannya kedalam
vaginanya.
Tanganku pun turun mengelus selangkangan Dian. Namun aku sedikit kaget saat meraba belahan vaginanya.
“Kamu cukur ya jembutnya... Kok botak gini... Kapan cukurnya..” Tanyaku
masih berbisik, takut terdengar oleh Ayu yang masih tidur diatas kami.
“Ssshhh... Udah jangan banyak omong... Cepetan masukin yang...
Hooohhh... Kontolmu kok jadi panjang dan besar gini..” Racaunya sambil
tetap berusaha memasukkan kemaluanku.
BLESS...!! Masuk lah kemaluanku walau terasa sedikit keset. Mungkin
karena vagina Dian masih belum terlalu basah sehingga rada susah untuk
masuk.
“Aaahhh.... Kenapa jadi besar gini kontolmu yang...” Desah Dian. Aku pun sedikit heran mendengar desahan Dian.
“Mungkin karena kita udah lama ga gituan honey... Makanya memekmu kaget..” Sahutku masih berbisik.
Lumayan lama kami saling beradu kemaluan dengan posisi miring saling berhadapan dengan bibir masih saling memagut.
“Aroma tubuhmu kok beda honey... Kamu ganti parfum ya... Memekmu juga
peret banget... trus nenenmu juga ga bulet lagi... Tapi masih tetep
enaakk... Ooohh...” Desahku sambil terus menggoyang Dian. Dian pun terus
mendesah pasrah menerima hujaman kemaluanku.
Setelah puas dengan posisi miring saling berhadapan, aku pun merubah
posisi menindih Dian dengan kemaluan masih menempel di dalam vaginanya.
Dengan nafsu yang sudah di ubun-ubun aku menaikkan baju Dian
mengangkatnya hingga payudaranya terpampang bebas di depanku. Aku
langsung melumat dengan beringas payudaranya yang kelihatan sedikit
berubah.
Dian terus saja meracau dan mendesah. Bahkan saking liarnya permainanku
Dian sampai menutup mulutnya menggunakan tangannya takut suaranya
terdengar.
Setelah puas menciumi dan melumat puting payudara Dian aku pun berusaha
bangkit sambil terus menggoyangkan pantatku menghujamkan kemaluanku
kedalam vagina Dian dan berusaha mencium bibirnya. Namun alangkah
kagetnya aku saat melepas tangan dari mulutnya saat ia berusaha
menutupnya agar tidak keluar suara.
AYU...!!!
Ayu pun begitu kaget saat melihat dari keremangan kamar menyadari orang yang menggumulinya bukanlah Hari.
“Astaga...!! Kopet kamu ngapain ngentotin saya..!!” Ucap Ayu kaget dengan suara teriakan tertahan namun masih dengan berbisik.
“Aduuh...!! Yu..!! Kenapa kamu bisa dibawah sini...? Bukannya tadi Dian
tidur disini..?” Sahutku tak kalah terkejutnya. Namun tanpa disadari
kemaluan kami masih tetap menempel dan belum tercabut.
“Saya pikir tadi Hari yang meluk... Makanya saya mau aja waktu kamu
ngajakin gituan.. Aaahh.. Itumu masih masuk pet... Ooohh... Malah
digoyangin... Ssshhhttt..” Desah Ayu di sela-sela omongannya. Namun
anehnya dia tidak berusaha menolak atau mencabut kemaluanku yang masih
menempel di vaginanya.
“Sorry Yu.. Maaf... Tak pikir tadi Dian yang disini... Makanya saya
langsung maen tancep aja... maaf ya...” Ucapku sambil berusaha melepas
kemaluanku. Namun sepertinya Ayu masih enggan melepaskannya, bahkan
kakinya berusaha menekan pantatku untuk tetap melesakkan kemaluanku
dalam vaginanya.
“Ooohh... Nanggung Pet... Dikit lagi.... Udah terlanjur masuk ini...
Ssshhhttt... Lanjutin terus dah sampe dapet...” Sahutnya sambil berusaha
menggoyangkan pinggulnya.
