Friday 15 June 2018

Cerita SMA....43

DIAN ANGGRAINI

[​IMG]


FITRIANA RAHAYU

[​IMG]








Malam ini kami menghabiskan waktu berdua di dalam kamar hotel hanya saling berpelukan. Walau sekarang kami sudah sama sama telanjang di balik selimut, namun kami belum melakukan hubungan badan maupun saling merangsang.

“Aku hanya ingin kulitku saling bersentuhan sama kulitmu dan memelukmu erat sampai pagi tanpa harus menggunakan nafsu beib...” Begitu alasan Dian saat aku hendak mencumbunya dan melampiaskan nafsuku.

“Katanya mau ngasi kado paling spesial...” Kataku masih menggodanya sambil terus merangsang. Aku memilin putingnya dengan perlahan.

“Kado spesialnya kan ga mesti gituan beib... Kita kayak gini juga kan bisa jadi kado spesial buatmu. Makanya jangan ngeres aja pikirannya... Hihihi...” Ucap Dian sambil menggodaku dengan menggesekkan kemaluannya dipahaku.

“Katanya ga mau gituan.. kok malah gesek gesekin itumu ke pahaku...” Godaku sambil tetap memainkan putingnya.

“Mekiku ngemut beib... nyut nyutan rasanya kamu mainin putingku. Kamu sih nakal...” Sahutnya langsung melumat bibirku.

Akupun membalas lumatannya dengan perlahan. Kadang sengaja aku menggodanya, kumainkan cara menciumnya. Sesekali ku jauhkan bibirku saat Dian hendak melumatnya atau aku hanya sekedar menempelkan tipis bibirku tanpa menggerakkannya. Dian yang sepertinya mulai terangsang seakan tak sabar ingin melumat habis bibirku, namun selalu ku goda dengan menghindarinya kembali.

“Gitu ya... Malah ngerjain... Sengaja buat aku horny ya...” Ujarnya sambil tersenyum jengkel, tangannya langsung meraih kemaluanku dan mengelusnya.

“Ininya kok udah tegang aja sih... padahal ga diapa apain loh...” Godanya sambil memainkan lubang kencingku. Kemaluanku rasanya ngilu sekali saat Dian memainkan ibu jarinya di lubang kencingku.

“Punyamu kok udah basah..?” Sahutku langsung memasukkan jari tengahku ke dalam vaginanya.

Dian langsung melenguh pelan, mulai terangsang. Kocokan pelan di kemaluanku pun berubah menjadi sedikit cepat sambil terus di remas remasnya.

“Oooohhh... beib... Tanganmu nakal... Maen masuk aja... Aaahhh...” Dian sepertinya mulai tak tahan dengan tusukan jariku kedalam liang vaginanya.

Melihat Dian yang sudah mulai terangsang akupun langsung melumat bibirnya dan dibalas dengan lumatan rakus oleh Dian. Puas melumat bibirnya, ciumanku langsung turun menuju leher dan dadanya. Disana aku memuaskan diri melumat puting Dian yang sudah tegak mengacung. Dian langsung meracau dan menggeliat tak karuan. Badannya melengking menahan seranganku pada putingnya.

“Sssshhhhttt..... Beiibbbbhhh... Jangan siksa akuu... Ooohhh.... Masukin aja kontolmu...” Racau Dian menerima rangsanganku. Dian sudah tidak bisa mengontrol ucapannya.

Dianpun langsung berguling menaiki badanku sambil terus melumat bibirku dengan rakus. Tangannya meraih kemaluanku dan berusaha mengarahkannya ke lubang kenikmatannya. Namun aku tetap menahannya dan berusaha menghindarinya. Dian sepertinya sedikit jengkel dengan ulahku.

“Ssshhhttt.... Nakal ya... Kamu sengaja ngerjain aku ya beib... Tunggu aja bentar lagi kado ultahmu aku berikan.” Bisiknya sambil ciumannya turun ke daguku kemudian terus merosot hingga ke dadaku.

Dian memainkan putingku dan menjilatnya bergantian. Tak lama ciumannya turun hingga ke pangkal pahaku dan mulai menjilati batang kemaluanku.

