Sepertinya kami udah sama sama tak kuat menahan nafsu. Setelah aktivitas
kami di batu karang tadi terpotong, kami langsung pergi meninggalkan
pantai menuju hotel tanpa menunggu matahari tenggelam.
Sesampainya di hotel kami langsung melakukan proses check in dan tak
lama berselang kami diantarkan menuju kamar kami oleh roomboy.
Saat tiba di depan kamar kami, atau tepatnya bungalow kami, aku dan Dian
sempat terperangah menyaksikan betapa mewahnya fasilitas yang kami
dapatkan.
“Wew.. ini sih bukan kamar hotel lagi namanya.. ini sih villa pribadi. Berapa duit ya semalemnya..” sahutku tercengang.
“Tau nih.. si ayah kemarin ngasi voucher hotel gitu aja. Kirain cuma
kamar hotel biasa. Kalo gini sih bener bener honeymoon kita beib...”
Kamar yang kami tempati berbentuk vila yang saling berjauhan antara
villa yang satu dengan yang lainnya. Terdapat teras depan dan saat kami
masuk ke dalam terdapat ruangan seperti ruang tamu lengkap dengan sofa
dan televisi layar datar ukuran 29 inchi dan sebuah ruangan kecil yang
sepertinya kamar mandi. Room boy kemudian memberikan kami kunci kamar
dan berlalu meninggalkan kami setelah Dian memberikan beberapa tips. Aku
dan Dian langsung memeriksa keadaan villa. Aku masuk ke dalam, disana
terdapat kamar dengan kasur ukuran king size, didepannya terdapat meja
lengkap dengan televisi diatasnya dan kulkas mini bar dengan isi
beraneka macam minuman dan coklat. Kamar mandinya yang bermotifkan batu
alam menggunakan shower dengan air panasnya.
“Beeiiibbb... coba liat siniii...!!” Tiba tiba Dian teriak seperti orang
kegirangan dari arah belakang. Aku segera melangkah keluar kamar menuju
arah suara Dian. Aku terkejut saat melihat sebuah teras mini
disebelahnya terdapat kolam renang kecil berukuran sekitar empat meter
kali tiga meter.
“Waahh.. ini sih bener bener honeymoon... bisa berenang berdua neh” sahutku terkesima.
“Berenang berdua sambil telanjang.. hihihi” lanjut Dian
“Berenang sambil gituan.. wooo... langsung konak akunya..” balasku sambil mupeng. Dian hanya tersenyum menggodaku.
Ternyata villa ini memiliki halaman belakang yang tak begitu luas tapi
sangat tertutup oleh tingginya tembok yang menghalangi pandangan dari
luar.
“Wew... kalo gini mesti berterima kasih banyak neh sama ayahmu honey... belum apa apa udah ngasi tempat kayak gini aja.. hahaha”
“Aku kan kemarin bilangnya mau liburan rame rame beib.. mungkin pikirnya
ayahku biar kita bisa muat banyak orang makanya dipilihin disini. Ini
sih buat sepuluh orang aja masih muat tidur disini. Hihihi..” balas
Dian.
Aku hanya berdecak kagum melihat fasilitas villa ini sambil berjalan
berkeliling di sekitar kolam memperhatikan apakah orang bisa mengintip
kami yang berada di dalam.
“Beib... kamu ga pengen...” ucap Dian tiba tiba menggodaku sambil
membuka kancing celananya dan langsung melepas celananya. Sekarang Dian
hanya menggunakan celana dalam dan tanktop tanpa behanya.
Aku hanya bisa melongo melihat Dian yang tanpa malu malu melepas
celananya di depanku. Belum hilang kagetku, Dian melakukan gerakan
memegang ujung bawah tankopnya dan seperti gerakan lambat seakan
menggodaku mengangkat tanktopnya perlahan dan membukanya hingga
payudaranya bebas menggantung keluar dengan indahnya.
“Bagusan mana punyaku atau punya bule yang tadi berjemur beib...” ujarnya menggodaku sambil menggoyang goyangkan tubuhnya.
Aku tambah melongo melihat aksi Dian yang sangat berani itu. Mataku bahkan tak berkedip sedikitpun.
