Friday 15 June 2018

Cerita SMA....53

DIAN ANGGRAINI


[​IMG]


LUH AYUANDARI

[​IMG]




++
++++++



If I could save Time In A Bottle,
The first thing that I'd like to do.
Is to save every day,
Till eternity passes away,
Just to spend them with you.
If I could make days last forever;
If words could make wishes come true.
I'd save every day like a treasure and then,
Again, I would spend them with you.


But there never seems to be enough time,
To do the things you want to do once you find them.
I've looked around enough to know,
That you're the one I want to go through time with.




Aku membuka mataku yang masih sepet di hari ini, tubuhku masih terbalut selimut. Aku mengintip ke dalam selimut ternyata aku masih tidak memakai apa-apa. Ku lihat di sebelah Dian sudah tak ada d sampingku. Aku pun melepas pandangan di sekeliling mencarinya, ternyata Dian sedang membelakangiku sambil menghadap ke kolam renang sedang membuat secangkir kopi untukku.

Pagi ini Dian tampak sangat seksi dengan lingerienya, dan sepertinya ia tidak menggunakan daleman sama sekali. Nampak pantatnya yang bulat dan semok terlihat jelas dari balik lingerienya itu.

“Morning beib...” Sapanya sambil tersenyum menoleh ke arahku.

Tak lama ia pun berjalan mendekatiku sambil membawa segelas kopi yang ia buat kemudian diletakan di nakas dekat kasur kami.

If I had a box just for wishes,
And dreams that had never come true.
The box would be empty,
Except for the mem'ry of how,
They were answered by you.
But there never seems to be enough time,
To do the things you want to do once you find them.
I've looked around enough to know,
That you're the one I want to go through time with.

Lagu Time in a bottle dari Jim Croce ini masih menemani kami di pagi yang cerah ini. Entah kenapa lagu ini bisa di putar di TV, membuat suasana menjadi melow... sedangkan aku merasa hari ini sangat bersemangat dan bergairah setelah tadi pagi sebelum tidur kami sempat berhubungan badan.

Dian langsung naik ke atas kasur dan kembali memelukku dan mencium ku dengan mesra, atau tepatnya dengan penuh nafsu.

“Kamu seksi banget pake baju itu honey... Bikin konak aja..” Bisikku sambil menciumnya. Dian hanya tersenyum dan balas menciumku pelan menggodaku.

“Kenapa..?? Pengen lagi..?? Tadi pagi belum puas ya..??” Senyumnya sambil menggodaku. Tangannya di arahkan ke selangkanganku dan ia mulai mengelus-elus kemaluanku yang sudah berdiri tegak.

“Katanya lagi honeymoon... Jadi ya mesti dipuasin lah...” Ucapku sambil meraba payudaranya.

“Hmmmhh... Kayak lagu ini dong... Waktu ga pernah cukup buat kita untuk selalu bisa bersama... Aahhhh..” Dian mendesah sambil mencium leherku.

Dan kami pun kembali bercumbu. Aku tak membutuhkan waktu lama untuk menelanjangi Dian. Kami saling bergumul dan saling melumat dengan lembut. Kami sangat menikmati percumbuan kami di pagi ini sementara kemaluan kami sudah tertanam menyatu tanpa perlu pemanasan yang lama karena kami sudah benar-benar terangsang.

Posisi Dian yang berada diatasku membuatnya bebas menggerakkan tubuhnya memompa kemaluanku yang tertanam di lubang kenikmatannya. Desahan Dian terdengar sangat erotis bagai musik paling merdu yang pernah aku dengar.

Sesekali aku melumat bibirnya untuk meredam suara desahannya yang kadang tidak sengaja Dian sedikit memekik agak keras menikmati rasa enak di kemaluannya agar suaranya tidak terdengar sampai keluar kamar. Namun kadang aku juga tidak mengacuhkan erangan Dian yang lumayan keras karena ku pikir Hari dan Ayu pasti juga berbuat hal yang sama dengan kami.

Saat Dian sedang asyik menggoyangkan tubuhnya diatas tubuhku, tiba-tiba pintu kamar di ketuk dari luar. Dian langsung menghentikan gerakannya dan menoleh ke arah pintu. Namun tak lama Dian melanjutkan lagi goyangannya karena suara ketukan di pintu sudah hilang.

Tok...Tok...Tok...

“Pet... Dah bangun..?” Kembali terdengar suara ketukan di pintu di tambah suara panggilan Ayu dari luar.

Kami yang merasa terganggu langsung menghentikan kegiatan kami. Dian langsung menampakkan wajah cemberutnya, tak senang karena merasa terganggu. Namun ia tetap saja berusaha menggoyangkan tubuhnya memompa kemaluanku.

