Di siang hari yang terik itu, Nina tergesa-gesa turun dari taksi yang
ditumpanginya. Setelah membayar ongkos taksi, nina buru-buru melangkah
mendekati pagar tinggi besar sebuah rumah mewah di bilangan jakarta
tersebut dan menekan belnya dengan tidak sabar. Tak butuh waktu lama,
seorang wanita paruh baya berjalan tergopoh-gopoh menuju pagar untuk
menyambutnya.
“Eh, neng nina. Bibi kirain siapa.”
“Iya bi, cepetan dong panas nih.”
“Iya iya neng masuk..”
Nina dengan segera melenggang masuk kedalam rumah tanpa ba-bi-bu. Ia
mengibas-ngibaskan kerah seragam SMA nya setibanya didalam, berusaha
mengusir rasa gerah di tubuhnya. Bi rumi pun tak selang lama ikut masuk
kedalam dan mengunci pintu.
“Orang-orang belom pada pulang ya?” tanya Nina lagi begitu masuk kedalam
rumah “Belom neng, tapi tadi non Cynthia udah bilang kok neng Nina mau
dateng. Cuman ada mas Tomi aja yang udah pulang sejam yang lalu. Paling
lagi di kamarnya.
“Oh gitu, yauda deh. Saya ke kamarnya Cynthia yah bi. Disana aja ngadem.”
“Iya neng, bibi lanjut masak ya.’
Dan bi rumi pun menghilang ke belakang, menyisakan nina sendirian. Nina
pun dengan santai melenggang ke lantai dua menuju kamar Cynthia. Nina
dan Cynthia sudah bersahabat sejak lama sedari SD dan SMP. Bahkan ketika
mereka berpisah sekolah di SMA persahabatan mereka masih tetap erat.
Sedari SD hingga SMP Nina kerap bermain ke rumah Cynthia. Tak jarang di
akhir minggu Nina menginap disana, jadi seisi rumah sudah menganggap
Nina seperti keluarga sendiri.
Setibanya ia di kamar Cynthia, Nina segera melempar tasnya ke lantai dan
menjatuhkan badannya di kasur. Cythia sendiri masih ada les tambahan
hingga jam 4 sore sehingga ia belum masih akan pulang hingga beberapa
jam kedepan. Nina sendiri sebelumnya sudah berencana untuk bermain ke
rumah pacarnya. Namun karena satu dan lain hal, rencana berduaan
tersebut gagal dan akhirnya Nina memilih untuk menghabiskan waktu saja
di rumah Cntyhia. Dengan kesal, Nina hanya memboalk-balik hapenya saja
untuk membunuh waktu namun hal tersebut malah membuat ia makin kesal.
Akhirnya ia pun bangkit dari kasur dan beranjak keluar dari kamar.
Baru saja ia melongok keluar pintu, matanya tertuju kearah pintu kamar
Tomi diseberang kamar Cynthia yang ternyata sedikit terbuka. Karena
tidak ada kerjaan, Nina pun memutuskan untuk mengisengi Tomi saja. Tomi
sendiri adalah adik Cynthia satu-satunya yang terpaut jarak beberapa
tahun. Saat itu Tomi sudah menginjak kelas 3 SMP, namun badannya tinggi
besar mungkin karena ia rajin berlatih basket sedari SD. Bahkan kini
tomi juga rajin berolahraga di Gym sehingga membuat badannya yang sudah
tinggi menjulang semakin kekar. Meski ia akui Tomi sudah jauh berbeda
dari yang dulu, namun tetap saja di mata Nina, Tomi adalah anak kecil
ingusan yang selalu jadi bahan kejahilan dirinya dan Cynthia.
Sambil berjingkat-jingkat Cynthia menghampiri kamar Tomi dan melongok
sedikit kedalam diantara celah pintu. Nampak Tomi tengah duduk didepan
meja komputer membelakangi pintu sembari mengenakan headphone. Nina pun
mengendap-endap mendekati Tomi yang kala itu hanya mengenakan boxer yang
terpaku didepan komputer. Namun ketika ia baru hendak menepuk bahu
Tomi, Nina tercekat melihat layar komputer Tomi. Nina baru tersadar Tomi
ternyata sedari tadi tengah menonton film porno di komputernya. Ia
nampak begitu berkonsentrasi bahkan hingga tak menyadari Nina sudah
berada tepat di belakangnya. Nina mengurungkan niatnya sebentar dan
bergeleng-geleng sendiri menahan geli melihat tingkah polah Tomi yang
sedang bernapas tak beraturan. Kini bahkan tangan kiri Toni mulai
bergerak merabai gundukan boxernya sendiri. Saat itulah Nina segera
ambil tindakan dan menepuk kedua bahu Tomi sambil berteriak kencang.
“HAYO LAGI NGAPAIN!”
Tomi nyaris terjengkang kebelakang sangking kagetnya. Headphone nya
bahkan ikut terbelit ketika ia terjungkal sangking kagetnya. Dengan
cepat Tomi mematikan layar komputernya dan berdiri dengan terengah-engah
dengan wajah pucat pasi. Nina tertawa tergelak hingga terduduk di kasur
Tomi.
“K-kak Nina ngapain sih! Ngagetin orang aja!!” Ujar Tomi masih sambil terbata-bata.
“Lagian elu sih Tom, nonton bokep serius banget sampe ga sadar gue masuk.” Jawab Nina lagi di sela-sela tawanya.
Tomi tampak memerah padam wajahnya, ia hanya bisa berdiri mematung di samping komputer seperti tengah di strap.
“Emang seru banget gitu bokepnya? mana coba gue pengen liat kaya apa.” Ujar nina lagi sambil beranjak mendekati layar komputer.
“Eh Eh! ngapasin sih kak Nina! u-udah deh keluar aja, gangguin orang aja
nih!” sembur Tomi sambil berusaha menghalang-halangi Nina.
“Ah berisik lu Tom, mana cepet gue pengen liat. Daripada lo gue aduin ke
kakak lo coli di kamar? baru tau rasa lo.” ancam Nina sambil terkekeh.
Tomi tak bisa berkutik mendengar ancaman Nina. Wajahnya jadi pucat pasi,
namun ia tak berani bergeming di sebelah nina. Nina dengan santai
menghidupkan layar komputer kembali dan memutar video porno tersebut. Di
lain pihak Tomi kini kian resah sambil terus menggaruk-garuk kepalanya
yang tak gatal, bercampur antara gelisah dan malu.