“Sekarang gantian aku yang ngerjain kamu, cintaku...” Dian memainkan lidahnya diatas kepala kontolku dan mengecupnya pelan. Kemudian kecupannya berubah menjadi kuluman sambil memainkan lidah di dalam mulutnya.

“Aahhh... Honey... Geli bangeett... Enaakk.. Disedot yang keras honey..” Racauku menikmati kuluman Dian.

Dian masih asyik mengulum penisku sambil sesekali mengocoknya. Malam ini sungguh berbeda cara Dian mengulum kemaluanku, tidak tergesa gesa seperti yang sudah sudah. Sekarang Dian seakan sangat menikmati kemaluanku berada di dalam mulutnya. Dian mengulumnya sangat pelan dan penuh perasaan, membuatku merasakan nikmat yang tak tertahankan hingga aku merasakan cairanku ingin segera meledak keluar.

“Sssshhhttt... Honey... Geli bangeett.... Awas tar aku ga tahaann... Hhmmmmmpppfff..” Aku menahan kepala Dian agar mengangkat mulutnya, namun Dian tetap saja mempermainkan kemaluanku di dalam mulutnya.

“Aaahhh... Honey... Cabut... cabut... Aku mau kkeelluuuaarrr....” Racauku tak tahan menghadapi kuluman Dian hingga akhirnya...

CROOTT...CROOTT...CROOOOOTTT.... Spermaku langsung tumpah di dalam mulut Dian. Dian masih menghisap dan menjilat kepala kemaluanku membersihkan sisa spermaku, spermaku habis tertelan oleh Dian. Rasa ngilu yang tak tertahankan membuatku mendesah keenakan. Tak lama kemudian Dian melepas kulumannya dan tersenyum kearahku.

“Gimana beib... Enak kan... Makanya jangan nakal sama aku... Hihihi... Spermamu gurih juga ya ternyata.”

Aku yang masih terengah engah kelelahan menahan nikmat hanya bisa mengatur napas. Rasanya seperti habis lari keliling lapangan bola sepuluh kali.

“Siap siap ya beib... Ronde kedua...” Sahut Dian sambil tersenyum dan langsung kembali mengulum penisku. Aku yang masih kelelahan otomatis protes dan sedikit menolak aksinya, namun masih kalah cepat dengan gerakan mulutnya yang langsung mencaplok kemaluanku.

“Istirahat dulu honey... Aku keabisan napas neh... Kamu kok liar banget sih malem innniii... Ooooohhh...” Tanpa mempedulikanku Dian tetap saja melumat kemaluanku dengan rakus.

Aku yang sudah tak tahan langsung menarik tubuh Dian untuk naik ke atas badanku. Dian sepertinya mengerti langsung menghentikan kegiatannya dan merambat naik ketubuhku dan langsung mengarahkan kemaluanku ke lubang vaginanya dan BLESS...

“Aaahhh... Sssshhhhtttt.... Enaakkk banget kontolmu beib...” Perlahan Dian mulai menggoyangkan pinggulnya saat kemaluanku sudah tenggelam sepenuhnya di dalam liang surganya.

“Oooohhh... Beeiiibbbhhh... Aku horny bangeett.... Memekku rasanya penuhhh... Mmmppphhhhh...” Racau Dian sambil terus menggoyangkan pinggulnya.

Akupun tak mau diam, segera kuremas payudara Dian yang berayun menggiurkan dan sesekali melumat putingnya.

“Gigit beibbb... Gigit putingku... Aahhhhh...”

Akupun langsung bangkit dan duduk sambil terus menghisap putingnya dan tanganku juga tak mau kalah meremas pantatnya yang semok. Goyangan Dian semakin kencang mengocok kemaluanku yang semakin dalam terjerembab kedalam lubang kenikmatan Dian. Tak lama Dian mulai mengejan dan gerakannya sedikit patah patah.

“Ooohhh Beib... Akku keluarrr... Aaahhhh.. Enak bangeett... Hmmmmpppphhh...” Dan CRUTT...CRUUTT... Kemaluanku semakin basah oleh lendir kenikmatan Dian yang membanjiri batangku yang masih melesak di dalam vaginanya.

Tanpa menunggu waktu lagi, aku langsung membalik badan Dian dan menyuruhnya untuk menungging. Seakan membalas dendam aku langsung saja melesakkan batang kemaluanku ke dalam vagina Dian yang masih terlihat berdenyut menikmati orgasmenya yang belum selesai.

