“Hei, gimana tes Kimia tadi? Gampang?”
Itulah rata rata yg diucapkan oleh siswa di sekolah gue. Yap, sudah
bukan rahasia lagi kalo guru kimia di sekolah gue emang rada’ gak bener
kalo ngajar. Akibatnya, kita selalu gak bisa mengerjakan soal soal kimia
yg sebenarnya mudah.
Tapi, gue gak terlalu mikirin hal itu. Karena ada hal yg lain yg sedang bikin gue pusing.
Yap, tentang ajakan dari seorang pasangan yg gue dan Sasa temui di
Starbucks tempo hari. Meskipun Sasa menerima ajakan mereka dengan senang
hati, tetapi gue masih agak ragu.
Apakah gue siap pacar kesayangan gue dijamah orang lain?
Apakah gue siap untuk melakukan ML selain dengan pacar gue?
Hal hal itulah yg selalu ada di pikiran gue selama seminggu itu. Entah
kenapa masih ada perasaan yg mengganjal di dada gue. Sebenarnya gue
ingin curhat kepada Roy, tapi ntar yg ada malah dia jadi mau ngajak ML
Sasa. Ogah amat, lah..
Selesai tes pada hari itu, maka berakhirlah sesi UTS di sekolah gue. Gue
lalu bergegas menuju ke parkiran mobil dan mengendarai mobil gue ke
sebuah kafe di daerah Kotabaru. Kali ini, gue nggak mengajak Sasa,
karena gue masih ingin menyendiri untuk memikirkan itu.
2 jam sudah gue berada di sana dan tak terasa hujan turun dengan
derasnya di sana. Emang karena gue yg memilih tempat yg jauh dari pintu
masuk atau emang karena ruangan ini kedap suara, jadinya gue gak tau
kalo hujan turun dengan derasnya.
Di saat yg bersamaan, hp gue bergetar. Tercetak nama “Mas Rio” di layar
hp gue. Gue menarik nafas dalam dalam, kemudian mengangkat telepon
tersebut.
“Halo mas.. ada apa ya?”
“Halo farrel.. hari ini hari terakhir kamu UTS kan?” kata seseorang di seberang sana.
“Iyaa.. jadii?”
“Kamu beneran lupa atau pura pura lupa, nih..hahaha..”
“Aku inget kok, mas..tenang aja..”
“Jadi, gimana. Mau kapan nih? Si Natalia dah ngebet banget nih pengen maen sama kamu..”
Gue tertawa mendengarnya, sekaligus gue menjadi sange. Emang sih tuh cewek emang sintal banget.
“Hmm, terserah kamu dehh mass..”
“Oke deh, kalo hari ini gimana?”
Hah? Hari ini? Gue masih belum siap kalo Sasa dijamah orang lain!
“Ah, eh, tapi.. Sasa lagi dapet tuh..” akhirnya gue memutuskan untuk
tidak menyertakan Sasa dalam acara ini. Cowo mana sih yg rela kalo
ceweknya dijamah sama cowo lain..
“Yaudah diajak aja gapapa..Cuma nonton doang,”
“Tapi, dia katanya lagi ga enak badan tuh..tadi abis tes dia langsung
balik ke rumah, katanya pusing banget kepalanya..” kata gue.
“Oh, gitu ya..” kata mas Rio di seberang telepon. “Apa kita tunda aja ini?”
Eh?
“Jangan mas, sekarang aja gakpapa..aku udah pengen banget nih, udah
seminggu puyeng mikirin angka mulu..” ujar gue, mencoba menahan dia
untuk menunda acara.
“Hmm, yaudah deh, kamu ada whatsapp? Aku mau share location rumah si Natalia, ntar main disana aja. Soalnya lagi sepi.”
“Oke deh, nomer whatsapp ku sama kayak nomer ini.”
“Oke deh, kita udah ada di lokasi, ntar kalo udah siap langsung ke sini
aja. Kalo mau, ntar nginep aja. Soalnya sepanjang malam kamu bakalan ga
sempat istirahat, hehe..”
Gue makin mupeng aja saat mendengar ucapan mas Rio. Gue pun mengakhiri
pembicaraan dengannya, membayar pesanan gue di kasir, lalu melaju dengan
cepat ke kosan gue. Gue mau tidur dulu, kayaknya butuh stamina gede
buat malem ini, hehe.
--------------------------------------------------------------------
“Halo, sayang..kayaknya malam ini aku nggak bisa jalan sama kamu. Aku
ada acara sama temen temen ekskul basket. Gapapa kan kalo sekali kali
malming di rumah? Hehehe..”