“Honey.. gilaa.. kamu ngapain bugil disitu..? pintu depan belum
ditutup.. nanti ada orang masuk” sahutku baru sadar ternyata pintu depan
villa tadi belum kami tutup.
“Biarin.. weekk.. hihihi... ayo sini kalo berani..” Tantang Dian
kepadaku. Tanpa di duga Dian langsung menceburkan dirinya kedalam kolam
renang hanya menggunakan celana dalam saja.
“Ayo beib... buka bajumu semua.. seger loh berenang malem malem sambil
bugil... belum mandi sore kan.. Coba liat aku dapet apa di dalam kolam”
sahutnya sambil tersenyum. Tiba tiba Dian mengangkat tangannya yang
memegang celana dalamnya. DAMN..!!
Tanpa pikir panjang lagi aku langsung berlari keluar menuju pintu depan
dan menguncinya. Seperti dikejar setan aku langsung balik menuju kolam
renang sambil membuka bajuku dan celana satu persatu hingga sampai di
kolam renang aku sudah sepenuhnya bugil. Tanpa menunggu aba aba aku
langsung melompat kedalam kolam renang dan mendekati Dian. Dian hanya
tersenyum melihat tingkahku.
“Doo.. yang udah mupeng berminggu minggu... sampai ininya tegang
banget..” Ujar Dian sambil memegang kontolku dari dalam air dan langsung
memagut bibirku.
Kami saling memagut dengan liarnya seakan melepaskan nafsu yang sudah bertahun tahun tidak dikeluarkan.
“Mmmmmmfffhfhhhhtt... desahan Dian langsung terdengar begitu aku
memainkan putingnya. Kami masih terus berpagutan di dalam kolam. Ku
rengkuh tubuh Dian yang sedikit tenggelam karena kolam ini dalamnya
setinggi daguku yang otomatis setinggi hidung Dian. Kupeluk dan ku
gendong Dian.
“Aaaahhh.... masukin beiiibbbbss... Ssssstttthhh udd..aaahhh.. ga..
tahaann... Ooohhh...” Racau Dian sambil menurunkan tangannya mencari
kemaluanku kemudian menggosok gosokkan kepalanya ke belahan vaginanya.
BLESS... “Aaahhh.... Mmmmmhhhh....” Kami sama sama mengerang merasakan
kenikmatannya. Kontolku langsung masuk ke dalam vagina Dian yang
terendam di dalam air.
“Oooohh... Aaahhhh... Pelan..pelan.. beibhhh... masiih sedikit
sakiitt... tapi enn..aaakkk... Oooohhhh” Ucap Dian saat aku hendak
menggerakkan pantatku menghujam lubang kemaluan Dian. Aku mulai
menggoyangkan pelan pantatku, menjaga agar Dian tidak kesakitan.
“Hhhmmmppphh... Ooohhh... yang... kenceng.. beib.. udah enaakkk... Sssshhhhtt” Sahut Dian
Clap... clap.. clap.. suara kontolku di dalam vagina Dian dari dalam
kolam. Posisiku masih menggendong Dian sedangkan kaki Dian dilingkarkan
di pinggangku. Lama aku mengocok vagina Dian menggunakan kemaluanku
sambil kami tetap berciuman.
“Haahhh... Ooohhh.... honey.. ganti posisi..” sahutku merasa lelah berdiri sambil menggendong Dian.
Plop... Suara kontolku terlepas dari vagina Dian dan “Aahhh...” Dian
mendesah pelan saat kutarik kontolku. Ku tarik Dian menuju tangga kolam.
Saat Dian menaiki tangga kolam yang terbuat dari batu alam tersebut aku
langsung mencium vagina Dian yang sedang menungging.
“Ooohhh.... Beeiibb.... di..diapain memekku...?? jangan dijilaaatt...
jo..roookkkkhhh.... Aaahhhh... hhmmmmmmfff...” Racau Dian saat lidahku
menyentuh lubang kemaluannya sambil kumainkan klitorisnya.
“Aaaahhh... beeiiibb.. geliii.... rasanya pengen pipisss...
ssshhhhhhhttt” Racau Dian sedikit teriak. Awalnya aku khawatir mendengar
erangan Dian yang lumayan keras, tapi setelah sadar jarak villa kami
yang cukup berjauhan aku cuek saja melanjutkan menjilat vagina Dian.
