“Hah? Semalem elo nginep bareng Sasa di Kaliurang?” tanya Roy, tak percaya dengan apa yg gue katakan.
Pagi itu, kami sedang bersantai di ruang keluarga kosan gue. Kebetulan
hanya tinggal kami berdua di kosan itu. Para penghuni lainnya sedang
menikmati minggu pagi mereka di depan kompleks.
“Kan udah gue bilang, tadi malem di atas hujan deres banget..ya kali gue
langsung balik ke Jogja. Bisa bisa ntar gue balik ke Bandung tinggal
nama gue doang..” Roy tertawa mendengar ucapan gue.
“Terus terus, elo ngapain aja sama dia?” ia terus menginterogasi gue.
“Jadi gini..”
------------------------------------------------------------------------------
“Malam ini, kamu boleh merenggut kewanitaanku, sayangg.. Karena..aku..sangat..menyayangimuu..”
Hah? Gue gak percaya akhirnya Sasa mengucapkan hal itu. YESSS!!
“Kamu serius, sayang?” tanya gue memastikan. Gue nggak mau dia menyesal
setelah ia kehilangan keperawanannya. Sasa hanya tersenyum manis ke arah
gue.
Dia lalu bangkit dari tempat tidur, dan melepas seluruh pakaiannya.
Mulai dari outernya, kaosnya, hingga tersisa pakaian dalam dan hijabnya.
Gue terkesima melihat pacar gue dalam keadaan seperti itu. “Saa..kamu
cantik bangett malem inii..makin sayang deehh..” ucap gue sambil menarik
tubuhnya kembali ke tempat tidur. Gue lalu merubah posisi badannya
sehingga gue menjadi berada di atas tubuh Sasa.
“Kamu udah nafsu bangett yaa?” tanya Sasa dengan nada manja dan muka yg
dibuat imut. Gue yg udah ga tahan pun langsung melumat bibirnya dengan
lembut. Awalnya ia tidak mau membuka mulutnya, tapi lama kelamaan
akhirnya ia mau juga.
“Hmmpphh..” lidah gue berbelit dengan lidah Sasa. Tiba tiba dia
melepaskan ciuman kita. Bibirnya yg berwarna merah muda terlihat
mengkilat karena air ludah kami.
“Kok aku doang yg telanjangg..kamu juga ikutan buka baju, dong..malu nihh”
“Hahaha..emangnya kita itu udah berapa kali petting ya? Kok masih malu ajaa..” gue tertawa mendengar celotehan Sasa.
“Ya abisnya..” dia nampak sedang memikirkan kata kata yg tepat. “Aku pengen liat barangmuu..”
“Pengen liat apa nihh?” gue mulai berusaha mengerjainya.
“Punyamuu..”
“Punyaku..apaan sih?”
“Penismu,tauuu...” katanya dengan muka merah padam. Raut mukanya terlihat bete, wkwk.
“Tuh..mulai nakal nih omongannya..hahaha..” gue terus mengerjai Sasa yg
sudah dilanda birahi. Ia sudah berbeda dengan saat pertama kali kita
petting. Kini, ia mudah nafsu dan cenderung lebih agresif. Sukaaa!!
Mendengar ledekan gue, ia tiba tiba mendorong dada gue, sehingga gue
jadi dalam posisi rebahan, dan gantian Sasa yg menindih gue. Dengan
sekejap mata, tiba tiba Sasa langsung mencium bibir gue. Lidahnya mulai
memaksa untuk masuk ke dalam bibir gue.
Kami berdua ciuman lama bangeett hingga gue kembali dalam posisi
menindih dia. Meskipun gue udah pengen banget nglepas status perjaka
gue, tapi gue tetep berusaha stay cool. Gue ngikutin keinginan dan nafsu
Sasa aja.
Gue berusaha mengalihkan nafsu gue dengan meremas dada kirinya.