“Huu..main mulu yg dipikirin. Yang disini dianggurinn..” terdengar nada bete dari seberang telpon.
“Hehe, ntar aku ajak ‘main’ deh, hehe..dah ya, aku berangkat dulu. Byee..” lalu gue mematikan panggilan di ponsel gue.
Malam itu, gue memutuskan untuk memenuhi ajakan dari mas Rio, tanpa
mengajak Sasa. Karena gue masih merasa kalo Sasa hanya bisa dinikmati
oleh gue, hehe. Sebenarnya gue mau menolak ajakan dari mas Rio, tapi gue
ngerasa gak enak sama mereka, dan juga sayang banget kalo cewek
secantik kak Natalia nggak dicoba. Peace..
Gue sudah selesai berpakaian dan tinggal memakai sepatu. Gue menenteng
sepatu gue dan berniat memakainya di dalam mobil. Suasana kosan saat itu
agak ramai. Roy terlihat sedang bermain gitar di depan kamarnya,
sedangkan Dea dan Rara asik menyanyi di hadapan Roy.
“Mau ngedate ya, rel?” tanya Rara saat gue berjalan menuju ke mobil.
“Iya, eh enggak..gue mau ke mall buat beli sesuatu..”
“Terus, Sasa enggak diajak? Mending ngajakin gue.. bosen nih di kosan
muluu, ga ada yg ngajakin jalan..” Dea ikutan nimbrung dalam percakapan
kami.
“Ah, gak usah. Ntar yg ada gue malah malu pas lagi milih barangnya,
hehe. Makanya, buruan cari pacar sono, perasaan cowok di sekolah pada
keren keren semua.”
“Ogah ah, tatapan mereka sama kayak tatapan elo, mesum..hii” ujar Dea. Rara tergelak mendengar ucapannya.
“Iya tuh, tatapan om om, hahaha..” kata Rara.
“Tuh, dengerin Rel.. makanya jadi orang jangan mesum mesum amat..” kata Roy yg telah berhenti bermain gitar.
“Ah, sialan. Gue pergi aja deh.” Kata gue dengan mata melotot kepada
mereka bertiga, lalu berjalan menuju mobil. Terdengar mereka cekikikan.
Saat gue sudah berada di balik kemudi, terlihat seseorang memarkirkan
motornya di samping mobil gue. Saat gue buka kaca jendela gue, terlihat
pacarnya Angel sedang melepaskan helmnya.
“Mau njemput Angel ya, mas?”
“Iya, mau ngajak makan nih. Elo mau ngedate juga?”
“Enggak, ini Cuma mau beli sesuatu di mall.” Kata gue. “Duluan ya, mas..”
“Okee, hati hatii. Jakal lagi macet, tuh..”
Buat yg nggak ngerti, Jakal itu Jalan Kaliurang, yang kalo pada saat
hari libur atau weekend selalu macet dipenuhi mobil dan motor.
Saat gue sudah berada di luar kompleks daerah kosan gue, gue lalu
membuka ponsel gue dan membuka location yg telah dishare oleh mas Rio.
Oh, ternyata di daerah Condongcatur. Gue pun lalu berusaha menuju ke
tempat tersebut tanpa harus melewati kemacetan yg ada di Jakal dan
sekitarnya.
Hampir setengah jam kemudian gue sampai di depan rumah mbak Natalia.
Terlihat kalo rumah tersebut sangat mewah. Berlantai dua. Memiliki
halaman yg luas. Dan sepertinya ada kolam renangnya di samping rumah
itu. Gue pun langsung mencoba menghubungi nomer hp mas Rio.
“Mas, aku udah di depan,”
“Oh, oke..bentar ya..”
Tak lama kemudian, mas Rio keluar dari rumah dan membukakan pagar. Cukup
aneh juga sih melihat sang empunya rumah yg membukakan pintu pagar
sendiri. Setelah gue memarkirkan mobil gue, gue lalu menghampiri mas
Rio.
“Halo, mas.. sori ya, Sasa gak bisa ikut.”
“Yaudah gak papa lah.. seenggaknya si Natalia bisa puas, hahaha..”
“Ah, aku masih SMA kok..gak hebat hebat amat. Btw, ini rumah kok sepi banget, ya. Penghuninya pada kemana?”
“Oh, orang tuanya Natalia lagi ke Aussie, soalnya kakaknya lagi wisuda.
Kalo pembantu yg biasanya di sini lagi pulang kampung. Katanya udah
kangen sama anak anaknya..” kata mas Rio panjang lebar.
“Untung aja kalo gitu, hehe..”