“Ih gila lu Tom, nontonin yang dijilat-jilat begini cewenya. Lagi
belajar ya lu buat pacar lu?” celoteh Nina asal. Tomi yang makin salah
tingkah yang justru membuat Nina makin bersemangat untuk mengusilinya.
Tomi bergerak cepat menutup pintu kamarnya, takut bila nanti bi rumi
ikut memergoki kesialannya. Dalam hati ia berkata jangan sampai berita
memalukan ini sampai ke telinga cynthia atau bahkan mamanya.
“Duh udah dong kak Nin, please ampun kak..” mohon Tomi. Tetapi Nina diam
saja sambil terus tersenyum-senyum jahil menatapi layar komputer tak
menghiraukannya.
“Ckck.. ga nyangka gue Tom, lo ternyata bejat banget ya. Liatnya sampe
yang kencing-kencing gini.. ihhh..” celoteh Nina lagi. Tomi makin
memerah kupingnya mendengar ocehan Nina.
Dalam hati Nina memuji juga selera Tomi. Video yang diputar Tomi
diam-diam agak membuat Nina hanyut juga. Apalagi rencana Nina berduaan
dengan pacarnya hari ini gagal, membuat Nina makin gemas saja melihat
adegan porno didepan matanya. Sekilas Nina melirik Tomi yang berdiri
mematung di sebelahnya. Baru kali ini setelah sekian lama Nina melihat
Tomi setengah telanjang seperti itu. Melihat perut rata Toni, sekelebat
pikiran kotor Nina bergejolak.
“Yauda deh Tom, lo lanjutin gih kegiatan menjijikan lo itu.”
Sejenak Tomi bernapas lega mendengar perkataan Nina.
“Tapi, siap-siap aja ya kena omel sama kakak lo. Hahaha..”
“Yaaah.. please kak Nin, jangan dong kak.” Mohon Tomi seraya menarik lengan seragam Nina dengan wajah sangat memelas.
“Ih jangan pegang-pegang!” tukas nina sombong.
“Ayo dong kak please jangan kak.. apa aja deh Tomi kasih, kak nina laper? mau pizza? Tomi pesenin ya?” rayu Tomi sengit.
“Ngga lah ya, gue ga semudah itu di rayu..” balas nina lagi sembari berpikir. Selang beberapa saat Nina kembali berucap.
“Oke deh gini, lo ga akan gue bilangin. Tapi sebagai hukumannya… Lo
harus coli disini, sekarang. Biar lo kapok. Haha..” ujar Nina jahil.
Tomi termangu tidak mempercayai perkataan Nina. Nina berusaha sekuat
tenaga tidak tertawa kala ia memperhatikan ekspresi Tomi. Dalam hati
Nina sedikit berdebar-debar jug menunggu respon Tomi.
“Ayo gimana? Mau ngga? kalo ga yaudah.” Ancam nina lagi sembari berakting melangkah pergi.
“I-iya kak! tunggu bentar please tunggu..” cegah Tomi.
Nina berdiri bercakak pinggang memandangi Tomi dengan pongah sambil
tersenyum kecil. Tomi nampak ragu dan hanya bisa menunduk lemas.
“Ayo cepet, lama banget lu ah Tom. Pilih mana, coli ditempat apa kena sidang sekeluarga?” Bentak Nina nina lagi mengancam.
Tomi terdiam beberapa saat, dan kemudian ia pun mulai menggapai
pinggiran boxernya. Nina memperhatikan pergerakan Tomi dengan seksama.
Perlahan masih penuh dengan keragu-raguan, Tomi memelorotkan Boxernya
dengan sangat hati-hati. Mata nina membelalak manakala matanya menangkap
perut bawah Tomi yang melengkung berbentuk V. Nina berpikir dalam hati
“Gila seksi juga ototnya untuk ukuran anak SMP. Pasti karena ikut-ikutan
nge-Gym.”
Tomi sempat berhenti sesaat sebelum menurunkan boxernya lebih jauh
kebawah. Sebelah tangannya menangkup kemaluannya malu-malu sembari
tangan sebelahnya lagi memeloroti boxernya sendiri hingga ke dengkul dan
kemudian ke mata kaki. Wajah Tomi memerah padam tak sanggup membalas
pandangan Nina sama sekali. Kini Tomi berdiri tanpa sehelai benangpun
tak jauh dari Nina yang duduk dengan santai di depan meja komputer.
“Hihihi.. mana cepet, ayo buruan.” Pekik Nina girang tatkala Tomi usai
menanggalkan boxernya. Tomi masih hanya diam mematung seperti maling
yang tertangkap basah oleh warga, berdiri telanjang bulat menunggu
hukuman.
“N-ngapain kak, udah dong Tomi udah kapok..” Mohon Tomi lagi dengan suara lemas.
“Pake nanya lagi, cepet buruan kocok, hihi.” ujar nina cuek sembari terkikik geli.
Tomi dengan sangat perlahan mulai merabai kemaluannya sendiri meski
masih ditutup sebelah tangannya. Diraba-rabainya sendiri penisnya yang
tak kunjung mengeras.
“Mana kok ga bangun-bangun sih? Malu ya? Ahaha..” goda Nina lagi.
“Pokoknya kalo sampe ga bangun juga, bakal gue aduin ke Kakak sama
nyokap lo.. “ Ujar nina mengancam.
Mendengar ancaman Nina otomatis Tomi berusaha sekuat tenaga memfokuskan
diri. Ditengah-tengah usahanya Tommy melihat secercah harapan. Dari
posisi dirinya bediri saat itu ia dapat mengintip dengan jelas belahan
dada Nina dari yang duduk lebih rendah tepat di hadapannya. Daging yang
mulus dan lembut tertutupi bra hitam itu lumayan membantu ereksi Tommy.
Nina dengan seksama melirik mata Tomi yang tertuju di celah seragamnya.
Ia sudah biasa dengan pandangan seperti itu, baik di sekolah maupun
dijalan, ia sudah hapal mata jelalatan lelaki macam itu. Namun kali itu
Nina memilih untuk diam saja membiarkan tomi untuk melirik sesukanya,
apalagi ia melihat penis tomi kian menegak keras. Nina pun makin lama
makin tidak sabar, dengan cuek akhirnya ia membuka dua kancing teratas
di seragamnya sehingga terpampanglah jelas payudaranya.
“Nih udah gausah ngintip-ngintip segala. Baek kan gue? daripada kelamaan. Udah buruan kocok cepet!” hardik nina.