“Bentar beib... Aku istirahat dulu... Memekku masih geliii...Ooohhhh... Malah langsung ditusuukkk... Aaahhh... Aku bisa dapet lagi beiiibbb... Ssshhhttt..” Mulut Dian meracau tak hentinya saat penisku masuk menghujam lubang vaginanya dan langsung ku goyangkan dengan sekuat tenaga.

Plok...Plok..Plok... Suara pantat Dian yang semok dan pinggulku beradu. Aku tak menghiraukan racauan dan desahan Dian dan terus saja menggenjot vaginanya.

“Beiibbb... Akkkuuu ddaappeett lagii... Aaaahhhh...” Kali ini Teriakan Dian tak terbendung sambil vaginanya mengedut kegelian. Crut...crrutt... Kembali Dian memperoleh orgasmenya untuk kedua kalinya.

Berhubung rasa geli di kemaluanku sudah di ubun ubun dan sepertinya sebentar lagi akan meledak, sekalian saja aku balikkan tubuh Dian berganti posisi menjadi Man on top. Dian sepertinya ingin protes namun tenaganya sudah habis terkuras. Akhirnya Dian hanya bisa pasrah menerima seranganku.

Akupun memaju mundurkan pantatku menghujamkan kemaluanku dengan cepat kedalam vagina Dian. Rasanya sebentar lagi spermaku akan meledak keluar.

“Honey... Aku mau keluaarr... Aahhh... Memekmu masih ngelawan aja...”

“Tahan beib... aku juga mau dapet lagi... Keluar bareng aja...Mmmpppphhhttt... di...dalem...aja beib... Aku bentar lagi mens kok... Ooohhh..” Dian langsung menjepit pinggulku seakan takut kemaluanku akan lepas.

Tak berapa lama aku merasakan kedutan dibatang kemaluanku dan terus merayap hingga kepalanya. Kupercepat goyangan pinggulku.

“Aku nyampe honey...” Croott...Croottt Akhirnya kumuntahkan spermaku ke dalam vagina Dian.

“Barengan beib.. Ahhhh... Aku Juga...” Untuk kali ketiga malam ini vagina Dian berkedut kencang merasakan orgasmenya.

Kamipun terkapar kelelahan. Aku langsung lemas dan menindih badan Dian. Dian tersenyum puas memandang wajahku. Kamipun menyelesaikannya dengan saling berpagutan.

Ternyata lumayan juga kami bergumul malam ini, tak terasa waktu telah menunjukkan pukul dua pagi. Aku dan Dianpun tertidur saling berpelukan dibalik selimut dengan tubuh masih telanjang.

Keesokan harinya aku bangun kesiangan. Saat tersadar aku langsung melihat jam tangan pemberian Dian, ternyata sudah menunjukkan pukul sepuluh siang.

Shit...Shit... bakal ga sekolah neh hari ini... Pikirku. Aku langsung membangunkan Dian. Dianpun terkejut ketika bangun saat kutunjukkan waktu sudah beranjak siang.

“Astaga beib... ga sekolah neh kita... Kamu sih tadi malem perkosa aku sampe lemes gini...” Rajuk dian sambil memeluk tubuhku.

“Makasih honey atas kadonya yang paling berkesan.” Balasku sambil menciumnya.

Sebelum check out dari hotel, kami sempat berhubungan sekali lagi saat mandi bersama. Setelah itu kamipun meninggalkan hotel menuju kawasan Suranadi untuk menghabiskan waktu karena sudah tidak mungkin lagi pergi ke sekolah.

Disana kami menikmati makan siang berdua sambil tetap bermesraan. Siangnya sekitar jam pulang sekolah kamipun kembali ke rumah. Sungguh ulang tahun yang sangat mengesankan bagiku.





----------------------





Keesokan harinya aku berangkat sekolah seperti biasanya. Hari ini kembali aku menjemput Dian. Kamipun sudah melupakan perjanjian brengsek yang dibuat Dian.

“Pagi beib... cerah bener keliatannya. Puas ya kemaren kadonya? Hihihi...” Sapa Dian saat aku sampai di rumahnya.