Tok...Tok...Tok...

“Dian... Pet...” Kembali Ayu memanggilku. Aku langsung menghentikan goyangan Dian dan mengangkat badannya dari atas badanku.

“HUH...!! Ngapain lagi sih...!! Ngeganggu orang lagi enak aja...!!” Sungut Dian dengan jengkelnya. Ia langsung rebahan di sampingku sambil menutup tubuhnya dengan selimut.

Aku langsung beranjak dari tempat tidur dan mengenakan piyama villa dan berjalan menuju pintu dan membukanya sedikit untuk mengintip keluar. Di depan pintu Ayu dan Hari berdiri sambil tersenyum kepadaku.

“Ada apa..? Ngegangguin orang lagi enak-enakan aja...!!” Sungutku.

“Hehehe... Sorry pet... Kita Cuma mau tanya, jam berapa mau jalan-jalannya...” Sahut Hari tanpa rasa berdosa.

“Kampret... Cuma nanya gitu doang...!! Tar..!! Masih pagi ini...” Sahutku cuek sambil berusaha menutup pintu. Namun Ayu langsung menahan pintuku dan membukanya sedikit lebar.

“Eh... Kalian lagi gituan ya... Waduh... Sorry deh udah ngeganggu... Tapi ini dah siang loh... Udah ampir jam sepuluh... Tar kita ga bisa pergi ke banyak tempat... Tar malem kan kami mesti balik..” Ucap Ayu saat ia melihat Dian masih tertutup selimut di kasur.

“Kalian tuh ya... Nggak bisa liat orang seneng... Mending kalian masuk kamar sono... maen kuda-kudaan juga, jangan gangguin orang lain. Lagian kalian kan pulangnya tar malem... Masih banyak waktu lah... Tar aja jam dua belasan kita jalannya.” Sewot Dian sambil mengusir Ayu.

“Ya udah yuk kita ke kamar aja kalo gitu... Eh... Kalo kami gituan di kolam boleh ya... Tapi kalian jangan ngintip...” Sahut Hari sambil menarik tangan Ayu dan pergi meninggalkan kami yang masih gondok.

“Terserah...!! Bodo...!! kalian mau ngentot di luar kek... Di kolam kek... Terserah...!! Yang penting jangan gangguin kami..!!” Teriak Dian sambil melemparkan bantal ke arah pintu. Hari dan Ayu hanya tertawa melihat Dian yang masih sewot kemudian pergi meninggalkan kami.

Asem...!! Gara-gara gangguan Ayu dan Hari nafsu kami pun menghilang. Akhirnya kami hanya bisa rebahan dan masih berpelukan sambil menonton TV. Wajah Dian masih cemberut karena kejadian tadi.

Aku masih saja berusaha menggoda dan merangsang Dian agar mau melanjutkan aktivitas kami yang tadi sempat terhenti. Namun sepertinya Dian sudah tidak bernafsu lagi.

“Udah deh beib... Aku udah nggak mood lagi buat ngelanjutin...” Ucap Dian dan langsung bangkit hendak meninggalkanku.

“Eh... Mau kemana honey..?” Tanyaku.

“Mandi... Katanya mau pergi...” Sahutnya sedikit ketus sambil berjalan ke arah kamar mandi.

“Mandi bareng aja yuk... Sapa tau masih bisa lanjut.. Hehehe..” Sahutku menggodanya sambi tersenyum dan mengikutinya ke kamar mandi.

Di dalam kamar mandi Dian langsung menyalakan shower dan berdiri dibawahnya. Ia tampak menikmati siraman air hangat dari shower itu sambil menggosok badannya. Aku pun tak tinggal diam melihatnya. Aku langsung ikut membantunya menggosok badannya. Sebenarnya sih mengelus badannya, bukan menggosok sambil sedikit merangsangnya.

“Tetep ya... Nggak mau rugi... Masih aja usaha buat ngerangsang aku..” Ucap Dian sambil membalikkan badannya menghadapku dan ikut meraba tubuhku.

“Namanya juga nafsu udah di ubun-ubun tiba-tiba ada gangguan kan kasian dedekku nahan konak...” Sahutku mulai mencumbunya.

Dian sudah mulai mengeluarkan desahan pelan menikmati rabaanku pada payudaranya dan selangkangannya.

Kami pun terus melanjutkan rangsangan di tubuh kami sambil sesekali menuangkan sabun cair ke badan. Dian sepertinya sudah mulai terangsang dengan cumbuanku. Ia pun mulai mencium bibirku dengan penuh nafsu dan memainkan kemaluanku dengan mengocoknya secara perlahan.