Tomi langsung melotot matanya melihat payudara yang begitu bulat,
terjuntai secara cuma-cuma didepan matanya. Otomatis penis tomi menegang
maksimal disuguhi pemandangan sebegitu indah. Nina pun ikut terbelalak
melihat tegangnya penis tomi. Untuk ukuran anak smp penis tomi bisa
menyamai milik randi kekasihnya. Bahkan terlihat lebih melengkung keatas
dan lebih gendut dari milik randi. Tak terbayang apabila SMA nanti atau
kuliah bisa sebesar apa penis tomi. Nina jadi menelan ludah diam-diam.
“Stop stop. Stop dulu. Sekarang lu diem Tom. Gue pengen liat segede apa.”
Tomi yang sudah mulai tegangan tinggi terpaksa diam istirahat ditempat
karena komando Nina. Dengan posisi itu Nina bisa meneliti betapa
gagahnya penis tomi di depan mukanya itu. Tomi berdebar-debar gorgi
manakala nina mendekatkan wajahnya hingga nyaris tinggal sejengkal
jaraknya dari acungan penisnya sendiri. Warnanya yang kemerahan dan
berurat membuat Nina salut juga apalagi dalam jarak sedekat itu tentu
semakin gagah terlihat. Tomi jadi mengkhayal apabila nina mengoral
penisnya seperti di film porno. Ahhh.. betapa bahagianya tomi apabila
itu terjadi.
“Hmm.. yaudah cepet sekarang kocok lagi!” perintah Nina lagi. Ia hampir
saja terceplos memuji penis tomi usai ia memandanginya lekat-lekat tadi.
Tomi pun dengan ogah-ogahan mulai mengocok lagi penisnya didepan nina.
Agak kecewa juga tomi karena harapannya tadi tidak menjadi kenyataan.
“Pokoknya harus keluar ya. Gue gamau kalo ga keluar.” Tambag nina lagi.
“S-susah Kak. A-abisnya gue ga ada bahan lagi..” Kilah tomi malu-malu.
“Heh? Emang ini kurang? Udah bagus-bagus ya lu gue kasi belahan toket. Malah nawar lagi. Dasar lu ya..” Bentak Nina.
“E-eh j-jangan marah gitu dong. Kan kak nina suruh keluarin. Kalo emang
turun lagi emang Tomi bisa kontrol? Hayo..” Ujar tomi lagi berusaha
membela diri.
“Hm. Sok banget lu nawar-nawar. Emang lu mau apaan? Awas aja ya kalo gue
suruh buka CD juga. Gue OGAH. Mending lo gue aduin sekarang ke
Cynthia.” Balas nina lagi.
“N-ngga ngga kak nin, ga itu kok. Hmm.. apa ya.. Buka itu aja deh..” Jawab tomi terbata-bata.
“Buka apaan?” Tanya nina lagi tidak sabar.
“Turunin branya aja kak nin. Dikit aja, b-biar tomi on lagi.” Tawar tomi malu-malu.
Sial, pikira Nina terdiam sesaat. Nina sebenarnya masih agak penasaran
ingin melihat penis tomi hingga ejakulasi nanti, namun mendengar tawaran
Tomi nina jadi menimbang-nimbang sendiri permintaan tersebut.
“Oke, fine. Sebelah aja tapi ya. Dan dengan satu syarat. Maksimal 10
menit. Ngga keluar juga, lo gagal.” Ucap nina menyetujui permintaan
toni.
Tomi mengangguk-angguk cepat girang. Nina dengan agak kesal membuka
seluruh kancingnya dan menurunkan sebelah tali bra nya. Tomi dengan
gugup mengintip-intip tak sabar. Nina melirik sedikit kearah tomi, dan
dengan perlahan meloloskan tali branya, dan mengeluarkan sebelah
payudaranya dari balik cup bra. Mata tomi melotot nyaris copot
memandangi nanar payudara nina yang menggantung bebas di udara, serta
pucuk payudaranya yang berwarna merah kecoklatan.
Gairah tomi bangkit lagi. Dikocok-kocoknya penisnya dengan semangat
tanpa disuruh. Nina terkekeh melihat ekspresi wajah tomi yang begitu
cabul. Ia tahu apa yang diinginkan tomi. Dengan genit nina makin
mencondongkan sebelah payudaranya yang terpampang menantang tomi. Lalu
dengan lembut nina menjawil sendiri puting susunya dengan telunjuknya,
dan mendesah kecil.
“Aduh.. geliiiii….”
Tomi makin kesetanan melihat aksi Nina. Dengan napas menderu ia berbisik ke nina.
“Terus kak nin, colek lagi kak.. Cubitin kak…”
Nina tersenyum nakal mendengar permohononan tomi. Dengan perlahan Nina
mencubit putingnya yang kenyal dan memuntirnya perlahan sembari seraya
mendesah manja.
“Awh, Tom.. uuunnnch…”
Nina menggeliat manja sengaja memancing birahi tomi lebih lagi. Sialnya
hari itu memang Nina sedang agak horny, apalagi rencananya untuk
bercinta dengan Randi juga batal. Maka itu rangsangan di putingnya itu
dan show tomi didepannya diam-diam malah ikut memancing nafsunya
sendiri. Kini bahkan nina keterusan untuk mencubit-cubit mesra putingnya
sendiri sembari asyik menonton onani tomi.
Ditengah gelora nafsu tomi melihat tatapan nina yang juga kini agak
sayu. Bak ditimpa durian runtuh, kini tomi melihat nina melepaskan cup
bra yang satu lagi, dan menggelitiki putingnya yang satunya lagi hingga
kini nina asyik memainkan kedua puting susunya didepan tomi.
“Ouh kak nina, seksi banget kak.. Terus kak cubit kak.. Mmhh. enak ya kak?” Pancing tomi.
Nina tak menggubris bisikan tomi dan terus asyik merangsang dirinya
sendiri. Nafsunya kini sudah bangkit, celana dalamnya terasa begitu
hangat oleh hawa nafsunya sendiri. Tenggorokan nina terasa kering akibat
gairahnya yang sudah naik. Nina mengumpat dalam hati karena ia jadi
ikut terangsang. Nina menjadi gemas sekali oleh penis tomi. Tapi ia
masih berusaha menahan diri. Rasanya ingin ia langsung menyambar dan
mengisap penis tomi hingga ke tenggorokannya dan menelan habis sperma
tomi. Pasti legit sekali rasanya, pikir nina dalam hati.