“Kamu juga seger banget rupanya hari ini honey... Udah ga lemes lagi. Keliatan lebih cantik.” Sahutku memuji penampilannya.

“Berarti kemarin kemarin ga cantik gitu...?” Sahutnya menggodaku.

“Selalu cantik... Dimataku kamu akan tetap selalu terlihat cantik, apapun yang kamu kenakan.”

“Gembeelll... Pagi pagi udah ngerayu aja...” Katanya sambil mencubit hidungku.

Kamipun berangkat ke sekolah setelah pamit dengan orang rumah Dian. Sepanjang jalan Dian memelukku erat. Kami tak banyak bicara selama di perjalanan, hanya tanan kami saling menggenggam.

Sesampainya di sekolah aku langsung memarkir motorku. Disana kulihat Arman yang datang bersama Nuri, adiknya sedang ngobrol dengan Iin. Dian langsung bercanda dengan Arman.

“Pet... kenalin neh... Teman saya sekelas, dari kemarin pengen kenalan sama kamu.” Nuri memanggilku dan memperkenalkan Iin kepadaku.

Iin tersipu malu sambil melirikku dan mengulurkan tangannya menyalamiku. Akupun menyambut uluran tangannya secara wajar, namun tiba tiba Dian memanggilku dengan nada sedikit tak senang.

“Beib... Mau masuk kelas ga..? Masa kamu tega liat pacarnya jalan sendirian ke kelas, tadi kan datengnya barengan.”

“Waduh... Dian mulai cemburu lagi, kan Cuma kenalan aja sih... masa ga boleh.. Bukannya kemaren kalian udah enak enakan berdua bolos?? Nginep di hotel mana kemaren?” Arman langsung nyeletuk melihat gelagat Dian yang mulai cemburu melihatku berkenalan dengan Iin.

“Heh...Kampret..!! Omongan ente ga bisa disaring dikit ya...!!” Omelku sambil menendang kaki Arman.

“Iya dooong... kemaren kita abis honeymoon lagi berdua, nginep di Senggigi. Puas puasin semaleman...” Sahut Dian seperti sengaja menceritakan kegiatan kami kemarin. Akupun langsung menyenggol lengan Dian memperingatinya.

Wajah Nuri dan Iin langsung berubah pias seketika mendengar kalimat Dian yang sedikit blak blakan. Iin langsung menarik tangan Nuri mengajaknya untuk masuk kelas meninggalkan kami, dan mereka berdua langsung pamit.

“Heh... Cungkring...!! Awas aja ya kalo lagi sekali kamu ngenalin yayangku ini ke cewek cewek. Aku botakin rambutmu yang kayak sarang tawon dan aku sumpahin jadi lurus...!!” Omel Dian sambil mencubit perut Arman.

“Eeeehhh... Bukan saya kok yang ngenalin... Nuri tuh... Kok malah saya yang jadi sasarannya..” Arman mengelak sambil menahan sakit terkena cubitan Dian. Dianpun dengan cuek langsung menarik tanganku dan Arman mengajak kami menuju kelas.

Saat tiba di dekat kelas kami, Triana melihat Dian sedang menarik aku dan Arman yang berusaha melepaskan diri dari tangan Dian.

“Eh.. Itu kenapa pake ditarik tarik segala..?” Tanya Triana keheranan melihat Dian masih menarik tangan kami berdua.

“Nih.. Si Abbott dan Costello ini berulah lagi ngegodain cewek cewek di depanku...!!!” Sungut Dian menyamakan aku dan Arman seperti tokoh komedi bloon dari Amerika sana.

“Kapookk... Lagian pak cik ini nekat bener di depan toge malah godain cewek.” Sahut Triana.

“Eh... Aku ga pernah ngegodain cewek kok... Ini nih gara gara adiknya si kampret ini yang ngenalin Iin di depannya Dian.” Sungutku.

“Yee... Dia yang kenalan malah ane yang dibawa bawa...”Sahut Arman menepis tangan Dian dan langsung masuk kelas meninggalkan kami.

“Jangan kasi kenalan ge... Iin itu adiknya Wina, dari dulu emang ngebet banget pengen kenalan sama Pak cik ini. Padahal udah berapa kali aku kasi tau kalo pak cik ini udah punya cewek tapi masih aja ngebet pengen kenalan.” Triana malah sengaja memanas manasi Dian, dan sepertinya memang berhasil.