Sedangkan tangan gue satunya lagi mencoba menggesek vagina Sasa bagian
luar. Sasa yg menerima rangsangan yg bertubi tubi pun hanya bisa
melenguh keenakan sambil memejamkan matanya.
“Hhh...enak banget bebb..hhh..lebih cepet lagi gesekinnya..”
Gue percepat tempo remasan dan gesekan di area vitalnya itu. Dia semakin
meracau dengan keras. Gue yg meihat Sasa begitu terangsang pun jadi
ikutan terangsang. Gue lalu menggesek kemaluan gue di bibir luar
vaginanya dengan tempo sedang. Tak disangka, tiba tiba terdengar ketukan
di pintu kamar.
Duh, jangan jangan digrebek polisi?!
“Anjritt..siapa sih yg ngetok pintu malem malem gini. Ngganggu aja,” gue mengomel sambil mengenakan pakaian gue.
“Hihihi...dah buruan dibuka gih. Daripada nanti orangnya curiga..” kata
Sasa sambil ngumpet di balik selimut. Untungnya lampu kamar ini sudah
kumatikan dan hanya menyisakan lampu tidur.
Gue lalu melangkahkan kaki menuju pintu. Gue intip dari lubang kecil yg
ada di pintu. Ternyata pegawai hotel ini. Gue pun membukakan pintu dan
menyambut pegawai hotel itu.
“Ini pesenannya yg tadi mas.” Ucap pegawai itu, sambil menyerahkan sebuah nampan yg berisi sepiring nasi goreng dan seteko teh.
“Oh, ini pesenan yg tadi ya. Maaf mas kelupaan, hehe..” kata gue. Gara
gara ngebet ML sampai sampai gue lupa kalo pesen makan di bawah.
“Gapapa mas..yaudah saya permisi dulu ya.” Ucapnya lagi lalu pergi
meninggalkan gue. Gue pun membawa masuk nampan itu dan mengunci pintu.
“Ternyata hanya pegawai hotel, sayangg..” ucap gue saat berada di kamar.
Gue melirik ke arah kasur, dan nampak Sasa yg perlahan muncul dari
balik selimut.
Saat gue meletakkan nampan tersebut di meja dekat TV, disebelahnya
terdapat sebuah kotak kecil. Dan saat gue lihat isinya, gue terkejut.
“Bebb, liat nihh..” kata gue sambil memegang benda yg kutemukan di kotak itu.
“Ehh..itu kann..” ucapnya sambil tertawa. Gue pun akhirnya ikut tertawa.
“Gak usah pake ini, ya..momen pertama kali buat gue harus tanpa benda ini. Boleh kan?”
“Yang penting jangan keluar di dalem, relll..aku belum siap hamil
nihh..” ucapnya sambil mencium pipi gue. Tangannya merangkul leher gue.
“Ayoo..”
“Ayo apa, sayangg? Ayo pulang?” tanya gue pura pura bego.
“Buruan masukin..dari tadi aku udah gak tahan nihh..” katanya dengan
nada manja. Gue suka banget denger suaranya seperti itu, membuat gue
semakin bersemangat.
“Iya iyaa..” gue pun memposisikan penis gue di depan vaginanya. Gue pun
lalu menusukkan penis gue ke arah vaginanya. Tapi kok, sepertinya ada yg
mengganjal ya.. Gue coba tusukkan lagi, tetapi kembali gagal.
“Kok enggak kerasa ya rell..apa emang kayak gini rasanya..” kata Sasa yg
kebingungan karena ia tidak merasakan kenikmatan apapun di vaginanya.
“Bentar..ini belum masukk. Lubangnya dimana sih?” tanya gue sambil
mencoba mengorek labia mayora nya untuk mencari lubang kenikmatan itu.
Dan akhirnya ketemu. Terlihat kecil sekali, entah pusaka gue bisa masuk
apa enggak.
Dia tertawa. “Ketahuan nih kalo gak pernah ML..”