“Kak nin, tomi pegel nih kak tangannya..” ujar tomi lirih. “Bantuin dong
kak nin gantian, pleasee…” ujar tomi mencoba peruntungannya.
Nina melirik tomi tajam. Sial sekali tomi seakan tahu pikiran dalam
kepalanya. Diantara gelombang nafsu seperti ini, ia jadi galau
terombang-ambing. Brengsek! Pikir nina dalam hati.
“Hm! Sial lu tom. Sini cepet!” jawab nina singkat sembari berusaha tetap cool.
Tomi berbunga-bunga seakan bermimpi di siang bolong. Dengan gugup ia
melangkah mendekat, mencodongkan pinggulnya kedepan. Nina pun tak kalah
gugup menjelang tangannya menyentuh batang keras tomi. Tomi
menggelinjang pelan penuh kenikmatan ketika tangan nina menggengam
penisnya. Nyaris saja tomi ejakulasi merasakan halusnya tangan nina.
Nina mendesis gemas sembari menyapu jengger tomi dengan jempolnya. Nina
jadi terkesima oleh diameternya yang ternyata nyaris tak muat dalam
genggamannya. Terasa betapa kokoh dan kerasnya penis tomi dalam
genggamannya.
Dengan pelan nina mulai mengocok penis tomi naik dan turun. Tomi
menggigit bibirnya sendiri tak kuasa menahan kenikmatan. Nina menjadi
makin bersemangat oleh desahan tertahan tomi. Ingin rasanya ia
cepat-cepat melihat ejakulasi tomi. Nina meludahi tangannya sendiri
untuk melicinkan kocokannya. Tomi terbelalak dan mendengus nafsu melihat
kebinalan nina seperti itu.
“Awghh… k-kak nin.. Enak bangettt… suerr…” ceracau tomi.
CLOK!
CLOK!
CLOK!
CLOK!
Bunyi kulit pelir tomi bergesekan dengan telapak tangan nina yang basah
oleh liurnya sendiri. Nina bahkan menambahkan liurnya lagi dan langsung
meludahkannya keatas kepala penis tomi demi melicinkan lagi kocokannya.
“Kak nin, j-jilat dikit dong kak.. Aku dah mau keluar nihh.. Sshmmmm” rayu tomi lagi.
Shit, pikir nina dalam hati. Sebenarnya memang nina sedari tadi sudah
terpancing untuk melakukan hal tersebut, namun tentu nina tidak mungkin
merendahkan harga dirinya dan meminta duluan, Apa kata dunia? Tapi kini
posisinya tomi sudah meminta, jadi nina berpikir apakah ia akan
mengiyakan permintaan tomi atau tidak. Namun dilain pihak nina juga
begitu ingin mengecap sperma tomi di mulutnya. Akhirnya didesak oleh
nafsu birahi, nina mencondongkan kepalanya maju.
“Hmmhh.. sialan lu tom! errrghh.. sini deh cepet! Slurp… mhhhhmmm… chuppp..”
Nina dengan sekejap langsung mengemut kepala penis tomi dan mengisapnya
bak permen lolipop. Tomi mengejang-ngejang keenakan. Baru kali itu ia
merasakan nikmat seperti itu. Sapuan lidah dan hisapan nina
melambungkannya ke awang-awang. Dilain sisi nina juga menikmati
mengisapi batang penis milik tomi itu. Bagaimana nina harus membuka
mulutnya lebar-lebar demi memasukkan batang penis tomi kedalam mulutnya.
“Fuwaaahhmmm… mhmhhhhhmm… slrrrpppp…”
Nina melepahkan pelir tomi dan menyapunya ke seluruh permukaan bibirnya.
Digenggamnya penis tomi dan dijilatnya batang tomi mulai dari pangkal,
hingga ke pucuk helmnya, diakhiri dengan kuluman dalam mulutnya, membuat
tomi kocar kacir. Nina mengeluarkan pengalamannya demi membuat tomi
bertekuk lutut, sialnya tomi bisa begitu kuat menahan orgasmenya hingga
nina harus berupaya ekstra.
Akhirnya tomi tak bisa lagi menahan orgasmenya. Diujung sisa
perlawanannya, tomi tiba-tiba menjambak rambut panjang nina dengan
kencang, dan menghentakkan pinggulnya dalam-dalam. Nina yang samasekali
tidak siap hanya bisa mencengkram pinggul tomi ketika penis gagah tomi
terdorong melesak jauh kedalam tenggorokannya. Tomi dengan gilanya
menggagahi tenggorokan nina tanpa ampun, membuat nina tersedak dan
terbatuk-batuk hebat.
Bak di dalam video porno hardcore, nina hanya bisa pasrah tenggorokannya
diperkosa tomi. Diantara keberingasan itu nina anehnya malah makin
terangsang, diam-diam ia menyukai perilaku beringas tomi ini. Makin ia
terbatuk-batuk sesak napas, makin nikmat rasanya hingga basah sendiri
celana dalam nina.
“Hmmmmmhhh! Makan nih peju gue… ssshhghghggg….gggghhhhh…….”
Tomi meregang sembari membenamkan pelirnya dalam-dalam di mulut nina.
Cairan sperma tomi yang berlimpah membanjiri rongga mulut dan
tenggorokan nina. 1,2,3,4, kali penis tomi berkedut-kedut menyemburkan
benihnya seakan mulut nina adalah rahim yang hendak dibuahinya. Nina
yang kehabisan napas, tersedak oleh pelir, dan sperma hanya bisa pasrah
dalam kenikmatan. Dan ketika tomi usai menuntaskan orgasmenya, ia
mencabut penisnya serta merta dan terhuyung kebelakang terduduk di kursi
komputernya lagi.
“OHOK! OHOKK!!! HOEKK!!!... FYUHHHH… aahgghhhh… ohok.. Ohok…”
Nina terbatuk-batuk hebat ketika paru-parunya yang nyaris meledak diisi
kembali oleh oksigen. Ludah, dahak, serta sprerma kental dimuntahkan
olehnya ke lantai. Nina mengelap bibirnya yang belepotan campuran
berbagai cairan, dan juga mengelap butiran airmatanya yang menetes ke
pipi. Tomi tak lagi sanggup berdiri dan hanya bisa terduduk sembari
mengelap penisnya menggunakan tissue.