Akhirnya kami melanjutkan persetubuhan kami di bawah guyuran shower di kamar mandi ini. Suara erangan dan desahan Dian bercampur dengan suara rintik shower yang menyiram kami.

“Beibhh... Pindah ke kamar yuk... Hhhhmmmmppphh.... Enakan di kasurr...” Desah Dian saat aku sedang asyik menggenjot pantatnya yang semok dari belakang dengan posisi Dian memegang tembok kamar mandi.

Kami pun langsung keluar dari kamar mandi sambil berciuman. Dian tetap memegang dan mengocok kemaluanku selama kami berjalan menuju kamar. Namun saat kami tiba di kamar, samar-samar dari arah kolam renang kami mendengar suara seseorang sedang mendesah.

Kami penasaran mendengar suara desahan tersebut kemudian membuka sedikit gorden jendela kamar dan mengintip ke arah kolam renang.

“Gilaa... Ternyata beneran si Hari ngentotin Ayu di kolam renang... Nekat juga tuh mereka..” Sahut Dian kaget.

“Mau gabung bareng mereka honey..?” Godaku sambil mencium tengkuknya dan meremas payudaranya, aku mencoba memasukkan kembali kemaluanku di lubang vaginanya.

“Aaahh... Mmmmpphhh... Gila aja gabung... Masa begituan rame-rame.. Sssshhhtttt... Emang kamu mau aku bugil diliatin Hari..?” Tanya Dian sambil tetap mendesah ketika aku telah melesakkan kemaluanku ke dalam vaginanya.

“Ya nggak sih... Tar malah pengen lagi si Hari ngeliat badanmu.” Ucapku sambil menusuk vaginanya lebih dalam.

“Ooohh... Nah... Itu tau... Aku ga mau badanku ini dijamah cowok lain selain kamu beibbhh... Aaahh...” Desah Dian.

Kami pun melanjutkan permainan kami dengan berdiri sambil berpegangan pada kaca jendela kamar dan tetap mengintip Ayu dan Hari yang juga bersetubuh di dalam kolam.

Memang ada sensasi tersendiri saat kita berhubungan sambil menyaksikan pertunjukan langsung orang yang juga sedang bercinta. Rasanya nafsuku sudah tidak terbendung lagi. Sepertinya Dian tak jauh beda denganku. Ia malah menjadi semakin liar. Erangan dan desahan Dian semakin tidak terkontrol seakan sengaja mengeluarkan erangan erotisnya dan ingin menyaingi desahan Ayu di luar sana.

“Wooiii... Suaranya jangan kenceng-kenceng... Kedengeran sampe luar...” Teriak Hari menggoda kami.

“Aahh... Bodo..!! Kalian juga gila malah ngentot di dalam kolam... Ooohhh Beibbb...” Dian membalas teriakan Hari sambil mendesah keras.

Karena merasa kecapean berdiri, kami pun pindah ke kasur dan melanjutkan permainan kami. Sepertinya Hari dan Ayu menyudahi permainan mereka dan kembali masuk ke kamarnya. Aku pun tak lama kemudian menyelesaikan permainanku dengan Dian. Sayangnya Saat ini Dian masih dalam masa subur katanya, jadi aku tidak bisa leluasa menyemprotkan spermaku ke dalam vaginanya, apalagi aku tidak menggunakan kondom.

“Hah...Hah... Harusnya kamu minum pil KB juga honey biar ga hamil kayak Ayu, jadi aku bisa puas nembakin di dalem inimu..” Sahutku tersengal-sengal sambil meraba vaginanya.

“Kamu kok tau Ayu minum pil KB..?” Tanya Dian heran. Duh... ampir aja kelepasan lagi.

“Si Hari tuh yang ngomong... Dia kan paling ga demen pake kondom, terus dia maunya tiap begituan harus di muntahin di dalem. Jadi Ayu disuruh minum pil KB sama dia.” Ujarku.

“Wah... Gila juga ya mereka.. Pasti sering banget begituan sampe bisa nyiapin segitunya.”

“Ayu tuh tinggal bareng kakaknya aja... Trus rumahnya tiap hari kan selalu sepi. Jadi Hari tiap malem pasti maen terus ke sana. Sering kok mereka nginep dan tidur bareng di rumahnya Ayu. Kakaknya malah cuek aja tuh..” Ujarku menceritakan tentang hubungan Hari dan Ayu.

“Iihh... enak banget... Tuh beib... contoh dong Hari..” Ucap Dian.

“Emang kamu mau begituan juga tiap hari..? Coba aja rumahmu atau rumahku sepi terus... Pasti kita bisa gituan tiap hari juga.”