“Hooo... mmmhhhhhffff... Beeiiiibbsss... akkuuu.. pi...ppiiisss...
Aaaahhhh..” Erang Dian sambil kelojotan menikmati orgasmenya. Melihat
Dian sudah orgasme, aku langsung neik ke tangga dan mengarahkan kontolku
ke vagina Dian yang masih menikmati orgasmenya sambil nungging.
Blesssh... kontolku langsung masuk dengan mulus kedalam liang surgawi Dian.
“Aaaahhh... beibb... hah.. hah.. ka..kamu.. jahaatt... ga.. ngasi aku
bernapas... Mmmffffhhhhhhttt..” Dian tambah kelojotan ku buat.
“Haahh... haahh.. katanya... mau.. sepuasnya honey... ini aahhhh.. aku
puasin kamu..”. Plok... plok... plok.. suara pantat Dian dan pinggulku
berbenturan waktu aku memakai gaya Doggy style.
“Ooohhh... beiibbb... aku... dapet lagiii.... Aaahhhh..” Crut..crut..
Secepat itu Dian memperoleh orgasmenya yang kedua kali. Sementara aku
terus saja memompanya.
“Sssshhhhttt.... Istirahat dulu beib... aku lemes bangeett... mmmhhhhhffff”
“Bentar honey.. aakkkuu... maauu keluar... Ahhhh..” sahutku. Tiba tiba
Dian memajukan badannya sampai kontolku terlepas dari vaginanya.
“Diatas aja beib... hah..hah.. aku udah ga kuat nahan kakiku... pindah
ke teras aja.. hah..hah” sahut Dian terengah engah. Sambil berdiri dan
melangkah menuju sofa kecil yang ada di teras depan kolam. Dian kemudian
terlentang merebahkan diri di sofa. Aku yang sudah hampir keluar segera
mendekat dan membuka kakinya agar lebih mengangkang. Perlahan
kumasukkan kembali kontolku.
“Bentar beib.. aku nafas dul... Aaahhhh... Beibb... Aahhh...” Ucapan
Dian terputus saat kontolku langsung ku hujamkan ke vaginanya.
Haahh.. haahh.. tahan sebentar lagi honey.. aku mau keluaarr... ssshhhhtttt” sahutku sambil menggoyangkan pantatku dengan cepat.
Ooohhh... Iyaa.. beib.. Aaahhh... cepetan..” Dian sudah tak bisa melawan
lagi. Dia hanya bisa pasrah menerima sodokan kontolku. Tak berapa lama
kurasakan kedutan dari batang kemaluanku dan bertambah kuat setiap aku
menggoyangkannya.
“Aahh.. honey.. akku.. mmmaauuu.. kelluuaarr...”
“Cabut beib.. keluarin di nenenku aja... ssshhhhttt”.
Aku langsung mencabut kemaluanku kemudian disambut oleh tangan Dian sambil dikocoknya dan diarahkan ke dadanya yang membusung.
Aaahhh... Croott..Croott..Crrooottt... Air maniku muncrat mengenai dadanya dan sebagian muncrat ke wajah dan rambutnya.
“Aaahhh... beib.. banyak banget keluarnya... sampai kena rambutku nih.”
Aku langsung ambruk diatas tubuh Dian. Dian memelukku erat sambil mencium pipiku.
“Gilaa.. enak banget honey.. ternyata gini rasanya ngentot..” sahutku sambil masih tersengal.
“Hihihi... tumben ya keluar..udah berapa lama nahan konak mas..?” tanyanya menggodaku.
“ayo bilas honey.. abis itu kita makan di restoran sini aja. Perutku
udah keroncongan abis garap sawah sampai muntah dua kali. Hehehe..”
Ujarku setelah beberapa saat beristirahat dan mengajak Dian makan malam.
“Iiihh.. sapa suruh nakal ngerjain aku.. udah dibilang akunya udah lemes
masih aja di genjot. Sampai sekarang aja masih lemes neh.. kita order
lewat sini aja ya beib.. aku ga kuat jalan..” Sahut Dian lemas. Benar
benar malam ini kami memporsir tenaga bertarung saling memuaskan birahi
kami.