“Cuhhh… hhhh...hh… brengsek lu tom.. Hhh.hhh..” umpat nina disela-sela napasnya masih dengan suara serak.
Tomi buru-buru bangkit dan mengambil tissue bersih demi membantu
mengelap bibir nina yang masih tidak karu-karuan. Tomi dengan penuh
perhatian membantu mengelap sisa-sisa kebrutalannya tadi. Nina dengan
pandangan kesal melirik tajam ke arah tomi.
“Maap kak… tomi kebawa suasana.. Maap yaah .Abis kak nina hebat banget
sih nyepongnya. Tomi jadi ga kuat..” Ujar tomi sambil malu-malu
“Ga kuat sih ga kuat, tapi ga langsung deephtroat juga kali gue kan
kaget. Untung aja ga keluar semua makan siang gue tadi.” dengus nina
kesal.
“Iya deh maap ya kak nin, nanti besok-besok ga gitu lagi deh.. Janji. Hehe” rayu tomi.
“IH, enak aja besok-besok lagi. Sorry ya.. Cukup sekali ini. Huuu..” cibir nina sembari masih tersengal-sengal.
“Jangan gitu dong kak nih, haha. Enak kan kontol tomi? Buktinya kak nina
ngisepnya menghayati banget tadi..” ujar tomi sambil tersenyum-senyum.
“Halah, kepedean lu tom. Namanya orang sange ya pasti menghayati lah…” cerocos nina lagi.
“Hoooooo jadi tadi sange juga toh? Kesian dong kak nin belom keluar..
Karena tomi baik, sini gantian tomi bantuin, Kak.” goda tomi sambil
tersenyum-senyum girang.
“EH EH mo ngapain lu tom? Ih lepass!”
Tomi segera merengkuh tubuh nina dan merebahkannya ke kasur. Terasa kini
oleh nina betapa badan tomi yang jauh lebih besar ketimbang tubuhnya
dan dapat dengan mudah menahannya di kasur. Tomi dengan agak memaksa
menciumi telinga dan leher nina. Bahkan tangannya tomi juga kini ikut
menggerayangi dada nina.
“Tom.. tom udah tom udah, iya iya ampun ampun. Oke oke damai pliss..” mohon nina berusaha menghentikan serangan tomi.
“Kenapa kak nin? Hmmmm...mmmuach… kan tomi cuman pengen bantuin kak nina
aja, ga enak dong tomi tadi udah keluar duluan kak nina belom..
Mmmmwach..” ujar tomi terus menyerang tengkuk nina. Nina merasakan penis
tomi sudah agak mengeras lagi menyenggol pahanya.
“Oke, oke deh, lo boleh bantuin dengan satu syarat.. Tapi lo jangan
masukin ya tom. Lo jilatin aja ya… okeee? Hmmm..” kilah nina berusaha
menghindar, nina merasa terpaksa menyerah ketimbang tomi terus
menyerangnya dan malah membuat dirinya makin lengah.
“Hmmmm.. Muach.. Okedeh… hehe. Sini kak tomi jilatin kak.” ujar tomi bersemangat beranjak melepaskan cengkramannya.
Nina menghela napas mengatur napasnya lagi. Nyaris saja nina pasrah oleh
serangan tomi. Tomi nampak begitu bersemangat tersenyum-senyum membuat
nina geleng-geleng kepala. Nina dengan agak ogah ogahan menanggalkan
roknya hingga jatuh ke lantai. Ia rapatkan pahanya dalam-dalam agar tomi
tidak bisa melihat bercak basah dicelana dalam pink nya.
“Eh, eh, kak kok langsung sih? Nanti dong santai.. Hehe. Tomi pengen
jilat yang ini dulu..” Ujar tomi seraya meraba payudara nina. Sialan
pikir nina, kali ini malah keadaan berbalik dirinya yang dimanfaatkan
tomi.
Dengan masih tersenyum-senyum cabul, tomi merabai payudara nina.
Ditariknya lagi nina hingga ia jatuh terduduk diatas kasur. Tomi dengan
lembut menjawil puting susu nina dari balik bra.
“Eghmmm..”
Nina menahan bibirnya rapat-rapat agar tidak kelepasan mendesah. Tomi
tentu tak akan pikir dua kali untuk memanfaatkan nina habis-habisan.
Kini dua telunjuk tomi bermain di kedua puting susu nina yang kenyal.
Nina tetap berusaha cool duduk di tepi ranjang. Tomi beralih kebelakang
nina, dan mulai mencubit pelan dan memuntir-muntir puting nina lembut.
Untunglah pikir nina, karena tomi jadinya tidak bisa melihat ekspresi
nina yang mulai agak terpejam-pejam dimainkan putingnya oleh tomi.
Tomi terus memancing desahan nina untuk keluar. Dari posisi belakang,
tomi dengan diam-diam kembali menciumi leher nina penuh nafsu. Nina tak
kuasa menggelinjang merinding tatkala tomi mempermainkan tubuhnya
seperti itu. Secara naluriah nina melingkarkan lengannya kebelakang
merangkul leher tomi. Tomi begitu girang melihat gelinjang manja tubuh
nina dipelukannya. Selama ini dia hanya bisa bermimpi bercinta dengan
wanita lebih tua, dan sekarang khayalannya jadi kenyataan, apalagi
dengan Nina teman kakaknya yang paling seksi dan menjadi imajinasi
onaninya selama ini.
“Mhhmm.. Tom, gila ah tom geli banget gue….” ceracau nina dalam kenikmatan.
Tomi dengan giatnya terus mencubit, menjawil, mengusap, dan menarik
puting nina yang makin kenyal. Lidahnya menari-nari dileher dan kuping
nina membuatnya bergetar keasyikan. Nina tak habis pikir bagaimana anak
smp ini bisa mencumbuinya sebegitu hebat seperti kekasihnya sendiri.
Kemudian secara perlahan sebelah tangan tomi merayap kebawah dan
membelai paha nina. Nina yang sudah tipis kesadarannya hanya mengikuti
bimbingan tangan tomi untuk membuka kedua pahanya. Tomi mendesis gemas
merasakan hangat dan basahnya celana dalam nina. Nina menoleh kearah
tomi dan segera memagut bibir tomi penuh nafsu ketika jemari tomi
merabai kemaluannya lembut.
“Ahh.. anget banget kak. Enak ya dimainin tomi?” tanya tomi mesra.
Nina menjawab dengan pagutan yang sangat mesra di bibir tomi sembari
badannya menggigil merinding ketika tomi terus menjamahi kemaluannya.