Aku yang sudah terlanjur horny dan sudah merasakan enak akhirnya
melanjutkan menggoyang tubuh Ayu. Kepalang tanggung, kapan lagi dapet
kesempatan seperti ini pikirku. Kami pun melanjutkan permainan kami
dengan saling melumat dan mendesah walaupun harus menahan suara agar
tidak terdengar Dian yang masih tertidur diatas kami.
Sungguh pengalaman mengasyikkan bagiku. Tanpa ku duga aku malah
berhubungan badan dengan Ayu, padahal tidak pernah terbersit sedikitpun
tentang hal ini di otakku. Walaupun tadi kami sempat sama-sama terkejut,
namun sekarang kami malah semakin menikmati pergumulan terlarang kami.
Ternyata Ayu lebih liar daripada Dian. Nafsunya sangat besar sekali.
Sekarang Ayu malah menduduki ku, berusaha menggoyangkan pinggulnya untuk
meraih kenikmatan. Tampak dari keremangan kamar ini wajah Ayu begitu
bernafsu menggoyangkan tubuhnya memainkan kemaluanku di dalam vaginanya
sambil matanya terpejam dan erangan tertahan dari mulutnya.
Tak berapa lama Ayu pun mengejan dan tubuhnya jatuh kearahku. Ia
langsung melumat bibirku dengan rakus. Tanganku pun diarahkan ke
payudaranya, memintaku untuk meremasnya dengan keras.
“Aaaahhh... Pett... Remas yang kuat... Ooohhh....!! Saya dapeett...
Mmmmppphhhttt.... Kontolmu... Ssshhhhttt... Enak bangeet...” Dan
Crutt...Cruttt... Ayu pun diam tak bergerak diatasku. Tubuhnya mengejang
hebat dengan napas yang ngos-ngosan.
“Dah dapet...?” Bisikku.
“Gila... Kontolmu enak banget.. Pantes aja Dian dan Triana klepek-klepek
sama kamu Pet... Bisik ayu sambil masih tersengal-sengal dan tersenyum
ke arahku.
“Sembarangan aja... Unyil belum tak apa-apain... Kamu Liar juga ya
ternyata... Hebat mana sama Hari..?” Godaku sambil memainkan putingnya.
“Tau ah..!! Ayo cepetan.. Mau dikeluarin juga ga..? Nanti keburu bangun pacarmu...” Sahut Ayu sambil bangkit dari atas badanku.
Aku langsung memposisikan Ayu menungging dan bersiap untuk ronde
selanjutnya, menggapai puncak kenikmatan yang belum sempat ku dapatkan.
“Aduh pet... Jangan posisi gini... Saya ga kuat kalo nungging gini...
Pasti nanti teriak-teriak dan bisa dapet lagi.” Protes Ayu, namun aku
tak menghiraukannya, malah dengan penuh nafsu langsung menciumi
kemaluannya yang masih basah.
“Aahhh... Jangan dimainin kayak gitu... Oooohh... Geliii... Nanti
kedengeran Dian peett.... Mmmmppphhh..” Racaunya sambil berusaha
menghindari ciumanku.
Karena merasa kasihan dan takut ketahuan Dian, aku pun langsung
mengarahkan kepala kemaluanku ke lubang vagina Ayu yang sudah merekah
tampak mengkilat karena cairan kenikmatannya masih keluar.
Dan BLESS...!!! Sekali lagi kemaluanku masuk menghujam lubang kenikmatan
Ayu. Sesaat aku mendiamkan kemaluanku tertanam di dalam vagina Ayu,
menikmati rasa nikmat saat berada didalamnya. Namun sepertinya gelombang
lautan malah membantuku menggoyang tubuh sintal Ayu.
“Ooohh... Jangan di goyangin Pet... Gellliii... Aahh... Saya bisa dapet
lagi neh... Aduuhhh... Besar bangeett... Sshhhttt...” Desah Ayu.