FYI, pusaka gue itu ukurannya sedengan, gak gede gede amat. Cukup lah
buat ukuran orang Asia, tapi jelas kalah dari bokep bokep barat yg
sering gue tonton.
Kembali lagi, gue mencoba menusukkan penis gue ke arah lubang kecil di
vagina Sasa. “Pelan pelan ya rell..” ucapnya lirih sambil memejamkan
matanya, mencoba menahan rasa sakit yg sebentar lagi akan terasa di
vaginanya.
Dan blesss...akhirnya masuk juga, meskipun baru kepalanya. Sasa terlihat meringis kesakitan.
“Eh, sakit Sa? Apa aku cabut dulu?” tanya gue. Sasa kemudian berusaha untuk berbicara sesuatu.
“Enggak usah..aku gapapa kok..mungkin emang kalo lagi pertama kali ML rasanya kayak ginii..”
“Yaudah deh..gue diemin dulu aja.” Dia pun mengangguk. Memang terlihat ada bercak darah di penis gue, meskipun tidak banyak.
Setelah cukup lama, gue melanjutkan penetrasi ke vagina Sasa. Kali ini
masih dengan tempo lambat. Gue takut ngerusak vagina indah milik Sasa,
dan gue gak ingin Sasa kesakitan.
“Aww..sakit rell..hhh..tapi enakk..” katanya dengan suara gak jelas. Gue
hanya tersenyum melihat raut wajahnya yg mencoba untuk menampakkan
wajah bahagianya. Gue kecup pelan bibirnya agar ia tidak berteriak
kesakitan. Tangan kanan gue meremas payudara kirinya. Genjotan pelan di
vaginanya tetap gue lanjutin.
“Hshhh..enakkk..uhhh..terus rell..” sepertinya ia sudah mulai tidak merasakan sakit lagi.
Gue mulai mempercepat gerakan penetrasi ke vagina Sasa. Gilaa..vaginanya
enak banget.. Meskipun gue baru pertama kali ML, tapi gue bisa
merasakan kalo vagina milik Sasa ini emang bener bener nikmat. Rasanya
seperti dipijit pijit penis gue. Ini seperti campuran antara blow job
dan hand job.
Sasa yg tadinya meringis kesakitan, kini mulai terlihat keenakan. Lama lama ia juga mulai mendesah keras.
“Sayangg..ini enak bangett..vagina kamu enak bangeett..jadi tambah
sayangg dehh..uhh” racau gue sambil terus memompa penis gue. Ia hanya
tersenyum, lalu kembali mendesah.
Waktu sudah berlalu 10 menit, dan sepertinya gue akan orgasme. Gue kemudian bilang kepada Sasa kalo gue mau keluar.
“Tahan dulu, beb..aku juga mau keluarr..” ucapnya dengan tergesa gesa.
“Tapi, kamu jangan keluar di vagina akuu..ssshh..keluar di mulut aku
aja..”
Langsung gue percepat goyangan gue hingga tubuh dan payudara Sasa ikut
bergoyang. Tiba tiba Sasa menjerit tertahan. Ia mencakar lengan gue. Gue
pun sadar kalo ia sudah orgasme. Penis gue terasa seperti tersiram oleh
cairan hangat. Gue diam sesaat, membiarkan Sasa menikmati orgasmenya.
Setelah kedutan di vaginanya berhenti, gue lanjutkan goyangan gue karena
gue juga sudah mau keluar. “SAAA...AKU MAU KELUARRR...” ucap gue lalu
mencabut penis gue dan mengarahkan ke mulut Sasa.
Sasa yg udah ngerti pun langsung mencaplok penis gue. Ia mengulum penis
gue dengan cepat. Dan crot,crot,crot. Gue crot 5x di mulut Sasa. Ia
sepertinya berusaha menelannya. Entah belajar darimana dia.