Tomi yang juga sudah gemas menelusupkan tangannya masuk kedalam celana
dalam nina. Nina yang kalap menjambak rambut tomi dan menciumnya makin
dalam ketika jemari tomi mengusap bibir vagina nina yang berlendir.
“Ssshh.. Itilnya tom, itilnya mainin plis..” Mohon nina.
“Ini yah? Ini kak? Hmmm?”
“Aggghhh tommm….”
Nina meringis penuh kenikmatan sewaktu ujung jari tengah tomi menelusup
diantara celah vaginanya dan mencolek tonjolan berkerudung di sudut atas
kemaluannya. Badan nina bergetar seakan dialiri listrik dari ujung
kepala hingga ujung kaki manakala Tomi menjawili mesra klitoris Nina.
Kini bahkan kedua kaki nina berjinjit mengangkang di pinggir kasur
membuat tomi makin leluasa mengerjainya.
“Ahmmm… gila tom enak bangettt.. Terusin tomm… kocokin memek gue tommm…”
Tomi segera memasukkan jari tengahnya kedalam rongga kemaluan nina.
Sangking basahnya dengan mudah jari tomi menelusup masuk. Tomi baru kali
itu merasakan bentuk isi vagina. Sungguh licin, berdaging, dan tentu
saja basah. Tomi mengorek-ngorek penuh rasa ingin tahu isi dalam vagina
nina. Kini posisi mereka berdua kembali berpindah, nina merebahkan diri
diatas kasur mengangkang sementara tomi diantara kedua kakinya terus
mengorek-ngorek vagina nina.
“Tooom.. Gilaa...tommm...auhh terus tommm…. Mhmhh..”
Nina merengek-rengek liar ketika tomi memasukkan jari kedua kedalam
vagina nina dan kemudian menyeruput klitoris nina dengan sedapnya.
“Shrrrrppppppptttt…..”
Nina menggelinjang binal dibuatnya. Disodok-sodokannya jari tomi kedalam vagina nina dengan beringas.
“YESH!! UGHH FUCK.. Kasarin gue tom, kasarin tomm.. Ouggghhh fuck me!”
Tomi tersenyum girang luar biasa mendengar teriakan garang nina ketika
ia menyodokkan tangannya dengan kasar. Tomi merasa kedua jarinya
diremas-remas kencang oleh dinding vagina nina. Nina mengerang seperti
anjing sekarat ketika tanpa diduga-duga nina menyemburkan cairan encer
dari dalam kemaluannya. Tomi terbelalak kaget ketika nina terus menerus
mengencingi tangan dan kasurnya habis-habisan hingga kasurnya basah
menggenang.
Dan akhirnya nina melepaskan jepitan pahanya dan melepaskan tangan tomi
yang basah kuyup hingga ke lengannya. Baru kali itu tomi merasakan
sendiri sensasi squirting yang selama ini hanya bisa ia tonton di film
bokep. Nina megap-megap mencari napas sehabis mengeluarkan orgamse yang
begitu dahsyat. Tomi membiarkan Nina beristirahat sejenak mencari udara
dan menikmati sisa sisa klimaksnya. Hingga akhirnya Nina kembali sadar
dan melirik lembut kearah Tomi.
“Sini Tom..” Panggil nina lembut.
Tomi mendekat diatas tubuh nina dan kemudian secara naluriah nina
melingkarkan kedua kakinya di pinggang tomo, dan mencumbui bibir tomi
mesra. Nina sendiri merasa takjub tomi bisa membuatnya orgasme sekencang
itu. Bahkan kekasihnya sendiripun jarang-jarang bisa membuatnya seperti
itu.
“Belajar darimana lo kaya gitu? Kebanyakan nonton bokep lu ya.. Hihi.” Ujar nina sembari tetap mendekap manja tomi.
“Hehe, iya dong tapi ada untungnya kan? Buktinya tomi bisa bikin kak nin muncrat ampe segitunya..” kelakar tomi.
“Huu.. hoki lu bisa bikni gue begini.. Cowo gue aja gabisa. Mmwachh..” Ujar nina lagi sembari kembali mencumbu tomi manja.
“Haha.. berarti lebih jago tomi dong dari pacarnya kak nina? Kalo gitu
pacaran sama tomi aja kak.. Tomi entot tiap hari deh janji..” rayu tomi
nakal.
“Haha geer lu tom, emang siapa yang mau dientot sama lo?”
“Yakin gamau dientot kak? Udah keras lagi nih kak… tinggal bless aja..”
Tomi terus merayu nina sembari menggesek-gesekkan penisnya ke bibir
vagina nina. Sesekali kepala penisnya menggesek klitoris nina membuat
nina kembali menggelinjang geli. Terkadang bahkan kepala penisnya
menggoda nyaris merangsek masuk kedalam vagina nina yang sudah merekah
dan sangat licin. Sembari keduanya terus bercumbu mesra tidak
memperdulikan waktu.
“Emang lu bisa masukin tom? Yakin ga salah lobang?” goda nina sambil tersenyum genit.
“Wah meragukan nih. Bener ya? Tomi masukin nih… hmmmmm..”
“Coba aj--eggngnggghhhh….”
Nina seketika meringis ketika kepala penis tomi masuk tepat sasaran
kedalam vagina nia masih dalam posisi mereka tetap berpelukan seperti
tadi. Tomi tersenyum penuh kemenangan melihat nina meringis keenakan.
Hanya dengan sekali dorong, setengah penis tomi sudah merangsek masuk
kedalam liang vagina nina. Tomi merasa birahinya naik lagi dengan cepat
merasakan sensasi kenikmatan yang baru kali ini ia rasakan seumur hidup.
Semua kenikmatan onani yang ia rasakan tak sebanding dengan nikmatnya
vagina asli.
“Tomiii.. kok langsung masuk sihhh.. kak nina belom siap..” Protes nina
dengan manja. Nadanya sangat lembut tak seperti yang tadi-tadi.
“Tadi kak nina nantangin.. sshhh.. Tomi masukin lagi yah? ughh..” ujar
tomi mendesis-desis keenakan penisnya dijepit vagina nina.
Tomi dengan perlahan menggerakan pinggulnya maju menekan penisnya masuk
lebih dalam ke vagina nina. Nina merengkuh leher tomi kencang merasakan
batang kokoh itu masuk semili demi semili kedalam rongga kemaluannya.