Aku kemudian berdiri hendak mencuci badanku yang lengket penuh dengan keringat.
“Beib.. gendoong.. Aku ga kuat berdiri..” Sahut Dian manja kepadaku.
Aku kemudian menggendong Dian menuju kamar mandi. Disana kami saling
bilas di bawah shower tanpa saling merangsang. Hanya menggosok badan
saling menyabuni. Setelah selesai mandi kami hanya duduk di ruang tamu
sambil nonton TV, Dian memiringkan badannya dan kepalanya direbahkan di
dadaku sedangkan sebelah tangannya memelukku. Aku yang duduk berselonjor
merangkulnya sambil sesekali mencium keningnya.
“Beib.. coba bisa kayak gini terus ya.. pasti enak, tiap hari sama kamu terus.”
“Yaa.. kalo mau kayak gini tiap hari sih nikah honey... Emang dah siap?” tanyaku. Dian lebih merapatkan lagi badannya ke arahku.
“Dulu kamu pernah bilang sama ayahku kalo mau kuliah di luar, emang mau kuliah dimana beib?” Tanya Dian.
“Entahlah honey.. kalo orangtuaku sih maunya aku di Malang, karena
disana ada tanteku. Tapi aku pengennya sih di Yogya, kayaknya kotanya
enak buat sekolah.” Sahutku.
“Kenapa ga di Jakarta atau Bandung aja beib..?”
“Kalo Jakarta sama Bandung aku ga gitu tertarik, soalnya terlalu rame”
“Kalo misalnya ada aku di Jakarta atau Bandung kamu mau kuliah disana?” tanyanya lagi sambil menatapku sendu.
“Ga tau... mungkin... emang kenapa nanya kayak gitu? Kamu mau kuliah di sana?”
Dian hanya terdiam menatapku. Tiba tiba ia mengangkat kepalanya dan mencium bibirku sambil matanya mulai berkaca kaca.
“Kamu kenapa nangis honey..?” tanyaku heran.
“Kita sebentar lagi berpisah. Aku beberapa bulan lagi lulus, dan Ayah
juga denger denger akan di tarik lagi ke mabes. Kemungkinan aku kuliah
di Jakarta atau Bandung. Dan aku ga bisa ketemu kamu lagi.” Sekarang
airmata Dian udah benar benar keluar. Baru kali ini aku melihat Dian
Menangis. Biasanya Dian selalu ceria.
“Honey... Udah jangan nangis. Kalo kita emang jodoh, nantinya pasti
bersatu lagi. Lagian kita berpisah juga paling cuma setaun aja. Abis itu
aku akan menyusulmu kesana, kemanapun kamu akan kuliah.” Hiburku.
“Janji..?” Tanya Dian pelan. Aku mengangguk menjawab pertanyaan Dian.
Dian kembali menunjukkan senyumnya yang indah dan mencium bibirku.
“Udah.. Aku ga mau lagi liat kamu nangis. Aku juga berjanji kalo itu
adalah tangisan terakhirmu yang aku buat. Aku akan selalu buat kamu
bahagia dan tetap ceria seperti Dian yang aku kenal. Katanya sekarang
kita lagi honeymoon.. masa orang honeymoon pake nangis nangisan
segala..” ucapku sambil sedikit menggodanya.
Dian kembali tersenyum. Kami lalu saling berpelukan dan berciuman
lembut. Kami mulai saling raba. Saat sudah mulai panas, kami diganggu
oleh suara ketukan pintu villa yang ternyata roomboy mengantarkan
pesanan makan malam kami.
Setelah makan malam aku mengajak Dian untuk jalan jalan di sekitar villa
tapi Dian lebih memilih untuk tidur karena kelelahan. Akhirnya aku
hanya melanjutkan nonton TV sendirian sedangkan Dian langsung masuk
kamar.
“Beiibbb... Ayo bobo..!!” Teriak Dian sedikit manja memanggilku dari
dalam kamar saat baru saja berapa menit aku melanjutkan nonton.
“Di kamar kan ada TV jugaa beiibbb... masa istrinya dibiarin bobo sendiri..” Kembali Dian berteriak memanggilku.