“Iiihh... Kamu tuh ya... Yang dipikirin Cuma mesumnya aja... Maksudku liat Hari yang tiap hari bela-belain dateng ke rumah Ayu.” Ucap Dian kesal sambil mencubitku.

“Oya honey... Ampir lupa...” Ucapku saat mengingat sesuatu.

Aku beranjak dari tempat tidur dan mengambil sesuatu dari tas ku. Dian hanya menatapku bingung melihat aku membongkar tasku. Ku keluarkan bingkisan kecil dari tas dan kembali rebahan disamping Dian.

“Kado ultahmu... Kemarin aku sengaja belum kasi ke kamu, nunggu moment spesial seperti ini. Sekali lagi Happy Birthday my lovely princess...” Ucapku sambil menyodorkan kotak kecil berbentuk hati berlapis kain beludru berwarna biru. Dian hanya bisa terdiam kaget menerima bingkisan yang aku berikan.

“Kamu... ngelamar aku ya beib...” Ucapnya sambil tersenyum dengan mata berkaca-kaca.

“Iya... Tapi sementara itu dulu yang bisa aku berikan ke kamu.” Ucapku sambil tersenyum dan mengelus pipinya.

Dian langsung membuka bingkisan dariku. Ia pun sedikit terkejut saat mengetahui benda yang aku berikan, sebuah liontin perak berbentuk pinguin yang imut. Dian nampak senang menerima pemberianku. Dengan air mata yang sudah mulai keluar Dian langsung memelukku dan menciumiku.

“Kamu ngga perlu ngasi kayak gini, aku udah cinta banget sama kamu beib... Makasih ya... Liontin ini akan terus aku pakai dan ngga akan aku lepasin. Semoga kamu bisa menjadi seperti penguin ini yang selalu setia sama pasangannya sampai mati.” Ucapnya terharu. Aku mengangguk mengiyakan

“Aku anggap kamu sekarang sedang melamar aku beib... Ini yang kamu beli bareng Triana kemaren ya... Pake di sembunyiin segala.”

Aku hanya bisa menganggukkan kepala dan tersenyum menjawab kalimat Dian. Dian kembali memelukku dengan mesra.

“Dah yuk kita siap-siap... Ngga enak juga sama Hari dan Ayu.” Sahutku sambil mengajak Dian untuk bangun dan bersiap pergi.

Akhirnya kami kembali membersihkan diri dan bersiap-siap untuk memulai perjalanan liburan kami hari ini. Dian memilih untuk pergi ke Bedugul dan Tanah Lot.

Saat kami keluar dari kamar, Hari dan Ayu sudah menunggu kami di depan TV. Hari menggunakan celana pendek dan kaos oblong, sedangkan Ayu menggunakan kaos ketat dipadu cardigan tipis dengan rok mini bahan jeans.

Melihat penampilan Ayu pagi ini membuat mataku sedikit melotot, karena Ayu benar-benar memamerkan pahanya yang putih.

“Gila Yu... Itu rok ga ada yang lebih pendek lagi...?? Sekalian aja jangan pake rok kalo gitu.” Ujarku melihat penampilan Ayu yang membuat kemaluanku sedikit menggeliat.

“Lah... Itu pacarmu juga penampilannya kayak gitu, malah lebih parah lagi.” Ucap Ayu sambil menunjuk Dian.

Pagi ini Dian memang sengaja memakai tanktop dipadu dengan celana pendek jeans yang super pendek sehingga membuat bongkahan pantatnya tercetak jelas dan pahanya yang mulus terekspose kemana-mana.

“Yee... Namanya juga mau liburan ke pantai... Pakaiannya harus seksi doong.. masa kalah sama bule-bule disini...” Sahut Dian cuek.

“Nggak papa Pet... Biar gampang kita nanti kalo mau ngapa-ngapain...” Sahut Hari, dibalas dengan lemparan tissue dari Dian dan cubitan Ayu.

“Dasar cowok-cowok ini pikirannya ngeres terus..” Dengus Ayu.

Hari ini giliran Hari yang menyetir, karena aku masih merasa ngantuk akibat tadi malam tidak tidur dan paginya masih diajak Dian untuk bercinta.

Sepanjang jalan menuju Bedugul aku menghabiskan waktu dengan tidur di kursi belakang dengan Dian. Ayu yang menemani Hari yang sedang menyetir sesekali ngobrol dengan Dian dan terkadang mereka tertawa saat menggodaku yang sedang terlelap.

Setelah menempuh perjalanan hamipr dua jam tibalah kami di daerah bedugul. Disini hawanya lumayan sejuk, malah terasa sedikit dingin karena merupakan dataran tinggi. Ayu menyarankan kami untuk menuju pasar seni di Bedugul sebelum menuju danau Beratan.