“Ooo... Coba aja kalo dia berani deketin yayangku lagi. Kamu juga beib...!! Awas aja kalo sampe ngedeketin dia lagi. Aku potong tititmu pas kamu tidur, biar ga bisa ngapa ngapain lagi...!!” Omelnya. Triana hanya tertawa mendengar ancaman Dian.

“Kalian berdua emang kompakan kalo masalah nyiksa aku. Ini juga unyil ngapain juga pake ikut ikutan segala..!!” Suntukku ke Triana.

Tak lama Dianpun meninggalkan aku dan Triana menuju kelasnya. Tak lupa Dian kembali mengingatkanku dan mengancamku agar tidak menemui Iin lagi. Akupun hanya menjawab seperlunya saja.

Saat hendak masuk ke dalam kelas Triana langsung menarikku menuju bangkuku dan langsung mendudukkanku.

“Cerita...!! Kemaren kalian kemana aja, pake bolos sekolah segala...!! Jangan bilang kalian check in lagi di hotel..!!” Triana langung menginterogasiku sambil memelototkan matanya.

“Apaan sih nyil penasaran banget... Pengen tau aja sih...”

“Kamu ngapain aja sama toge itu seharian...?? Nginep dimana??” Triana masih memaksaku untuk bercerita.

“Nginep di Senggigi unyiilll.... Puas...??”

“Kamu gituan lagi ya sama toge..?” Bisiknya sambil menarik tanganku.

“Kayaknya ga perlu di jawab dah kalo masalah itu...” Sahutku sambil tersenyum.

“Iiihh... Pak cik ih... Aku sekarang malah jadi takut kalo berduaan sama kamu, soalnya kata orang cowok itu kalo sekali udah pernah ngerasain begituan pasti ketagihan dan pengen terus. Iiihh... Serem...” Sahutnya sambil bergidik.

“Ya elah... Sekarang aja bilang serem... kemaren waktu di Sembalun kamunya malah mendesah keenakan waktu aku pegang...” Belum sempat aku melanjutkan, Triana langsung mencubitku saat aku menggodanya dengan mengenang kembali kejadian Sembalun di waktu malam sebelum Dian datang.

Belum sempat Triana mengeluarkan kata katanya, bel tanda pelajaran pun berbunyi, dan tak lama guru yang akan mengajar pada pelajaran pertama hari inipun langsung masuk. Fiuh... Saved by the bell, finally... Batinku.

“Lanjutin nanti waktu jam istirahat...!!!” Triana berbisik kemudian langsung berbalik menghadap depan kelas.

Selama pelajaran berlangsung kulihat Triana seperti tidak fokus mengikuti pelajaran. Dia terkadang menoleh ke arahku seperti hendak bertanya sesuatu, namun selalu kuacuhkan.

Bahkan saat pegantian mata pelajaran Triana kembali menoleh kebelakang dan lagi lagi bertanya tentang kegiatanku kemarin bersama Dian.

“kamu kenapa sih nyil hari ini kok aneh sekali...? Masih waras kan...??” Tanyaku sambil memegang keningnya.

“Apaan sih pak cik...!!! Kamu pikir aku demam pake pegang pegang keningku segala.” Protesnya.

“Nah kamunya aneh bener sikapnya pagi ini, ga seperti biasanya. Kayak pengen tau banget aku ngapain aja sama Dian. Kamu cemburu ya...” Godaku.

“Kalo iya kenapa..!! Huh... Kegeeran banget sih aku cemburu ke kamu...” Ketusnya.

“Bentar dulu nyil... Kamu belum jawab pertanyaanku, kenapa sih kamu sepertinya penasaran banget aku dan Dian kemaren ngapain aja...” Tanyaku lagi.

“Gapapa pak cik... Soalnya kemarin waktu kamu maen ke rumahku itu Dian kan marah sama kamu... Terus aku belum sempet nanyain lagi ke kamunya. Aku kan jadi ga enak sama kamu.”

“Kita baik baik aja kok nyil... Buktinya kemarin malah nginep di Senggigi, pake candle light dinner segala. Eh...” Aku tersadar sudah kelepasan ngomong.