“Yu... Suaranya di pelanin dikit... Tar Dian bangun... Tutupin mulutmu
pake tangan aja..” Bisikku sambil mulai menggoyangkan pantatku.
“Aaahhh.... Kopeett... Enak bangett... Udah Dibilang saya ga
kuat...Aaahh... Posisi gini... Malah...Ooohhh... digoyangin... Dapet
lagi peett... Aaahhhh...” Racau Ayu dan Crut..crut...!! Untuk kedua
kalinya malam Ini Ayu mendapatkan orgasmenya.
Sepertinya Ayu benar-benar tidak bisa menahan rasa nikmat dari sodokanku dengan gaya doggy style
ini. Dan sepertinya ia tidak bisa mengontrol erangannya, mungkin saking
enaknya. Karena khawatir akan terdengar Dian karena desahan Ayu yang
lumayan kencang aku pun segera memompa sedikit lebih kencang agar cepat
keluar. Namun bukannya cepat keluar, aku malah sengaja memainkan
kemaluanku di vaginanya seakan menikmati erangan Ayu yang liar.
“Hah...Hah... Pet... Ganti gaya aja... Ooohh... Kalo gini terus bisa
bangun Dian nanti... Mmmmpphhh...” Jerit tertahan Ayu menikmati
goyanganku. Aku pun mencabut kemaluanku dan merubah posisi.
Ayu langsung tidur terlentang menghadapku dengan tersengal-sengal.
“Gila kamu pet... Lama juga keluarnya. Keburu Dian bangun... Cepetan...
Bahaya bisa di penggal kita berdua...” bisiknya mengingatkanku sambil
langsung mengangkangkan kakinya.
Aku langsung memainkan putingnya yang menggoda dan melumatnya berapa kali sambil berusaha memasukkan lagi batang kemaluanku.
“Mmmmppphhhfff... Udah pet.. Cepetan dikeluarin... Saya udah lemes banget.. Mmmmpppfffhhhttt” Mohon Ayu sambil melumat bibirku.
“Mau keluar lagi sekali..?” Godaku.
“Udah jangan maen-maen... Cepetan... Ahhh...”
Aku pun akhirnya mempercepat kocokan ke liang vagina Ayu. Tak berapa
lama terasa sesuatu akan melesak keluar dari batang kejantananku.
“Hmm... Yu... Mau keluar nih... Mmmmhhh... Keluarin dimana..” Tanyaku sambil terus memompa.
“Hooohh... Di dalem aja... Gapapa... Aman kok... Cepetaann... Aahhh...”
Mendengar ucapan Ayu aku langsung mempercepat goyanganku dan terus
mencium mulutnya agar erangannya tidak keluar. Akhirnya tak berapa lama
batang ku terasa berkedut pertanda akan menumpahkan cairanku.
“Ooooohh... Yuu... Enak banget memekmu....” Dan... Croott...Croott...
Croottt... Berapa kali aku menembakkan spermaku ke dalam rahim Ayu.
Setelah itu aku tergeletak lemas diatas badan Ayu.
“Gilaa... Pacar temen kamu entot juga... Dasar Kopet ga bisa jaga kontol... Hihihi...” Goda Ayu sambil sesekali menciumku.
“Tapi kamu suka kan... Enak mana sama Hari..?” Tanyaku menggodanya,
sambil memainkan putingnya. Kemaluan kami masih saja menempel tak
terlepas.
“Apaan sih... Pake disamain segala... Udah ah... Dicabut tuh
kontolnya... Malah digoyangin lagi...” Sahut Ayu sambil berusaha
mengangkat tubuhku dan mengeluarkan kemaluanku dari vaginanya.
“Kamu ga takut hamil Yu kalo keluarin di dalem..?” Tanyaku.
“Aku tetep minum pil KB kok... Hari ga suka kalo maen dikeluarin di
badan apalagi pake kondom. Jadi buat jaga-jaga mending aku minum pil KB
aja..” Jawabnya cuek.
“Oya... Kejadian ini Cuma kita aja yang tau ya... Jangan sampe ketauan
sama sapa-sapa... Buat jaga perasaan pasangan kita aja sih...”