Saat turun dari mobil di pasar seni, Dian langsung memelukku karena merasa kedinginan, walaupun sekarang masih terhitung siang namun udara memang terasa lumayan dingin.

“Beib... Kamu jalannya jangan cepet-cepet... Aku kedinginan neh... Peluk dong..” Ucap Dian manja.

“Makanya.. Sapa suruh pake baju kayak gitu... Udah tau mau ke gunung malah pake baju pantai..” Sahut Ayu mengejek penampilan Dian.

“Eh.. Tapi kan abis ini kita emang mau ke tanah lot...” Ujar Dian nyolot, masih memelukku.

Dan otomatis, sepanjang jalan dari parkiran mobil hingga memasuki pasar seni Dian tetap merangkulku. Alhasil kami pun menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada disana. Tapi yang namanya Dian tetap aja cuek berjalan dengan santainya sambil tangannya tak pernah lepas dari badanku.

Namun ketika sudah memasuki kawasan pasar Dian langsung melepaskan pelukannya. Ia bahkan seperti melupakanku langsung bersemangat karena melihat barang-barang yang di jual menarik hatinya. Waduh... Bakalan jadi kacung lagi neh bawain belanjaan tuan putri, batinku.

Seperti biasa, Ayu dan Dian seperti orang kesurupan mengambil barang dan menawar kesana kemari. Aku dan Hari hanya bisa mengikuti langkah pasangan kami dengan wajah pasrah.

“Tadi siapa ya yang katanya kedinginan sampe ga mau lepasin pelukannya...” Sindir Hari saat melihat Dian yang dengan lincah dan semangat memilih oleh-oleh. Namun Dian tak menghiraukan sindiran Hari malah semakin menarik tangan Ayu menjauh dari kami.

“Harusnya tadi Ayu ga usah ngajakin kesini... Kalo gini caranya sih yang nikmati liburan Cuma mereka aja Har..” Sahutku lemas.

Setelah puas berbelanja Kami pun melanjutkan perjalanan kembali menuju danau Beratan. Eh... Sorry... Aku ralat.. Maksudnya setelah kedua cewek itu puas berbelanja dan Aku serta Hari kecapean menemani mereka berkeliling di pasar seni tadi, kami kembali menuju danau Beratan.

Disini aku memaksa mereka untuk menyewa boat berkeliling danau beratan yang indah ini, walaupun tadi Dian sempat menolak karena ia memang takut naik boat. Setelah puas berkeliling danau, aku pun kembali mengajak mereka untuk makan siang dengan menu sate kelinci.

Lagi-lagi Dian dan Ayu tidak mau mengikuti kemauan kami. Alasannya sih ga tega makan sate binatang yang terkenal imut itu. Namun aku dan Hari tetap cuek menyantap sate kelinci dengan lahap.

“Persiapan tempur tar malem...” Sahutku sambil tetap mengunyah sate kelinci pesananku.

“Penyiksa binatang imut... Biadab..!!” Dengus Dian dan Ayu dengan kesal.

Akhrnya daripada menahan lapar, mereka pun memesan... BAKSO... Aku dan Hari hanya bisa menggelengkan kepala melihat mereka menikmati semangkok bakso.

“Ckckck... Jauh-jauh kesini Cuma makan bakso doang... Di lombok juga ada kan bakso, ngapain juga jauh-jauh kesini makan bakso...” Ejek Hari.

“Pembunuh...!!” Dengus Ayu masih kesal dengan kami. Aku dan Hari hanya bisa tertawa melihat tingkah mereka.

Setelah makan siang kami pun menyudahi liburan kami di Bedugul dan melanjutkan perjalanan menuju Tanah Lot.

Kali ini aku yang mengemudikan mobil dengan Hari yang berada di sampingku. Sementara kedua cewek kami duduk di belakang sambil ngerumpi.

Setelah beberapa jam di perjalanan kami tiba di Tanah Lot saat hari sudah mulai sore. Disini kami memilih untuk beristirahat dan mencari cafe yang ada di ujung pantai agar bisa menikmati pemandangan sore ini. Kami sengaja memilih ke Tanah Lot sore hari , mengingat Dian yang sangat menyukai sunset dan kami memang berniat untuk melihat sunset disini.

Kami duduk di beranda cafe sambil menikmati senja yang sebentar lagi akan datang. Dian duduk bersamaku di satu kursi santai sambil merebahkan badannya dan mendekapku erat. Sepertinya ia kelelahan setelah seharian berbelanja di Bedugul tadi. Ayu ada di kursi sebelah kami ikut merebahkan badannya, sedangkan Hari berdiri di tembok pembatas area cafe sambil memandang ke arah pura yang ada di tengah pantai di tanah lot ini.