“Nah kan... Akhirnya ngaku juga pake nginep bareng lagi...” Katanya sambil tersenyum.

“Soalnya kemarin waktu dirumah toge sempet ngomong sama aku...” Lanjutnya

“Eh... Ngomong apaan nyil..??” Sahutku, gantian penasaran.

Belum sempat Triana berbicara, kembali guruku masuk kelas dan mulai mengajar. Aku yang belum mendapatkan jawaban dari Triana langsung jengkel dan memanggilnya. Triana tak menggubrisku, malah tersenyum menggodaku dan menoleh kepadaku sambil berkata,

“Rasain... Kayak gitu dah rasanya penasaran... Hihihi.”

Akhirnya aku harus menanti sampai jam istirahat tiba. Tepat setelah bel istirahat berbunyi aku langsung berdiri dan menarik Triana untuk berbalik menghadapku.

“Sekarang cerita...!! Dian ngomong apa aja sama kamu...” Sekarang giliran aku yang menginterogasi Triana.

“Kayaknya makan soto di kantin enak nih... apalagi ada yang bayarin...” Goda triana sambil matanya melirik ke atas seakan mencari sesuatu.

“Iya...iya...!! Tar aku beliin Soto... Sekarang cerita dulu...” Desakku, namun Triana tetap pada pendiriannya minta di traktirin terlebih dahulu.

Akhirnya akupun mengalah dan mengajaknya langsung menuju kantin. Triana kegirangan seperti anak kecil yang diberi permen. Kamipun langsung menuju kantin.

Sesampainya di kantin kami langsung mencari tempat duduk yang kosong kemudian memesan dua porsi soto dan minumnya. Tadi sempat aku melihat kelasnya Dian, mereka masih belum selesai belajar. Mungkin karena sebentar lagi kelas tiga akan ujian jadi ada pelajaran tambahan.

“Nah... Sekarang cerita... Soto sama minumnya udah aku beliin.”

“Hmm... Kemaren Dian ngomong...” Triana sengaja memotong ucapannya sambil menyuap sotonya.

“Unyil Jangan becanda ah... pake di lama lamain segala ngomongnya.” Ucapku kesal sambil mencubit pipinya.

“Santai dulu pak cik... Aku nikmatin dulu lah soto gratis ini...” Ucapnya sengaja melambatkan gerakan menyuap sotonya.

Aku yang sudah tidak sabaran hanya bisa menggerutu melihat tingkahnya yang menyebalkan ini. Triana malah semakin menggodaku, sambil tersenyum dia sengaja lebih melambatkan lagi suapannya.

“Apa perlu aku suapin biar cepet...? Buruan...!! Atau kamu mau aku cium dulu disini, biar diliatin sama anak anak...” Ancamku.

“Tenang pak cik... Jangan buru buru gitu. Soalnya yang Dian omongin ke aku itu lumayan penting juga sih...” Katanya sok penting, sambil tetap tersenyum.

Aku bisa menebak kalau Dian sudah memberitahu Triana untuk menjaga jarak denganku, sesuai permintaannya kemarin malam saat kami makan malam di pinggir pantai.

“Kemarin... waktu toge main kerumahku, waktu kamu disuruh pulang sama dia...”

“Iyaaa... Tauu... Langsung aja to the point... ga usah muter muter dulu...” Potongku tak sabar.

“Dian bilang... ‘Nyiilll... Kangen...’ terus dia meluk aku... Udah, gitu aja sih...” Sahutnya cuek.

Aku hanya bisa bengong, benar benar terperangah mendengar ceritanya yang sangat sangat tidak penting itu.

“KAMPRET...!!! Udah bener bener serius akunya dengerin... sampe tekor traktirin soto taunya Cuma denger cerita gitu doang...??”Aku langsung bangkit dan mencubit pipinya dengan sekuat tenaga, jengkel karena sudah dikerjain Triana.

Triana langsung mengaduh kesakitan karena pipinya kucubit dengan gemasnya. Akupun tak peduli, mungkin jika di kantin ini ga ada orang udah aku lumat bibirnya yang sedang mengunyah makanan itu.

“Eh... ada apa ini kok saling cubit cubitan gitu..?” Tiba tiba Dian muncul sambil mencomot gorengan yang ada di depan kami.