Kita kemudian kembali berciuman mesra. “Sa, makasih yaa udah ngasih
perawan kamu ke akuu...” ucap gue sambil mengelus rambutnya yg wangi.
“Iyaa..aku sayang baaangett sama kamuu..makanya, jangan pergi tinggalin aku ya bebb..”
“Enggak lahh..kan aku juga sayang sama bidadari kecilku inii..” ucap gue
sambil menyentuh hidungnya. Kami pun terus berpelukan mesra hingga
akhirnya kami sama sama tertidur.
Keesokan paginya gue terbangun jam 7. Saat gue membuka mata, ternyata
Sasa sudah bangun duluan. Dia menyantap nasi goreng yg semalam kami
pesan. “Udah bangun ya, sayangg..” katanya sambil meletakkan piring itu
di meja dan mendekat ke arah gue. Ia lalu memberikan ciuman selamat
pagi.
“Ihh, kok itu ada yg bangun sihh..”
Gue kaget. Ternyata adik kecil gue juga ikut terbangun. Memang kebiasaan
adik kecil gue kalo pagi selalu memberontak. Pernah suatu pagi saat gue
keluar kamar kosan untuk menuju kamar Roy, tiba tiba Dea memergoki adik
gue yg sedang tegang. Gue awalnya nggak ngeh dengan apa yg ia maksud.
Tapi setelah Dea menunjuk ke arah selangkangan gue, barulah gue nyadar
dan buru buru masuk ke kamar Roy.
“Hehe..ini si Joni kalo pagi emang suka berontak gini hehe..apalagi
sekarang di depan aku ada cewek secantikk kamu..” ujar gue sambil
sedikit nggombal. Gue pun reflek menghindar saat Sasa melempar bantal ke
arah gue. Kami pun saling tertawa karena tingkah kami yg seperti anak
kecil.
Saat tawa kami berhenti, kami saling berpandangan. Gue menatap wajahnya
yg sedang tersenyum manis sekali. Entah sejak kapan tubuh kami saling
mendekat dan akhirnya kami kembali berciuman, bercumbu, dan hal itu
terjadi lagi. Pagi itu kami melakukan seks lagi hingga 3x. Kami juga
mencoba melakukan berbagai gaya saat berada di balkon. Ya, kami
melakukannya di luar kamar. Adegan itu sungguh menantang adrenalin,
karena kami sama sama takut kalo sampe kedengeran tetangga sebelah.
Kami pun check out dari kamar hotel itu sekitar pukul 11 dan langsung
menuju ke Jogja. Setibanya di Jogja, gue langsung meluncur ke kosan gue
setelah mengantarkan Sasa kembali ke rumahnya. Tak lupa gue meminta maaf
kepada orang tuanya karena tidak izin dulu sebelumnya. Gue sedikit
berbohong dengan mengatakan kalo kita sedang liburan bareng temen temen
sekelas. Kalo kagak, bisa habis nih tubuh gue digebukin orangtua Sasa,
hehe.
Setibanya di kosan, gue langsung masuk ke kamar dan mandi. Badan gue
penuh dengan keringat, dan juga bau pejuh hehe. Maklum, karena tadi abis
‘main’ di balkon gue langsung ganti pakaian lalu pulang.
Setelah berganti pakaian, gue keluar dari kamar dan menuju ke ruang
keluarga kosan kami. Disana ada anak anak, dan sepertinya full team
penghuni kosan kami ada semua. Saat gue baru saja duduk di samping Dea,
tiba tiba dia nyeletuk.
“Rel, ini ibu kosan lagi ga masak..lu dah makan belom? Kalo belom, pesen
aja lewat ojek online.” Katanya sambil tetap memandang ke arah TV.
“Gue mah gampang, lha ini semuanya dah pada makan?” gue balik nanya.
“Kita semua nungguin elo, hehe..abisnya kan di akun **Jek elo biasanya
saldonya banyak hehe..” kata Dea, yg kali ini menengok ke arah gue
dengan tertawa.