“Kamu kecapean ya honey... Jangan terlalu capek loh.. Nanti malah sakit pas balik liburan..” Ujarku sambil mencium keningnya.

“Kalau aku sakit kan ada kamu yang ngerawat...” Balasnya.

“Ya jangan sampe sakit lah... Kalo gitu tar balik dari sini istirahat aja, nggak usah kemana-mana lagi.” Sahutku menasihatinya.

“Setelah sunset kita langsung balik aja. Lagian Ayu dan Hari kan mau balik juga tar malem, biar mereka dapet istirahat dulu lah di villa.” Lanjutku. Dian sedikit merengek manja memaksaku untuk duduk sedikit lebih lama disini, namun aku tetap memaksanya untuk kembali ke villa secepatnya.

Akhirnya Dian pun mengikuti saranku walau dengan hati terpaksa. Kami pun pulang kembali ke villa tepat setelah matahari menghilang di batas garis cakrawala.

Setibanya kembali di villa, Dian langsung membanting diri di kasur. Sedangkan aku membantu Ayu dan Hari mempersiapkan barangnya karena rencananya tengah malam nanti mereka akan berangkat pulang.

“Nggak apapa neh kalian balik berdua tengah malam nanti..?” Tanyaku sedikit basa-basi.

“Kamu mau nemenin..?” Hari balik bertanya. Aku langsung cepat menggelengkan kepala.

“Hehehe... Gak papa kok pet... Nyantai aja... Aman kok jalan malem disini... Thanks ya udah diajakin liburan disini..” Lanjut Hari menenangkanku. Aku hanya mengacungkan jempolku.

“Eh... berenang dulu yuk sambil ngelemesin otot..” Ajakku sambil melepas baju dan berjalan ke kolam.

“Ikut...” Ucap Ayu langsung meninggalkan Hari yang masih merapikan barang-barangnya dan masuk ke kamar mandi untuk berganti baju renang.

Malam ini aku hanya berendam di dalam kolam renang sambil memejamkan mata. Dian sepertinya tertidur karena kecapean. Tak lama Ayu menyusul masuk ke kolam renang dengan menggunakan pakaian renang two pieces. ASEM...!! Niatanku berendam disini untuk melemaskan otot-ototku yang kaku, tapi karena melihat penampilan Ayu yang seksi malah membuat otoku menegang, terutama kemaluanku.

“Seksi banget Yu... Asem dah.. kamu tuh buat konak aja...” Tegurku.

“Jangan macem-macem deh pikirannya... Dian ama Hari ada di kamar loh...” Sahutnya malah berenang menghampiriku.

“Aduh Yu... Malah ngedeketin aku. Tar kalo aku pengen lagi kayak waktu di kapal gimana..?” Lanjutku sambil mengelus pahanya di dalam air mencari kesempatan.

“Udah deh Pet... Kita ga mungkin kayak kemaren lagi.” Jawabnya sambil menepis tanganku.

“Kenapa nggak mungkin..” Aku masih penasaran.

“Seperti yang saya bilang ... Kemarin itu kita sama-sama khilaf... Nggak mungkin di terusin lagi.”

“Walaupun Cuma pegang –pegang aja..?” Ujarku masih tetap berusaha. Sekarang tanganku berusaha memegang payudaranya. Ayu membiarkan aku menyentuh payudaranya yang lumayan besar, namun tidak sebulat Dian.

“Sekarang gini aja deh Pet... Kira-kira kamu rela ga kalo Hari megang-megang nenenya Dian yang montok itu trus begituan..?” Tanya Ayu. Aku langsung melepas tanganku dan menghentikan rabaanku di payudaranya.

‘Ya ga mau lah Yu... Masa punya cewekku boleh dipegang-pegang sama cowok lain.. Nggak rela akunya.”

“Nah... Gitu juga perasaannya Hari kalo dia tau kamu udah ngapa-ngapain aku.” Ucapnya cuek langsung berenang menjauhiku.

Aku hanya bisa terdiam mendengar jawaban Ayu. Sialan...!! Kenapa juga aku bisa berpikiran ngeres saat dekat dengan Ayu sejak kejadian di kapal kemaren...

Tak lama Hari ikut menyusul kami berenang seelah selesai merapikan barangnya.

“Heh... Minggir Pet..!! Ente jangan godain pacar ane ya... !!” Sahutnya.

“Eh.. Nggak kok.. Ane ga godain cewek ente..” Sahutku sedikit gugup.