Aku menjawab panggilan Dian kemudian mematikan TV dan melangkah menuju
kamar. Kulihat Dian sudah berada dalam selimut. Aku segera
menghampirinya dan mencium Dian.
“Beib.. bajunya dibuka... Ayo bobo.. aku kedinginan neh..” sahutnya
sambil membuka selimut yang menutup badannya. Aku terkejut melihat Dian
sudah tidak menggunakan apa apa dibalik selimutnya.
Aku langsung melucuti semua yang menempel dibadanku dan langsung
melompat ke arah kasur. Malam itu kami bercinta sekali lagi dengan penuh
gairah sampai akhirnya kelelahan dan tertidur.
Entah karena kepikiran obrolan bersama Dian sebelum tidur tadi atau
karena hal lain, Aku bermimpi Dian meninggalkanku sambil menangis. Aku
memanggilnya berkali kali tapi tidak didengar oleh Dian. Kulihat ramai
orang di sekelilingku, semua pada menangis. Aku yang merasa heran
langsung menegur semua orang tapi seakan suaraku tidak di dengar oleh
mereka semua. Tubuhku terasa ringan, aku merasa sedang melayang. Saat
kulihat ke bawah tampaklah tubuhku yang kaku sedang ditangisi oleh
banyak orang. Ternyata bukan Dian yang meninggalkanku, tapi aku yang
meninggalkan Dian dan semua orang yang kucintai. Aku telah meninggal..!!
Aku tersentak dari mimpiku dan langsung terbangun karena merasa
kepanasan. Kulihat sekelilingku sangat gelap, bahkan gelap sekali sampai
aku tidak bisa melihat tanganku sendiri. Aku langsung panik, aku
berpikir mungkin aku masih di alam mimpi. Tapi saat kuraba tubuhku aku
masih bisa merasakan tanganku, badanku. Setelah kuraba semua tubuhku
ternyata aku telanjang bulat.
Ya Tuhan..!! Aku benar benar sudah meninggal, pikirku. Kenapa bisa
begini.. Bagaimana dengan Dian? Aku meninggal kenapa? Banyak pertanyaan
yang terlintas di kepalaku. Aku juga meraba raba di sekelilingku.
Disebelah kananku kurasakan ada tubuh seseorang yang juga tak bergerak.
Oh my god..!! Aku benar benar udah berada di dalam liang kubur bersama
jenazah lain. Kembali kuraba tubuh disebelahku, terasa kenyal seperti
payudara kemudian aku raba lebih ke bawah dan aku menyentuh belahan
vagina dengan bulu halus yang tipis, persis seperti vagina Dian.
Astaga..!! Ternyata Dian juga sudah meninggal, pikirku. Kami meninggal karena apa?
Astaghfirullah...!! Aku langsung beristigfar, kenapa kami meninggal
dalam keadaan seperti ini? Astagfirullaahhh... Kemudian aku mengguncang
tubuh Dian disebelahku dan aku berteriak memanggil namanya.
Tiba tiba Dian terbangun kaget mendengar teriakanku. Sambil memegang tanganku Dian mengguncang guncangkan tanganku.
“Beib... bangun beib.. kamu kenapa..?”
“Honey.. kita.. mati.. kita udah di kubur.. kita sekarang lagi di alam kubur.. liat.. gelap semua..”sahutku panik.
“Beib.. tenang beib.. tenang.. mungkin ini cuma mati lampu, kita kan
masih di kamar villa. Ini aja masih di kasur kok.. tenang beib..” ucap
Dian menenangkanku dan memeluk tubuhku yang penuh dengan keringat.
Benar saja, tak berapa lama setelah Dan berkata begitu tiba tiba..
Byar... ruangan kembali terang dan AC mulai menyala. Aku yang ngos
ngosan karena panik hanya terduduk disebelah Dian yang memelukku.
“Kamu kenapa beib.. Cuma mati lampu aja kok bisa sampe pucat gitu mukamu. Hihihi..”
“Asem.. aku pikir aku udah di kubur.. gelap banget tadi tuh.. sumpah”
“Hahahaha... kamu ada ada aja. Tapi sempet sempetnya pake ngeraba raba nenen sama memekku, pengen lagi yaaa...”
---------------------------------------
No comments:
Post a Comment