“Gue pengen Gudeg Pawon nihh..” Roy nimbrung dalam pembicaraan kita.
“Gue sate klathak aja dehh.” Mas Andi dan Mas Farhan serentak request pesanan mereka. Gue pun hanya manggut manggut aja.
“Nih, hp gue..kalian pesen aja sendiri sendiri..gue traktir nihh..” kata
gue. Semua orang di ruangan itu bersorak mendengar kata gue. “..Tapi,
Cuma ongkirnya doang haha..” kata gue kembali, sambil berlari ke luar.
Saat berada di luar, gue seperti merasa ada yg kurang. Gue lalu kembali
menengok ke dalam ruangan. Gue liat anak anak yg sedang kumpul. Gue
hitung. Dan benar saja. Ada yg nggak ada dalam ruangan itu. Gue lalu
mendekat ke arah Dea. “Dea..mbak Sarah lagi nggak di kosan ya?”
“Wah gak tau gue..tadi sih dia pamit mau pergi..tapi kayaknya belum
balik. Coba deh elo cek sana..” katanya, sambil matanya tetap tertuju ke
layar hp gue. Ia bertugas menerima pesanan makanan dari anak anak yg
ada di situ.
Gue pun naik ke atas dan menuju ke kamar mbak Sarah. Kamarnya terletak
di ujung lorong rumah itu. Saat berada di depan pintu kamarnya, gue
melihat disitu ada sandalnya. Saat akan mengetuk pintu, gue mendengar
suara aneh. Yap, suara yg khas banget buat gue. Suara yg gue denger
semalem saat gue memadu kasih dengan Sasa, yaitu suara orang lagi ML!
Gue tetap berusaha tenang..gue lalu melihat ke sekeliling, dan ternyata
di kusen jendela kamar itu terdapat sebuah celah. Sepertinya mbak Sarah
lupa merapatkan jendela ini saat ia menutupnya semalam. Gue coba melihat
isi kamar, dan gue sangat terkejut. Gue terkejut bukan karena ia ML
dengan seseorang, tetapi dengan cowok yg sedang ML dengan dia. Kalau
diliat liat, sepertinya ia pria yg berbeda dengan seseorang yg kulihat
tempo hari. Meskipun kalo dilihat sekilas perawakannya mirip, tetapi
saat wajahnya terlihat, gue yakin kalau dia adalah orang yg berbeda
dengan orang yg dulu gue lihat di depan kosan.
Gue lalu kabur dan kembali ke bawah. Gue gak mau mencampuri urusan dia.
Bisa aja dia punya masalah yg sama seperti dengan Kak Nina. Gue hanya
positive thinking, bahwa ia baru saja putus dengan pacar lamanya, dan
kini ia telah punya gandengan baru.
Saat tiba di bawah, terlihat kalo anak anak masih asik ngobrol di depan
TV. Gue kembali mendekati Dea. “Gimana, rel? Dia ada di kamarnya?”
tanyanya.
“Enggak ada kayaknya..lampu kamarnya mati.” Kata gue tanpa berterus
terang dengan kejadian tadi. “Eh, gue mau tanya sesuatu..mungkin elo
tahu.”
Dea mengangkat alisnya. “Tumben tumbenan nada lo serius gini. Ada apa emangnya?”
“Elo tau Mbak Sarah punya pacar apa enggak?”
Dia tambah terheran heran. “Setau gue sih enggak. Pernah dia cerita ke
gue kalo dia lagi gak mau terlibat dalam sebuah hubungan..” jawab Dea.
“Emang kenapa, rel? Kok elo keliatan panik gitu?”
“Eh, gapapa kok. Cuma mendadak gue penasaran aja. Hehehe..” Gue seketika
panik. Kalo ia nggak punya pacar, lalu, yang tadi itu....SIAPA?
No comments:
Post a Comment