“Hahaha... Santai aja kali pet... Ane Cuma becanda kok. Lagian mana mungkin ente mau godain Ayu, ente aja udah punya cewek yang super bohay bin seksi...” Ucapnya yang ternyata menggodaku.

Kami pun akhirnya berenang bersama menghabiskan malam sambil menanti jam keberangkatan Ayu dan Hari.

“Kalian renang kok ga ngajak-ngajak sih...” Tiba-tiba Dian muncul di kolam renang dengan wajah merengut.

“Kamu kan tadi langsung tidur honey... Katanya kecapean. Kalo kamu ikutan renang tar malah sakit..” Sahutku.

“Ente udah kayak bapak-bapak yang lagi nasehatin anaknya. Hahaha...” Ejek Hari.

“Iya tuh... Dasar aki-aki...” Dian menambahi.

“Hihihi... Ternyata liburan bareng kalian berdua ini asyik.. Dibawa becanda terus. Dah ah... Saya mau bilas dulu... Persiapan balik ke rumah.” Ujar Ayu naik dari kolam dan menutup tubuhnya dengan handuk.

“Ikut Yu... Bareng aja bilasnya...” Ucapku becanda. Tiba-tiba... NYUUUTT...!!! Dian menjewer kupingku, menariknya dari pinggir kolam renang.

“Kamu tuh ya... Ada aku disini masih aja berani macem-macem.” Sungutnya. Aku hanya bisa berteriak kesakitan sedangkan Ayu dan Hari malah mentertawakanku.

Acara berenang bareng malam ini pun harus berakhir karena tak terasa beberapa saat lagi Ayu dan Hari harus balik ke kampung halaman dan mereka mulai bersiap-siap.

“Kalo mau secelup dua celup masih bisa kok Har... Tenang aja, kita ga bakal gangguin kok. Lumayan kan bisa nyicil buat kuping dulu..” Sahutku sedikit berteriak menggoda Ayu dan Hari yang sudah berada di dalam kamar mandi mereka.

Dan.. NYUTT...!! Lagi-lagi Dian menjewerku sambil menarik kupingku mengajak untuk masuk ke kamar.

Namun baru beberapa saat kami masuk kamar, Hari sudah memanggil kami kembali. Aku dan Dian pun keluar menemui mereka. Di depan kamar kami Hari dan Ayu tampak sudah bersiap untuk berangkat. Aku cukup kaget juga melihat mereka yang sudah bersiap karena saat ini waktu baru menunjukkan pukul sebelas malam.

“Kok udah siap berangkat aja... Emang mau jalan sekarang..?” Tanyaku.

“Iya lah... Biar tar nunggu di pelabuhan aja, daripada jalan tengah malam. Sapa tau aja dapet kapal yang langsung jalan jadi tar sampe Lombok bisa subuh.” Sahut Hari.

Kami pun mengantar keberangkatan Hari dan Ayu di depan gerbang villa. Ayu berpamitan dengan dian, mereka saling berpelukan. Aku hanya bersalaman dengan mereka.

“Makasih ya udah diajakin liburan... Bener-bener liburan kali ini sangat berkesan banget buat kita. Sekarang kalian puas-puasin deh berdua... Jangan pake marah-marahan. Inget pet... Jagain Dian..” Ucap Ayu saat bersalaman dengan kami dan mengernyitkan alisnya saat mengatakan ‘Jagain Dian’. Aku mengerti maksudnya, dan membalas dengan anggukan.

Setelah mengantar kepergian Hari dan Ayu, kami kembali ke kamar sambil berpelukan. Dian yang terlihat sudah lelah dan mengantuk langsung bersiap mengganti baju. Namun saat ia melepas pakaiannya dan hendak memakai kembali lingerienya, aku merampas lingerienya sambil tersenyum menggodanya.

“Beib... udah doong... Aku ngantuk neh, mau bobo... Masa disuruh telanjang gini?” Rengek Dian. Tapi aku tak menggubrisnya malah lansung menghisap payudaranya dan menjilatinya dengan lembut.

“Ssshhhhh.... Aaahhh... Udah beib... Aku bener bener capek nih... Tar malem aja ya kita maennya... Sekarang tidur dulu... Mmmppphhh...” Desah Dian sambil berusaha menolak dan melepaskan hisapanku di dadanya.

“Katanya lagi honeymoon... Kemaren malah bilang pengen buat anak... Mumpung berdua aja nih honey... Bisa puas-puasin..” Ujarku sambil tetap berusaha merangsangnya.

“Iyaa... Tar kita maen sepuasnya cintaku... Sekarang biarin aku istirahat bentaarr aja...” Balas Dian sambil membelai pipiku dan mencium bibirku.