Hingga akhirnya dirasa batang penis tomi tertanam seluruhnya dalam
vagina nina. Tomi berdiam sejenak menikmati sensasi seluruh penisnya
yang terbungkus rongga vagina nina. Begitu juga nina yang
menggeliat-geliat merasakan vaginanya penuh sesak oleh penis tomi.
Terasa begitu nikmat selisih diameter antara penis tomi dibanding milik
kekasihnya, dimana vagina nina belum pernah merenggang selebar itu
sebelumnya.
“Gede banget tom…” bisik nina tanpa sadar oleh rasa takjub. Tomi jadi
besar kepala mendengar pujian seperti itu, apalagi ini adalah pengalaman
seks dia yang pertama.
Dengan percaya diri tomi mulai menggenjot nina dibawahnya. Tomi dengan
cepat mampu beradaptasi dan menggerakkan pinggulnya maju mundur
berirama.
POK.
POK.
POK.
POK.
POK.
Bunyi tamparan daging bertemu daging menggema di ruangan. Diselingi juga
bunyi nafas tersengal-sengal dan desahan lirih manja dua insan yang
bersama-sama mereguk kenikmatan. Tomi dengan fokus menghantamkan
pinggulnya maju mundur, membuat nina dibawahnya makin kalang kabut.
Keringat menetes deras di tubuh mereka, begitu juga cairan pelumas yang
merembes makin banyak keluar dari sela-sela bibir kemaluan nina.
“Sshh.. sini kak nin gantian kak, entotin tomi yah.. hehe..” Ujar tomi sembari merengkuh badan nina.
Masih dalam posisi missionary, tomi merengkuh badan nina yang masih agak
setengah fly. Kini posisinya nina duduk dipangku diatas tomi
berhadap-hadapan dengan tomi berada dibawah. Nina dengan cepat
beradaptasi dan mulai menggerakkan bagian bawahnya yang masih tertancap
penis tomi.
“Ughhh.. dalemm..” bisik nina manja.
Dalam posisi berpangkuan seperti itu terasa penis vertikal tomi menancap
dalam. Nina mulai menggerakkan pinggangnya naik turun sekenanya karena
masih lemas terasa pahanya. Tomi dengan sabar memegangi kedua bongkah
pantat nina dan membimbingnya bergerak naik turun. Dengan giat nina
menunggangi tomi sambil terus meracau dan mendesah.
Tomi yang masih belum puas bermain dengan nina, menggiring nina ke
pinggir kasur dan mengaitkan kedua tangannya dibawah kaki nina. Nina
yang lemas hanya bisa pasrah kebingungan ketika tomi serta merta dengan
gagahnya menggendong nina didalam dekapannya.
“Ahhg tomm, mo ngapain..?”
tomi tak menjawab dan hanya langsung memposisikan penisnya lagi di bibir
kemaluan nina. Dengan sekejap tomi kemudian mampu melesakkanya lagi
dalam-dalam ke kemaluan nina masi dalam posisi berdiri menggendong nina
seperti itu.
“AUGH!!”
Nina melolong antara ngilu dan nikmat ketika tomi lagi-lagi
menghantamkan pinggulnya kedepan. Nina hanya bisa berpegangan kuat-kuat
di leher tomi saat badannya terayun-ayun kedepan dan belakang.
Memanfaatkan gravitasi, tomi mengayun nina maju mundur. Badan nina
terombang-ambing terus menerus dihantam oleh tomi yang beringas seperti
kuda liar. Baru terasa oleh nina betapa tomi sudah jauh berbeda dari
yang dulu. Bocah kecil ingusan itu kini telah berubah menjadi pria
dewasa yang mampu mempermainkan dirinya seperti boneka seks dengan
mudahnya.
Nina bergetar kejang-kejang manakala kemaluannya kembali mulai berkedut
kencang, menandakan dirinya nyaris mencapai orgasme lagi. Nikmat yang
menjalar di seluruh bagian bawah tubuhnya, ditambah lagi posisinya yang
masih mengangkang dalam gendongan tomi makin membuat kakinya mati rasa.
Sedangkan tomi masih dengan gagahnya menggendong nina dalam posisi
berdiri. Badannya yang berotot berkilat-kilat oleh derasnya keringat
yang mengucur.
“Tom.. Tomii… TOMI!!”
Nina memekik kencang memanggil nama tomi manakala akhirnya banjir deras
dari dalam rahim nina kembali tercurah kencang. Pinggul dan pantat nina
mengejan-ngejan dan meliuk-liuk manakala curahan air kembali menyembur
dari sisa-sisa sela pinggir vaginanya yang tertancap keras batang tomi.
Tomi dengan santai menikmati tumpahan air yang mengalir membasahi paha
hingga kakinya. Tomi tersenyum melirik ekspresi nina yang begitu
keenakan diterjang orgasme, matanya terpejam-pejam dan bibirnya setengah
menganga dengan rambut terurai basah oleh keringat.
Tomi dengan perlahan kembali menelentangkan nina di kasur yang nyaris
melorot karena tak sanggup lagi menyangga dirinya di pelukan tomi. Nina
yang masih mengambang diantara kesadaranya hanya bisa terkangkang pasrah
lemas diatas kasur. Baju seragam putihnya sudah kusut tak karuan,
seperti pula rambutnya yang kusut oleh keringat. Vaginanya yang
senantiasa masih berkedut menggembung, yang meski masih mengkilat basah,
namun merah merona oleh sodokan tak henti-henti dari tomi. Tomi dengan
bangga menyaksikan hasil kemenangannya atas Nina, melihat dirinya yang
terkulai lemah seperti pelacur yang habis diperkosa semalaman. Gairah
tomi kembali bergelora ketika membayangkannya.
“Kok udah lemes? Masih belom selesai loh. Tomi masi belum keluar lagi
nih..” Ujar tomi seraya membaringkan badan disebelah nina dan mengelus
rambutnya yang berantakan. Nina mendengking pelan menghindari usapan
tangan Tomi di kepalanya seolah berusaha menampik rayuan tomi, badannya
terasa sangat lelah, dan selangkangannya terasa amat pegal. Rasanya nina
enggan untuk meladeni nafsu bejat tomi yang ternyata diluar dugaan nina
itu. Dengan gemas tomi menjambak rambut Nina dan berbisik kasar.