“Yaudah yuk langsung ke kamar aja. Habis naik tangga, jalan aja terus
nanti ada pintu tulisannya ‘Natalia’, langsung aja masuk. Dia lagi
nonton film di dalam. Aku bikinin minum dulu, ya..”
“Oke, mas.”
Gue pun mengikuti petunjuk itu. Setelah sampai di lantai atas, gue
terkesima dengan desain interior dari rumah itu. Terlihat kalo segala
macam perabotan di rumah itu mahal, namun memiliki nilai seni yg tinggi.
Hiasan dindingnya pun menambah kesan artistik di mata gue. Ada juga
kandang kucing di samping pintu menuju balkon. Tapi, kucingnya tidak ada
di dalamnya. Mungkin sedang dititipkan, ya.
Saat berada di depan kamar kak Natalia, gue coba ketuk pintunya.
“Maaf, kak. Ini aku, Farrell..”
“Oh, ya.. masuk aja, pintunya enggak dikunci kok.” Kata kak Natalia dari balik pintu.
Kemudian gue mendorong pintu tersebut. Di dalam kamar itu, kak Nata,
begitu gue memanggilnya, sedang duduk di tepi ranjang sedang menonton
TV. Dia menoleh ke arah gue.
“Halo, rell.. Sasa nggak jadi ikut, ya?” sapa kak Nata.
Gue pun mencoba menjelaskan ke dia tentang apa yg terjadi dengan Sasa,
yg tentu aja itu hanyalah akal akalan gue biar dia nggak ikut.
“Yaudah deh, gakpapa..lagian aku juga udah pengen banget nih. Masa’
harus ditunda..” katanya sambil menarik lenganku agar mendekat ke
arahnya. Gue pun duduk di sampingnya. Gue masih menatap layar TV, untuk
menutupi kegugupan gue.
“Kamu malu, ya? Kok kakinya ga bisa diem gitu, hihihi..” katanya. Tangannya mulai meraba paha gue.
Gue yg mulai horny, lalu langsung mendorong tubuh kak Nata ke belakang
dan menyergap bibirnya. Gue menyerang bibrnya dengan serangan serangan
yg agresif. Dia tak kalah agresifnya. Dia mampu mengimbangi cumbuan gue
di bibirnya.
Tangannya merangkul pinggang gue. Tangan gue pun mengelus rambutnya.
Lidah kami saling berbelit di dalam mulut kami. Tiba tiba ia tersedak.
“Kok kamu nafsu banget sih.. emang udah lama ya ga main sama pacar
kamu?” tanyanya dengan tatapan sayu. Sepertinya ia udah horny banget,
wkwk.
“Iya, kak, hehe.. abisnya, kakak nafsuin banget sih,” jawab gue
sejujurnya. Setelah gue inget inget, emang sih gue udah agak lama gak
main sama dia. Semenjak sebelum UTS, mungkin.
Lalu pintu kamar tiba tiba terbuka. Mas Rio datang membawakan nampan yg berisi minuman dan beberapa makanan ringan.
“Ini diminum dulu, rell. Biar nanti kuat maennya..” kata mas Rio sambil
tertawa. Gue pun meminum minuman itu menurutinya dan meminumnya hingga
habis, lalu mas Rio berbisik di telinga gue, “Itu adalah minuman penguat
stamina saat ML,”
Gue tersedak. “Hah?”
Ia cekikikan melihat ekspresi gue.
“Tenang aja. Itu aman kok..” jawab mas Rio, masih dengan berbisik bisik.
“Dah, kamu lanjutin lagi aja sana, aku mau jadi penonton dulu aja..”
Gue pun melanjutkan cumbuan kepada kak Nata yg tadi terganggu. Gue
menempelkan bibir gue di bibir kak Nata, tetapi gue hanya diam saja
tanpa menggerakannya. Gue masih menatap matanya yg masih sayu.
“Mau nyoba nggodain nih ceritanya?” kata kak Nata sambil tersenyum. Lalu
mencoba melumat bibir gue dengan perlahan. Kali ini ia mungkin mencoba
untuk menikmati cumbuan ini.
“Mmmpphh.. ahhh.. mmmmhhh..” itulah suara yg terdengar dari bibir kak
Nata. Tangan gue perlahan meraba dadanya, yg terasa pas di tangan gue.
Sedangkan tangan gue yg satunya gue arahkan untuk membelai rambutnya.
“Yang kencengan dikit, rell... ahhh”
Semakin lama semakin agresif ciuman yg gue terima, dan semakin kencang
pula gue meremas payudara kak Nata, yg mungkin memiliki cup B atau C.