Lanjutnya.
“Gila aja sampe cerita... Dah ah.. Dipake lagi tuh celanamu. Makasih ya
Yu... Sekali lagi Maaf kalo akhirnya kita begituan... Aku bener bener ga
sengaja..” Sahutku tak lupa meminta maaf
“Ga sengaja tapi sampe buat aku keluar dua kali. Hihihi... Aku juga
minta maaf Pet... Sumpah tadi juga aku pikir kamu tuh Hari...” Ucapnya.
Sambil tersipu malu.
“Tar dulu Yu... Kok bisa kamu tidur di bawah..? Tadi kan Dian yang disini.”Tanyaku sambil berbisik.
“Cewekmu tadi ngerengek terus karena ga bisa tidur... Katanya
gelombangnya terasa keras banget. Trus dia bangunin saya. Daipada saya
keganggu terus ya mending tak ajakin tuker tempat. Taunya dia malah
langsung molor pas pindah ke atas.”
Akhirnya kami pun menyudahi pertempuran kami dan kembali berpakaian dan
merapikan sisa-sisa pertempuran kami. Ayu sekali lagi mencium bibirku
sebelum aku naik menghampiri Dian. Dan kamipun berciuman sekali lagi
dengan penuh nafsu.
Setelah berciuman aku langsung naik ke ranjang Dian dan rebahan
disebelahnya sambil memeluknya. Dian sedikit kaget saat ku peluk. Dian
pun sedikit menggeliat saat tanganku sudah memeluknya. Dan sepertinya
Dian langsung terbangun. Menyadari aku memeluknya Dian langsung berbalik
menghadapku dan balas memelukku serta menciumku tapi masih dengan mata
terpejam.
Aku berusaha untuk terlelap karena memang rasa kantuk sudah menyerangku.
Ditambah kelelahan setelah bertempur dengan Ayu beberapa saat di bawah
tadi.
“Hmm... Kamu kemana aja beib... Kok baru masuk kamar... Dari tadi aku
tungguin disini sampe ketiduran.” Sahutnya masih dengan suara
mengantuknya seperti orang mengigau dan mata terpejam.
“Udah tidur lagi... Masih lama kok nyampenya. Kamu masih pusing..?” Tanyaku.
“Udah ga lagi... Tapi masih ngantuk..” Bisiknya sambil merapatkan pelukannya.
“Ya udah dilanjut lagi tidurnya. Aku juga mau tidur. Ngantuk banget..” Jawabku sambil berusaha memejamkan mata.
Tak berapa lama terdengar pintu kamar terbuka. Aku langsung bangun dan
melihat Hari serta Arman dan Dimas masuk ke dalam kamar. Kami sempat
ngobrol sebentar dengan cara berbisik. Tak lama Hari naik ke ranjang dan
ikut tidur menyusul Ayu. Sedangkan Arman dan Dimas tidur di lantai
berbantalkan tas yang kami bawa.
“Sapa..?” Bisik Dian. Matanya masih terpejam.
“Arman sama Dimas... Ikut tidur disini..” Jawabku. Dian hanya menggeliat dan melanjutkan tidurnya.
“Mas... Mereka enak pelukan di kasur sama pasangannya.. Kita masa berdua
kedinginan disini, mana ga ada yang di peluk lagi...” Celoteh Arman
sedikit keras.
“Makanya cari pacar... Biar kalo pergi kayak gini ga pelukan sama
batangan...” Tiba-tiba Dian nyeletuk sambil masih memejamkan matanya.
“Pet... Tuan putri ente lagi bangun apa ngigau..” Tanya Arman.
“Lagi ngingau... ngeliat dua bujang lapuk tidur di lantai kedinginan sambil saling pelukan..” Balas Dian.
Aku dan Hari langsung tertawa mendengar jawaban Dian. Akhirnya kami pun tak jadi melanjutkan tidur.
“Udah ane bilang Har... Kopet mana bisa tidur kalo di kamar... Pasti
tadi kamar ini berisik. Kamu ga ke ganggu tadi Yu..?” Tanya Dimas.