“Ayo. Gue masih pengen ngentotin memek lo nih. Mmmmuach..” Ujar tomi
dengan nada mengancam seraya mencium paksa bibir Nina. Nina seketika
ciut mendengar perkataan tomi barusan. Ia tak menyangka Tomi bisa
membuatnya ketakutan seperti itu.
“Mmmggghh..! Udah tom.. Please..” Mohon nina sepenuh hati. Didorongnya
tomi menjauh melepaskan ciuman mereka. Namun Tomi yang kini sudah
berubah menjadi hewan buas, tak mengindahkan permohonan Nina. Tomi
kemudian besimpuh dan dengan garangnya ia menarik kepala nina untuk
menyuapkan batangnya yang masih keras kedalam mulut nina.
“MMFHGHGHHH!!”
Nina kembali gelagapan dipaksa menelan batang pelir tomi yang masih
tegak perkasa. Dengan gagahnya Tomi mengangguk-anggukkan kepala nina,
memaksa penisnya keluar-masuk dengan kasar di mulut nina.
“MMHHGHFFGG...MMMGGMHFF...MMH--FWAAHHH…”
Setelah puas melicinkan penisnya dengan liur nina, tomi pun mengangkat
badan nina hingga nina bersimpuh didepannya. “PLAKKKK!!” tamparan keras
mendarat di bongkahan pantat nina. “Anngggghh!” Nina meringis merasakan
rasa panas di bokongnya. Lagi-lagi dengan gagahnya Tomi meraih pinggul
nina, dan dengan tanpa ampun Tomi menelusupkan batangnya kembali kedalam
kemaluan nina dengan kasar.
“NNGGHHH!”
Nina mendengus ngilu ketika dalam sekejap seluruh batang penis tomi
kembali bersarang dalam kemaluannya. Tanpa basa-basi tomi segera
menggenjot kemaluan nina sekua-kuatnya dan sekencang-kencangnya.
PLAK!
PLAK!
PLAK!
PLAK!
PLAK!
“Annnnghhhhhh ammmpuunn tommmm.. Amp--ngaaahhh!”
Nina terjungkal-jungkal kedepan seperti boneka tak bernyawa dipacu liar
oleh tomi. Tomi dengan buasnya menghantam nina tanpa ampun, seakan-akan
memang tengah memakai pelacur murahan. Dalam keadaan seperti itu nina
malah kembali merasakan birahinya kembali naik. Diam-diam nina juga ikut
menikmati sensasi kasar ala tomi terhadap dirinya yang baru pertama
kali ini ia rasakan seumur hidupnya. Selama ini kekasihnya selalu
bercinta dengan sangat lemah lembut, dan jujur membuat nina agak bosan.
Perilaku kasar dan beringas tomi ini berbeda 180 derajat dari yang biasa
ia rasakan, dan anehnya nina malah lebih menikmatinya.
Tomi meraih rambut nina lagi dan menjambaknya kebelakang seperti tengah
menunggangi seekor kuda. “Ahhhhhgg!” nina meringis dan mendongak
mengikuti tarikan rambutnya. Tomi berdesis-desis menikmati tunggangan
liarnya itu, sang kuda binal yang selama ini hanya jadi objek
masturbasinya belaka.
“Shhhh..aahhh...ssshhhh…...sshhhhhhh…..uuuhhhh….yeaaahhh…”
Kini tomi bahkan meraih leher nina dan mencekiknya hingga badan nina
ikut tertarik kebelakang Posisi badan mereka kini sama-sama berlutut
dengan Tomi masih terus menghajar nina dari belakang tanpa ampun. Tomi
mencekik leher nina kuat sembari lidahnya menyapu dan menghisap telinga
nina dari belakang.
“Hmmmghh.. Sshh.. enak kan kak nina? Hmm? Enak ngga tomi entotin gini?!”
Bisik tomi seraya masih tetap tangannya melingkar di leher nina. Nina
yang kembali melayang-layang diterpa kenikmatan hanya bisa mengangguk
lemah dengan mata setengah tertutup. Sebelah tangan nina bahkan
melingkar kebelakang seolah berusaha memegangi pantat tomi, tak rela
apabila tomi mengendurkan genjotannya. Nina begitu larut dalam
kenikmatan hingga tak lagi mampu berkata-kata.
“Mau ngga tomi entotin tiap hari gini? Hah? Mau ngga? Jawab gue, perek!”
Bisik tomi kasar. Panggilan kasar itu seakan melecut nina semakin
keenakan. Semakin kasar tomi, semakin birahi Nina berkobar.
“Agh-agh-agh-m-mau-to-tom-agh-agh-agh” Jawab nina terbata-bata akibat guncangan kasar tomi menyetubuhi dirinya.
“Shh--aah… kalo gitu-shh--terima nih.. P-peju gue.. Urghhh!!”
Tomi dengan serta merta tak lagi berusaha menahan laju orgasmenya.
Bendungan sperma yang sedari tadi ia tahan, ia curahkan semua kedalam
rahim Nina. Nina dengan syahdu menerima semburan demi semburan cairan
panas didalam liang kemaluannya, hingga titik terakhir. Dan akhirnya
mereka berdua pun ambruk saling bertindihan. Dan tak lama keduanya
sama-sama memejamkan mata dan terlelap.
Nina terbangun kaget dan langsung terduduk. Rasanya ia seperti baru
terbangun sehabis minum semalaman. Badannya terasa remuk namun ia
jugamerasa amat segar. Diliriknya handphone nya yang tergeletak jatuh ke
lantai. 12 Misscall, dan puluhan pesan masuk dari kekasihnya. Ia
samasekali lupa dengan kekasihnya yang tak kunjung mendapat kabar sedari
tadi. Sejenak ia panik hendak beralasan apa nanti kepada kekasihnya,
mana mungkin ia mengaku sehabis bercinta dengan adik temannya sendiri?
Namun ketika ia menoleh kesamping, ia melihat tomi yang masih terlelap.
Sekelebat aksi bercinta mereka selama 2 jam tadi kembali merasuk dalam
ingatan nina. Dan entah mengapa Nina jadi tidak perduli dengan semua
urusan yang lainnya. Dikecupnya bibir tomi lembut sambil ia tersipu malu
dan nina pun kembali merebahkan diri disebelah tomi.
“Mhh.. kenapa kak nin? Dah bangun?” Ujar tomi yang setengah tersadar.
“Ngga, gapapa. Tidur lagi gih..” Balas nina manja, sembari merengkuh kekasih barunya itu didalam pelukannya.
FIN.
No comments:
Post a Comment