“Ini nih pacarmu... pelit banget sih dimintain traktiran ultahnya... Masa dia marah aku minta bayarin soto...” Sahut Triana sambil memegang pipinya yang memerah.

“Lhooo... Ga boleh gitu beib... Jangan pelit pelit lah jadi orang... Tar rejekinya seret loh...” Dian tanpa mengerti pangkal masalahnya langsung membela Triana, sedangkan Triana langsung tersenyum jumawa merasa menang.

“Eehh... Si kampret unyil ini bukan minta traktirin... Dia abis malakin aku honey... Dia tuh sengaja ngerjain aku bilangnya mau ngasi info kalo kamu ada ngomong sesuatu yang penting ke dia. Aku kan penasaran pengen tau kamu ngomong apa aja sama dia... Eh.. taunya Cuma bilang ‘unyil...kangeenn..’” Sahutku geram sambil menirukan mimik wajah Triana.

Triana langsung kembali tertawa terbahak bahak melihat ekspresi wajahku yang menirukan dia. Sedangkan Dian hanya bisa bengong.

“Loh... Kan emang bener aku bilang gitu ke unyil waktu di rumahnya, emang ada yang salah..?” Jawab Dian dengan polosnya.

“Salahnya iblis yang goda Nabi Adam makan buah Khuldi...!!” Geramku.

“Udah pak cik... Jangan marah terus... Kamu kan belum traktir aku kemarin pas ultah, makanya itu sengaja aku kerjain buat minta traktiran...Hihihi... Oya... Selamat ultah ya pak cik... Panjang umur dan selalu bahagia, langgeng terus sama toge...” Triana meraih tanganku menyalamiku dan hendak mencium pipiku, namun langsung dicegah oleh Dian.

“Eits... Cukup salaman aja... ga pake nyosor pipi segala... apalagi mulut...” Tahan Dian. Aku langsung manyun melihat Dian menahan kepala Triana yang siap maju mencium pipiku.

“Dih... Toge pelit... Masa cium pipi aja ga boleh...” Protes Triana.

“Sorry nyil... kuotamu untuk mesra mesraan sama yayangku udah abis... Sekarang dia jadi milikku seutuhnya. Hehehe...”

Aku cukup kaget mendengar Dian mengatakan itu ke Triana, walaupunsepertinya Triana menerimanya dan mungkin hanya dianggap becandaan olehnya.

“Ya udah lah... Aku mau balik lagi ke kelas.. Udah kenyang ini. Pak cik... Makasih ya atas traktiranya. Hihihi... Oya..” Triana merogoh sakunya dan mengambil sesuatu dari dalamnya dan menyerahkan kepadaku.

“Nih... kado dari aku... Mudahan kamu suka. Dah ah... aku balik. Sekali lagi tengkiu ya...” Ucapnya sambil meninggalkan aku dan Dian.

Aku yang belum sempat mengucapkan terima kasih langsung membuka bungkusan kado yang diberikan Triana. Sebuah kaset tape boy band Indonesia yang sedang naik daun saat ini karena personilnya cover boy semua, COBOY... Salah satu boy band yang paling aku benci.


[​IMG]

Dian melihat raut wajah tak senangku dan langsung memegang tanganku dan mengambil kaset itu. Sambil tersenyum Dianpun berkata,

“Apapun pemberian orang, berapapun harganya, suka tak suka, kita harus terima dengan lapang dada, tanpa rasa pamrih. Karena mungkin orang yang memberikan ke kita niatnya memang sangat tulus...” Dian tersenyum sambil sedikit menceramahiku.

Akupun langsung minta ijin ke Dian untuk kembali ke kelasku dan mengejar Triana, Dian mengangguk pelan sambil menyuruhku untuk mendatangi Triana yang memang masih belum jauh meninggalkan kami.

“Nyil... Tunggu...” Panggilku ke Triana saat dia baru saja tiba di depan kelasku dan hendak masuk. Triana langsung menoleh ke arahku.

“Makasih ya kadonya... Akan tetap aku simpan dan ku dengarkan semuanya...” Ucapku sambil menggenggam tangannya.

Triana hanya tersenyum kecil dan mengangguk kemudian masuk meninggalkanku.






------------------------------------

No comments:

Post a Comment