“Ayu mah kalo tidur udah kaya kebo... Biar ada bom jatoh disebelahnya
juga ga bakalan bangun..” Sahut Hari. Aku hanya bisa terdiam sambil
memeluk Dian.
“Eh... Kalian jangan cipokan ya disana... Nanti kita-kita bisa muntah
ngeliatnya.” Tiba-tiba Ayu membuka suara menggoda Arman dan Dimas.
“Eh.. Kirain dah tidur Yu...”Sapa Dian dari balik pelukanku.
“Kebangun gara-gara ngeliat sepasang homo lagi pelukan..Hihihi...” Canda Ayu.
“Kampret..!! Kalian berdua tidur aja... Jangan ganggu kami. Udah punya
pasangan juga masih aja gangguin kita yang merana ini.. Tidur..!!
Lumayan neh masih tiga jam lagi nyampe.” Dengus Arman.
Kami pun hanya bisa tertawa mendengar omelan Arman. Akhirnya kamar ini
kembali hening. Arman dan Dimas sudah memejamkan matanya. Sepertinya Ayu
dan Hari kembali bermesraan. Terasa ranjang ini sedikit bergoyang.
“Kayaknya Hari dan Ayu lanjutin lagi tuh beib...” Bisik Dian.
“Lanjutin apaan..?” Tanyaku bingung.
“Begituan... Tadi heboh banget mereka berdua maennya... berisik banget. Ranjang ini sampe goyang goyang. Aku sampe kebangun.”
Waduh... Rupanya Dian tadi mendengarkan permainanku dengan Ayu. Tapi untungnya Dian berpikir Ayu sedang main sama Hari.
“Tadi kamu ga liat waktu baru masuk beib...? Aku sampe ga berani
bergerak, takut ngeganggu mereka lagi asyik kuda-kudaan.” Tanya Dian
lagi.
“Ga... Mereka kayaknya udah tidur kecapean. Kamu pengen yaa...” Ucapku berbohong.
“Ga ah... Masa lagi rame gini maen... Eh... Tapi tadi waktu mereka lagi
asyik maen kok samar-samar kayak aku denger suaramu... Ayu juga
sepertinya nyebut-nyebut Pet..Pet... gitu dah..”
DEG...!! Bahaya neh...
“Perasaanmu aja kali... Mungkin kamu masih setengah sadar. Wong aku
disebelahmu terus kok..” Elakku. Duh... Kenapa juga kamar ini jadi
sedikit panas ya...
Dian pun sedikit menggeliat dan kembali menghadapku. Dia langsung
menyambar bibirku dan tangannya tiba-tiba turun ke selangkanganku.
“Hmmm... Aku kok malah jadi horny gini ya beib...” Ucapnya sambil memasukkan tangannya ke dalam celanaku dan meraih kemaluanku.
“Eh... Tititmu kok basah... Berlendir gini...” Bisiknya mengagetkanku.
Asem dah... Kenapa juga tadi lupa ga dibersihin dulu waktu abis maen
sama Ayu... Ini pasti bekas lendir vagina Ayu neh, pikirku. Aaahh...
Kopet goblok..!!! Ga di lap dulu sih tadi...
“Jangan... Jangan kamu...” Ucapan Dian terputus sambil bengun dan
wajahnya langsung menatapku penuh curiga. Aku sudah mulai keluar
keringat dingin melihat tatapan penuh selidik dari Dian.
“Kamu tadi ngocok ya dengerin Ayu dan Hari pas maen...” Tebak Dian.
Haahh... Wajahku langsung pias... Aku langsung menghela napas lega.
“Kenapa ga bangunin aku sih beib... Tau gitu kan kita juga ikut maen
tadi... Aku juga sempet horny loh dengerin mereka begituan... Hot banget
suaranya....”
Tumben insting Dian ga tajem seperti biasanya...
Mungkin karena efek mabuk laut...
------------------------------------------
No comments:
Post a Comment