Mas Rio yg sedari tadi hanya menonton sepertinya masih bisa menahan
nafsunya. Dia hanya menganggukkan kepalanya saat gue melirik ke arahnya.
Tak lama kemudian gue merubah posisi. Kali ini, gue yg tiduran di kasur.
Kak Nata yg mengerti maksud gue, langsung melepas celana jeans dan
celana dalam gue. Dan muncullah tonggak kebanggaan gue yg masih lemas,
mungkin karena efek obat yg gue minum tadi.
“Eh, gantian dong, aku juga pengen nih,” tiba tiba mas Rio menyela aktivitas kami.
“Eh, tapi kan aku..”
“Udah, tahan dulu. Biar obatnya kerja dulu,” bisik mas Rio di telinga
gue. Gue pun mengerti dan berpindah duduk di kursi di samping ranjang
itu.
Kak Nata yg melihat tingkah kami hanya kebingungan.
Lalu, mas Rio melancarkan jurus jurus ampuhnya setelah ia berhasil
melucuti pakaian kak Nata. Ia mencium tengkuk, dada, perut, hingga
vagina dari kak Nata. Kak Nata pun menggelinjang menikmati rangsangan yg
ia terima.
“Ahh, terus sayangg...jangan berhenti. Uhhh..”
Kemudian, mas Rio mencolokkan jarinya ke lubang vagina Kak Nata. Satu
jari, dua jari, hingga akhirnya tiga jari. Wow! Apa jangan jangan vagina
dari kak Nata udah sering dipake sama cowok ya..
Sepertinya mas Rio menyentuh spot yg tepat, hingga kak Nata bisa meronta
ronta seperti orang kesetanan. Apa sebegitu enaknya ya? Hehe..
Tiba tiba kak Nata bangkit lalu mencium bibir mas Rio dengan buasnya.
Lalu ia mendorong tubuh mas Rio hingga terlentang. Ia melepas pakaian
dari mas Rio, hingga tersisa celana dalamnya saja.
“Eh, belum apa apa udah gede gini..” ujar kak Nata sambil tersenyum.
Kemudian kak Nata melepas pelindung terakhir dari joni milik mas Rio,
hingga pada akhirnya tubuhnya telanjang sempurna.
Kak Nata lalu memegang penis milik mas Rio, yg menurut gue sedikit lebih
besar dari milik gue. Kemudian penis itu mulai dikocok secara perlahan.
Kepala penis itu dicium lembut oleh kak Nata, yg membuat mas Rio mulai
mengerang keenakan.
Gue hanya menonton adegan itu dari kejauhan, sambil menunggu obat itu
berfungsi. Benar juga sepertinya. Penis gue yg daritadi disuguhi
pemandangan yg luar biasa, masih tertidur dengan pulasnya. Dan gue
merasa kalo penis gue sedikit lebih besar dan sedikit kebas. Ada rasa
panas di sekitar selangkangan gue.
Ah, mungkin efek obatnya udah mulai bekerja.
Gue pun menonton TV saja sambil mengalihkan pikiran gue dari kegiatan
mesum di kamar itu. Karena kata mas Rio, penis gue jangan sampai ereksi,
karena akan mengurangi manfaat dari obat itu. Tapi sekuar apapun gue
mencoba fokus dengan acara TV tersebut, tetapi suara desahan yg menggema
di kamar itu selalu membuyarkan fokus gue.
Gue hanya bisa memaklumi kedua pasangan mesum ini, yg selalu mendesah
dan mengerang dengan suara keras. Soalnya, gue dengan Sasa hanya
mendesah dengan suara yg pelan. Mungkin Sasa masih malu kalo
mengeluarkan suaranya dengan keras, hehe.
Sasa.
Ya, Sasa.
Entah kenapa gue tiba tiba teringat dengannya.
Sedang apa dia saat ini. Saat dimana gue seharusnya berada di sampingnya, menemaninya saat malam minggu.
Untuk pertama kalinya sejak kita pacaran, kita tidak melalui malam minggu bersama bersama.
Ah, jadi merasa bersalah ‘kan.
Tapi seenggaknya, dia nggak dijamah oleh orang lain.
TUUTT..TUUTT..TUUTT..
Tiba tiba, terdengar suara ponsel bergetar. Kulirik kak Nata dan mas
Rio, sepertinya mereka tidak dengar. Lalu gue coba mencari asal suara
ponsel itu, dan ternyata berasal dari saku celana jeans gue.
Saat gue menemukan ponsel gue, tiba tiba tangan gue bergetar.
Di layar ponsel gue, tertulis sebuah nama yg membuat gue ketakutan kalo sedang berada di ruangan itu.
SASA.
No comments:
Post a Comment