Akhirnya aku pun mengalah karena kasihan melihat wajah Dian yang benar benar tampak kelelahan dan matanya yang sayu seperti susah untuk dibuka. Dian kemudian tersenyum dan meraih lingerienya dan memakainya. Setelah itu ia langsung merebahkan dirinya di kasur.

“Peluk aku... Aku pengen kita tidur sambil berpelukan sampai nanti kita terbangun...” Bisik Dian dan langsung merengkuhku sambil ia memejamkan mata.

Akupun mengikuti kemauannya memeluknya. Ku kecup keningnya saat ia mulai memejamkan mata sambil mengucapkan selamat tidur. Dian sedikit tersenyum dan balas mencium pelan bibirku. Akhirnya kamipun saling balas mencium.

Alih-alih memejamkan mata, kami sekarang malah jadi saling meraba dan berciuman mesra. Memang mata Dian terpejam, namun dari mulutnya yang sedang ku lumat mulai mengeluarkan desahan dan erangan penuh nafsu.

Dian langsung menurunkan celana dalamku, yang memang saat ini aku hanya menggunakan celana dalam saja, dan mulai mengelus-elus kemaluanku. Aku pun tak mau kalah langsung menyingkap lingerienya dan memainkan puting payudaranya.

“Katanya mau tidur... Kok sekarang malah saling rangsang...” Bisikku.

“Kamunya sih nyiumin aku kayak gitu... Buat aku horny aja beib... Mmmmppphhhtt...” Desahnya sambil melumat bibirku.

Akhirnya... Malam itu... Kami bercinta lagi... menyatukan tubuh kami dalam perasaan penuh cinta dan nafsu, saling memuaskan, saling berbagi cairan tubuh. Sama-sama mendesah... Mengerang nikmat... Hingga mencapai suatu titik kepuasan... Orgasme...

Cukup sekali kami bercinta, satu kali namun sudah bisa memuaskan nafsu kami, rasa cinta kami. Dian langsung terlelap setelah kami melakukan persetubuhan itu. Sedangkan aku masih merasa belum mengantuk. Kami masih sama-sama telanjang dibalik selimut yang menutupi tubuh kami. Dian sudah terlelap dan mendengkur pelan disebelahku sambil tetap merangkulku. Aku yang tak bisa terlelap langsung meraih remote TV dan menyalakannya serta memilih salah satu channel musik untuk membantuku terlelap.

Seperti sudah diatur dan disiapkan, video musik di TV memutar lagu Saybia, The second you sleep. Aku lebih mengeratkan pelukanku dan mengecup kening Dian sambil menikmati alunan lagu Saybia tersebut.

You close your eyes
and leave me naked by your side
you close the door so I can't see
the love you keep inside
the love you keep for me

It fills me up
it feels like living in a dream
it fills me up so I can't see
the love you keep inside
the love you keep for me

Dian sedikit menggeliat menerima kecupanku dan menyunggingkan senyuman tipis seolah-olah merasakan kecupanku.

I stay to watch you fade away
I dream of you tonight
tomorrow you'll be gone
it gives me time to stay to watch you fade away
I dream of you tonight
tomorrow you'll be gone
I wish by God you'd stay

Aku langsung tersadar, mungkin inilah moment terakhir kami bisa tidur bersama sebelum berpisah nanti saat Dian akan melanjutkan sekolahnya keluar daerah meninggalkanku kurang dari dua bulan lagi.

I stay awake
I stay awake and watch you breathe
I stay and watch you fly
away into the night
escaping through a dream

Kupandangi wajah Dian yang seakan sedang tersenyum ke arahku. Entah kenapa malam ini rasa takut kehilangan dirinya tiba-tiba muncul. Entah kenapa aku baru merasakan rasa takut berpisah darinya.

I stay to watch you fade away
I dream of you tonight
tomorrow you'll be gone
it gives me time to stay to watch you fade away
I dream of you tonight
tomorrow you'll be gone
I wish by God you'd stay
hey....
stay...
I wish by God you'd stay

Maafkan aku honey... Maafkan aku cintaku... Aku tidak bisa membuat hatimu selalu bahagia. Maafkan diriku yang sudah kembali mengingkari janjiku untuk selalu setia denganmu. Maafkan aku yang sudah pernah merasakan kenikmatan selain tubuhmu. Akankah Dian masih mempercayaiku lagi dan mau menungguku hingga aku menyusulnya entah di kota mana ia akan kuliah kelak..??

Entah kenapa, airmataku tiba-tiba mengalir pelan dari ujung mata. Dan rasa takut kehilangannya semakin besar.

DAMN SAYBIA...!!!

No comments:

Post a Comment